Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya kepada lawan.
Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya.
Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka tabah.
Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya:
"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"
Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ﷺ. Siapakah kiranya pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ﷺ tersebut?
Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya:
"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"
"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab Rasulullah ﷺ."
Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam,
"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"
Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan dikepala, kemudian ia berjalan dgn angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seperti yg biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran.
Rasulullah ﷺ melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda :
"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini."
Rasulullah ﷺ memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Ia tidak ikut dalam Perang Badar.
Kini ia terjun dalam Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung dengan regunya.
Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy.
"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali.
Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula:
"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"
Kemudian pertempuran pun pecah!
Rasulullah ﷺ bersabda :
"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala isinya!" Beliau juga berkata:
"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan."
Pertempuran
700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!
Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping.
Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.
Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud yang terkenal. "Mati! Mati!"
Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak:
"Siapa yang akan berduel denganku?"
Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ﷺ menjadi lega.
Seketika takbir pun berkumandang dr barisan muslimin. Rasulullah memerintahkan pasukan muslim melancarkan serangan
Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan Barisan org musyrik jd kacau balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dgn amat keji
Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain.
Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ﷺ dihantamkan pada seorang wanita.
(Seandainya Abu Dujanah membunuh Hindun saat itu, mungkin Hamzah tidak wafat di uhud, tapi semua itu sudah takdirNya)
Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengorbankan semangat.
Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka.
Hindun sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dgn lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada.
Syahidnya Hamzah
Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata duka dan penyesalan.
"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan cara Habasiyah, jarang sekali meleset.
Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-tengah orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya.
Lalu tombak ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah sasaran, baru kulemparkan tombak itu tepat mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya. Kubiarkan tombak itu sampai dia mati.
Sesudah itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali ke markas dan berdiam di sana sebab sudah tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan."
Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud itu, ia yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa.
Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya.
Setiap lawan di hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain.
Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian mengambil jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari.
Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ﷺ dalam keadaan tercabik-cabik.
Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak semuanya mendapatkan surga.
Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat perang, tetapi para wanita menghinanya.
"Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam diri dalam rumah!"
Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan gagah dan berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya.
"Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat
"Tidak, jawab Qusman sebelum mati
"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk menjaga nama baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan berperang”
Quraisy Terpukul
Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar sekali bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah ﷺ dalam mengatur pasukannya.
Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan berkuda musuh tertahan tidak bisa maju.
Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-sungguh.
Pasukan muslim begitu yakin bahwa mrk berada di pihak yg benar, sehingga walaupun dengan perlengkapan yg minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yg hampir 5 kali lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yg tidak bisa digunakan oleh kekuatan materi sebesar apa pun
Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur.
Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah.
Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.
Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak jauh. Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik untuk melancarkan serangan.
Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh.
Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera menggantikannya.
Namun, Ia juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi tidak lama kemudian Ia pun segera jatuh tak bernyawa.
Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang mundur.
Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas unta.
Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan harta benda mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut, Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka pikirkan.
Sayang sekali, justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.
Akibat melanggar perintah Rasulullah dikarenakan tergiur harta
Tergiur Harta
Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh
Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.
Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yg berserakan itu membuat mereka lupa bahwa sesuai perintah Rasulullah mereka harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehinga tdk mampu berkumpul lagi utk balas menyerang
Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.
"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.
"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."
Namun salah seorang membentak:
"Bukankah Rasulullah ﷺ sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"
"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"
"Rasulullah ﷺ tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu."
Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar perintah Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung yg masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut memperebutkan harta rampasan
Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan iman dan memperebutkan harta dunia.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.
Bencana
Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak. Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai bergerak.
Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.
Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.
Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.
Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang.
Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan diri.
Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi.
Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan pedang.
Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"
Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.
Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata:
"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik.”
Rasulullah Terluka
Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ﷺ. terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat di mana Rasulullah ﷺ berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh Rasulullah ﷺ atau ikut memegang peranan di dalamnya.
Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan sampai ke anak cucu mereka.
Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ﷺ tersentak sadar. Mereka bergerak mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah ﷺ yang amat mereka cintai.
Iman mereka kembali tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi untuk meraih surga. Kekhawatiran yg amat sangat akan keselamatan Rasulullah membuat mereka kembali mendambakan mati. Hidup di dunia ini terasa tak ada artinya lagi jika Rasulullah gugur dalam lindungan mrk
Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah. Batu itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah pecah-pecah.
Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau bengkok menghimpit pipi Rasulullah ﷺ. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah ﷺ semakin besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang dialami Rasulullah ﷺ.
Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ﷺ kembali dapat menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat yang setia. tiba-tiba Rasulullah ﷺ terperosok ke dalam sebuah lubang.
Lubang itu sengaja digali oleh Abu Amir untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib menghampiri, meraih dan memegang tangan Rasulullah ﷺ. Thalhah bin Ubaidillah membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali.
Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah berjalan terus mendaki gunung Uhud. Tempat itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh
Keadaan mengenaskan yg menimpa Rasulullah itulah yang menghidupkan kembali semangat juang di hati para sahabat
Rela Mati demi Rasulullah
Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah berjuang. Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat airnya.
Ia mencabut pedang dan terjun ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ﷺ walau harus mati. Ummu Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.
Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah tertahan di punggung Abu Dujannah.
Di samping Rasulullah Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ﷺ memberikan anak panah ke pada Saad sambil berkata:
"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu."
Rasulullah ﷺ sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.
Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ﷺ masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ﷺ telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ﷺ berada.
Keduanya pergi ke arah gunung dgn kepala tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kpd mereka:
"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"
"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya
"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yg sama!”
Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia baru mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali.
Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tdk seorang pun mengenali jasadnya kecuali adik perempuannya yg mengenali Anas dari ciri yg terdapat pada ujung jarinya Abu Sufyan yg yakin sekali bahwa Rasulullah telah gugur, sibuk mencari-cari mayat beliau ditengah korban-korban Muslim
Akhir Pertempuran
Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah mati. Rasulullah ﷺ menyuruh para sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah beliau.
Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat, ia mengenali Rasulullah ﷺ. Ketika melihat mata Rasulullah ﷺ yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian ia berteriak,
"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira.
"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ﷺ."
Rasulullah ﷺ memberi syarat agar Ka'ab berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan mengangkat Rasulullah ﷺ tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke sebuah celah Bukit.
Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai teriakan itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan Rasulullah ﷺ dari belakang. Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ﷺ sambil bertanya:
"Mana Muhammad, Aku tdk akan selamat kalau dia masih hidup."
Seketika itu juga Rasulullah mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dgn sangat cepat beliau melemparnya ke arah Ubay. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya, lalu berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan.
Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah ﷺ dan menyiram kepada beliau dengan air.
Dua keping besi di pipi Rasulullah ﷺ dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah.
Begitu kerasnya sampai 2 gigi seri Abu Ubaidah tanggal.
Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab dan beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.
Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih sampai Rasulullah memimpin mereka sholat sambil duduk.
Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-sungguh membalas dendam atas kekalahan di Badar.
Abu Sufyan berkata:
"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan."
Bersambung hari Senin, insya Allah 🙏🏿
Sallu ala Nabi🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): kami tidak menyembah mereka (patung malaikat), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya...dst
(Az-Zumar: 3)
Hanya Wahabi Yang Menghukumi Orang Baca Al Qur’an Di Kuburan Sebagai Pelaku Syirik Akhbar
Seorang Ustad Wahabi di video dengan lantang menyatakan:
"ini bukan syirik kecil, ini الشِّرْكُ اْلأَكْبَرُ dan dapat mengeluarkan pelakunya dari islam,
ini baca Qur'an jika baik siapa yang pertama kali melakukan?
buktinya Rasul ﷺ tidak pernah baca Al Quran di makam”
Wahabi-Taimi terlalu tergesa-gesa menyebut Syirik Akbar bagi yang baca Alquran di Kuburan.
Jika menggunakan logika mereka, karena ini syirik akbar, maka keluarkah pelakunya dari Islam dan jika diingatkan masih ngeyel maka halal darahnya
Iblis pernah menangis histeris empat kali:
Ketika dikutuk Allah
Ketika diusir dari Surga
Ketika Nabi Muhammad ﷺ lahir
Ketika Surat al-Fatihah diturunkan
Sementara wahabi menjerit mengatakan:
Maulid bid’ah
Maulid haram
Maulid Nabi dipelopori oleh Firqah Syiah
Iblis menjerit sejadi-jadinya atas kelahiran Rasulullah sebagaimana yang disampaikan oleh Abul Qosim Abd al Rohman al Suhaili al Andalusi (W. 581 H) dalam kitabnya berjudul al Raudl al Unf juz 2 hal 93
Beliau menuliskan:
أن إبليس هو أول من انزعج من مولد النبي صلى الله عليه وسلم
Ketahuilah… Iblis adalah makhluk yang pertama kali bersedih dan susah atas kelahiran Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam
المذهب الحنفي: 1- قال الشيخ ابن عابدين الحنفي في حاشيته (1/376): "فقد تكون البدعة واجبة كنصب الأدلة للرد على أهل الفرق الضالة، وتعلّم النحو المفهم للكتاب والسنة، ومندوبة كإحداث نحو رباط ومدرسة، وكل إحسان لم يكن في الصدر الأول، ومكروهة كزخرفة المساجد، ومباحة كالتوسع
بلذيذ المآكل والمشارب والثياب"انتهى.
Salah seorang ahli fiqh terkemuka dalam madzhab Hanafi; Syekh Muhammad Amin ibn Umar, yang populer dengan sebutan Ibnu Abidin (w 1252 H), dalam kitab Hasyiyah Radd al-Muhtar, menuliskan sebagai berikut: