Anwar Fuadi Profile picture
31 Mar, 155 tweets, 17 min read
Sebenarnya, sejak dua tahun yang lalu aku sudah disuruh untuk menuliskan kisah ini pada sebuah Thread.

Semoga kali ini bisa terselesaikan, dan ceritanya dapat dinikmati.

Inilah cerita mistis nusantara.

KKN "Klarifikasi Setan"
- A Thread.
Cerita ini bermula saat pertengahan 2019, sebulan sebelum cerita KKN dari desa penari jadi trending topic kancah per-twitteran.
Karena ya bisa dibilang cerita ini adalah cerita KKN desa penari, namun endingnya bahagia tanpa ada tumpah darah terjadi.

Masih mengerikan, tapi berakhir dengan penuh haru.

Eh kok haru ?

Itulah yang membuat cerita ini akan menarik untuk diceritakan.
Jadi di tahun 2019, aku sebagai mahasiswa diwajibkan oleh kampus untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui KKN.

Jujur KKN menjadi kegiatan kampus yang sangat di nantikan, karena ini dan itunya lah ye kan ehe.
KKN di pantai, KKN di gunung, dan desa-desa terpencil.

Terus susah sinyal ya kan, tidur bareng, masak bareng, bantu-bantu warga desa nangkap kuyang, dan menikmati jauhnya perkotaan. Pokoe asik.

Begitulah bayangan awalnya.
Namun angan itu seketika kandas, disaat muncul kebijakan baru dari kampus yang sangat uwaw.
Kami ditugaskan di desa yang tidaklah jauh dengan perkotaan, yang semua sinyal seluler full, yang jarak mall ke desa cuman perlu naik motor 20 menit, yang kalau mau Janji Jiwa tinggal di gojekin.
"Mana tantangannya ? Apa experience-nya ?" Ucap ku kecewa, dan pastinya yang lain juga. Tanpa mengetahui, rasa kecewa itu malah menjadi awal mula dari satu bulan penuh tantangan, dan salah satu experience paling luar biasa yang pernah ku dapatkan selama hidup.
Jadi satu tim KKN itu terdiri dari 10 orang, dan dipilih acak dari berbagai program studi dalam satu Fakultas.

Disinilah dimulai kisah aku dan teman ku, yang akan berperan penting dari cerita ini. Sebut saja namanya Abdul.
Abdul adalah teman ku satu prodi, dan kami sering make jaringan kampus malam-malam buat nge game sampai larut, dan download berbagai hal (ehe).

Sedangkan sisa 8 orang sisanya adalah orang-orang dari prodi lain yang masih belum ku kenal.
10 orang ini, terdiri dari 6 cowok dan 4 cewek.

Tim cowok ada Anyo sebagai ketua, Zali seksi konsumsi, Bang Usman yang paling tua, Sueb sebagai anak senja, lalu aku dan Abdul.

Terus ceweknya ada Dea, Hasna, Mia, dan Ani sebagai bendahara.

Maafkan aku lupa tugas-tugas kalian :)
Anyo sebagai ketua yang ditunjuk secara paksa, lalu membuat grup chat.

Kamipun berencana memulai dengan survei ke desa terlebih dahulu, mencari tempat tinggal, dan berkenalan dengan aparat desa. Terutama kepala desa.

Pagi besoknya kami lalu berangkat, dengan menggunakan motor.
Hamparan padi hijau sedikit menguning luas terbentang. Langit penuh layangan, dan angin pertengahan tahun bertiup kencang.

Tanpa cap cip cup, kami diterima dengan baik, dicarikan rumah tinggal, dan diajak berkeliling desa.

Semua lancar dan baik-baik saja.
Tidak ada hal aneh.
3 hari setelah survei, kami pun tinggal disana.
Cowok tinggal di bilik kayu beratap seng, yang mana siang sangatlah panas, dan malam bagaikan di kulkas. Di samping kanan ada gudang desa, dan di kirinya bilik tetangga.

Bilik ini kami sering sebut markas, karena selain untuk tidur, disini kami makan, masak, dan juga rapat.
Sedangkan cewek tinggal di rumah semen yang dulunya adalah puskesmas. Jaraknya 20 langkah dari tempat kami.

Di sana ada TV, dan kamar dengan ranjang empuk, kipas angin juga ada. Nyaman lah pokoknya.
Dan dimulailah cerita satu bulan kami di desa ini.
Malam itu adalah, malam pertama kami bersama di desa.

Malam pertama ini kami mulai dengan pendekatan satu sama lain menggunakan metode kartu UNO, dan bedak bayi.

Metode ampuh menjalin relasi.
Canda dan tawa mulai terbangun malam itu, dan bodohnya kami tidak tahu waktu.

Mia, salah satu anak cewek izin tidur karena sudah jam 11 malam. Dia pun pulang duluan ke puskesmas, sedangkan kami tetap lanjut bermain kartu, dan membicarakan hal penting lainnya.

"Penting"
Menjelang tengah malam, gelak tawa masih terdengar, dan wajah semakin putih karena bedak.

Namun suara tawa tadi seketika berubah menjadi teriakan.

Terdengar dari atap nampak serbuan batu kerikil yang sangat banyak berjatuhan terkena seng secara tidak normal.
"Mungkin petir"

"Mungkin kita terlalu ribut, lalu tetangga marah"

"Mungkin anak-anak usil ngelempar batu."

Kami saling bertatap-tatapan bingung, dan panik.
Bang Usman yang paling dewasa diantara kami lalu mengecek keluar markas.

"Nggak ada orang." Ucap beliau sembari mengintip keluar.

Abdul ikut menengok keluar.

"Paling kelelawar ngejatuhin buah" Ucap Abdul sambil terkekeh.
Sebelum jam 00:00 permainan lalu kami akhiri, aku dan Abdul mengantar para cewek kembali ketempat mereka.

Kemudian kami tidur, menunggu subuh.
Bangun pagi di desa itu adalah sesuatu hal yang tidak boleh dilewatkan.

Tepat didepan bilik, terhampar sawah yang sangat luas berembun, sinar matahari terbit tepat menyinari sela-sela dinding kayu.

Sangat instagramable di jamannya.
Namun hati yang ingin mengabadikan panorama, dan pamer ke tim KKN lain, dikalahkan dengan dinginnya hawa pedesaan.

Kami memilih tetap berselimut sarung.
"LAIIIEEN !" Notifikasi grup LINE berbunyi.

Tim cewek ternyata sedang pergi ke pasar mencari lauk untuk sarapan, tim cowok masih sarungan bagaikan kepompong.

Sedang khidmat rebahan, tugas negara malah memanggil.

"Anwar, kamu isi galon !!" Chat dari Ani sang bendahara
Tempat pengisian galon tidaklah jauh, sekitar 30 meter dari markas.

Tepatnya di rumah kepala desa.
Karena masih malu-malu kucing, aku pun minta temenin Abdul untuk kesana.

Kami berjalan kaki, dan dari kejauhan sudah terlihat bapak-bapak ngopi pagi sambil bercengkrama.
Kami pun menyapa santun.

"Mari pak, permisi..."

Jawaban hangat diberikan oleh kepala desa.
"Silahkan..."
Dari bapak-bapak yang ngopi di sana kami hanya mengenal Kepala Desa, dan ketua RT. Dua lainnya nampak asing.
Sembari kami menunggu galon terisi. Kepala desa lalu bertanya.

"Malam tadi udah kenalan belum ?" Tanyanya sambil terkekeh.

Kami bingung.

"Yang cantik apa yang muka rusak ?" Tanya beliau lagi.

Bagaikan benang merah yang tersambung, batinku lalu berucap.

"Wah fix setan ini."
Aku menatap Abdul.

Karena sudah lama berteman, aku cukup mengetahui track record Abdul dalam dunia mistis. Beliau masuk divisi kesehatan pada acara jurit malam, dengan tugas untuk menangani penyakit meta fisika.
"Wah saya nggak bisa liat pak, Abdul nih yang bisa." Sembari mendorong Abdul ke depan.

Pak kepala desa dan 3 bapak yang lain terlihat penasaran.

"Gimana ?" Tanya mereka
Abdul pun menjawab ragu.
"Yang cantik ada sih lewat di jendela belakang"

Aku terpejam, dan berucap dalam hati "lah beneran dijawab."

Ke-4 bapak-bapak itu lalu tertawa nampak tidak percaya.
"Tapi malam tadi genderowo di pohon belakang sana usil sih pak" sambungnya.

Seketika tawa ke-4 bapak itu mereda. Bapak yang berambut gondrong, berkaos tanktop lalu berucap.

"Wah emang suka usil dia, yang di pohon gede kain kuning itu kan ?"

Abdul mengangguk.
"Yang batu malam tadi ?" Tanyaku menatap Abdul.

"Iya" jawabnya sambil terkekeh.
"Ngelempar batu dia Pak" Ucap Abdul menyampaikan ke bapak-bapak ini.
"Memberi salam doang itu mah" Ucap Pak Gondrong tadi.

"Iya sih pak, mungkin karena kami ribut juga sih malam tadi." Ucapku menambahkan.
"Mereka kadang ingin menyapa, mereka kadang usil, kadang juga baik. Seperti manusia pada umumnya lah ya." Ucap Kepala Desa.

"Aku bisa liat, kepala desa juga bisa liat, pak RT kadang-kadang. Hal seperti itu bukan hal aneh disini." Ucap Pak Gondrong dengan nada bercanda.
"Aku disini bukan mau menakuti kalian, tapi ingin mengingatkan bahwa kalian tidak sendiri."

Aku seketika merinding
Singkat cerita terjadi sesi QnA antara Abdul dengan bapak-bapak ini. Mereka diskusi heboh, frekuensi mereka sama.

Mulai dari cerita kuyang, kemudian makhluk-makhluk yang ada di desa itu semua diceritakan.

Kami survei dulu ye kan.
"Kalau mau jalan-jalan silahkan, ke sungai ncari ikan, foto di sawah" Ucap kepala desa.

"Atau ncari yang mistis juga bisa, ular mahkota intan, pedang emas di sawah. Kalau ketemu silahkan ambil terus dijual" Tawa Pak Gondrong.

Kami nggak tahu apakah beliau bercanda atau tidak
Karena sudah cukup lama bercengkrama, kami pun pamit. Di perjalanan pulang aku ngomong.

"Kuy lah ncari pedang emas, jual" candaku.

"Ayo, kayaknya emang ada." Jawab Abdul.

(Kami benar-benar mencarinya.)
Anak cewek sudah datang membawa lauk untuk sarapan, itu pertama kalinya kami sarapan bersama.

Aku dan Abdul sepakat nggak nceritain kejadian di tempat kepala desa ke yang lain.
Dua minggu berlalu dengan cepat, kegiatan kami di desa lancar-lancar saja, proker juga sudah selesai dijalankan. Nampak lancar, walau aku dan Abdul sebenarnya sadar akan gangguan saat malam hari.

Biarlah kami saja yang mengetahui, pikir kami.
Suatu hari Kepala Desa mengajak kami untuk berwisata mendaki bukit di luar desa.

Jaraknya lumayan jauh dari desa, sekitar satu jam perjalanan.

Kami pergi dengan mengendarai motor.
Sejak dulu aku tidak suka mendaki bukit atau gunung, lelah dan tinggi.

Hanya setengah jalan, lalu turun kembali, makan mi instan, bersantai di kaki bukit.

Sedangkan mereka sedang asik berfoto-foto dipuncak.
Waktu sudah hampir magrib, mereka kemudian turun.

Dea yang awalnya paling semangat nampak sudah kelelahan, begitu pula yang lain.

Kami lalu pulang setelah magrib, dan sampai di desa dengan kelelahan.
Air bersih menjadi salah satu masalah di tempat kami. Kami mandi hanya mengandalkan air sumur yang keruh, yang airnya harus didiamkan dulu agar kotorannya mengendap.

Beberapa anak ada yang memilih pulang ke kos, dan mandi di sana, lalu kembali lagi ke desa agak malam.
Kami sering pulang pergi ke kos secara bergiliran. Entah untuk mandi, atau tidur nyenyak disana.

Ya karena memang desanya cukup dekat dengan kota, dan kos mereka. Dan lagi tidak ada yang menyalahkan untuk pulang.
Sekitar jam 8 malam para cowok sudah kembali ke desa.

Ani dan Mia meminta izin untuk ngambil jatah tidur di kos.

Tersisa Dea dan Hasna yang harus bermalam di puskesmas.
Menjelang tengah malam, yang masih terbangun saat itu ada aku, Abdul, Bang Usman, dan Sueb kami sedang mencari chicken dinner saat itu.

Sedangkan ketua kami Anyo, dan seksi konsumsi kami Zali sudah tertidur pulas.
Walau di Erangel sangat ribut, bagiku malam itu nampak biasa saja. Udara yang dingin membuat masing-masing dari kami berselimut. Suara jangkrik pedesaan menambah suasana tenang.
Namun ternyata ketenangan itu hanya sementara.

Runtutan pesan notifikasi dari grup chat lalu berbunyi.
"Lainn....Lainn...Lainn"

Dea dan Hasna nampak panik.
"Tolong"
"Tolong"
"Tolooongg"

Isi pesan grup chat hanya berisi permintaan tolong.
Belum sempat kami membalas, pintu bilik lalu digedor-gedor tak santai.

Abdul yang kebetulan tiduran dekat sana, lalu membuka pintu, dan terlihat wajah pucat dua cewek yang masih kelihatan panik, tanpa alas kaki, dan berjilbab kan selimut.
Hasna dengan gemetar berucap.

"Tolong, ada setan"
Kami suruh mereka masuk terlebih dahulu, Sueb menenangkan.

Sedangkan aku, Abdul, dan Bang Usman bergegas ke puskesmas.

Pintu depan terbuka lebar, nampaknya mereka benar-benar panik, bahkan sendal diteras depan sampai nggak dipakai.
"di kamar mandi" ucap Abdul serius.
Pantas saja mereka ngibrit.

Pintu kamar mandi terbuka tutup secara tidak wajar, bukan karena angin, atau karena tua. Seperti memang ada yang "mainin".
Kejadian di puskesmas ku serahkan ke Abdul dan Bang Usman, ngeri juga bosss.

Aku lalu kembali ke markas sendiri. Ku lihat Dea dan Hasna sudah nampak tenang.
Dea yang cukup tenang mulai cerita.

Karena Mia dan Ani nggak ada, biar nggak terlalu sunyi Dea dan Hasna ngobrol di kamar. Katanya awalnya tenang-tenang aja, dan mereka sudah mau tidur.

Tapi tiba-tiba ada terdengar keributan di dalam Aula Desa.
Aula desa berada tepat di samping puskesmas.

dan malam itu memang tidak ada acara.
Lantas karena takut, mereka lalu masuk ke selimut dan baca doa-doa biar tenang. Hasna mulai nge-chat di Grup dengan panik.

Dan lalu suara riuh di Aula perlahan menghilang.
Yang ternyata gangguan itu malah pindah ke dalam rumah.
Pintu kamar mandi tertutup terbuka dengan tidak santai.
Karena saking paniknya mereka sudah nggak sadar lagi lari tanpa alas.

Bang Usman balik ke markas dengan membawa sandal mereka, lalu tertawa geli.
Notif grup berbunyi, sebuah pesan dari Abdul bertuliskan.

"Dah hilang".
Sueb lalu mengantar mereka kembali ke puskesmas, sementara aku dan Bang Usman jaga-jaga kalau setannya malah ke markas.

Di puskesmas Sueb dan Abdul berinisiatif untuk berjaga diruang tamu, jaga-jaga si "doi" kembali.
Entah karena kelelahan setelah pulang dari pendakian, atau malam itu setan-setan memang sedang usil-usilnya.

Entahlah ya, yang pasti ini menjadi awal terbukanya semua cerita mistis kami di desa ini.

Kamipun tertidur lelap.
Sinar mentari kembali bersinar, seperti subuh biasanya udara pagi pedesaan menembus sanubari.

Anyo yang baru saja terbangun, langsung panik ketika melihat isi chat grup malam tadi, disusul Zali yang nampak bingung.
Sayang sekali mereka sudah melewatkan tampang kocak Dea dan Hasna saat panik.
Akibat kejadian malam tadi, sarapan kami kali ini agak berbeda.

Yang biasanya membicarakan tentang program kerja, pagi ini Dea dan Hasna malah heboh menceritakan pengalaman mereka malam itu sedetail mungkin.
Semua anak masing-masing lalu mulai menceritakan pengalaman horor mereka yang selama ini mereka tidak ceritakan.
Suara anak-anak main bola tengah malam, suara besi-besi di gudang samping bilik, Dea yang habis sholat subuh kakinya digelitikkin, Zali yang waktu mandi di bilik terus ada orang lari-lari, padahal lagi sendiri, Air keran di puskesmas yang tiba-tiba kebuka.

Semua bercerita.
Aku dan Abdul lalu teringat dengan apa yang disampaikan Pak Kades di hari pertama, dan kami pun menceritakan kisah hari itu ke mereka.

Tentu saja para cewek merah karena kami baru saja memberi tahu.

"Jadi, kapan kita ncari pedang emas nih ?" Ucap Anyo mencairkan suasana.
Peristiwa malam itu ternyata terdengar tetangga bilik kami, Bu Tati.

Tetangga kami Bu Tati, tinggal dengan anaknya, dan cucunya yang masih balita, suami anak Bu Tati bekerja sebagai supir truk, jadi jarang balik ke rumah.

Siangnya beliau bertanya.

"Ada apa malam tadi ?
Kami kembali bercerita, dan kami juga meminta maaf apabila kami malam tadi mengganggu.

Bu Tati tersenyum, dan bilang,
"Sudah biasa itu" dengan santainya

Cucu Bu Tati kadang menangis saat malam hari, suara tangisannya terdengar sampai di bilik kami
Bu Tati bilang bahwa Anak dan Cucunya bisa lihat hal gaib.

Kalau Cucunya nangis, berarti malam itu ada nona buruk rupa yang lewat dibelakang rumah. Sedankan kalau dia ketawa-ketawa, berarti yang lewat adalah nona cantik jelita.

Cerita ini persis yang disampaikan oleh Pak Kades.
Kami hanya bisa geleng-geleng kepala. Pertama Pak Kades, lalu ada Pak RT dan Pak Gondrong, sekarang anak dan cucu Bu Tati juga bisa melihat makhluk alam sebelah ini.

"Kayaknya ini memang desanya Abdul" Ucapku bercanda kepada Abdul.
Kami lanjut ngerumpi bersama Bu Tati di teras bilik yang menghadap sawah.

Bu Tati dengan santainya cerita, lalu menunjuk ke arah hutan.

"Di sana ada kerajaan." Ucap beliau santai, di susul dengan anggukan Abdul.
Aku dan teman yang lain menatap Abdul serius, dan dia ketawa-ketawa saja.

"Setiap malam kalau kalian bisa lihat, sebenarnya di sawah itu ada jembatan megah mengarah ke hutan" Ucap Abdul.

Disusul dengan anggukan Bu Tati, dan kami yang menelan ludah.
"Jadi apa yang disampaikan oleh kepala desa mengenai ular bermahkotakan intan, dan pedang emas di sawah itu mungkin saja benar adanya." Tambah Abdul.
Sorenya kami para cowok pergi menuju hutan,dan sawah untuk mencari cuan.

Tapi sayangnya kami tidak mendapatkan apa-apa. Tapi lumayan ada kenang-kenangan berfoto disana.
Karena kejadian malam itu, semua jadi lebih terbuka dengan kejadian yang mereka alami.

Setiap pagi selalu ada hal yang bisa diceritakan, dan karena itu juga kami jadi lebih santai dalam menanggapi gangguan-gangguan yang ada.
Hal mistis mungkin sudah dapat diatasi, tapi beda dengan hal medis.

2 hari setelah kejadian itu aku lalu mengalami tipes, dan harus dirawat selama 3 atau 4 hari.

dan sehari seteleh aku kembali ke desa, sekarang malah Zali yang sakit.

Apakah hal mistis ?
Zali didiagnosa dokter terkena darah tinggi, sedangkan dia tidak ada makan atau melakukan hal yang dapat menyebabkan jipertensi.

Dia pun diizinkan untuk pulang.

Hari ke dua dia sudah kembali ke desa.
Kami pun menjalani sisa hari di desa dengan senang, desa, dan tak terasa sudah satu bulan kami di desa.

Tugas kami terakhir sebelum pulang adalah Loka Karya, presentasi dari setiap tim mengenai progress di desa.

Malam sebelum loka karya kami lalu rapat di markas.
Malam itu adalah malam yang tak akan pernah bisa aku atau kami lupakan.

Tepat pukul 9 malam kami lalu memulai rapat.

Dan kejadian ini dimulai saat ketua kami, si Anyo di chat oleh kepala desa.
"War, Dul, kalian disuruh Kades ke rumah nih." Ucap Anyo menyampaikan isi pesan dari Pak Kades

"Ngapain ?" Tanya ku.

"Nggak tahu. Buruan gih mungkin penting."

Aku dan Abdul pun pergi ke rumah kepala desa.
Di teras rumah sudah terlihat anak laki-laki dari kepala desa, yang sudah menyambut nampak mencurigakan.

"Tuh bapak udah nungguin" ucapnya tertawa sembari mempersilahkan masuk.

Aku membuka pintu, mengucap salam, dan masuk lebih dulu.
Ketika pintu dibuka, terlihat Kades duduk lesehan santai di ruang tamu, dan didepannya ada sosok perempuan berambut sebahu, yang menutupi wajahnya dengan rambut.

Tanpa curiga, aku dengan santai menyapa kepala desa.

Dan perempuan itu tertawa.

"Hi hi hi hi hi" tidak normal.
Bulu kudukku seketika merinding.
Aku langsung menengok ke belakang, dan terlihat Abdul yang ternyata masih belum masuk, sementara suara tawa masih terdengar.

Jujur aku cukup panik saat itu.

"Kenapa ini pak ?" Tanyaku memberanikan diri.

"Cewek nih, pengen ketemu kamu" Jawabnya santai sambil terkekeh.
Aku pun memberanikan menoleh ke arahnya, lalu dia mengangguk dengan rambutnya yang tetap menutupi sebelah wajahnya, sementara sebelah lagi matanya terpejam.

Perempuan ini lalu terdiam, nampak malu-malu.
Abdul kemudian masuk dengan santainya ,dan duduk di sampingku.

"Kan kalian sudah mau selesai KKN nih, dia ini sedih kalian mau pergi" Ucap Kepala Desa, yang saat itu tidak bisa ku percaya.

"Pengen ngucapin perpisahan" lanjutnya.

Perempuan itu lalu mengangguk pelan, tertawa.
Jadi raga perempuan itu adalah raga mantu Pak Kades, istri dari anak laki-laki beliau.

Tapi jiwanya bukan.
"Sebenarnya dia pengen ketemu semuanya, tapi orangnya pemalu" Ucap Pak Kades, disusul cekikikan perempuan itu.

Aku dan Abdul saling bertatap-tatapan, lalu menatap sosok didepan kami ini.

"Aku malu diliatin."
Aku merinding.
Dia bisa ngomong.

Suaranya beda banget dengan suara mantu Pak Kades yang biasanya kami dengar, nadanya lebih tinggi, dan tidak berbahasa daerah. Bahkan tidak ada logatnya
Aku mencoba untuk merespon apa yang disampaikan Kades,

"Saya panggilin yang lain ya pak" Ucapku gemetar.

"Boleh, kalau berani silahkan, kalau nggak berani lebih baik diam di bilik saja, terutama perempuan." Jawab beliau santun.

"Baik pak, nanti saya tanyakan" aku pun cabut.
Sembari aku menuju pintu keluar suara tertawa perempuan wanita itu mengiringi kepergian ku.

(Kata Abdul, waktu itu dia melambai dadah)
Pintu markas ku buka, dan langsung ku tutup. Di hadapan mereka aku berdiri kaku.

Dea nanya kenapa aku dan Abdul dipanggil Pak Kades.

Sueb yang sadar saat itu tanganku masih gemetar, lalu menyuruh aku duduk tenang.
Setelah duduk sebentar, aku mulai tenang.

Dea kembali bertanya.
"Ada surprise perpisahan ya ?" Tanyanya excited.

"Nggak..." Jawabku tenang.
"Ada yang pengen ketemu" lanjut ku.

"Orang sebelah"
Awalnya mereka mengira aku bercanda, tapi melihat tampangku yang serius, dan wajah yang munkin agak pucat saat itu, mereka tahu kalau aku nggak bercanda kali ini.

"Jadi kami disuruh ke sana nih ?" Tanya Anyo.
Aku menatap ke empat cewek yang nampak terdiam, dan berucap,"Kalau berani silahkan ke sana. Kalau takut, mending diam disini aja."

Aku juga bakal ragu sebenarnya kalau ada yang bilang ada setan yang pengen ketemu.
Mungkin karena peristiwa yang kami alami selama sebulan ini membuat mereka berfikir, bahwa hal seperti hantu yang ingin mengucapkan perpisahan itu adalah hal yang wajar.

"Ayok lah berangkat" Ucap Dea semangat, dan disusul persetujuan yang lain.
Kami semua lalu jalan kaki menuju rumah Kades.

Diperjalanan aku kembali mewanti-wanti, kalau nya ada yang takut lebih baik diam di markas saja, nanti aku jagain.

Hasnah masih sedikit berfikir aku bercanda, dan ini adalah surprise perpisahan dari Kades.

But no jangan geer.
Pintu rumah Kades terbuka lebar, nampak Abdul, Pak Kades, dan perempuan itu masih duduk tidak berpindah.

Anyo masuk pertama, dan disusul cekikitan suara perempuan itu.

Semuanya tersentak kaget.
Kami masuk pelan-pelan, ku lihat Mia mulai membaca doa-doa, Anyo dengan tenang duduk disamping Kades, dan sisanya masih melongo heran.

Perempuan itu melambaikan tangannya kearah para cewek, lalu seperti mengisyaratkan untuk duduk disampingnya.

"Sini" Ucapanya lirih.
Terhentak, dan kaget, wajah para cewek yang awalnya sumringah berharap surprise, kali ini benar-benar terkejut.

Perempuan itu masih melambaikan tangannya,
"Sini" Ucapnya pelan.

Kemudian Dea, Mia, Hasna, dan Ani memberanikan diri duduk di sampingnya, walaupun agak jauh sih.
Sekali lagi Pak Kades menjelaskan bahwa sosok didepan kami ini, adalah sosok makhluk yang pengen ketemu sama kami.

Lalu dia menangis.
"Aku sedih kalian mau pergi, kalian orangnya lucu-lucu, seru." Ucapnya lirih, disusul dengan suara tangisnya yang menjadi-jadi.

Dan saat itu jam 10 malam.
Pak Kades lalu cerita tentang mahasiswa yang juga KKN di desa itu, sebelum kami.
Jadi tahun lalu di akhir KKN, aparat desa dan warga sedang mengadakan pesta perpisahan untuk mahasiswa, yaitu orkes dangdut sampai pagi, karaoke, dan bakar-bakar jagung serta sosis.
Awalnya tidak ada masalah.

Namun setelah itu acara terpaksa dihentikan karena biduan dangdut kesurupan, dan kemudian pingsan.
Kata Pak Kades, kelompok mahasiswa sebelum kami ini kurang disenangi penunggu di sana, bukannya tidak suka, mereka cuman kurang enjoy saja dengan kehadiran kelompok mahasiswa ini.
"Berbeda dengan kelompok mahasiswa sebelumnya. Kali ini makhluk-makhluk didesa ini sangat menerima kedatangan kalian" Ucap Pak Kades tersenyum, di susuldengan anggukan si Perempuan ini.

Entah kenapa aku merasa senang karena diterima dengan baik.
"Kami sangat merasa berterimakasih sudah diterima di sini Pak" Ucap Anyo sang ketua setelah mendengarkan pemaparan Pak Kades.

"Sama-sama" Jawab Pak Kades.
Mulai merasa nyaman dengan situasi ini.

Dea pun bertanya akrab.
"Namanya siapa ?"

Dia bertanya nama kepada setan.
Perempuan itu menggelengkan kepalanya.

Kata Pak Kades dia nggak mau menjawab nama aslinya. Tapi biar nyaman dia bisa dipanggil Zahra.

Lanjut Ani yang penasaran berbisik, kenapa wajahnya ditutupin.
Abdul menjawab bahwa wajah sebelah kanan Zahra rusak, makanya dia tutupin dengan rambut.

"Iya, aku malu dilihatin" jawab Zahra.

Situasi yang sangat aneh.
Lalu sebuah pertanyaan muncul dari benakku.
Kalau kami diterima dengan baik di desa itu, kenapa kami selalu diganggu ?

Aku pun nanya.
"Selama ini Zahra ya yang suka ngganggu kami di rumah ?"

Malam itu kami meminta klarifikasi.
Yang suka mainin alat gudang, yang lari-lari waktu malam, yang suka lewat dekat jendela, yang tutup buka pintu kamar mandi cewek, yang ribut di aula, yang suka ngetuk-ngetuk bawah lantai.

Semua kami tanya.
"Itu bukan aku, tapi yang lain." Jawabnya.

"Aku pernahnya gelitikin kaki kamu aja habis sholat." Ucap Zahra menunjuk Dea lalu terkekeh.

Peristiwa Dea digelitikin setan itu hanya kami yang tahu, kami nggak cerita ke Kades, dan itu benar.
"Yang suka main biasanya anak-anak" Ucap Zahra.

Abdul mengangguk menguatkan.

Jadi di dekat markas itu ada dua anak kecil yang sering usil, dan setiap malam main, mereka juga suka mainin alat-alat gudang.

"Mereka suka main bola." lanjut Zahra.
"Yang ditempat kalian" Zahra menunjuk ke para cewek.

"Ditempat kalian itu yang jahat." Lalu para cewek nampak gelisah.

"Tapi sudah aku suruh jangan ganggu lagi kok, dia memang jahat orangnya." Ucapnya menenangkan. "Kakek-kakek suka mainin pintu"

Para cewek lalu gelisah lagi.
Setelah itu Zahra bercerita mengapa dia senang dengan kami.

Dia bilang bahwa kami kompak, lucu-lucu dan asik, dan dia mengatakan bahwa dia selalu memperhatikan kami selama ini. Apa saja yang kami lakukan, dan kebiasaan kami selama di desa dia tahu. Uwaw nggak tuh.
Lalu satu-satu dia menunjuk kami dengan telunjuknya, dan seperti magis anehnya dia menjawab hal itu dengan tepat, sangat tepat bahkan.
"Kamu gamer, tidurnya selalu malam" Ucapnya kepada Bang Usman, dan benar saja beliau selalu main PUBG tiap malam.

"Kamu kalau kalah main, kepalamu kamu pegang kek gini" Ucapnya kepada Sueb, sekaligus mempraktekkan persis seperti Sueb biasanya kalah.
"Kamu kalau habis sholat subuh langsung tidur" Ucapnya kepada Dea, dan di iyakan temannya yang lain.

"Kamu pemberani" Ucapnya kepada Anyo.

"Kamu penakut, semoga setelah ini jangan takut lagi yaa" Ucapnya menenangkan Hasna yang nampak masih sedikit takut.
"Kamu orangnya pendiam, dan kamu tenang." Ucapnya kepada Ani sekaligus Mia.

Lalu dia menunjuk kearah ku. Dia tertawa malu, dan bilang.

"Aku suka kamu, kamu orangnya lucu"
Aku shock, dan teman-teman yang lain nampak terkaget-kaget.

Mengapa perempuan pertama yang menyatakan perasaanya padaku adalah makhluk alam sebelah.

"Kamu mau ikut aku ?" Ucapnya entah bercanda atau tidak.
Pak Kades bercanda menyuruh aku untuk ikut, dan menyampaikan bahwa aku adalah tamu yang paling disenangi oleh makhluk-makhluk penunggu desa.

Abdul membuka omongan dan mengangguk mengiyakan.
Saat kami di hutan untuk mencari pedang emas, kami pastinya bercanda dan mengabadikan kejadian di sana. Saat itu aku minta tolong Abdul untuk memfoto kan, dan dia berucap bahwa ada cewek yang berdiri di sebelahku.

Bodohnya tanganku berpose merangkul, walau niatnya bercanda.
"Waktu aku motoin kamu itu seriusan loh, yang kamu rangkul itu memang ada makhluknya" Ucap Abdul, disusul tawa yang, sedangkan aku masih terdiam mencoba memahami.
"Jadi waktu kita mau pulang dari hutan, dia sebenarnya minta izin aku, katanya dia mau ngikutin kamu. Ya aku izinin kan" Katanya sambil tertawa keras."Alhasil dia 3 hari ngikutin kamu War"

Aku nggak habis pikir, semua ketawa, Zahra juga ikut ketawa.
Suasana saat itu sudah cair, nampak tidak ada ketegangan lagi diwajah. Jujur dapat bercengkrama dengan orang dari alam sebelah adalah hal yang luar biasa bagi ku, dan luar biasanya lagi bisa ngobrol santai, bahkan bercanda dengan mereka.
Dan luar biasanya lagi disenangi dan diterima baik.

I mean, disenangi orang lain itu pasti membuat diri ini juga senang kan, aku cukup terharu saat itu, merasa dihargai.

Apalagi ada cewek yang nembak ye kan hehe.

Tapi meski senang, aku dengan berat hati menolak tawaran Zahra.
Terakhir Zahra menunjuk ke arah Abdul, namun kali ini dia tidak tertawa.

"Aku kurang suka sama kamu, energi mu" Kami terdiam.

Pak Kades lalu menjelaskan cukup panjang, yang mana intinya ada sesuatu dalam diri Abdul yang bertentang dengan dengan si Zahra.
Tapi dia tidak benci Abdul, cuman residual energinya aja yang membuatnya tidak nyaman berada didekatnya.

Pak Kades masuk menambahkan. "Mungkin karena orang dibelakang Abdul adalah orang hebat.

Abdul cengengesan seperti biasa.
Kami lanjut ngobrolin banyak hal, dari yang lucu-lucu sampai yang tidak bisa aku tulis di thread ini.

Dia bilang, bahkan dia juga tahu rumah kami masing-masing, ngeri nggak tuh.
dan tanpa sadar waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, tak terasa kami sudah ngobrol dengan setan hampir tiga jam lamanya.

Sebagai perpisahan Zahra meminta satu hal dari kami.

Dia mau pamitan dengan masing-masing dari kami.
Jujur masih agak takut, apalagi ditambah harus berhadapan langsung sama makhluk gaib, ya meski tidak secara langsung sih, tapi tetap saja ini masih diluar nalar.
Tapi mungkin karena 3 jam yang sudah kami jalani bersama, ngobrol bersama, dan bercanda bersama membuat kami sedikit berfikir.

"Kayaknya nggak apa deh." Dan muncul keberanian.
Zahra duduk tegap, tangan yang menutupi rambutnyadia turunkan.

Dea yang paling dekat dengannya memulai lebih dulu, awalnya canggung berhadap-hadapan.

Lalu Zahra berucap.
"Aku sedih kalian mau pulang."

dan seketika Dea langsung memeluknya.
Tidak bisa dibohongi, terlihat air mata Dea menetes.
Dalam pelukannya, Zahra lalu memberi wejangan kepada Dea.

"Kamu yang sukses yaa, berbakti sama orang tua, jangan suka sedih lagi."

dan Dea menjawab iya dengan lirih.
Lalu Hasna, Mia, Ani, disusul kami para cowok bergiliran pamit kepada Zahra, dan masing-masing dari kami diberinya wejangan, yang jujur saja sesuai dengan apa yang ingin di dengar oleh kami.

Apakah Zahra adalah seorang Psikolog ?

Siapa yang tau ye kan.
Setelah kami kembali ke posisi kami di awal, Zahra lalu tersenyum.

Zahra berucap bahwa dia senang kenal dengan kami selama sebulan ini, dan dia juga meminta maaf kalau dia dan teman-temanya suka usil.
"Tetap kompak ya kalian" diakhirinya dengan tersenyum dan entah kenapa kami mengetahui kalau dia sudah pergi.
Pengalaman yang menarik bagi KKN kelompok kami, 3 jam ngobrol dengan makhluk gaib, dan bercerita bak seorang teman.
Dari peristiwa Zahra ini, aku sendiri semakin yakin bahwa di dunia ini kita sebagaimanusia tidak sendiri, ya walau kadang tidak logis, namun harus kita percayai bahwa itulah iman.

Tidak perlu takut, mereka makhluk tuhan yang sama seperti kita, hanya saja dunianya berbeda.
Mungkin itu saja untuk sekarang, semoga kalian terhibur, atau mungkin dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari cerita ini.
Mohon maaf dariku kalau ada typo atau mungkin ada pihak yang tersinggung, ini untuk menuntaskan janji dua tahun lalu.

Dan ntuk kalian teman-teman KKN ku yang namanya sudah ku ubah disini, selamat mengenang masa-masa itu, dan kapan bukber nih ? hehehe
Akhir kata aku ucapkan Terimakasih. Aku Anwar, dan aku pamit.
P.S Setelah Zahra pergi, sebenarnya ada sosok lain yang langsung masuk ke tubuh mantu Pak Kades.

Seseorang dari Kerajaan.

Tapi nantilah yak diceritain wkwkw, minta izin dulu.
Dah yak, bye bye...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Anwar Fuadi

Anwar Fuadi Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!