7 Film Indonesia yang Kurang Mendapat Apresiasi, Tapi Moncer di Luar Negeri
Sayangnya, beberapa film produksi sineas Indonesia, tak semua mendapat apresiasi penonton Indonesia, alias kurang laku di layar bioskop, atau dibredel (gagal tayang).
Sudah pernah menonton yang mana?
Sayangnya, beberapa film produksi sineas Indonesia, tak semua mendapat apresiasi penonton Indonesia, alias kurang laku di layar bioskop, atau dibredel (gagal tayang).
Sudah pernah menonton yang mana?
1. Kucumbu Tubuh Indahku (2018) karya Garin Nugroho
Film ini mengangkat kisah tentang perjalanan hidup seorang penari di sebuah desa kecil di Jawa.
Film ini mengangkat kisah tentang perjalanan hidup seorang penari di sebuah desa kecil di Jawa.
2. Marlina Si Pembunuh Empat Babak (2017) disutradarai Mouly Surya
Bercerita tentang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba.
Disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran.
Bercerita tentang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba.
Disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran.
3. Turah (2016) karya sineas muda Wicaksono Wisnu Legowo
Dalam film Turah, Wisnu menjelaskan fakta soal kesenjangan sosial di pelosok Indonesia dengan rapi dan apik.
Film ini mengangkat kehidupan warga di Kampung Tirang, sebuah kampung yang berdiri di tanah timbul pesisir.
Dalam film Turah, Wisnu menjelaskan fakta soal kesenjangan sosial di pelosok Indonesia dengan rapi dan apik.
Film ini mengangkat kehidupan warga di Kampung Tirang, sebuah kampung yang berdiri di tanah timbul pesisir.
4. Istirahatlah Kata-Kata (2016) karya sutradara dan penulis naskah Yosep Anggi Noen
Dari sekian banyak sisi kehidupan Wiji Thukul, film ini mengambil fokus pmasa pelariannya. Sejak Wiji mulai dicari pihak penguasa, Wiji hidup dalam pelarian, berpindah satu tempat ke tempat lain
Dari sekian banyak sisi kehidupan Wiji Thukul, film ini mengambil fokus pmasa pelariannya. Sejak Wiji mulai dicari pihak penguasa, Wiji hidup dalam pelarian, berpindah satu tempat ke tempat lain
5. Babi Buta yang Ingin Terbang (2016) disutradarai oleh Edwin
‘Babi Buta Yang Ingin Terbang’ adalah bukti akan kredibilitas seorang Edwin terhadap visualisasi yang sinematis dan cantik.
‘Babi Buta Yang Ingin Terbang’ adalah bukti akan kredibilitas seorang Edwin terhadap visualisasi yang sinematis dan cantik.
6. Siti (2015) digarap oleh sutradara Eddie Cahyono
Siti mengisahkan ibu muda tak punya banyak pilihan selain menjual peyek dan juga tubuhnya demi menyambung hidup kelurganya.
Siti mengisahkan ibu muda tak punya banyak pilihan selain menjual peyek dan juga tubuhnya demi menyambung hidup kelurganya.
7. Senyap (2014) dibuat oleh sineas asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer
Film Senyap, dalam Bahasa Inggris dikenal dengan The Look of Silence, bercerita tentang sebuah sejarah kelam Indonesia. Sebuah peristiwa yang bagi sebagian orang, begitu enggan untuk dibuka kembali.
Film Senyap, dalam Bahasa Inggris dikenal dengan The Look of Silence, bercerita tentang sebuah sejarah kelam Indonesia. Sebuah peristiwa yang bagi sebagian orang, begitu enggan untuk dibuka kembali.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
