Setelah berbulan Kota Baitul Maqdis (Jerusalem) dikepung Muslimin, Patrik Sophronius sadar: harus takluk.
Dia minta Umar datang sendiri menerima kunci kota.
Ada riwayat: di depan pintu kota, Sophronius menghitung tambalan baju Umar untuk memastikan dialah sang Pemenang.
Setelah yakin, Sophronius bukakan pintu dan serahkan kunci tanda takluk kepada 'Umar - yang diyakini "membebaskan warga Kristen dari penjajah Aelia (Baytul Maqdis) yaitu Romawi, melepaskan warga Yahudi dari penjajahan Romawi, dan mengembalikan eksistensi mereka di kawasan itu."
Sejarawan Eutychiusari (9-10M):
Umar dan Sophronius duduk di atrium Gereja Kudus. Tiba waktu shalat, 'Umar berkata: "Saya ingin shalat."
“Wahai Amirul Mu'minin, shalat lah di tempatmu sekarang berada."
“Aku tidak akan shalat di sini."
Umar pun shalat di luar tangga gereja.
Sesudahnya, Umar bertanya: “Tahukah Anda mengapa saya tak shalat di dalam gereja ini?”
Sophronius: “Wahai pemimpin orang-orang beriman, aku tak tahu."
"Kalau aku shalat di sini, hilanglah dia dari genggamanmu sebab Muslimin akan mengambilnya dan berkata ‘Umar shalat di sini.'"
Tanah dan pasir Masjidil Aqsha saksi para nabi dan malaikat menyembah Allah, dan saksi ketika Umar menunjukkan bagaimana seharusnya seorang pemenang memperlakukan kaum yang dikalahkannya.