Putra Ramadhan Profile picture
Mar 3, 2021 127 tweets 18 min read Read on X
"40 HARI"

"Dia akan mati atau menjadi gila seumur hidup namun akan ada resikonya"
"Apa itu mbah?"
"jika dia berhasil menjinakannya maka semua itu akan BERBALIK PADAMU"
..

based on true story
@bacahorror
#bacahorror Image
Malam atau sore akan saya mulai.
Sebuah cerita kelam yang dialami oleh kakak teman saya yang satu kontrakan di tempat perantauan ini.
Awalnya saya mendengar tidak begitu tertarik.
Tapi ada yang sesuatu menarik ketika beliau menceritakan kejadian sewaktu kakaknya itu di guna-guna.
Saya tidak berfokus pada tempat dan bahasa tapi mungkin bisa jadi pelajaran untuk wanita di luar sana.

Oke kita mulai ya.
"kamu yakin merantau ke kota nak"
Ucap seorang wanita tua yang duduk di kursi kayu dalam rumah.

Sambil tersenyum silvi meyakinkan ibunya itu pergi kekota mencari pekerjaan karna memang untuk gadis seumuran silvi begitu sulit untuk mendapat pekerjaan di kampungnya.
Yang ada banyak kerja kasar untuk para lelaki.
"yaa mau gimana lagi buk. Di kampung gak ada yang cocok. Yang ada cuman kerja ngupas kelapa sama manen. Masa iya silvi mau kerja begitu buk"

Sang ibu menatap silvi dengan tatapan sedih. Entah kenapa dia begitu berat untuk melepas
Putrinya itu.
Ya meskinpun silvi anak satu satunya perempuan di antaran 5 bersaudara. Namun dia anak tertua yang mana adik-adiknya semua laki-laki.
Karna anak pertama, silvi merasa jika meringankan beban orang tua adalah tanggung jawabnya.
Dengan berat hati sang ibu pun mengizinkan silvi untuk pergi.

"jaga dirimu baik-baik. Jangan mudah tergoda atau pun tepengaruh karna ibuk atau pun kamu sendiri gak ada yang gimana kerasnya kota itu nak."

Silvi terdiam mendengar hal itu. Dia tidak menyanggah sedikit pun
Karna memang apa yang dikatakan ibunya itu benar.
Tanpa mengatakan apapun, silvi memeluk ibunya sambil berlinang air mata.
"silvi janji bakal membahagiakan ibuk sama adik-adik" ucapnya sambil tersendu di peluk ibunya.
Sang ibu hanya memeluk erat silvi penuh kasih sayang.
Malam itu silvi hanya menyidiakan sedikit perlengkapan beberapa helai baju dan celana untuk berangkat besok.

Keesokan paginya dengan membawa tasnya silvi pun pergi menuju terminal untuk mencari mobil travel yang sudah di pesannya.
"mau kemana sil?"
Ucap seorang lelaki yang waktu itu lewat menggunakan sepeda motornya.

"ohh joko.. Ini mau ke terminal, naik travel"

"memang mau kemana?"

"ke kota cari kerja"

"sudah dapat kerjaannya?"

"udah.. Dari temen"
Setelah berbincang joko pun menawarkan untuk mengantar silvi menuju terminal.
Mereka sangat akrab karna memang silvi dan joko teman sedari kecil.
Banyak laki-laki di desa cemburu dengan joko rantaran bisa sedekat itu dengan silvi.
Karna memang silvi salah satu primadona
Di desa dan juga orangnya tidak begitu terbuka dengan laki-laki.
Sambil bercerita di atas motor mereka pun sampai di terminal.

"aku pamit ya ko.. Tolong liat liatin ibuk ku.. Adik adik ku.. Tolong di jagain."
Ucapnya.
"iya iya.. Tenang aja.. Keluargamu juga keluarga ku kok.. Kamu jaga diri di kota.
Ingat.. Fokus pada tujuanmu. Apa tujuan mu ke kota.."
Ucap joko mengingatkan silvi.
Silvi pun mengangguk dan langsung melangkah masuk mobil.
Di luar mobil joko masih menunggu sampai mobil itu
Pergi dan memulai perjalanan.

Cukup makan waktu lumayan lama untuk menuju kota. Sehingga silvi sampai ketiduran.
Kurang lebih 3 jam sudah perjalanan. Mobil pun berhenti di salah satu terminal kota.
Silvi pun keluar mobil tk lupa ia membayar ongkos yang sudah disepakati dengan
Sopir.
Silvi pun mengeluarkan ponsel ia mengklik nomor di ponsel lalu menelponnya.
*tutt.. Tutt..*

"halo ra..
Ini aku udah di terminal kota. Bisa kamu jemput sekarang?"

"ohh iya iya sil.. Bentar ya.. Aku otw"
Ucap orang di telpon dan langsung di tutupnya.
Silvi pun pergi ke warung terdekat untuk membeli minuman ringan sambil menunggu temannya.

lama menunggu, akhirnya temannya pun datang.

"aa silvi.. Apa kabar?"
Ucap rara yang langsung menghampiri silvi sehingga cepika cepiki khas wanita wanita wanita muda pun tidak terelakan.
"kabar baik rara.."
Balas silvi.

"wah.. Rapi sekali pakaianmu ra. "
Ucap silvi yang melihat rara dengan pakaian khas kerja kantoran perusahaan. Kemaja putih dengan rok gantung hitam sebatas lutut.

"hehe alhamdulillah sil..
Surat-surat berkas yang kubilang kamu bawa kan?"
"iya.. Aku bawa kok ra..
Apa bisa masuk perusahaan tempat kamu kerja?
Ijazah aku kan cuman tamatan SMA ra.apa lagi aku tidak begitu pandai main komputer seperti kamu"
Ucap silvi khawatir.
"udah.. Kamu tenang aja..
Yaudah. Ayok aku antar ke kost aku biar kamu istirahat dulu.
Besok baru interviu"

Silvi pun mengiyakannya. Dan mereka pun menuju kost rara.
Tempat kost nya lumayan besar.
Tertulis di depan halaman papan merek yang cukup besar
"TERIMA KOST PUTRA/PUTRI" Gedung dua lantai dan dua pintu utama.
Di depan terdapat tangga untuk menuju lantai dua.
Ketika pintu utama di buka, terdapat sebuah lorong dimana kiri dan kanan
Terdapat pintu setiap kamar.
"kamu kok cari kost yang campur gini ra?"
Ucap silvi sambil mengikuti langkah rara yang menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua.

"disini kost yang paling nyaman sil.. Jaraknya juga deket dengan kantor. Walau pun agak mahalan sih. Tqpi tenang-
aja. Banyak juga kok para karyawan kantor yang ngekost disini.

Mereka pun masuk lorong dan melangkah melewati pintu kamar satu persatu. Hampir ke ujung, terlihat pintu kamar yang sedikit terbuka.
Rara pun menghampirinya.
"lah.. Hadi.. Kamu kok gak masuk kerja?"
Ucap rara berbicara dengan seseorang yang berada di dalam kamar itu.
"ehh iya ra.. Tadi aku ada keperluan makanya gak masuk. Loh kamu kok bisa keluar kantor. Ngapain pulang?"

"hahah ya bisalah.. Pak indra kan baik sama aku.
ini.. Aku ngantarin temen. Dan besok dia mau kerja juga di prusahaan tempat kita."

Hadi pun menoleh keluar dan mereka saling melihat.
Silvi hanya tersenyum tipis sambil menatap kebawah.

"ohh gitu..

Hadi."
Ucapnya sambil mengulurkan tangan berharap silvi akan menjabat-
Tangannya sambil memperkenalkan nama.

"silvi mas"

"ya sudah ya di.. Ini tolong liatin silvinya. Dia mau istirahat di kamarku..
Aku mau ke kantor lagi."
Ucap rara

Hadi hanya mengagguk matanya tak berhenti menatap silvi yang memang terlihat begitu cantik.
Pagi itu silvi tertidur hingga hari menjelang sore di dalam kamar kost rara.
Sekitar jam 3 silvi pun terbangun rantaran merasa perutnya begitu lapar.
Tidak ada dapur di kamar sepetak itu. Hanya ada kamar mandi yang membuat silvi semakin bingung.
Hingga dia pun memutuskan untuk keluar mencari makan.
Ketika dia sudah siap-siap, terdengar suara ketukan dari arah pintu.
Silvi berpikir jika itu adalah rara yang sudah pulang kerja.
Dengan semangat ia pun membuka pintu bermaksud ingin mengajaknya mencari makan.
Ketika membukakan pintu.
Ternyata itu adalah hadi
Dengan senyum sedikit menundukan kepala.
"kulihat dari kamu datang hingga siang tadi kamu gak keluar kamar.
Kupikir kamu pasti belum makan jadi aku berinisiatif untuk membelikan makanan"
Ucap hadi.
Pipinya terlihat memerah.
Silvi melihat bingkisan yang di bawa hadi. nasi padang, air putih botol beserta camilan kecil lainnya terlihat rantaran plastiknya yang transparan.
"ehh.. Gak usah repot repot mas. Aku udah makan kok"
Ucap silvi mengelak meski sebenarnya ia begitu mau mengambil bingkisan itu.
"udah gak papa ambil aja..
Hehe. Saya tau kamar kost ini gak ada dapurnya. Mau makan gimana. Rara aja sering nitip minta beliin nasi kok kalo hari libur."
Ucap hadi sambil tertawa kecil.

"ehh"
Pipi silvi terlihat memerah karena malu sehingga ia sedikit menundukan kepala.
"hehe udah gak papa sil.. Cepetan makan nanti telat makan kamu bisa sakit."
Paksa hadi dengan nada pelan hingga membuat silvi semakin malu.

Karna silvi terus diam. Membuat hadi meraih tangannya agak mengambil bingkisan itu.
"tee.. Trrimaksih mas hadi."
Ucap silvi yang masih merasa malu.

Hadi hanya tersenyum melihat silvi. Entah kenapa kelihatannya hadi jatuh cinta padanya sejak pertama melihatnya.
Karna memang laki-laki akan menjadi begitu bodoh ketika mengenal cinta.
Hingga akhirnya. Hadi pun pergi menuju kamarnya sendiri.
Silvi pun kembali kekamar dan memakan makanan yang di berikan hadi tadi.
Setelah selesai makan, ia pun hanya duduk sambil menggeser-geder gadget miliknya hingga tak lama rara pun pulang dari kantor.
"huhh hari yang melelahkan..
Ucap rara sambil melepasakan sepatu dan pakaiannya.

"kamu udah makan belum sil?"
Ucap rara yang masih sibuk melepaskan pakaiannya yang bersiap untuk mandi.

"udah kok ra. Tadi mas hadi temen kamu itu nawarin aku.. Sebenarnya aku malu tapi.."
Tanpa tekejut sedikit pun. Rara hanya tertawa kecil menanggapinya.
"bagus dong sil.. Itung itung siapa tau pulang dari kota kamu dapat pekerjaan juga dapat pasangan"

"ahh kamu ra.. Gak lah.. Aku kan fokus cari kerja dulu.. Kalo jodoh ya harus dapat restu dari orang tua dulu."
"tuhh kan.. Pasti kamu berharap sama dia juga kan"
Ledek rara yang semakin menjadi-jadi. Membuatnya semakin tertawa.

"ehh enggak...
Udah.. Mandi lagi sana bau badanmu udah gak enak"
Ucap silvi yang untuk menghindar agar rara berhenti meledeknya.
Pagi harinya, silvi pun bersiap mengenakan pakaian serapi mungkin agar interviu berjalan dengan lancar.

Pergi barengan dengan rara menuju kantor. Banyak teman teman yang menegur rara ketika sampai di kantor hingga silvi pun di antarkan rara menuju ruang direktur
Untuk di interviu.
Selang beberapa lama setelah melewati tes dan berkas-berkas yang di lihat lihat, silvi pun keluar dari ruangan itu.
Terlihat senyum penuh harapnya yang begitu manis.
"alhamdulillah di terima" gumamnya di dalam hati..
Silvi pun ingin melangkah bermaksud
Ingin mencari rara.
Terlihat namun ia tidak menemukannya. Ia pun berjalan-jalan menelusuri kantor tempat ia bekerja hingga akhirnya bertemu lagi dengan hadi.
"ehh silvi.. Gimana interviu nya.. Lancar?"

"alhamdulillah di. Aku di terima." ucap silvi sambil tersenyum..

"alhamdulillah.. Bagus deh kalo gitu.. Ayo mau ikut aku kekantin gak.. Biar aku traktir."

"serius..?"

"iya.. Itung itung ngerayain kamu di terima kerja hehe"
"ahh kamu bisa aja di.. Tapi ngomong-ngomong, rara dimana?"

"nanti juga dia ada datang ke kantin kok"

"oke deh kalo gitu."

Entah kenapa silvi begitu merasa dekat dengan hadi. Baru kenal udah seperti saling kenal.
Padahal, di kampung silvi sangat sulit didekati oleh lelaki.
Silvi merasa sikap hadi sama seperti joko teman lamanya di kampung. Sebenarnya silvi sangat mudah akrab dengan siapapun ketika orang itu satu prekuensi atau satu pemikiran dengannya. Mungkin itulah sebab kenapa ia begitu cepat dekat dengan hadi.

****
Berselang beberapa bulan kurang lebih sudah 5 bulan lamanya silvi menetap di kota.
Ia merasa begitu betah hingga hampir melupakan kampung halamannya.
Terbesit di hati wajah yang ibu yang membuatnya ingin pulang ketika cuti kerja nanti.
Ketika berada di kantin, silvi menoleh kesana kemari. Melihat sana sini seperti ada sesuatu yang ingin di carinya.
Tak lama rara pun datang membuyarkan pencariannya.
"hayoo.. Liatin apa"?
Ucap rara yang menepuk pundak silvi.

"eh rara.. Gak papa cuman dari tadi aku gak liat hadi-
Kemana dia. Apa dia gak masuk?"
Ucap silvi menanyakan pada rara.

"ohh pacarmu itu..
Dia pulang kampung sil.. Katanya mau mempersiapkan lamaran untuk melamar pujaannya pas hari cuti nanti.. Jadi dia ambil cuti lebih lama."
Bagai di sambar petir,
Silvi merasa tidak percaya apa yang di katakan rara temannya itu.
Dia hanya diam mematung tanpa mampu mengatakan apa-apa.

"kok.. Kok bisa?"

Rara hanya tertawa kecil melihat ekpresi silvi.
"ya bisa lah sil.. Kenapa kamu cemburu?"
Ucap rara meledeknya.
"ehh.. Enggak kok.. Bukan gitu.. Kok dia gak ada bilang sama aku"

"yaa mana saya tau saya kan ikan" ledek rara yang semakin menjadi-jadi hingga rara hanya tertawa melihat ekpresi dari silvi..
"ihh rara.. Gak lucu lagi ah"
Ucap silvi yang terlihat lesu.

Hingga rara pun menghentikan tawanya.
"hehe udah sil.. Kalo jodoh pasti gak kemana. Nanti cuti kamu pulangkan?.. Liatin keluargamu agar kamu gak kepikiran lagi."
Ucap rara.
Rara tau jika hadi berniat ingin melamar silvi karna memang hadi mengatakan itu kepada rara namun tidak mengatakannya pada silvi agar menjadi kejutan untuknya.

Silvi hanya mengagguk mendengar itu. Dan tentunya ucapan semangat rara tidak membuatnya kembali semangat ia masih
Saja terlihat murung.

Hingga telah lewat satu minggu hari cuti bersama pun tiba. Berlangsung selama 2 minggu.
Silvi pun pulang menuju kampung halamannya.
Seperti biasa menggunakan mobil travel yang mengarah le terminal dekat kampungnya.
Lalu dari terminal itu ia naik ojek motor
Untuk sampai kerumahnya.
Berselang ia duduk di motor tukang ojek dan telah mengenakan helm, terlihat joko mendekat mengenakan sepeda motornya.

"lahh silvi..kapan pulangnya?"
Ucap joko.
"ehh iya ko.. Baru aja sampai ini mau pulang kerumah."

"sini aku anterin aja"
"gak usah.. Aku naik ojek aja. Ini juga udah kubayar kok. Lain kali aja ko."
Ucap silvi.

"ohh yaudah.. Nanti aku temui di rumah ya"

Silvi hanya mengangguk lalu motor pun melaju menuju rumahnya.
"assallamualaikum"
Ucap silvi melangkah masuk kerumahnya.

"walaikumsallam...
Silvi.. Kamu pulang nak."
Ucap ibunya yang langsung memeluknya.
Pelukan itu pun di balas erat oleh silvi.
Rasa melepas rindu pun terjadi antara seorang perantau dengan keluarganya.
Silvi pun membagikan bingkisan kepada adik adiknya sebagai oleh-oleh dari kota.
Meski dia memiliki 4 adik, namun adiknya terakhir yang masih berumur 10 tahun lah yang paling dekat dengannya.
Karna memang adiknya yang lain bisa di bilang sudah meranjak remaja
Ibunya mengatakan jika adiknya yang terakhir bernama ilham itu sangat sering menanyakan kapan kakaknya pulang.

Tak lama, terdengar suara motor joko dari luar.
Seperti biasa joko sangat akrab dengan ibunya silvi. Karna memang selama silvi pergi joko lah yang menjaga dan
Membantu ibunya setelah kepergian ayah silvi.
Meski adik adik silvi memang sudah ada yang bekerja di sekitaran kampung, namun ia belum cukup dewasa untuk mengurus keluarga. Kalo hanya untuk sekedar meringankan beban orang tua dalam belanja sering terjadi karna setiap
Menerima uang adik silvi yang turut bekerja sedikit menyisihkan uangnya untuk ibu. Ya hanya sedikit lalu uang yang lainnya ia gunakan untuk kepentingan pribadi mengingat ia masih remaja dan masih penasaran dengan jati dirinya.
"ehh nak joko.. Ayo naik dulu. Ibuk buatkan kopi."
Ucap ibu menyapa joko.

"hehe iya buk. Joko mau ketemu silvi"

"iya iya silvinya baru pulang. Ayo naik dulu..
Silvi.. Itu joko nungguin kamu di luar"
Ucap ibunya sambil masuk ke rumah.
Joko pun duduk di teras rumah di sebuah kursi lengkap dengan mejanya itu.
Tak lama, silvi pun keluar duduk di sebelahnya.
Seperti biasa, silvi akrab dengan joko dengan membuka topik pembicaraan.
"mas joko gak kerja hari ini?"

"enggak sil. Tadi pagi mas mau kerja entah kenapa perasaan mas pengen libur aja ehh ternyata kamu pulang hari ini"

"hehe kalo kerja pun kan pulang kerja bisa main kerumah mas."

"iya sih. Tapi mas memang nungguin kamu pulang sil"
"loh kenapa nungguin silvi? Kangen ya sama adiknya yang satu ini?"
Ucap silvi sambil tertawa.

"ehh.. Bukan gitu..
Wkwk iya sih. Tapi ada yang mau mas bicarain sama silvi dan kebetulan udah mas minta izin sama ibu" ucap joko sedikit gugup

"mau bicara tentang apa mas"
"minggu depan, bang slamet abang tertua mas mau datang ke kampung. Ia datang sebagai wali dimana mas mau melamar silvi."

*degg*
Bagai tersambar petir di siang hari silvi mendengar itu terdiam cukup lama bergeming tanpa suara.
Hingga ibu pun keluar membawakan secangkir kopi.
"ini nak joko di minum dulu kopinya"
Ucap ibu sambil meletakan secangkir kopi itu.

"iya buk terima kasih."
Ucap joko sambil tersenyum untuk mengalihkan rasa gugupnya setelah mengatakan itu kepada silvi.
Silvi masih terdiam mendengar hal yang di katakan joko tadi.
Lalu ibu kembali masuk kedalam rumah.

"sil.. Silvi.."
Ucap joko menyadarkan lamunannya.

"iii iya mas."

"gimana? Kamu siap?"

Silvi kembali terdiam. Dia bingung mau menjawab apa.
"silvi..
Silvi masih bingung mas. Dan juga silvi belum siap untuk menikah"
Jawab silvi seadanya.

"huhh.. Setelah kepergian bapak, dan ibu mas. Mas di kampung tinggal sendiri. Dari ke lima pandawa semua saudara mas. Hanya mas yang belum menikah sil.. Mas butuh teman hidup
Tidak kah kau mau menemani mas hingga hari tua nanti?"
Ucap joko sambil memelas kepada silvi.

Silvi juga tau siapa orang tua joko. Namun ia hanya pernah melihat ketika waktu kecil.
Ia mendengar cerita dari ibu,
Jika orang tua joko adalah sepasang orang pintar yang cocok.
Jika ada yang terkena santet atau guna-guna.
Orang akan berobat kepada orang tua joko ini.
Ibu joko aku memimpikan orang yang terkena santet itu hanya dengan meletekan barang dari orang tersebut di bawah bantalnya.
Setelah tau, maka bapak joko akan mengambil dan
Menyelesaikannya berdasarkan mimpi dari ibu joko.

Waktu itu, orang tua joko salah satu orang terdahulu yang membuka pemukiman di kampung ini. Karna memang kampung ini dulu hanyalah sebuah hutan belantara. Orang tua joko salah satu dari lima orang pertama yang membuka pemukiman.
Dulu, kampung itu di kenal sebagai teluh.
Karna yang ternyata lima orang yang membuka pemukiman di situ adalah ahlinya ilmu santet dari berbagai ajaran.
Meski begitu mereka hidup rukun dan damai. Sampai akhirnya banyak orang yang mulai bermukim di kampung itu.
Hingga ketika pertama kali orang tua silvi datang, ia membeli tanah berdekatan dengan rumah orang tua joko. Membuatnya menjadi tetangga dekat.
Lambat laun seiring berjalannya waktu kelima orang tadi terjadi salah paham, hingga membuat perseturuan tak terelakan akibat
Kesalah pahaman. Hingga ada yang tewas. Bapak joko hampir saja tewas atas kejadian itu karna tidak ada yang sanggup melawan orang tua joko, mereka pun menjadikan ayah silvi sebagai sasaran karna menjadi orang terdekat orang tua joko.

Tiga dari empat orang itu di ketahui
Meninggal Di dalam rumahnya akibat terkena santet.
Hanya satu orang. Satu orang yang waktu di periksa rumahnya sudah tidak ada.
Hingga saat ini tidak ada yang tau dimana keberadaan orang itu. Hanya ada mayat istri dan anak-anaknya waktu terjadi malam berdarah itu.
Orang tua joko merasa begitu bersalah kepada ibu silvi. Hingga untuk menebusnya, orang tua joko berjanji akan membantu perekonomian keluarga mereka hingga akhir hayat.

****
Silvi masih terdiam.
Begitu pula dengan joko yang menunggu jawaban dari silvi.
Sedikit menghela napas. Silvi pun berucap yang membuat joko benar benar tidak ingin mendengarnya.

" maaf mas.
Bukannya aku menolak niat baik mas. Tapi biar gimana pun mas sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Abang ku sendiri. Karna memang selama ini mas banyak membantu-
Ibu, membantu keluarga silvi. Bahkan telah menganggap seperti keluarga sendiri. Dari dulu mas dan silvi memang sudah seperti saudara. Untuk itu tidak ada sesama saudara saling menikah mas. Sekali lagi maaf mas."
Kata itu begitu cepat terucap dari silvi entah apa yang membuatnya kurang percaya dengan joko.
Silvi merasa jika joko bukanlah jodohnya.

Mendengar ucapan silvi, joko hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan apa-apa lagi.
"sekali lagi maaf ya mas" ucap silvi yang seketika masuk kerumah meninggalkan joko yang masih mematung.

Semua menjadi terasa asing ketika isi hati di ungkapkan.

Joko menyeruput setengah cangkir dari kopi yang di buat sebagai rasa menghargainya lalu pergi tanpa pamitan.
Tiga hari silvi hanya diam di kamar. Ia hanya keluar ketika waktu makan dan membawa makanan kekamarnya.

Hingga suatu hari terlihat dua mobil berjejer memasuki kampung itu.
Seseorang keluar dari mobil bertanya kepada orang yang lewat.
Seperti mencari rumah seseorang.
Tak lama, mobil iru berhenti tepat di depan rumah silvi.

"assalamualaikum.. "
Ucap seorang lelaki yang turun dari mobilnya menghampiri rumah silvi.
Tak lama. Ibu silvi pun keluar lalu membukakan pintu.

Ilham yang melihat itu pun berlari ke arah kamar silvi dan masuk scara tiba-
Tiba.
"kak.. Di luar ada orang ramai kak"
Ucap ilham.

"hah.. Siapa dek?"

Tak lama ibu pun menghampiri kamar silvi.

"sil.. Itu ada temen kamu datang.. Katanya temen kantor."
Ucap ibunya.

Seolah tau jika orang tadi membawa keluarga besarnya kemudian ibu mendekat kepada silvi
"apa nak joko ada sudah mengatakannya nak?"

Silvi hanya mengangguk.
"lalu kamu jawab apa?"

Kemudian silvi menggelengkan kepalanya.

Ibu hanya menatap silvi. Biar gimana pun ia tidak akan bisa memaksa anaknya untuk menikah dengan siapapun.
"ya sudah nak.. Ganti bajumu yang bagus, buatkan air minum ya. Biar ibu yang ngomong dengan keluarga temanmu itu dulu."

"hah.. Keluarga?
Memangnya siapa sih buk?"
Ucap silvi.

"namanya hadi"
"hadi.. Bawa keluarga.?"

Seketika silvi tersenyum.
Dia mengerti sekarang siapa yang akan di lamar hadi ketika rara mengatakannya kemarin.

Silvi pun mengganti pakaian sesopan mungkin sambil senyum sendiri ia membuat teh manis di dalam teko dan meletakan beberapa bungkus roti
Tawar di atas nampan yang ingin dia bawa ke depan.
Ketika ia keluar
Seluruh anggota keluarga menatap silvi terlebih hadi yang tersenyum dan di balas senyum tipis dari silvi.
Hingga
Pihak keluarga hadi pun mengutarakan niatnya untuk melamar silvi.
Kejadian hari itu begitu terlihat bahagia antara silvi, keluarga silvi mau pun keluarga hadi.

Tanpa disadari dari luar rumah yabg jaraknya cukup jauh terlihat joko memendam kesedihannya.
Kesedihan yang bisa kapan saja berubah menjadi DENDAM.
Setelah hari lamaran itu,
Pihak keluarga pun memutuskan hari pernikahan beserta pesta yang akan di gelar.
Mereka pun sepakat untuk menjalakan hari pernikahan sekitar dua minggu lagi.
Hari pun berganti hari.
Terlihat joko tidak pernah lagi mampir kerumah silvi.
Entah karena tidak enak atau pun masih sakit hati.
Ibu silvi pun merasa tidak enak dengan joko karna selama ini joko lah yang membantu keluarganya di tengah kesusahan.
Lalu ibu silvi memutuskan untuk menjenguk joko di rumahnya.

Pintu pun ia berkali-kali.
*tokk tok tok*
Cukup lama ibu silvi melakukan itu namun masih tidak ada tanggapan.

"kemana ya nak joko.?
Apa mungkin dia pergi."
Ucap ibu silvi.
Karna tidak ada tanggapan apapun. Ibu silvi pun memutuskan untuk pergi dan berniat sekalian ke toko terdekat membeli lauk untuk di masak.

"dek.. Beli berasnya satu karung, minyak sama gula dua kilo, dan rempah seperti biasa ya dek."
"tumben bu siti.. Belanjanya banyak mau hajatan ya?"
Celetup salah satu ibu-ibu yang ikut belanja.

"ehh enggak kok cuman untuk keperluan sehari-hari"

"ohh gitu.. Biasanya juga gak sebanyak ini kan."

"iyaa alhamdulillah ada sedikit rezeki."
Ucap ibu silvi dengan rendah hati.
"ohh iya bu siti..
Silvi di lamar sama orang mana? Kelihatannya seperti orang kaya."
Tambah ibu-ibu tadi.

"ohh itu.. Temen kantornya silvi dari kota.
Alhamdulillah buk."

"bukannya kemarin mau di jodohin sama joko buk?"

Sejenak ibu silvi terdiam.
"saya pengennya gitu. Mengingat jasa anak itu dan almarhum orang tuanya dulu. Tapj ya mau gimana lagi. Kehendak anak tidak bisa di paksakan."
Ucap ibu silvi.
Dari raut wajahnya ia begitu prihatin dan mengingat joko.
"semoga hubungan keluarga ibu joko baik baik saja ya. Karna kita tidak ada yanga tau sifat manusia buk"

Ucapan itu seolah sebagai tanda jika orang begitu mengenal siapa keluarga joko. Meski orang tua joko telah tiada, tidak berkemungkin anak-anaknya tidak mewarisi
Apa yang di lakukan orang tuanya dulu.
Hingga mendengar itu bu siti pun langsung pergi pamit kepada orang orang warung itu. Tak lupa ia pun mengatakan jika belanjaan tadi akan di bawakan oleh anak-anaknya nanti dan sengaja di tinggal di warung dulu.
Ketika bu siti ingin pergi joko pun menghampiri bu siti.

"ehh ibuk.. Baru habis belanja ya.?"
Ucap joko yang langsung mengulurkan tangannya dan di sambut bu siti lalu joko mencium tangannya layakanya seorang anak kepada orang tuanya.

"nak joko."
"kamu dari mana? Kok tiga hari ini gak kerumah ibuk.?"

Dengan tersenyum joko mengatakan.
"hehe maaf ya buk."

"maaf untuk apa nak? Justru ibu yang harus minta maaf karena.."

"udah buk. Jangan di bahas disini..
Ibuk abis belanja? Biar joko bantu bawakan ya belanjaanya."
Joko pun memikul sekarung beras itu dan menenteng beberapa kantung plastik yang berisikan belanjaan lainya.

Ibu-ibu yang berada di toko itu cukup kagum dengan joko. Meski ia gagal menjadi menantu bu siti namun ia tetap membantu.
Andai saja aku punya anak gadis, pasti akan ku jodohkan denganmu joko" ucap seorang ibu-ibu yang berada di toko itu.
Joko hanya membalasnya dengan senyuman hingga joko dan bu siti pun berlalu pergi pulang dengan sambil beriringan.
Di jalan, bu siti pun menjelaskan semuanya.

"gak papa buk.. Joko paham. Pilihan silvi pasti yang terbaik" ucap joko sambil tersenyum.

Hingga sampai dirumah silvi. Terlihat silvi tengah duduk di depam rumah. Melihat ibunya datang dan di sebelahnya ada joko yang membawakan
Belanjaan ibunya membuatnya merasa canggung ketika menatap joko. Tidak seperti dulu semenjak silvi tau joko menyukainya.

"emm maaf mas udah ngerepotin letakan di depan aja mas biar adik-adik nanti yang bawa kedalam."
Ucap silvi.

"iya gak papa kok sil.. Ini langsung aja aku-
Bawakan kedalam."
Joko pun melangkah masuk.

"buatin joko kopi gih"
Ucap bu siti kepada silvi.

Silvi pun berlalu masuk kedalam rumah dan menuju dapur.

"jangan pulang dulu ya mas. Ini aku buatkan kopi dulu."

Joko hanya mengangguk setelah meletakan belanjaan tadi.
Tak lama joko keluar, bu siti pun masuk.
"ngomong nanti sama joko. Minta maaf sama dia. Biar gimana pun dia banyak membantu ibu, adik adik selama kamu di kota bahkan dia sering membantumu selagi di kampung."
Bisik bu siti kepada silvi.
Lalu hanya di balas anggukan oleh silvi.
Lalu silvi pun keluar membawa secangkir kopi dan duduk di sebelah joko setelah meletakan kopi di atas meja yang berada di samping mereka berdua.

Silvi pun menjelaskan semuanya alasan kenapa ia tidak ingin menerima lamaran joko karna memang sedari awal silvi hanya menganggap joko
Sebagai saudaranya sendiri.
Selain itu karna silvi juga jatuh cinta kepada hadi dan tidak mau mengatakannya kepada joko.

"kapan acaranya sil?"
Ucap joko sambil menyeruput kopinya.

"kurang dari dua minggu mas."

Sebenarnya silvi ingin mengatakan apakah joko bersedia menjadi
Walinya di hari pernikahan itu. Namun silvi memikirkan perasaan joko. Apa jadi nya nanti. Ia berfikir sudah cukup dan menolaknya waktu itu saja telah membuat hatinya terkoyak apa lagi untuk menjadi wali nanti.

"mas bisa datang kan?"
Ucap silvi.
"mas tidak janji bisa hadir atau tidak sil.. Kemungkinan mas mau pergi ketempat abang mas saja untuk bekerja disana."

Silvi pun diam. Ia benar benar tidak bisa memaksa joko untuk hadir. Meski ia tau jika itu hanyalah alasan joko untuk tidak mau melihatnya bersanding dengan
Laki-laki lain.

"jika pun mas tidak datang. Mas pasti akan kirim hadiah pernikahan kalian nanti.
Maaf jika datangnya terlalu cepat.
Dan semoga kamu suka jika datangnya terlalu lambat"
Ucap joko tersenyum dengan tatapan fokus kedepan.

"maksudnya mas?"
"mas pamit dulu ya..
Assallamualaikum"

"waa.. Walaikum sallam"
Ucap Silvi terbata yang masih belum pahan dengan ucapan joko tersebut membuatnya penasaran dengan apa yang di maksud joko tersebut.
***

Singkatnya,
Pernikahan antara silvi dan hadi pun telah di lakukan.
Hari itu, para kerabat dan keluarga terlihat sangat bahagia.
Di tengah kebahagiaan itu di lain tempat, terlihat joko tengah menggenggam sebuah foto.

Air matanya perlahan sedikit menetes.
"jika kau tidak bisa bahagia bersamaku lebih baik kau tidak bahagia kepada siapapun
Maafkan aku"

Hari sebelum joko pergi ketempat saudaranya yaitu abang tertuanya ia bertemu seorang kakek tua yang mungkin umurnya sama dengan almarhum ayahnya.
Kakek tua itu seperti mengetahui jika joko hatinya tengah di landa api cemburu dan benar benar ingin meluapkannya.
Lalu di dalam angkot yang mereka tumpangi kakek itu mengambil tempat duduk tepat di sebelah joko.
"apa kamu anaknya sugeng?"
Ucap kakek tu.

"ii iya pak.. Gimana bapak bisa tau dengan ayah saya?"

"wahaha akhirnya.."

Joko merasa bingung dengan prilaku kakek itu kenapa ia tertawa ketika menanyakan mengenai almarhum ayahnya.
"aku teman ayah kamu dulu.. Kami sudah lama berteman. Dan aku ada titipan dari ayah kamu ketika ia meninggal ia menyuruhku untuk mewariskannya padamu"
Ucap kakek tua itu.

Joko pun keheranan.
Ia baru pertama ketemu orang ini. Bahkan belum mengenalnya lalu tiba-tiba ingin
Mewariskan sesuatu sehingga ia melihat kakek itu dengan tatapan aneh. Meski kakek itu terus aja membungkuk dengan kepala tertutup kain seperti sorban namun sorbannya hanya ia tanggalkan di kepala.
"tunggu-tunggu.. Memang apa yang ingin di wariskan ayah.. Sebelum meninggal ia telah mewariskan apa yang pantas untuk anak-anaknya. Mana mungkin ia menitipkan sesuatu kepada orang lain bapak pasti salah orang."

Kakek itu tersenyum dengan sedikit tertawa kecil.
"aku tau siapa betul ayahmu..
Aku juga tau apa apa saja yang ia wariskan kepada anak-anaknya.
Bayu wijaksono, anton prakoso, hendri kusumo, rizky santoso dan kau yang terakhir joko sutrisno.
Kelima anak yang ia sebut sebagai lima pandawa"

Mendengar itu joko pun terdiam.
Bagai.. Bagaimana bapak bisa tau..?"
Ucap joko sedikit terbata.

"wahaha.. Sudah ku bilang aku mengetahui ayahmu dan keluargamu.
Bayu seorang yang paling bijaksana diantara kalian berlima. Sebagai anak pertama, ia sering menyelesaikan masalah keluarga yang bahkan
Ayahmu saja tidak bisa melakukannya
Lalu anton anak yang raga paling kuat di antara kalian berlima sangking kuatnya dia, ia bahkan sanggup mengerjakan perkebunan ayahmu memanen kelapa seorang diri yang luasnya 10 hektar dal kurun waktu 3 hari.
Dan hendri anak ketiga yang hampir
Menguasai setengah dari ilmu ayahmu bahkan dari kelima anaknya hanya dia yang mampu menjalankan puasa mutih satu minggu kemudian di lanjutkan 40 hari tanpa henti hingga sukmanya begitu kuat.
Lalu rizki anak keempat yang ku tahu sebagai anak yang paling kaya di antara kalian
Ia bahkan sekarang tinggal di kota memiliki rumah mewah dan pekerjaan yang cukup enak.
Sementara dirimu..
Ayahmu hanya mewariskan rumah tuanya. Memangnya apa yang di ajarkan ayahmu.?"
Mendengar fakta itu joko terdiam kembali. Dan benar semua yang di katakan kakek itu hampir semua benar. Joko hanya mengingat ucapan ayahnya waktu dulu ketika joko ingin mempelajari yang di pelajari saaudara-saudaranya ayahnya mengatakan jika dia belum siap dan tidak akan sanggup
Menerimanya.
Hingga saat kematian ayahnya, ia hanya mengatakan jika joko harus menjaga rumah peninggalan ayahnya dan lebih baik menetap lalu bekeluarga sementara saudaranya pasti akan meninggalkan kampung halaman.

"wahaha kenapa kau terdiam, apa kau masih tidak percaya jika aku
Teman dekat ayahmu dulu?"

Joko masih terdiam.
Hingga tak lama angkot pun berhenti dan bapak itu mulai berdiri.
"jika kau ingin tahu tentang apa yang ingin ku berikan. Datanglah kerumahku. Aku menunggu mu di luar"
Ucap kakek itu turun dari angkot.
Meski sebenarnya yang ia tuju adalah rumah abangnya bayu. Namun seketika joko pun berdiri dan keluar dari angkot.
Ia melihat kakek itu benar benar menunggunya.
Lalu joko mengeluarkan ponsel di sakunya dan menelepon abangnya bayu jika ia akan pergi kerumahnya akan di tunda
Karna ada urusan.
Sementara itu, kakek tua yang menunggu itu menatap joko dengan senyuman yang tak biasa.

"liat saja geng.. Keturunanmu yang satu ini akan menjadi BIDAKKU"

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Putra Ramadhan

Putra Ramadhan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Angah_Put

Oct 27, 2020
-Sepenggal kisah andi dan alasan kenapa ia berhenti menjadi nahkoda kapal- Image
Suara nyaring mesin perahu ketek yang melaju dari pelabuhan menuju kapal tongkang untuk mengantakan nahkoda yang ingin berlayar.
Sebelum itu kapal itu berhenti di dermaga besar tempat biasa kapal -kapal memuat barang.
Dengan kecepatan penuh, abdur pun melaju membawa perahu ketek tersebut membawa seorang nahkoda yang biasa di sebut yudi.

Hingga sampai di dermaga, yudi pun naik. Dan yudi mengajak abdur dulu naik kekapal karna kebetulan kapal belum berangkat.
Read 14 tweets
Aug 8, 2020
"Ingatlah.. Tidak ada perjanjian yang akan berakhir menyenangkan"

"Apapun akan kulakukan"

AKU SUDAH MEMPERINGATKANMU JANGAN PERNAH MENYESAL ATAS KEPUTUSANMU

-melanggar Larangan-
Seri ke 2
_Perjanjian Dengan Iblis Laknat_

@bacahorror #bacahorror Image
Akan di mulai besok pukul 09:00.
Sampai jumpa besok😊
Malam hari,
Terlihat sekitar 5 orang mondorong gerobak yang berisikan sound serta alat musik lainnya.
Di dalam 5 orang tersebut ada seorang wanita yang mengenakan pakaian layaknya biduan mengenakan baju serta rok mini.

"mau mangkal dimana ini bang"
Ucap laras berjalan
Read 242 tweets
Jul 29, 2020
APA YANG KAU LAKUKAN.?
"maafkan kami.."
TIDAK ADA KATA MAAF. KAU HARUS MEMPERTANGGUNG JAWABKAN SEMUA INI

-MELANGGAR LARANGAN-
_Horror Story_

@bacahorror #bacahorror
Baru pulang kerja..
Mandi dlu, sholat.
Dan langsung kita mulai wait bentar ya.😊
*srekkk.. Srekkk*

Langkah dari seorang remaja yang menginjak dedaunan kering yang berjalan memasuki hutan.
Bermodalkan ketapel serta beberapa batu di kantongnya,
Remaja itu berburu burung yang biasa dia lakukan di sore hari.
Read 178 tweets
Jul 3, 2020
"Apakah aku harus MENERIMA DAN MENERUSKAN DENDAM ORANG TUA?"
.
SUDAH SEHARUSNYA.. DAN INI SEMUA HARUS DI AKHIRI.

"Akhir Dari Garis Keturunan Terakhir"
_Palasik Kuduang_ PART III

@bacahorror #bacahorror
Sebelum itu..
Ada baiknya singga disini dulu.

Read 400 tweets
Jun 29, 2020
"Bekas Pabrik Limun"

Semua orang hanya tau apa yang di hasilkannya
Namun tidak tau kisah apa yang ada di balik itu semua.

_based on true story_
@bacahorror #bacahorror
Mood baik itu susah datang.
Akan saya mulai di 100 rt 😁 ahh dikit kok
Tahun 2000an minuman pabrik ini sangat terkenal di kota kuala tungkal. Dengan khas rasa sarsaparilla yang sangat menyegarkan bila di campur dengan es.
Read 99 tweets
Jun 27, 2020
"Dibalik Hotel Novita"

Sebuah bangunan megah yang berdiri tahun 1996.
menyimpan berbagai misteri yang tidak banyak orang tahu.

@bacahorror #bacahorror
Sebelum saya mulai.
Tujuan saya bercerita ini bukan ingin membuat kontroversi yang terjadi kembali memanas.
Hanya mengingat kembali sejarah kelam yang pernah terjadi semerta-merta hanya ingin menambah wawasan dan tidak bermaksud menyinggung atau pun menyudutkan pihak manapun.
Jam istirahat akan saya mulai.
Kerja dulu.
Karna ada tangan yang harus di pinang. 😄
Read 48 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(