𝐀𝐊𝐔 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐇𝐎𝐌𝐎𝐒𝐄𝐗 𝐊𝐀𝐑𝐄𝐍𝐀 𝐀𝐘𝐀𝐇𝐊𝐔

Sebuah utas
.
.

(1) Aku di besarkan oleh seorang Ayah di sebuah desa. Ibuku meninggal ketika aku berumur 10 th. Saat itu aku kelas 4 SD. Kami 2 bersaudara. Setelah Ibu meninggal, kakakku di asuh oleh Bibiku di kota. Image
(2) Ketika Ibu meninggal dunia, Ayah berusia 42 th. Kami hidup susah dgn penghasilan utama Ayah sbg petani. Kami tdk punya ladang sendiri, hanya ada sebidang tanah tempat gubuk kami berdiri. Sehingga Ayah menggarap ladang orang. Kadang Ayah kerja gajian diladang orang.
(3) Ayah tak kenal lelah mencari nafkah utk menghidupiku. Aku kasian liat Ayah namun aku blm bisa membantunya. Kalau rindu Ibu, aku sering menangis, mengingat Ibu telah tiada. Apalagi mengingat Kakak yg harus jauh dari kami. Tanpa komunikasi apapun. Aku makin sedih.
(4) Bila sedang dirumah mengurus ternak ayam dan bebek, Ayah biasanya bertelanjang dada dgn hanya menggunakan sarung. Begitu juga ketika Ayah tidur. Kami sering mandi bersama di belakang rumah. Ayah menampung air hujan dari atap rumah menggunakan bambu sbg talang air.
(5) Ada 3 tong besar utk tempat menampung air hujan. Untuk air minum, kami ambil dari pancuran yg berjarak 1 km dari rumah. Tempatnya menurun ke bawah jurang di tepian ladang orang. Bila mandi dirumah Ayah selalu bertelanjang bulat tanpa menggunakan kotok ataupun.
(6) Kulihat memang seperti itulah kebiasaan para Bapak2 dikampung kami. Ketika mandi bersama di sore hari dgn warga sekampung, tak ada satupun yg pake kotok. Melainkan telanjang bulat meski campur dgn anak2 kecil disana. Pemandangan itu terasa sangatlah biasa buatku.
(7) Pernah suatu sore ketika hujan lebat, aku dan Ayah mandi di belakang rumah. Seperti biasa Ayah bertelanjang bulat di depanku. Tp kali ini ada yg beda yg ku lihat. Burung Ayah terlihat memanjang dan lurus ke depan. Sampai kami selesai mandi, burung Ayah masih saja begitu.
(8) Besok2nya, di saat mandi, aku jadi sering memperhatikan burung Ayah menegang. Tapi aku tak pernah mengomentari itu. Yang aku tau burung Ayah sedang hidup. Karna burungku jg bisa seperti itu. Ketika tidur, ayah hanya pakai sarung saja, sehingga sering tersingkap ke atas.
(9) Kadang aku terbangun karna haus, melihat Ayah yg lagi tidur pulas dengan paha terbuka dan sarung tersingkap ke atas. Disitulah aku tau kalau Ayah ternyata tak pake kotok. Sehingga burung Ayah bisa terlihat jelas. Aku sering merapikan sarung itu supaya burung Ayah tertutup.
(10) Pernah juga beberapa kali, ketika bangun tengah malam, kulihat Ayah sedang tidur pulas. Seperti biasa pahanya terbuka lebar dan sarungnya tersingkap. Tapi burungnya hidup. Ku perhatikan burung itu berdenyut secara beraturan. Lalu ku tutup sarung itu dan aku tidur kembali.
(11) Hari berikutnya, seperti biasa akulah yg duluan tidur dari Ayah. Tapi waktu itu aku terjaga dari tidurku namun tdk terduduk. Aku hanya membuka mata menatap langit2 rumah kami. Aku menoleh ke sebelahku, ku lihat Ayah sedang memainkan burungnya. Aku tak tau Ayah lagi ngapain.
(12) Yang kulihat, Ayah menggenggam burungnya yg sedang hidup itu dan meng-guncang2nya naik turun. Ku perhatikan terus, guncangan itu makin di percepat. Sesekali terdengar suara ringisan dari mulut Ayah, seperti kesakitan. Tapi Ayah tdk menyadari aku terbangun dan melihatnya.
(13) Dan kegiatan itu slalu Ayah akhiri, kalau dr burungnya sudah keluar cairan berwarna putih kental seperti susu. Aku sempat heran melihat apa itu yg keluar, aku kira kencing tapi ini kental dan putih, bukan bening, dan juga sedikit. Ketika itu keluar, makin kuat rintihan Ayah.
(14) Bila itu sudah keluar, Ayah akan menghentikannya. Dan burungnya akan kembali mati. Kejadian itu sering aku saksikan tanpa tau maksud dan tujuannya. Sampailah pada suatu saat, ketika Ayah lagi asik meng-guncang2 burungnya, dia menyadari aku sudah terbangun dan melihatnya.
(15) Ayah sedikit kaget melihat ke arahku. Lalu aku bertanya, Ayah lagi ngapain. Dia tdk menjawab. Lalu di hentikannya gerakan tangannya, namun msh tetap menggenggam batangnya. Tidurlah kau. Katanya menyuruhku tidur. Stlh aku memejamkan mata, kembali Ayah melanjutkan gerakannya.
(16) Kadang aku memang lgsg bisa tertidur lagi. Tapi kadang aku kembali terjaga ketika ku dengar erangan Ayah kuat2. Owhhh... ahhhh..... ahhh.... katanya. Itulah yg kadang membangunkan aku. Kenapa Yah, tanyaku. Lalu dia kaget lagi dan bilang tidurlah, gak usah liat sini.
(17) Keseringan kepergok sedang begituan, lama2 Ayah jadi terbiasa juga. Ketika aku bangun melihatnya begitu, dia tdk menghentikan lagi gerakannya. Tapi melanjutkan terus dan mengacuhkan aku. Sampai keluar cairan putihnya dia tetap santai dan cuek dgn aku yg memperhatikannya.
(18) Begitulah seterusnya. Aku sering terbangun utk pipis atau karna haus, mendapati Ayah tengah asik meng-guncang2 burungnya. Aku mau pipis, Yah. Kataku. Iya pipislah. Katanya. Jadi habis pipis, aku sering duduk didekatnya ikut menyaksikan detik2 keluarnya cairan putih itu.
(19) Bahkan aku udah hafal betul dgn kegiatan itu. Aku udah tau kalau misalnya udah mau keluar. Ketika Ayah meng-goyang2kan makin cepat, dan mengerang makin kuat, aku sering bilang: udah mau keluar, udab mau keluar kan, Yah. Ayah udah gak merasa risih lagi melakukannya.
(20) Saking sudah terbiasanya, Ayah sudah mau lgsg meng-goyang2 burungnya ketika aku baru mau tidur. Dia rebahan di sampingku dan memainkan burungnya. Tidurlah, katanya. Aku mau meliat keluar dulu baru aku tidur, kataku dgn polosnya. Aku menjadikannya tontonan rutin.
(21) Lalu ketika kami mandi di belakang rumah, burung Ayah juga jadi sering hidup. Kalau dulu dia membiarkannya gitu aja, kali ini dia sudah mau meng-guncang2nya sambil sabunan dgn posisi duduk. Namun tak jelas terlihat cairan putihnya karna bercampur dgn buih sabun.
(22) Apalagi kalau kami mandi air panas, wajib rasanya Ayah meng-guncang2 burungnya. Ayah memang akhir2 ini jadi rajin masak air utk mandi kami. Katanya biar gak kena rematik. Lalu pernah waktu tidur, ketika Ayah meng-goyang2 burungnya, dia bilang: capek Ayah, bantu kocok dulu.
(23) Akupun lgsg menuruti kata Ayah. Sini, Yah. Kataku sambil memegang burungnya. Ayahpun melepas genggamannya dan membiarkan aku menggenggamnya. Lalu ku gerakkanlah tanganku naik turun. Kadang2 Ayah membantu menggenggam tanganku dan menggoyangkannya. Gini bikin. Katanya.
(24) Gini bikin, jgn gitu. Kata Ayah. Harus gini biar enak. Katanya lg. Akupun jd tau kalau itu enak. Enak, Yah? Tanyaku. Enak. Jwbnya. Kocok trus, cepatin. Suruh Ayah. Begitulah selanjutnya, Ayah jadi sering nyuruh aku mengocokkan burungnya sampai keluar. Dan aku selalu mau.
(25) Kadang Ayah menyuruhku mengocokkan burungnya dgn iming2 kasih uang jajan. Dgn senang hati akupun lgsg mau. Tapi tanpa itupun aku memang gak pernah menolak kalau Ayah menyuruhku mengocokkan burungnya. Kata Ayah lebih enak kalau aku yg mengocoknya daripada dia sendiri.
(26) Akupun udah kelas 6 SD. Kegiatan itu rutin kami lakukan. Sampai aku masuk SMP, kegiatan itu terus berlanjut. Kini aku sudah makin faham ttg seks. Aku sudah faham, kalau ternyata Ayah butuh pelampiasan seks. Pasca di tinggal Ibu, dia tdk pernah lagi melakukan hubungan seks.
(27) Aku jadi kasian meliat Ayah. Dulu aku sama sekali blm faham ke arah sana. Kini aku udah tau semuanya. Makanya ketika Ayah nyuruh aku, aku lgsg cepat2 menuruti. Oya, tanpa Ayah tau, aku prnh meniru yg Ayah lakukan, ku kocok burungku yg lagi hidup, namun tak keluar apa2.
(28) Setelah SMP, kembali ku coba mengocok burungku apakah bisa mengeluarkan sperma. Apakah aku udah punya itu. Makin lama kocokanku, terasa makin gatal batangku itu. Seperti gatalnya pinggang yg kena ikat pinggang ketat. Kuliat batangku udah memerah kini. Ku kocok terus.
(29) Akhirnya berhasil. Kini dari lobang pipisku keluar cairan kental putih kayak punya Ayah. Hore, aku udah punya sperma, kayak yg di ajarkan Guru Biologi itu di sekolah. Akupun memperhatikan spermaku itu dgn seksama. Ku pegangi, ku mainkan, ku cium. Persis kayak punya Ayah.
(30) Lalu di malam, Ayah memintaku utk ngocokin burungnya. Akupun berusaha menghidupkan punyaku juga. Aku mau ngocok di depan Ayah dan mau menunjukkan ke dia bahwa aku juga udah punya sperma. Ayah melihatku membuka celana dan berusaha bangunin burungku. Kau mau ngapain, tanyanya.
(31) Ngocok juga. Kataku simpel. Ayah diam aja. Aku kocok punya dia dgn selang seling ngocok punyaku. Jadi gak serius kau ngocok punya Ayah. Katanya. Aku mau bilang ke Ayah, aku jg udah punya sperma. Kata guru biologiku, itu yg jadi anak kan, Yah. Kataku. Iya. Jwbnya simpel.
(32) Tapi sampai detik itu aku melakukannya dgn tulus aja dengan kepolosanku. Aku blm bernafsu sama sekali dgn Ayah. Terbukti ketika berusaha hidupin burungku aja aku msh kesusahan, pertanda Ayah blm bisa menaikkan birahiku. Meski udah bugilan dan ku kocokin.
(33) Lama2 kami jadi sangat terbiasa ngocok bareng. Dan kali ini Ayah jadi mau sesekali bantu ngocokin punyaku. Entahlah, Ayah udah bernafsu ke aku atau blm. Yg jelas makin lama kami makin sering saling ngocok sampai nembak. Ada setengah tahun kami begituan, saming ngocok.
(34) Setelah itu, Ayah jd memintaku mengemut burungnya. Dia memintaku dgn penuh pengertian, supaya aku mau membantunya. Supaya dia tetap semangat cari nafkah. Katanya dia udah kurang puas hanya di kocok, dia ingin merasakan diemutin. Katanya dia butuh hiburan utk batinnya.
(35) Dia bilang supaya aku tdk usah jijik memasukkan burung Ayah ke dlm mulutku. Sebab Ayah sudah membersihannya. Katanya aku tdk pantas menolaknya sebab dia orangtuaku. Awalnya aku jijik dan gak tertarik. Tapi aku hrs menuruti perintah Ayahku. Aku sangat menyayanginya.
(36) Ayah terus membujukku supaya mau mengulum burungnya. Akhirnya akupun menyanggupinya. Kutampung burung Ayah ke dlm mulutku lalu atas panduan Ayah, aku menggerakkannya naik turun atau maju mundur. Kata Ayah metodenya sama dgn ngocok, namun kali ini menggunakan mulut.
(37) Kata Ayah, dia akan lbh senang, bahagia, dan panjang umur jika burungnya ada yg isap. Dia berharap aku bisa membantunya. Dan betul, ketika aku mengisap batang itu, Ayah me-ringis2, men-desah2. Katanya enak sekali. Akupun bahagia mendengarnya. Berarti aku udah berhasil.
(38) Aku sudah bisa menyenangkan hati Ayah, membuatnya bahagia, senang, dan panjang umur. Aku mau berbakti ke Ayahku. Aku tak mau dia murung, sedih, dan kecewa. Aku totalitas utk membantu Ayahku. Karna katanya dia bisa terpuaskan dgn di isap di bagian kemaluannya.
(39) Ibumu gak ada lagi, Nak. Sementara Ayah butuh kepuasan bathin. Apa kau mau Ayah menikah lagi, tanyanya. Akupun gak mau Ayah menikah lagi. Aku gak mau Ayah meninggalkanku dan menikah dgn perempuan lain. Aku janji akan memuaskan Ayah kapan Ayah butuh. Aku akan siap unruk Ayah.
(40) Hari demi hari kami lalui, aku makin pintar soal mengemut. Ayah memuji perkembanganku. Ayah bilang semakin hari semakin enak saja isapanku. Dan jujur, kali ini ada yg berubah di diriku. Aku jadi bernafsu dgn Ayah. Aku jd sngt menyukai bagian2 tubuh Ayah.
(41) Kalau dulu aku melakukannya tanpa rasa apa2, kini aku melakukannya dgn hasrat membara, dgn nafsu memuncak. Melihat Ayah bertelanjang dada aja aku udah nafsu, apalagi melihat burungnya. Ini membuatku makin enjoy, makin bisa totalitas, tanpa tertekan sama sekali.
(42) Aku mensyukuri ini. Biar aku bisa 100% memuaskan Ayah. Tanpa tekanan batin dan rasa keterpaksaan. Ayahpun sangat puas ketika lidahku sangat piawai me-nari2 diseluruh bagian burungnya. Dan sperma Ayahpun selalu ku minum atau ku telan. Aku tak ada jijik sedikitpun ke Ayah.
(43) Sudah 3 taun selama aku SMP, kami melakukan rutinitas ini. Ayah sangat bangga padaku. Dan tepat stlh 3 taun begitu, Ayah meminta satu hal lagi padaku. Dan akupun tanpa pikir panjang menurutinya. Ayah mau aku menjilati lobang anusnya. Katanya disitu salah satu kepuasannya.
(44) Lalu ketika ML, langsung aja aku angkat kedua paha Ayah, dan menjilati lobang anusnya itu. Lobang anus Ayah bersih, putih, dan di kelilingi bulu2 yg panjang2 dan lurus2. Setelah memperhatikan sejenak, tanpa ragu lgsg kujilat. Satu jilatan pertama aku berhenti. Ohh...
(45) Aku menunggu respon Ayah ketika merasakan jilatan pertamaku. Enak sekali, nak. Terusin. Kata Ayah. Lalu akupun mengulang jilatanku pada lobang ekornya. Ku jilat yg sungguh2 dan sering. Ayahpun menggelinjang dan menggelepar akibat jilatanku. Benar2 dia merindukan jilatan itu.
(46) Dan pada momen itu juga, Ayah juga melahap burungku pake mulutnya. Spontan aku kaget, ketika itu aku tengah asik menjilati lobang pantatnya, aku merasakan sesuatu yg luar biasa melanda burungku. Bukan kocokan spt yg sudah sering Ayah lakukan. Oh, ternyata Ayah membalasnya.
(47) Ayah ternyata mau mengimbangi rasa yg ku berikan. Dia mau menyenangkan aku jg. Aku sangat2 terharu, ketika menyadari bahwa burungku kini ada didalam mulut Ayahku sendiri. Terimakasih Ayah. Seruku sambil ngos2an merasakan gelinya lidahnya menyapu batang dan telorku.
(48) Ternyata Ayah jago ngemut juga, pikirku. Soalnya gak pernah kena gigi dibuatnya. Kumis Ayah terasa geli ketika menjilati burungku tsb. Dan yg paling mengharukan lagi, ketika spermaku keluar, Ayah juga menelannya/meminumnya. Aku tatap wajah Ayah penuh kasih sayang.
(49) Aku rebah di pangkuan Ayah menghadap ke atas. Aku sangat terharu, ingin menangis. Mataku ber-kaca2, perasaanku campur aduk. Terharu campur bahagia. Ayah, kataku dgn suara serak. Iya, nak. Jwb Ayah. Aku mencintaimu, Yah. Kataku. Lalu dia mengecup kedua pipiku dan jg keningku.
(50) Stlh aku duduk di bangku SMA, rasa cinta kami pun makin kuat. Dan aku melihat Ayahku kini udah makin tua. Makin banyak kerut2 di wajahnya. Tapi itu gak menyurutkan rasa suka & hasratku ke dia. Rambut di kepalanya juga udah putih2, bahkan rambut kemaluannya jg udah ada uban.
(51) Ketika itu Ayah berumur 48 th. Tapi untungnya burungnya msh tetap kuat dan keras. Cuma durasi Ayah menjadi sedikit berkurang, namun kualitas spermanya msh tetap. Kini ada 1 permintaan Ayah lagi yg lgsg aku sanggupi tanpa pikir panjang. Yaitu Ayah mau menggagahiku.
(52) Ayah meminta dan memohon dgn sangat padaku, supaya aku sudi memberikan lobang pantatku utk di tusuk Ayah. Akupun lgsg mempersilakan Ayahku utk memasukkan batang kemaluannya. Ambil semua Ayah, jika itu yg bikin Ayah bahagia. Kataku sambil memeluknya erat2.
(53) Lalu kamipun ML, kami awali dgn cipokan yg sngt lama. Lidah kami saling menggulung, bibir kami saling melumat. Aku meminta Ayah meneteskan air liurnya yg banyak bbrp kali ke dlm mulutku utk ku minum. Enak skali rasanya. Puas dahagaku oleh air liur Ayahku.
(54) Lalu Ayah mau membasahi areal duburku dgn air ludahnya. Didekatkannya mulutnya ke duburku. Aku kira dia mau meludah disana. Ternyata di jilatnya. Jangan Ayah. Kataku. Aku merasa segan dan gak pantas diperlakukan spt itu. Akulah yg pantas menggitukan Ayah kataku menghindar.
(55) Gpp nak. Tenanglah, santai aja. Bujuk Ayah yg terus berusaha menjilat duburku. Aku segan Ayah, gak usah dijilat, kataku lagi. Gpp nak, sama aja itu. Kau jilat punya Ayah, Ayah jg boleh jilat punyamu. Bujuk Ayah. Lalu akupun pasrah, Ayahpun menjilat lobangku ber-kali2.
(56) Aku menggelepar ketika lidah Ayah menyapu lobangku yg masih sempit itu. Ayah terus memberiku rangsangan supaya lobangku terasa nikmat. Lalu Ayah mengarahkan kepala burungnya ke lobang duburku itu. Ditempelkannya kepala itu tepat di bibirnya dan perlahan di dorongnya masuk.
(57) Ouh... aku terkejut ketika merasakan kepala burung Ayah sudah menyusup masuk kedalam lobangku. Lalu Ayah menghentikannya. Perlahan di dorongnya lagi biar lbh masuk lg. Pelan2 dan sangat hati2. Ayah gak mau menyakitiku. Ayah taunaku masih perawan. Tahan ya nak. Katanya.
(58) Kini udah lbh separoh batang Ayah memasuki lobang duburku. Terasa sakit. Ayah mendorong sedikit demi sedikit biar aku gak kesakitan. Lalu setelah tinggal seperempat lagi, Ayah menggenjotnya. Ahh... sakit Yah. Teriakku. Tahan ya nak. Pelan2pun Ayah buat. Pintanya.
(59) Lalu akupun berusaha menahannya. Aku mengatupkan gigiku dan memejamkan mataku. Ayahpun menggoyang2 terus pinggulnya maju mundur. Terasa batang kemaluan Ayah menghantam goa pertahananku. Aku meringis, menahan rasa sakit, aku bilang: terus Ayah, goyang terus Ayah.
(60) Aku gak mau Ayah terlalu me-nahan2. Karna setiap aku meringis kesakitan, dia pasti menghentikan genjotannya. Aku pikir aku hrs bs menahan, supaya Ayah tdk berhenti menggoyangnya. Aku mengerang, dan bilang: lagi Ayah, masukin semua Ayah... lalu Ayapun memasukkan semuanya.
(61) Kini batang kemaluan Ayah sudah kandas semuanya. Masuk sampai pangkalnya. Dan lama2 rasa sakit itupun perlahan hilang, berganti dgn rasa nikmat. Disitulah aku manggil2 Ayah: Goyang terus Ayah, terus Ayah, dorong kuat Ayah. Gak sakit lagi kan? Tanya Ayah. Gak lg Yah, jwbku.
(62) Udah enak kali skrg Yah. Aduh Ayah, enak kali. Kataku. Ayahpun makin semangat memacu goyangannya. Lalu stlh sekian lama Ayah menggenjot lobangku, diapun berhenti dan mencabutnya. Knapa Yah, tanyaku. Istrahat dulu nak. Jwbnya. Lalu dia telentang. Gantian kau yg nusuk Ayah.
(63) Apa? Tanyaku kaget. Tusuk Ayah, ganti2an kita. Katanya. Haruskah? Tanyaku lg. Harus! Ayah jg mau kamu puas maksimal, Ayah mau kamu mrasakan jg gimana enaknya masukin lobang. Katanya. Tak usah Ayah. Aku udah sngt puas cm ngisap, di isap, dan Ayah tusuk. Elakku.
(64) Ayolah nak. Ayah jg emang pengen rasain enaknya ditusuk. Ayah penasaran gmn rasanya ditusuk. Masa' kau gak mau kasih? Kata Ayah. Baiklah Ayah, kalau emang itu kemauan Ayah, aku siap mlakukannya asalkan demi kepuasan Ayah. Kataku. Iya nak. Masukkanlah ke lobang Ayah. Katanya.
(65) Lalu Ayah mengangkang, akupun menjilati lobang anusnya beberapa saat, sampai dia menggelinjang. Udah cukup nak, masukkanlah, Ayah gak tahan lg. Serunya. Akupun mengarahkan kepala burungku ke lobang Ayah, dan mendorongnya perlahan. Aku jg tak mau Ayah kesakitan.
(66) Kusoronglah hingga kepala burungku terbenam. Terus. Kata Ayah. Ku sorong terus hingga masuk batangnya setengah. Ayah menutup mata & mengerutkan wajah. Aku tak tega melihat Ayah kesakitan. Mrasakan burungku gak maju2, Ayah membuka mata. Masukkan terus, jgn berhenti. Katanya.
(67) Gak sakit Yah? Tanyaku. Gak. Lnjtlah. Enak kok. Jwbnya. Akupun menggoyang terus hingga makin masuk dan masuk semua. Oh enaknya. Enaknya. Kata ayah. Karna dibilang enak akupun makin mempercepat gerakanku. Udah mau nembak kau? Tanya Ayah. Blm Yah, msh lama. Jwbku.
(68) Cabut dulu. Gantian Ayah lg katanya. Lalu kucabutlah burungku. Kini Ayah menyuruhku menungging. Lalu Ayah menghantam lobangku dari blakang. Udah mau nembak aku, kata Ayah. Tembakkanlah Ayah. Kataku. Jgn dulu. Ayah blm mau nembakkan. Katanya. Lalu dia cabut burungnya segera.
(69) Kini dia yg lgsg ambil posisi nungging. Masukin dr blakang. Katanya. Akupun menyorongnya dr blakang. Trasa lain sensasinya dgn gaya ini. Enak kali gini Yah, kataku. Iya. Jwbnya. Jgn sampai kau nembak dulu ya. Kalau udah mau nembak hentikan. Cabut aja. Katanya. Kucabutlah.
(70) Lalu Ayah menyuruhku tidur nyamping, lalu di angkatnya satu pahaku keatas, dan di masukkannya burungnya. Terasa kali Yah, masuk semua. Kataku. Iya nak. Kau suka kan, kata Ayah. Suka Yah, kataku. Ayah mau nembak. Katanya. Aju diam aja. Ayah mau tembakkan ya. Katanya lg.
(71) Terserah Ayahlah. Kataku. Lalu dia makin mempercepat gerakan, di hantamnya kuat2 lobang duburku. Ohhh... di tancapkannya lah batangnya dalam2 dan ditahannya. Crot3x. Kurasakan batangnya berdenyut dilobangku ketika memuntahkan spermanya. Ayah udah keluar. Katanya.
(72) Dia masih menahan batang itu tertancap dlm2 sampai dia benar2 lega. Lalu dicabutnya batang itu dan lgsg rebahan. Masukin biar kau nembak. Katanya. Lalu dia mengangkat kakinya sebelah dan ku masukin ke lobangnya. Memang enak kali posisi ini. Terasa masuk semua tak bersisa.
(73) Ternyata baik Bot maupun Top akan sama2 puas dgn posisi ini. Aku pertama x mrasakannya sbg Bot Ayah, lalu sbg Top utk Ayah. Keduanya sama2 mantul dlm posisi ini. Kuliat dr awal Ayah gak terlalu ksakitan ketika pertama x ku tusuk. Dan lobang Ayah agak besar dr lobangku.
(74) Aku menduga, dulu Ayah udah prnh di tusuk laki2 sblmnya. Tp drpd pnasaran aku lgsg nanya. Yah, td Ayah gak trlalu sakit pas ku tusuk, beda dgn aku td. Trus lobang Ayah agak besaran dr punyaku. Apa udah prnh jg nih dimasukin? Blm sama skali, Ayah jujur, gak boong.
(75) Masa' iya Ayah. Iya nak. Ayah gak perlulah boong samamu. Kalau iya Ayah blg iya. Soal lobang tuh emang gitulah kalau udah dewasa, jd besar jg lobang aslinya. Baru kau yg pertama x Ayah ksh masuk ke dlm itu nak. O iyalah Yah, aku mau nembak nih. Tembakkanlah nak. Ohhh...
(76) Lalu akupun nembak di dlm lobang Ayahku. Akupun menahan batangku dalam2 ketika menyemburkan sperma. Trasa berdenyut saat memuntahkan sperma itu. Setelah itu aku goyang sbntr lg sblm kucabut. Lalu kami sama2 rebahan sambil ngos2an. Ayah puas nak. Aku jg puas Yah.
(77) Begitulah yg kami lakukan terus menerus sampai aku tamat SMA. Ketika itu umurku 18 th dan Ayah 50 th. Ayah makin menua namun msh gagah perkasa. Lalu akupun nanya ke Ayah aku gimana. Merantau ke kota utk cari kerja atau dikampung aja nemani Ayah.
.
.
(Bersambung...)
(78) Ayah serba bingung. Stlh Ayah bilang tak sanggup menguliahkan aku, Ayah mau aku bisa merasakan perubahan, semisal mengenal kehidupan kota. Dia mau aku tdk suntuk hanya dikampung. Tapi di lain sisi dia tdk rela jauh dariku. Apalagi dgn hal yg satu itu, berat!
(79) Jujur aja Ayah bilang tak sanggup jauh dariku. Tapi menurutnya aku harus bahagia. Makanya Ayah merelakan aku merantau, cari kerja dikota. Biar ada pengalaman dan wawasan makin luas. Kecuali nanti aku bosan bekerja dikota, aku boleh pulang utk membantu Ayah ke ladang.
(80) Ayah menangis wkt memberangkatkanku merantau ke kota. Dgn bermodalkan ijazah SMA ku. Ayah brhrp aku bs cpt dpt pekerjaan. Dia berpesan biar aku jg melirik wanita utk jd istriku dan yg mau tinggal dikampung. Supaya nanti bs kubawa ke kampung utk menemani Ayah dimasa tuanya.
(81) Ayah berpesan supaya aku mengesampingkan kehidupan seksualku yg menyimpang itu. Fokus kerja, jgn malah nyari Bapak2 disana. Ingat Ayah dikampung. Itu pesan Ayah. Akupun menangis se-jadi2nya ketika itu. Akupun meyakinkan Ayah akan melakukan itu semua. Aku berangkat ke kota.
(82) Aku merantau ke ibukota provinsi aja. 4 jam perjalanan dari kampung kami. Seminggu dikota aku lgsg diterima kerja di tempat karaoke. Aku sngt menikmati pekerjaanku. Aku pulang semingu sekali ke kampung ketika off day. Kerinduanku ke Ayahpun bisa terus terobati.
(83) Di tempat kerjaku terasa gemerlap. Banyak pasangan homo yg dtg utk karaokean. Ada yg kumpulan brondong2, ada Om2 dgn brondongnya, ada juga Om2 dgn Om2. Disitulah aku kenal dgn Om Jufri. Pelanggan tetap kami yg tiap minggu pasti karaokean. Om Jufri sangat baik dan ramah.
(84) Suatu saat ketika Om Jufri pesan room, dia manggil aku ke dlm. Dia nampak sngt genit saat modusin aku. Pura2 minta di ajarin mencet screen, Om Jufri pun berdiri merapat ke aku. Lalu Om Jufri menyenggol2 bagian anuku. Lalu tangannya dgn liar grepe2 aku. Lalu minta no hapeku.
(85) Stlh itu Om Jufri nelpon2 aku dan ajak ketemuan. Singkat cerita dia mengungkapkan perasaannya ke aku. Dia mau kami berteman. Sekilas terlintas wajah Ayah di ingatanku. Tapi godaan Om Jufri teramat kuat mengguncang imanku. Aku sangat terpesona melihat kegantengannya.
(86) Om Jufri terlalu ganteng menurutku. Nampak dari style-nya dia adalah Bapak2 berduit. Orangnya putih bersih dan terawat. Stlh kutanya apa profesinya, ternyata dia ASN. Lalu kemudian Om Jufri mengajakku menginap di hotel, anehnya aku lgsg menurut saja tanpa pikir panjang.
(87) Gak ada pembicaraan yg menjurus ke seks di antara kami. Dan akupun tak ada pertanyaan ngapain kami ke hotel. Begitu msk kmr hotel, pintu lgsg ditutup. Aku duduk di bed. Lalu Om Jufri lgsg memelukku dan menciumiku. Aku pasrah aja tanpa perlawanan. Akhirnya kami cipokan.
(88) Stlh itu tangan kami sama2 menjelajah. Dan kamipun saling melepas pakaian. Kamu suka mati lampu atau nggak, tanya Om Jufri. Hidup lampu, Om. Jwbku. Aku mau melihat keindahan tubuh Om Jufri dgn jls. Kalau gelap mana bs kuliat. Kini dihadapanku, Om Jufri sudah tak berpakaian.
(89) Aku terbelalak melihat keindahan tubuhnya. Putih mulus dgn bulu2 di perutnya. Dadanya sih tak berbulu. Dan senjata milik Om Jufri sudah tegang. Aku tak tahan ingin segera mengulumnya. Ketika aku hendak berlutut, tiba2 Om Jufri yg duluan berlutut utk mengulum burungku.
(90) Akupun menikmati isapannya. Begitu piawai. Ya miriplah dgn kepiawaian Ayah. Lalu dia kembali berdiri. Tanpa aba2, kini aku yg lgsg berlutut dan mengulum burungnya. Enak sekali, ucapnya ber-kali2. Lalu kami naik ke atas springbed dan kembali berciuman, setelah itu 69.
(91) Aku sangat kewalahan menahan serangan2 yg dilancarkan Om Jufri. Aku berusaha mengimbangi serangan demi serangan itu. Lidah Om Jufri menjalar dari burungku ke lobangku. Aku masukin ya dek, katanya. Akupun pasrah ke Om Jufri. Lalu dia memasukkan rudalnya ke lobangku.
(92) Aku menikmati genjotan Om Jufri. Terus Om, desahku sambil mengencangkan otot2 anusku. Ku apit pinggulnya dgn kedua kakiku. Setelah beberapa lama digenjot naik turun, Om Jufri pun memuntahkan cairan putih kentalnya di dlm lobangku. Ahhh.... seketika Om jufri terkulai lemas.
(93) Lalu Om Jufri menyuruhku memasukkan burungku jg ke lobangnya. Masukin dek, biar pulang kita, katanya. Akupun menyucuk lobangnya. Dia mengerang2 pertanda nikmat. Lalu akupun memuntahkan cairan spermaku di dlm lobangnya. Stlh itu Om Jufri bilang minggu dpn kami ML lagi.
(94) Sesuai janjinya, minggu dpnnya kami ML lagi di hotel yg berbeda. Waktu itu kami sama2 nembak di mulut. Om Jufri sih tak mau menelan spermaku, namun spermanya kutelan semua. Aku makin cinta dgn Om Jufri. Aku sngt senang ketika dia bilang supaya aku jgn lg nyari2 yg lain.
(95) Cukup 1 aja ya dek, gak usah cari2 lg. Kalau gonta ganti pasangan, rentan kena penyakit. Kata Om Jufri. Iya Om, jwbku. Om jg gak akan cari2 lg, udah ada kamu. Cukup kamu aja dah, tambahnya. Lalu dia memberikan lembaran merah 3 helai utkku. Aku menerima dan ucapin teimakasih.
(96) Kamipun pacaran. Seminggu sekali wajib ML. Tapi Om Jufri gak mau menunjukkan dimana alamat rmhnya. Dia bilang kami ketemu diluar aja. Aku berharap dia mengenalkan aku ke keluarganya, supaya bs bsk2 main2 kesana, tp dia gak bersedia. Akupun pasrah ketika hbngn kami cm bgitu.
(97) Ketika aku pulang kampung seminggu sekali, Ayah selalu mengingatkanku supaya tdk melirik Bpk2. Akupun bilang tak akan. Pdhl aku sdh pacaran dgn Om Jufri dikota sana. Bahkan stlh 6 bln pacaran dgn Om Jufri, aku dpt kenalan baru lg, Om2 yg tak kalah gantengnya, Om Syapril.
(98) Tapi dgn Om Syafril cuma lwt aja. Dia tak mau menjalin hbngn. Namun msh mau mengulang ketika dia kangen. Om Syafril bekerja di slh satu BUMN. Om Syafril terbuka samaku, mau menunjukkan KTP-nya. Beda dgn Om Jufri yg merahasiakan semuanya, supaya aku tak tau nama aslinya.
(99) Dari perkenalan dgn slh seorang Om2, aku bs dpt nmr2 hape Om2 lainnya. Mereka sering menawarkan kawan2nya. Akhirnya akupun terjebak dlm kubangan homoseks. Aku menikmati kehidupanku. Aku menjalaninya aja bagai air mengalir. Mataku kini terbuka dgn serba serbi hidup dikota.
(100) Lalu aku mengenal Om Deny, dia pengusaha hotel. Akhirnya aku resign dr tmpt karaoke itu dan bekerja di hotel. Gajiku lbh bsr dihotel itu dan kerjaku lbh bagus. Om Deny sngt perhatian dgnku, kami msh rutin ML, meski gak pake main hati. Aku sih mau x kalau diajak pacaran.
(101) Tapi itu gak mungkin. Om Deny org tajir melintir. Hotelnya ada 10-an. Gak mungkin dia mau memacariku. Pasti bnyk pacarnya yg lbh ganteng2 dari aku. Itupun aku udah mrasa sngt beruntung bs mengenal dia. Slain dikasih kerjaan, dia msh tetap mau ngeseks dgnku.
(102) Suatu ketika aku memergoki Om Jufri jalan sama cowok lain. Aku membuntutinya. Mereka masuk hotel. Lalu ku tlp dia nanya lg dimana, katanya lg dikantor dan lg sibuk. Akupun sngt terluka. Aku menangis dan tak semangat kerja. Org yg sngt kucintai kini selingkuh di blkgku.
(103) Aku kecewa. Aku tak nyangka Om Jufri yg slalu ingatin aku agar setia, ternyata tdk setia jg. Aku pun berantam dgn dia. Aku beberkan semua apa yg kuliat. Tp dia tetap membantah. Dia blg dia tak mungkin melakukannya, karna dia sngt cinta ke aku. Non sense. Kataku dgn kesal.
(104) Lalu dia bersumpah tak prnh selingkuh sejak mengenalku. Dia blg pasti aku salah liat. Mungkin mirip. Akupun menunjukkan foto yg ku candid. Kali ini dia tak bisa mengelak lg. Lalu dia marah ke aku. Dia blg ngapain menguntitnya. Dia gusar. Lalu dia memutuskan hubungan kami.
(105) Akupun merelakannya pergi. Aku sngt terluka. Kini aku gak punya pacar lg. Aku ingat Ayah, aku merasa bersalah. Aku mau melupakan masalahku dgn gencar mencari Om2 lain. Aku makin bnyk kenalan. Hampir tiap hari ML dgn gonta ganti psngn. Akupun akhirnya bs melupakan Om Jufri.
(106) Aku punya bnyk kenalan Bapak2 "sakit" dikota ini. Bnyk di antaranya adalah Bpk2 dari kalangan menengah ke atas. Ada yg Guru, Dosen, Pengusaha besar, TNI, Polri, Dokter, Anggota DPRD, dll. Pokoknya para kaum intelektual-lah. Akupun sngt bahagia di kelilingi para Om2.
(107) Ada yg nmrnya ku dpt dr kawan2 sesama gay, ada dr hasil berburu dr medsos Facebook. Pokoknya aku bs mengenali seseorang itu gay atau tdk hanya dgn melihat akun FB-nya. Rata2 Bpk2 ganteng berkumis yg suka narsis di FB itu adalah gay. Meski gak mutualan dgn para gay disana.
(108) Walau akun mereka akun asli dan mutualan dgn anak istri, kluarga, kerabat, dan rekan kerjanya, aku bs memastikan dia gay atau tdk. Pokoknya kalau PP-nya berupa selfie atau bukanpun tp menunjukkan skali pesonanya, itu gay. Laki2 gay itu slalu ingin tampil dan TP.
(109) Kalau ada Bpk2 yg suka gonta/i PP, suka senyam senyum saat selfie, suka corat coret status tiap hari, itu gay. Meski dia punya keluarga. Apalagi yg suka pasang PP atau upload2 foto2 close up. Itu tujuannya mau menunjukkan bagian2 sexi diwajahnya. Mis, kumis atau bibirnya.
(110) Bpk2 gay tak ubahnya dgn cewek2 bispak atau lonte yg slalu ingin dipuji bagian2 tubuhnya. Mereka slalu ingin memancing yg melihatnya supaya tergoda dan tertarik melihatnya. Dia sadar dia ganteng, maka dia mau semua org sor melihatnya meski tak semua bisa memilikinya.
(111) Aku udah membuktikan, ketika aku tersentak melihat PP Bpk2, lalu ku kepoi TL-nya, dan jg friendlistnya, sekalipun gak ada tanda2 gay, tp ku rayu dr inbox, bnyk jg yg dapat. Ntah knp dgn fenomena ini, kok rata2 Bpk2 ganteng meskipun org terpelajar, adalah bisex juga.
(112) Dan bila ada Bpk2 ganteng dgn tipe wajah yg manis atau imut, itu pasti bisex. Meskipun dia tak ngondek. Karna sdgkan Bpk2 yg ganteng tegas aja bnyk yg bisex. Apalagi kalau ngondek, jgn membantah lagi, itu bisex! Jd kalau Bpk kamu agak ngondek, maaf, Bpk kamu aku jamin gay.
(113) Dan kalau Bpk kamu rempong kali di FB, meski gak nerima konfirmasi dari para gay, coba cek inboxnya, pasti bnyk chatingan dgn para gay. Begitu jg WA-nya. Pintar2lah gmn caranya, karna biasanya mereka cpt2 menghapus chattingan spt itu biar gak kebaca kluarga.
(114) Aduh kok jd melenceng ya dr topik. Tp yg ku mksd disini adalah begitu bnyknya Bpk2 ganteng tersebar di FB. Dan bagiku begitu gampang mengenali mereka, dan jg menjaring mereka. Selain dr FB, bnyk aplikasi khusus gay yg bs di download di PS. Aku jg pake itu utk cari Bpk2.
(115) Berserak aplikasi khusus gay yg bs di instal. Semisal Badoo, Grindr, Blued, Twoo, Grizzly, GROWLr, dll. Makanya kamu check hape Bpk kamu apa ada aplikasi gituan. Tp bnyk Bpk2 yg pake cara instal - uninstal biar aman. Ketika mau plg krmh, lgsg di copot/hapus aplikasi itu.
(116) Dan ketika dia mau chat, di instalnya sebentar, trus uninstal lagi. Kpn perlu instal lg, uninstal lg. Kan dia udah ada akun. Jd laki2 zaman now udah diragukan. Aku sendiri sbg org yg brada di dlm dunia itu, merasa heran dgn fenomena ini. Apakah terlalu enak tubuh laki2 itu?
(117) Kasian sih para wanita, udah jumlahnya lbh bnyk dr pria di dunia ini, yg pria jd homo pula. Pantaslah bnyk wanita yg gak dpt jodoh, karna pria yg shrsnya menikahinya malah sibuk mengawini sesama pria. Miris sih kita bila mnyadari ini. Tp inilah dunia dgn sgala knikmatannya.
(118) Entah siapa yg ngasihtau kalau ngeseks dgn sesama itu ternyata enak. Tak bs di pungkiri memang, yg namanya ngeseks itu pastilah enak. Baik dilakukan scara normal (ke lawan jenis) maupun dilakukan scara menyimpang (ke sesama jenis). Kita tak perlu munafiklah, kita hrs jujur.
(119) Mungkin yg normal dan yg sok normal akan menghujat. Yang belok sok munafik pula. Gak mau mengakui dgn mulutnya meski dia rutin melakukan. Eh, udah makin melebar nih ke-mana2. Aku mau fokus ke Ayah dululah, dan juga Om2 kenalanku. Apa kabar Ayahku dikampung sekarang? 😭
(120) 3 th sudah aku mrantau di ibukota provinsi kami. Karna cm 4 jam prjalanan, aku msh bs rutin plg nemui Ayah. Dan Ayah gak tau kalau aku udah parah x skrg ngegay dikota. Aku hrs boongi Ayah. Mau gmn lg, gemerlapnya khidupan dikota gak bisa ku tepis. Kcuali aku gak mrantau dl.
(121) Aku kenal dgn Om Rudi, seorang pensiunan. Dia sngt baik ke aku, sngt royal, dan sngt enak mainnya. Aku sngt nyaman didekatnya. Apalagi katanya dia sngt puas dgnku. Bnyk brondong dan anak muda yg ku cicipi, tak ada semantap kamu. Kamu sempurna, aku suka, gitu pengakuannya.
(122) Lalu ada lagi Om Tarmizi, seorang kontraktor. Udah pisah ranjang dr istrinya, karna udah ketauan homo. Gak usah ku jelasin knapa dia bs ketauan. Tp singkatnya prnh kepergok lgsg oleh bininya lg tusbol broncesnya. Jadinya skrg malah bebas dia main sama cowok.
(123) Dia ngajak aku tggl serumah dgnnya. Karna dia baru putus dgn brondongnya. Bukan putus sih tp karna brondongnya udah pulkam aja dan tak balik lg. Kini dia kesepian, dia mau menanggung biaya hidupku, dan bilang aku tak usah kerja lg. Asal bisa memuaskannya tiap mlm.
(124) Aku tak mau. Meski duit yg mau dia ksh lbh bsr dr gajiku. Aku lbh memilih punya kerjaan formal. Oya, aku bukan sdg nyebutin nama2 Om2 yg prnh ML dgnku ya. Karna emang gak terhitung lg, udah ratusan org Om2 yg prnh kugauli. Bayangkan, kdg dlm sehari aku bs ML dgn 3 org.
(125) Tahun ke 4 aku kenal dgn Om Tomy, dari suku bermata cipit. Dia pengusaha property. Dia prnh nginap di hotel tempat kerjaku. Dia ngajak aku kerja sama dia, di perusahaannya. Tapi bukan dikota ini, di provinsi sebelah. 16 jam prjalanan ke kampungku. Awalnya kutolak demi Ayah.
(126) Aku blg aku tak bs jauh2 dari Ayahku, dia sebatang kara di kampung. Kalau aku jauh gmana bs sering2 pulang. Tp Om Tomy slalu membujukku, dan menawarkan kenyamanan. Akhirnya aku tak bs menolaknya. Akupun ikut dia ke kota itu. Memang nyaman sih aku dgn jabatan baruku itu.
(127) Oya, aku aku mau critain dulu kronologinya wkt dia dtg nginap itu ya. Jd dia nelpon ke FO, ngasihtau AC-nya kurang dingin, di minta stel-kan. Tp mas yg kesini, jgn suruh yg lain, katanya. Ketika aku msk kmrnya, Om Tomy ini sdg handukan dgn bertelanjang dada.
(128) Lalu ku stel, dibilang blm dingin. Aku bilang tunggu aja bentar lg. Lalu dia naik ke atas kasur, utk mendekatkan remot ke arah AC. Pada saat itu lepaslah lilitan handuknya. Lepas, jatuh ke linen. Terlihatlah jelas alat kelaminnya yg tak sunat itu. Jembutnya rapi lurus2.
(129) Dia kaget dan menunduk ambil handuknya. Maaf mas, katanya. Aku sempat gugup melihat pemandangan yg sngt menakjubkan itu. Aduh, saya jd malu, mas udah sempat liat, katanya. Aku diam membisu. Sempat liat td mas? Tanyanya lg. Gpp Pak, kataku. Oh gpp toh, kirain papa, katanya.
(130) Lalu aku izin pamit, tapi dia tahani. Tunggu dulu mas, saya ada mau ngomong sesuatu. Katanya. Apa Pak, tanyaku. Anu mas, saya.. saya segan bilangnya. Katanya. Bilanglah Pak, aku mau kebawah. Kataku.
Gini mas, mau gak. Eh, gak jadilah mas. Maaf, lupakan aja. Mksh ya mas.
(131) Baiklah Pak, kataku sambil membalikkan badan. Pdhl aku udah gemetaran. Aku udah tau dia mau ngajak begituan, tp segan dan takut, siapa tau aku tak mau. Udah mau ku remas lgsg burung dia, tp aku lbh takut lg kalau dia marah dan melaporkan aku, bs gawat aku malu ke kawan2.
(132) Mas, tunggu bentar, katanya lagi. Aku menoleh ke arahnya. Panggil tukang pijit ya mas, saya pegal2 nih. Katanya. Boleh Pak, perempuan atau laki2. tanyaku. Ah, ada laki2 emangnya, tanyanya. Ya, adalah Pak. Kataku. Lalu dia berpikir sejenak. Perempuanlah mas, katanya.
(133) Aku sempat kehabisan akal. Eh, tp aku mau pijat yg benar mas. Karna pegal sama masuk angin. Kalau perempuan kan banyakan modus, gak pande ngurutnya, udah tuh tangannya gak kuat. Katanya. Jadi laki2 aja? Tanyaku. Kalau laki2 kan jelas, benar2 mau ngurut. Katanya.
(134) Aku tak mau bilang, tukang urut laki2 jg banyakan kedok jg. Bnykan homo2 jg tuh yg mau liat kontol. Tp aku tak tau apa nanti jawaban dia. Akhirnya akupun diam aja. Kalau mas bs ngurut gak? Tanyanya. Aku diam tak menjawab. Eh tp mas lg kerja ya. Katanya lagi. Iya Pak. Jwbku.
(135) Kalau udah ganti shift mau gak mas. Tanyanya. Lalu aku yg merasa udah di pancing2, dan mengingat waktuku tak boleh lama2 diatas, akupun lgsg menyambut godaannya. Bpk mau ku urut? Boleh, asal Bpk mau aja. Mau urut biasa atau plus2? Kataku lgsg. Lalu mataku jelajatan.
(136) Aku melihat ke burungnya yg udah dibalut handuk. Lalu dia meraba burungnya dan meremasnya pelan. Udah hidup ya Pak, tanyaku. Belum, tp mau hidup karna liat mas, katanya. Lgsg ku remaslah burungnya itu dan kusingkapkan handuknya. Burungnya pun lgsg ngaceng. Ku kocokinlah.
(137) Dia juga meraba burungku dari balik celana kain yg kupake. Wah udah hidup jg mas, katanya. Lalu dia pergi ke balik pintu, sementara pintu terbuka. Aku menunduk utk ngisap punyanya beberapa kali angguk. Lalu aku kembali berdiri dan melihat keadaan di luar, kearah koridor.
(138) Buka bentar mas, biar saya isap. Katanya. Lgsglah aku yg pindah ke balik pintu, kuturunkan celanaku, lalu dia menunduk ngisapnya. Cuma beberapa kali angguk juga diapun berdiri kembali. Udah mas, minta no hapenya aja, katanya. Kukasih, akupun turun. Kamipun chat dari WA.
(139) Kalau mas udah aplusan nanti, naik ya mas, ku tunggu. Katanya. Iya Pak. Kataku. Lalu stlh kami ganti shift, diam2 aku msk ke kamarnya. Tak ada kawanku yg tau aku kemana. Di kmrnya kamipun mantap2an. Bahkan aku tak pulang kerumah lg. Disitu aku tidur sampai bsknya.
(140) Kalau biasanya suku bermata cipit rata2 kecil burungnya, kalau Om Tomy ini besar. Seluruh tubuhnya putih bagai kapas. Dia tak berkumis. Lagi2 aku tak ragu jilbur. Bersih dan menurutku steril, haha. Aku suka skali samamu mas, aku hrs minum airmu. Katanya. Krn bsk aku plg.
(141) Aku hrs membawa bagian dr tubuhmu. Hrs ada pertinggalnya utkku. Katanya. Mas mau gak ku tinggalkan jg jejakku buat mas, tanyanya. Mau Pak. Kataku. Mau minum? Tanyanya. Iya, aku mau minum sperma Bpk. Kataku. Lalu dia blg dia mau pacaran dgnku, syg kami kami tak sekota.
(142) Itulah makanya dia nawari biar aku kerja sama dia aja. Nanti gajinya lbh gede. Aku yg menilai Om Tomy sngt baik akhirnya mau ikut dia ke kotanya. Aku resign dari hotel tmpt kerjaku. Ayah kaget stlh kubilang aku udah jauh skrg. Ayah sedih. Aku jg jd sedih, tp udah ku pilih.
(143) Ayah tambah sedih stlh minggu dpnnya aku tak lg pulang nemui dia. Bgitu jg minggu dpnnya smpai hbs bulan itu. Bulan brikut bgitu jg. Ayah sering nangis nelp aku. Dia blg biar aku plg aja ke kota kami, biar bs sering2 pulkam. Tp aku tak menuruti kata Ayah.
(144) Setaun berlalu aku gak prnh nemui Ayah. Aku pulang ketika akhir taun aja, taun baruan bersama Ayah. Ayah tak bs membendung air matanya, dan rasa rindunya sudah sangat menggunung. Ayah kembali sedih karna aku hrs balik ke kota. Cuma sminggu wkt ku bersama Ayah.
(145) Tahun kedua, Ayah bilang samaku, kalau bs aku pulang aja. Tp lagi2 aku tak mau. Hubunganku dgn Om Tomy terlalu syg di akhiri, trlalu indah dijalani. Aku msh mau romantisan dgn Om Tomy yg bagiku adalah sgalanya. Aku me-nunda2 trus permintaan Ayah. Begitulah smpai tahun ke 3.
(146) Slama 3 tahun trahir, aku hanya bs pulang wkt tahun baru. Dan Ayahpun sakit. Entah apa sakitnya. Tapi dia bilang dia udah rindu skali ke aku. Dia bilang fisiknya udah makin melemah dan tak berdaya. Dia berharap bisa liat aku, siapa tau stlh liat aku dia bisa sembuh kembali.
(147) Tapi aku tak kunjung pulang. Aku hanya brhrp Ayah sgera sembuh. 2 bln lg Ayah benar2 minta tolong biar aku menjenguknya. Lalu aku minta izin ke Om Tomy, tp dia tak mengizinkan. Berhubung bnyk sekali proyek pada saat itu. Dia bilang supaya aku menunda dulu sebulan lg.
(148) Bln dpn aja ya, katanya. Akupun sedih karna momen yg sngt tak mendukung itu. Terpikir utk resign aja kalau emang tak di bolehin izin, tapi tak ku lakukan jg. Bulan dpn ajalah pulang nemui Ayah. Gumanku. Lalu 3 hari lagi hapeku berdering dari nmr tak dikenal, aku biarin 2x.
(149) Ketiga x aku angkat. Ternyata tetangga kami yg nlp. Betapa kagetnya aku ketika dibilang kalau Ayah sudah meninggal. Bdanku lgsg gemetaran, aku terkulai lemas, air mataku bercucuran. Akupun teriak dgn keras. Ayaaahhh.... maafin aku Ayah... Aku tak mau menurutimu... 😭😭
(150) Aku sngt2 menyesal tak mau menjenguk Ayah slama ini. Aku sngt2 menyesal knapa aku tak resign aja kemaren. Skrg apa gunanya lg, Ayah udah tiada. Sama siapa lg aku mengadu. Aku mau bunuh diri wkt itu, aku mrasa sngt2 berdosa kpd Ayah. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri.
(151) Ku bereskan barang2ku mau pulang kampung, lalu aku tlp Om Tomy, dgn ter-sedu2 aku blg Ayahku udah meninggal. Dan aku hrs plg skrg ini jg. Tp Om Tomy memarahiku. Dia blg apapun alasannya, aku tak boleh pulang. Karna bnyk kerjaan yg hrs ku handle. Lalu akupun marah.
(152) Aku teriak se-kuat2nya. Aku memaki Om Tomy. Aku bilang dia manusia biadab, manusia yg tak punya perasaan. Udah tau Ayahku meninggal, msh aja tak dibolehin pulang. Akupun memaki dia dgn kata2 kotor, ku sumpahi dia. Bukan manusia kau, anjing! Itulah sbagian dr kata2ku ke dia.
(153) Lalu akupun tak henti2nya minta maaf ke Ayah. Meski aku tau itu tak ada lg gunanya. Aku sngt menyesali, knapa aku tak ada disisi Ayah ketika Ayah sakit, ketika tubuhnya di gerogoti penyakit, ketika tubuhnya melemah. Knapa aku hrs jauh2 dr Ayah. Knapa aku hrs cuek kpd Ayah.
(154) Knapa aku hrs pindah dr kota kami, yg gegara itu aku jd jauhan dr Ayah. Knapa aku hrs mau ikut si Tomy keparat, si Tomy jahanam itu. Aku udah salah, aku udah berdosa padamu Ayah. Ber-tahun2 aku menelantarkanmu, tdk mempedulikanmu. Hanya duit yg ku kuirimi utkmu slama ini.
(155) Tapi ragaku tak bisa kau gapai. Hatiku jg tak bisa kau sentuh. Kau sngt menderita, sengsara, kutinggal pergi. Hanya karna nikmat sesat dan sesaat. Kini engkau pergi dariku utk selamanya. Aku tak bs lg melihatmu, memelukmu, dan mendapat kasih sayangmu. Ayah, maafkan anakmu.
(156) Skrg baru ku tau, rasanya di tinggal pergi, Ayah. Rasa yg lbh dulu ku berikan utk kau alami. Udah lbh duluan kau merasakan makna kehilangan itu Ayah. Hanya karna kelakuan anakmu. Knapa aku tak cepat tanggap ketika engkau meminta aku dtg. Knapa skrg br ku sesali semuanya. 😭
(157) Andai wkt bisa diputar, diulang kembali, aku mau menemanimu Ayah, di masa2 tuamu, disaat ragamu mulai melemah, memegang tanganmu yg udah gemetaran. Andai aku tau hrs begini jadinya, aku tak mau ke kota itu Ayah, aku tak mau jauh2 darimu. Aku akan rutin menemuimu.
(158) Knapa gak ku berikan hatiku, dan waktuku, di sisa2 usiamu Ayah. Aku tak sempat berbakti padamu. Aku tak sempat meminta maafmu. Aku tak sempat melihat ragamu melemah, dan nafasmu tersengal. Aku melihatmu setelah terbujur kaku, ketika kau tak lg menyadariku ada di sisimu.
(159) Aku menyentuh tubuhmu yg kaku dan dingin, tapi kau tak lg merasa. Aku memanggilmu dgn isak tangisku, tp kau tak lg mendengar. Ayah, aku mau mengikutimu ke liang kuburmu. Aku ingin dikubur ber-sama2 dgnmu. Aku tak sanggup kau tinggalkan, Ayah. Bawa aku pergi bersamamu, Ayah.
(160) Aku mrasa hidupku tiada guna lg tanpamu Ayah. Aku merasa hdupku tiada arti lg tanpa hadirmu Ayah. Ayah, izinkan aku ikut denganmu. Bawa aku ikut denganmu Ayah.
Ku lompat ke dlm liang itu, ketika tanah mau di tutup. Tapi org2 menarikku, mengangkatku keatas. 😭
.
.

(Selesai)

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

17 Mar
𝐀𝐍𝐀𝐊𝐊𝐔 𝐏𝐔𝐍 𝐓𝐀𝐊 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐇𝐎𝐑𝐌𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 𝐋𝐀𝐆𝐈

[Sebuah utas]
.
.

(1) Saat ini usiaku udah 69. Aku merupakan seorang suami dari 1 istri, dan bapak dari 3 anak, serta kakek dari 7 cucu. Anakku smuanya prempuan. Aku nikah di umur 24 th. Tapi aku adalah seorg bisex. Image
(2) Mendengar usiaku ketika nikah msh 24 th, anda mungkin tak akan percaya kalau aku bisex. Karna biasanya seorg laki2 bisex akan telat nikah. Tapi aku tdk. Pdhl sblm nikah pun aku udah melanglang buana mncari kpuasan dgn laki2. Tp aku tetap pcaran dgn cewek dan cpt2 menikahinya.
(3) Aku memang menggunakan akal sehatku dgn baik, bahwa aku tak boleh telat nikah. Biar aku bs menafkahi anak2ku ketika aku msh sehat dan kuat nyari duit. Dan biar orangtuaku jg bahagia meliat anaknya udah brkeluarga. Dan satu hal lg tentunya, biar tak ada yg tau aku ini bisex.
Read 197 tweets
8 Mar
𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑𝐍𝐘𝐀 𝐀𝐊𝐔 𝐃𝐈𝐁𝐄𝐍𝐂𝐈 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀𝐍𝐘𝐀

[Sebuah utas]
.
.

Aku sudah berkeluarga dan punya anak. Tapi hasrat ke lelaki tetap ada. Itu ku idap udah sejak lama sewaktu lajang. Tapi trmsk jarang aku dapat laki2, mungkin karna aku krg menarik bagi orang lain. Image
Kulitku hitam, kumis tebal, kerjaanku tukang gali sumur bor. Jobku sering sepi, sdgkan istriku hanya urus RT. Aku sring kehausan laki2, tp ketika kucari, gak selalu aku bs dapatkan. Aku nyarinya keliling2 dgn motor bututku ke tempat2 nongkrongnya homo2 ataupun ke pangkalannya.
Ketemu sih banyak tp rata2 pada gak mau. Ngobrol sebentar akhirnya mereka pun izin pamit. Jd aku sngt jarang dpt laki2. Aku gak punya kriteria khusus, yg penting laki2 muda hingga umur 40 an. Oya, hampir lupa, umurku saat ini 48 th. Dlm ML, aku suka ngisap, nusuk, dan ditusuk.
Read 90 tweets
6 Mar
𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐊𝐔 𝐏𝐄𝐑𝐂𝐀𝐘𝐀 𝐈𝐓𝐔 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐂𝐄𝐋𝐀𝐊𝐀𝐈𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.

Aku seorang guru SD, umurku saat ini 57 th. Aku seorang bisex. Punya seorang istri dan 3 org anak, saat ini sdh semua menikah, dan aku udah bercucu dr semuanya. Inilah kisah masa laluku. Image
Memang sejak SMP aku udah menyukai laki2, dan udah prnh ML dgn laki2. SMA aku jg udah bukan di dpn ortuku. Dan dimasa kuliahlah aku sngt bnyk melanglang buana di dunia homoseks. Dimasa itulah aku bnyk mencicipi tubuh dan kontol laki2. Aku seorang pure bot.
Jujur aja gayaku ngondek. Aku sadar itu tp gak bs ku tutupi itu. Memang begitulah sifat dan karakter bawaan lahirku. Aku menyukai brondong atau anak2 muda. Tp aku msh bs ML dgn bpk2 umur 40. Itulah batasnya. Lbh dari 40 udah gak bisa lagi kuladeni.
Read 162 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!