Ruko (rumah toko), adalah elemen yang tidak akan terlupakan dari daerah pemukiman Tionghoa.
Tipe bangunan ini, dibawa oleh imigran Cina Selatan (khususnya dari Quanzhou), 唐樓. Ruko adalah pilihan yang praktis untuk pendatang baru; murah, practical, ga makan waktu commute.
Ruko dikenal dengan nama Teng-a-kha (亭仔跤) di Fujian oleh orang Hokkien.
Makanya, ruko juga merupakan pemandangan sehari-hari di Taiwan. Karena mayoritas imigran Taiwan berasal dari Fujian, jadi mereka akhirnya mengadopsi bangunan ini juga. Tentunya unik di setiap daerahnya.
Ruko di Indonesia yang peninggalan zaman dulu, biasa di Pecinan lama, kebanyakan pakai atap kayak gini.
Atap ini namanya ekor burung layang-layang, salah satu elemen arsitektur Hokkien. Mestinya ada ornamen ribetnya di buntutnya, tapi karena imigran biasa on budget, jadi gini.
Abad ke-19, Gubernur Raffles di Singapura, menginstruksikan sebuah ‘town plan’, dimana ia mengharuskan ada tempat jalan kaki beratap di ruko ini.
Namanya di Hokkien adalah Ngo-ka-ki (五脚基), artinya Kaki Lima.
Plan ini akhirnya juga diterapkan untuk ruko di Hindia Belanda.
Eh ralat guys, ternyata konsep kaki lima di ruko itu dibikin di Hindia Belanda dulu sama si Raffles tahun 1811-1815, baru pas dia ke Singapura, dia bikin ini sebagai town plan resmi untuk Singapura tahun 1822 dalam Town Plan 1822, yang juga disusun oleh Lt. Philip Jackson.
Dulu gue kira asal mula nama ‘kaki lima’ menurut cocoklogi ngasal w adalah dari roda gerobak (4) + penyangganya (1) 😭
Ga taunya dari five-foot-way buatan Raffles dan sebutan Hokkien-nya, Ngo-ka-ki (五脚基). Tempat jalan ini akhirnya dimanfaatkan juga untuk jualan.
Rumah popo gue di Kalbar juga bentuknya ruko. Dulu bagian bawah dipakai buat warung sama jual hakoi.
Qilou kaki limanya ga rata, ada naik turunnya. Pas gue bocah pernah kesandung sampe tulang kaki gue bengkok asuuu dipijit pake telor anget
Ini perkembangan bentuk ruko di Penang. Tapi menurut gue, applicable juga untuk ruko Cina di daerah orang Tionghoa Peranakan; kayak di Singapura, Penang, dan Medan.
Lain dari itu, pattern dan kulturnya udah beda.
Kayaknya kalo disini, evolusi arsitektur ruko mulai dari Hokkien architecture (bangunan lama di Glodok), Art Deco (beberapa shinshe masih begini bangunannya), Early Modern (toko elektronik jadul), tiba-tiba jeng jeng.....
Antara ruko beginian & ruko ala PIK-Gading Serpong.
Arcade kaki lima yang dibangun di ruko-ruko akhirnya juga sengaja dibangun biar ada perpanjangan dari stall jualannya.
Kalo biasa di daerah Pecinan, meja atau etalase penjualnya sampe menjulur ke jalan. Nanti pas tutup, baru dimasukin lagi.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Wuhuarou (五花肉) tadinya dipakai bkn hanya untuk pork belly tp bagian babi yg thicc lainnya, katanya di babi ada lemak yg menyerupai angka 5 di Mandarin kuno, tp untuk bbrp orang, khususnya Kanton itu pork belly.
Sedangkan sanchenrou (三晨肉) lebih jarang dipakai istilahnya di Cina, cmiiw aj gan. Sanchenrou datang dari kepercayaan potongan 3 layer (san itu 3) di daging babi, yg biasa dipercaya orang Tiociu.
Makanya yg blg sancen samcan orang Tiociu Hokkien gitu
Yang gue bingung kenapa di Korea samgyeopsal (삼겹살) yang jelas-jelas ada sam (삼) nya alias angka tiga, terjemahannya wuhuarou (五花肉) yang jelas-jelas angka lima (wu 五) 😡
Samgyeopsal asal namanya jg mirip sanchenrou, sama-sama dari potongan tiga layer.
Dari pengalaman pribadi gue liat2 masalah relationship paling umum akar masalahnya adalah komunikasi yang jelek.
Kalo lo ga seneng, ga nyaman, ga terima sesuatu, tolong diomongin. Jangan kode-kodean atau ngambekan, selain counter-productive, masalahnya juga ga bakal kelar.
Kalo terus nunda untuk bahas hal-hal yang ga lo suka bukan hanya numpukin masalah, tapi emotional burden juga. Suatu saat lo bakal meledak-ledak dan bawa masalah dari zaman kapan tau.
Gue tau ga semua orang punya kapasitas yg sama untuk mengeluarkan perasaannya langsung, tapi tolong selalu buat ruang untuk komunikasi.
"Maaf ya, gue ga pinter keluarin unek-unek, gue lagi cari cara untuk kasih tau ke lo," kasih tau, jangan tiba-tiba cabut atau silent treatment.
Ngomongin soal kebiri, di Italia abad ke 16 ada castrato. Castrato ini jenis suara pria klasik (seperti sopran, mezzo-soprano, atau contralto).
Bedanya, suara itu dihasilkan oleh pengebirian penyanyi pria sebelum pubertas, atau yg belum puber.
Biasa anak kecil yang suaranya bagus akhirnya dikebiri, takut suaranya pecah karena puber. Cowo yg dikebiri jg kapasitas napasnya lebih banyak karena tulang rusuknya lebih besar.
Mereka diberikan opium atau narkotika lainnya supaya mengurangi rasa sakit saat dikebiri.
Meskipun akhirnya di-ban pada 1870, castrato sebelumnya memang ga pernah legal. Tapi keluarga para castrato biasa sepik-sepik gitu, bilangnya anaknya kecelakaan lah apa lah.
Soalnya dulu demand untuk castrato juga tinggi & laku.
Dari pertama tau konsep ‘kasim’, this never fails to fascinate me. Gimana Cina, Ottoman, Byzantine, Thailand, dll kepikiran gitu kebiri orang untuk melayani kerajaan🤔
Tapi disini gue bakal fokus bahas kasim (宦官) di era Imperial Cina, pelayan dengan impact besar untuk politik.
Kenapa orang di zaman imperial Cina bisa jadi kasim?
1) Sekitar 8/10 kasim adalah anak yang dijual keluarganya, 2) biar bisa nyari duit di istana, 3) hukuman.
Jadi selain kasim, cowo biasa ga bisa kerja di istana. Kecuali dia dari keluarga berada, bisa jadi imperial guard.
Kerjaannya ngapain aja?
Beragam. Dari masuk istana, kasim biasa mungkin mulai dari kerja kasar. Atau kasim yang bocah bisa jadi pelayan slash asisten pangeran yang umurnya sama kayak dia.
Ada juga yg jadi admin, juru masak, sekretaris, sampai advisor kaisar.
Hangeul (한글), salah satu writing system termuda di dunia.
Kemarin, 9 Oktober, menjadi perayaan nasional dimana sistem penulisan hangeul diumumkan oleh Raja Sejeong pada 1446 untuk mempromosikan literasi untuk penduduk miskin.
Dulu, Joseon dan kerajaan terdahulunya mengadopsi karakter Mandarin untuk menulis. Tentu saja dengan karakter Mandarin yang kompleks dan segitu banyaknya, sulit untuk dipelajari penduduk miskin & tidak terpelajar di Joseon.
Usulan brilian ini bukan tanpa kontra. Banyak elit Konfusianis yang melihat hangeul ini sebagai ancaman untuk status mereka, salah satu figur yang menolak adalah Choi Manri (최만리).
Ya, tipe-tipe elitis bangsat yang ga pengen rakyat ikutan pinter & ga bisa lanjut dibego-begoin.