Sekarang ini banyak orang-orang yg mengaku NU,tapi anehnya dia justru bertentangan dengan ulama NU, baik ulama NU di struktural (pengurus NU) maupun ulama NU kultural (ulama NU di pesantren, masjid, musholla dan kiai kampung serta yang ada di masyarakat).
Orang NU "dadakan" ini ada yang berasal dari luar NU, yang mengaku-ngaku NU dengan tujuan memecah kekuatan NU, agar warga nahdliyin benci dengan pengurus/ulamanya.
Mereka ini adalah golongan yang sejak dulu memang anti NU.
Tujuannya hanya satu menghancurkan NU karena NU dianggap sarang bid'ah dan batu sandungan dalam melampiaskan ambisi politiknya yaitu mengacaukan sistem negara NKRI.
Yang bertentangan dengan pengurus/ulama NU itu ada juga yang memang berasal dari intern NU sendiri, tapi dia tidak paham apa dan bagaimana NU itu, dia tidak pernah ikut MKNU atau PKPNU, sehingga mau saja ditarik-tarik dan diseret ke kelompok Wahabi, HTI, PKS dan FPI.
Mereka inilah yang disebut dengan NU rasa-rasa: NU rasa Wahabi, NU rasa HTI, NU rasa PKS, dan NU rasa FPI.
Disamping itu ada NU garis lurus (NU GL) yaitu orang NU yang pola pikirnya disetir oleh orang diluar NU, untuk dibenturkan dengan pengurus NU.
Orang NU sempalan ini merasa sebagai NU nya Mbah Hasyim, namun bertentangan dengan Gus Dur, Abah Hasyim dan Kiai Said.
Dia ini terlalu sombong, merasa NU yang sebenar-benarnya, padahal itu klaim sepihak saja.
Untuk mengetahui apakah kita ini NU sejati, NU rasa-rasa atau NU abal-abal, maka ada "alat ukurnya", apakah kita ini sejalan dengan pola pikir Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim), KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
KH Hasyim Muzadi (Abah Hasyim) dan KH Said Aqil Siraj (Kiai Said), atau tidak.
Jika pikiran kita sama dengan pikiran beliau-beliau tersebut berarti kita ini NU sesungguhnya, namun jika beda bahkan bertentangan,
yakinlah bahwa dalam diri kita sudah terkontaminasi virus paham kelompok radikal (Wahabi, HTI, PKS, FPI dan sejenisnya).
Untuk itu segeralah men-setting ulang konstruksi pemikiran kita agar kembali ke pangkuan NU..