Thread by @samsara_amor

kenapa sik ko kayanya belibet bat oramg batak kalok mau nyari jodoh ato nikah?

yu kita bahas dikit2 dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam yekan

tak kenal maka tak sayang kata orang mah. orang batak kayanya termasuk kelompok demografi yang cukup familier di indonesia, ntah di dunia hiburan, politik, pendidikan dan lain2

kalau bahas sejarahnya, ntar banyak yang brantem jadi w skip aja. w tapi mo bahas sesuatu yang berkaitan erat dengan yang di awal utas tadi. kenapa menikahnya ko belibet banget? nah. ini kita bicarain kultur

suku batak sendiri umumnya disepakati merupakan kumpulan dari beberapa subkultur (maf kalo bahasanya salah), yang punya kemiripan dalam bahasa, aksara, kultur, adat dan laen-laen, ada batak:
1. angkola
2. karo
3. mandailing
4. pakpak
5. simalungun
6. toba

iya iya gausah kau debat di sini kalok kau bukan termasuk batak tapi berbeda iya iya itu warisan penamaan belanda apalah iya iya gausa kau debat di sini

intinya, di utas ini, w bahas spesifik dari kacamata batak Toba

kenapa dinamai batak Toba? ya karena dulu tinggalnya di sekitar danau Toba

iya itu danau. iya pulau samosir sebenernya bukan pulau karena masih nyambung iya iya

nah, salah satu yang unik buat riwayat orang batak toba ini, yang cukup berbeda dari pola kemasyarakatan masyarakat prekursor indonesia jaman dulu, adalah tipenya bukan tipe kerajaan, bukan aristokrasi

beda ama jawa (mataram, pajajaran, dll, sumatra (kesultanan)

trus mereka apadong? hobo gitu?

kaga. mereka menganut sistem city-state, atau negara-kota, atau dalam konteks yang lebih cocok, negara-desa. bius, itu penamaannya

apa yang unik dari sistem kemasyarakatan bius itu?

yang unik adalah karena dalam 1 bius, dikuasai oleh 1 klan, alias 1 marga, alias 1 keluarga BESAR banget.

jeng jeng jeng. makanya kita sekarang banyak menemui nama desa atau kota di daerah sana yang berasal dari nama biusnya dulu, misal, desa Gultom, desa Sinaga, etc dll dsb dst

jadi kebayang ya, 1 desa, isinya keluarga lu semua. satu klan. semarga semua.

trus mereka berinteraksi dengan bius2 laen juga dengan membawa identitas klan mereka, bukan hanya sekedar nama desa

hal ini menyebabkan (dan disebabkan) ikatan kekeluargaan internal orang batak itu, terutama yang semarga, sangat erat

karena tiap orang itu dianggap WAKIL dari klan mereka secara keseluruhan

dan ini masih bersisa sampai sekarang di jaman post-modern ini

lanjut lagi ya. dulu ini kita bicaranya. jaman dulu. sistem Bius, village-state. tiap klan punya orang yang "dituakan" untuk jadi semi-leader. tapi ada rasa saling percaya dan respek antar saudaraz sehingga gak begitu top-down aturannya. sangat komunal. localism at it finest

tiap bagian, atau sel dari tubuh besar (klan) dianggap dan diharapkan untuk melakukan yang terbaik untuk tubuhnya (klannya/marganya). dan tubuh besar (marga) akan melindungi juga sel2 tersebut.

keren ya. utopis? but it worked well back then. balik lagi, konteksnya desa

kita udah nemuin beberapa kata kunci di sini:
1. satu desa
2. satu keluarga
3. lokalisme

ini jadi penting, dan inget karena bakal muncul di lanjutan utas ini

lanjut lagi. nah, karena itu satu desa satu keluarga, orang2 batak toba jaman dahulu, udah tau(?) yang namanya pernikahan sedarah itu bakal bawa tulah/masalah.

makanya, mereka sepakat bikin aturan sederhana, menikah harus beda marga

yes, iya, harus beda marga

nah, karena konteksnya 1 desa 1 marga, maka jaman itu jelas banget, kalo mau nikah, ya ambil dari desa lain, desa tetangga, atau desa sahabat

terjadilah perkawinan antar desa, yang juga menjadi tulang punggung dari eratnya hubungan antar desa juga

njir indah banget

sekarang, kita lanjut ke bahasan filsafati filosofis dikit ye mengenai struktur keluarga orang batak:

masuklah Dalihan Na Tolu
(dan di sub kultur laen Toba juga ada lho padanannya, daliken si telu misalnya)

apaan tuh kok ada tungku segala?

iya, jadi filosofi dalihan na tolu itu, kalau lu mau "menyangga" tungku dengan stabil, MINIMAL lu butuh 3 penyangga. makanya, jadilah Kakinya Tungku yang ada Tiga: Dalihan Na Tolu

ini menjadi dasar kestabilan unit keluarga batak

kaki tungku yang 3 biji itu apa aja?

1. somba marhula-hula
2. elek marboru
3. manat mardongan tubu

bentar w jelasin ya

1. somba marhula-hula

apaan itu hula2? apakah sejenis alat gimnastik? bukan kisanak.

masih inget sistem cari pasangan antar Klan/Bius/Village-state di atas tadi? iya. jadi hula-hula itu adalah MARGA atau KLAN tempat istri si laki-laki batak tersebut berasal

bentar ya telponan bentar ama mamak

nah, dari 3 dalihan na tolu tadi, somba marhula-hula (hormat pada hula-hula) jadi yang pertama. artinya apa?

HORMAT PADA MARGA ISTRI

njir. kurang keren gimana ntuch. yang paling pertama adalah hormat ama keluarga si istri. bukan malah hormat ama keluarga sendiri awoakwoakwok :v

oke mungkin buat yang non-batak, lebih enak kalok kita pakek contoh ya. Sebutlah ada orang namanya Robert Tambunan dari desa Tambunan. Dia nikah sama Hotnida Sihombing, kembang desa cantik dari desa Sihombing

iya iya jaman dulu mana ada yang namanya Robert iya iya

nah, ketika dia mau memperistrikan Hotnida ini, dia (mewakili marga Tambunan alias satu Bius) akan datang ke desa Sihombing, untuk "mengambil" Hotnida ini dari keluarganya di desa Sihombing

mengharu biru gak sih? 😭😭😭

ketika si Robert ini ke desa Sihombing, dia gak sekedar ngomong 1 vs 1 ato mano a mano dengan bapaknya si Hotnida. tapi konteksnya adalah Robert sebagai bagian marga/bius Tambunan meminta Hotnida sebagai bagian marga/bius Sihombing untuk masuk ke bagian marga/bius/desa Tambunan

nah, sehingga, ketika menikah, si Hotnida ini bukan lagi HANYA menjadi bagian dari keluarga/marga/bius Sihombing, tapi juga masuk ke bius/marga/keluarga Tambunan

pindah tempatnya

jadi, somba marhula-hula ini merupakan ideologi yang luar biasa, karena 1 bius ga bisa hidup tanpa bius lainnya. butuh saling menghormati. dan langkah pertama, diambil inisiatif oleh si pihak marga/bius, menghormati marga/bius lainnya juga

makanya damai

nah, itu baru si Robert yang menika dengan si Hotnida. bayangin, kakaknya, adiknya, bapaknya, pamannya si Robert yang banyak itu? betul. relasi antar klan/desa/bius seperti jaring2 laba2 yang berdasar dari rasa hormat dari pernikahan

keren bat

kenapa keren? karena bius, marga atau klan yang lain, yang juga memiliki ikatan perkawinan dengan boru/anak perempuan desa Tambunan, akan menghormati pula bius/marga/klan Tambunan

saling respek

2. Elek marboru

lah, kok elek? emang jelek?

mon map, elek ini bukan bahasa Jawa, tapi elek ini artinya adalah lembut kepada boru/anak perempuan. rasa sayang yang tulus tanpa ada intensi aneh2 di belakangnya

njiiiirrrrrrr

nah, emang dasarnya orang Batak ini patriarkii. tapi bayangin, 2 dari 3 kaki utama filosofinya itu justru untuk kaum wanita!

isn't it beautiful?

makanya paling mendidih darah orang batak kalo tau ada warganya yang mukulin istri, ibu ato anak perempuannya

ini konteksnya yang idealnya ya

makanya sampek ada istilah, boruni Raja. sefara harafiah artinya adalah Putrinya Raja. ini istilah buat boru2 batak atau anak perempuan batak yang diperlakukan bak tuan putri

3. manat mardongan tubu

berhati-hati dengan sesama marga atau yang sekeluarga. ini konteksnya bukan berhati2 dalam hal negatif atau curiga ya. tapi hati2 dalam berinteraksi, jangan bikin salah faham atau sakit hati

ini untuk menjamin kekompakan dalam 1 desa, sehingga solid

nah, dari penjelasan singkat dan dangkal ini, kita bisa melihat bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sangat sangat esensial dan sakral buat orang batak. karena ini bukan sekadar masalah personal, tapi juga masalah keluarga, klan, desa, dan dalam konteks agak longgar, negara

sistem ini berusaha menjamin bahwa wanita yang dipersunting selalu memiliki keamanan jejaring sosial yang kuat, karena proteksi dari berbagai arah. bukan hanya suami secara individu, tapi juga keluarga suami, dan keluarga istri

bentar ini masih sepertiga jalan. w nyambi yang laen juga soalnya. bentar y

nah, kurasa udah cukup bisa mencerahkanlah, kenapa hal ini muncul dahulu dan konteksnya seperti apa. yaitu di kehidupan desa damai yang dikuasai 1 klan/keluarga, dan bagaimana dia bisa berelasi dengan baik dengan desa/klan lain serta memastikan solidaritas fungsi. lokalisme ya

pun, dalam konteks orang batak, wanita ini perannya justru dimuliakan. tapi gak kita bahas di sini karena ini bukan bahas feminisme batak. yang mau w lanjutin, kenapa jadi ribet?

jadi ribet karena konteks jaman dahulu, dibenturkan dengan konteks jaman post-modern globalisasi 4.0 artificial intelligence cloud quantum computing macem sekarang

nilai2 kuno berbenturan dengan nilai2 post-modern kontol

trus apa yang musti kita ambil sikap? ya serah lu sih sbenernya. lu pro individualis garis keras apa itu keluarga bla bla bla ya silakan. lu pro keluarga garis keras pokonya keluarga adalah segalanya ya juga silakan

w ga akan preaching yang mana yang baik ato buruk

tapi yang mau w sampaikan adalah, seengganya u jadi tau dikit2lah mengenai asal-muasalnya. mudah2an malah tertarik belajar lebih jauh yekan

benturannya itu dalam konteks apa ya yang di atas? bisa diperjelas?

ya benturannya adalah karena udah ga valid lagi bentuk bius di masa sekarang. orang2nya udah terlalu banyak, tingkat umur juga makin tinggi, bius seolah2 tidak menarik

padahal sebenernya sistem bius jadi ancur itu bukan hanya karena natural sih, tapi bisa juga karena artifisial. seperti gegara belanda dulu, dan juga sistem pemerintahan Indonesia yang memaksakan RT RW Kecamatan Kabupaten ke daerah Toba sana sejak kemerdekaan

nah sekarang, yang penting kita tau dulu, tujuannya cari pasangan di orang batak musti bener2 belibet ngikutin "tutur" ato "tarombo", berasal dari artifak jaman dahulu, yang tujuannya mulia, menjamin keselamatan dan keutuhan klan, dan/terutama pihak wanita

termasuk kalo kita bicara "tuhor" atau "sinamot"

itu bukan ongkos beli perempuan. ya engga. tuhor atau sinamot itu justru sebagai asuransi buat si perempuan. kalau semisal dia kenapa2 ntar, ntah suaminya meninggal atau kurang ajar, si perempuan tetep punya kekuatan finansial

yang megang ya keluarga si perempuan, alias hula-hulanya si laki2. jadi kalau si laki2 macem2, si perempuan bisa balik ke desa/klan awal, dan dapet asuransi yang tadi udah dipegang keluarganya perempuan

yang laki2 akan dihajar rame2 oleh yang semarga/sekampung karena bikin malu

nah lanjut lagi. trus kenapa kalau mau menikah ama orang batak dari suku lain, harus "dibeli" dulu marganya?

nah ini kata2 yang w ga suka. bukan dibeli sebenernya. tapi orang dari suku luar ya harus masuk dulu ke struktur klan/keluarga/marga/desa batak

tujuannya apa?

balik lagi kaya yang di atas

kalau cewe cina misalnya yekan, mo nikah ama marga sitompul, nah si cewe cina ini ditawarin dulu, kamu mau keluarga apa? biasanya sih yang ditawarin hula-hula dari ibu si sitompul ini, pardede misalnya

tujuannya apa? biar si cewe cina ini, kalo semisal si sitompulnya kurang ajar, dia ada yang menjamin, yaitu keluarga pardede

idealnya gitu

trus yang laki2 gimana? sama aja

yang perempuan misalnya, boru sinaga, mau nikah ama orang jawa (ew). si jawa ini ditawarin dulu masuk marga yekan, biasanya marga dari suami kakak ato adik perempuan si boru sinaga itu, taruhlah marga purba

tujuannya apa? tujuannya biar keluarga/klan/marga purba ini bisa jadi fail-safe, pengingat, penjaga amanah si jawa ini supaya tetap memperlakukan istrinya dengan baik-baik

njir keren banget ya

tapi balik lagi, ini idealnya

kenyataannya mah keluarga kayak kontol juga banyak, yang ngurusin duid doang semangat 45, diminta pertanggungjawaban ogah

nah ini, ini makanya kalo kita bicara tradisi ga baik diambil setengah2. seperti konteks di HKBP (Huria Kristen Batak Parbada) yekan. yang justru mengobjektifikasi "tuhor" ato "sinamot" sebagai ongkos beli si cewe, udah dikuliahin mahal2 yekan

gak gitu padahal prinsipnya

si laki2 bukan "membeli" si cewe dari keluarganya dan ngebayarin ongkos kuliah sekolah dll dsb dst, tapi justru si laki2 setor "asuransi" ke keluarga si cewe, sebagai jaga2 kalau dia kenapa2 sehingga ga bisa nafkahi si cewe, ato dia brengsek

apa ga indah tuh macem kaya gitu?

:v

oke, sementara ini w tutup dulu penjelasan singkat asal2an ini ya. kalau ada yang salah juga sila diperbaiki. w bukan ahli tarombo juga kok apalgi sintua awoakwoak

nanyanya pake qRT atau quote reply dari twit ini ya biar w gampang nyarinya, kalo yang laen w takut skip

sebenernya lebih ke alasan praktikal. pariban itu marganya sama kaya marga ibu, hula-hula. karena bapak udah marhula2 duluan makanya harapannya lebih akrab ama marga itu. kalau konteks bius jaman dahulu, udah bagus IR nya dengan bius tersebut

https://twitter.com/latte_nosugar/status/1393148394814595072?s=19

konteks boru ini sebenernya denominasi buat anak perempuan. alias diistimewakan. selama belum dipinang, ya anak perempuan itu semarga/bagian tubuh dari klan bapaknya

https://twitter.com/Faris_Anthony/status/1393147783121543170?s=19

tambahan penjelasan, dalam struktur kultur batak, sbenernya orang itu dianggep dewasa atau bagian utuh produktif dari klan setelah dia menikah. alias uda lengkap dalihan na tolunya...

makanya kalok orang tua meninggal anaknya udah menikah semua itu standar minimal

kalok uda keburu meninggal sebelum anaknya nikah semua, sedihlah jadinya

pesta paling besar kalo anaknya udah nikah n beranak semua, alias mate saur matua

sebenernya ini masalah xenophobic ya, senofobik, biasa ditemui dari kultur2 yang close-knitted banget. mungkin gegara takut yang masuk itu ga bisa menyesuaikan diri ama kultur baru

w ga membela, ini hal yang kurang baik, tapi bisa difahami asalnya dari mana

kalau bagian tartulang ini aga2 rancu sih. ada yang bilang sama sekali ga boleh, tapi pada dasarnya yang ga boleh itu kalau yang kandung. so... yeah...

https://twitter.com/saurionva/status/1393170231883755524?s=19

uhm... sebenernya ini lebih bergantung bapak/ibu apakah masi peduli ama adat ato ndak. dengan asumsi peduli adat, lebih nda mau kalo borunya nikah ama orang non-batak yang nga mau ngambil marga. karena asumsinya (dari filosofi di atas) borunya berisiko

https://twitter.com/crowdeddecrown/status/1393171629648216067?s=19

makanya konteksnya secara filosofis bukan ongkos beli, melainkan asuransi, bagi keduabelah pihak. ya meski bahasanya "tuhor" sih yang terjemahannya "beli"

https://twitter.com/Deqita1/status/1393170705869463554?s=19

ini topik menarik sebenernya. karena di satu sisi ciri2 toksik maskuliniti menurut standar barat ketara banget di struktur kultur laki2 batak

tapi di sisi lain nilai2 feminisme juga diutamakan dalam struktur kultur batak, terutama dalam hal empowerment

https://twitter.com/catrine_d/status/1393156892889796609?s=19

empowerment gimana? jadi sepintas boru batak itu emang ga bole kerja, tapi bukan karena "wanita di rumah aja", tapi lebih dalam konteks laki2 yang bener harus bisa nafkahi istri

TAPI, buat single women, yang ntah udah janda atau lakinya brengsek, sangat dipuji kalau bekerja

tugas pihak wanita, atau dalam konteks dalihan na tolu adalah boru (suami dari anak perempuan) dan hula-hula (marga asal istri atau ibu) punya peran masing2. hula2 dimuliakan, boru marhobas. tapi karena setiap sel yang udah memenuhu dalihan na tolu punya 3 hal itu, sehingga

otomatis lu ga bakal marhobas (kerja keras nyiapin afara di acara2 kultur) trus. akan ada saatnya lu yang dimuliakan pas jadi hula-hula

belum lagi kalau kita bicara kultur pendidikan ya di orang batak, pokonya laki ama perempuan sama haknya kalau pendidikan

trus lagi, pihak hula2 ini, atau calon istri lah kita sebut, pemilih kali dalam menentukan calon mantu. jadi bener2 wanita dimuliakan dan dilindungi dalam kultur batak. beda ama pihak laki2nya. awoakwoakqoak

tapi ga berani juga w bahas lebih jauh, ilmu w cetek banget

btw self-promot sikit, sevenstone aku ito. pendidikan lumayanlah gak bikin malu di arisan. kalau pekerjaan memang masih belun ada pekerjaan alias pengangguran, gak bergaji aku. tapi bisalah buat uang makan kita kelak ito, gak bakal kelaparan kau kubikin 😇🙏

gak elok menikah yang marpadan. larangan dalam pernikahan orang batak tu ada 5 jenis utama kalok ga salah:
1. yang marpadan (bersumpah)
2. yang marito (incest kandung/semarga)

https://twitter.com/ValveRegina/status/1393182333444972544?s=19

3. yang marpunggu saparihotan: kakak adik yang nikah dengan kakak adik kandung a.k.a kakak adik 1 mertua awoakwoakwoal anjay
4. yang marpariban tapi yang dilarang, pariban kandung hanya boleh salah satu aja yang nikah (liat nomer 3) atau yang satu lagi tapi belibet w juga bingung

5. marboru namboru (kandung) ato nioli anakni tulang (kandung)

ini yang dibahas di atas. yha. yang kandung sih yang nda bole

https://twitter.com/akungalaoo/status/1393186363843825665?s=19

https://twitter.com/komangradityag/status/1393184910286876676?s=19

ngomong2 soal tarito, yang kasian itu yang marganya gede sik. semacam... parna. awoakwoak. parna turunannya ada banyak bat marganya, pokonya lebih dari 50an apa ya. ribet anjim awoakwoakwoak :'v

ini gambar belum lengkap n asal comot doang btw

ini yang idealnya ya. pada kenyataannya ga bisa dipungkiri banyak kisah keluarga batak disfungsional. sad, but true

https://twitter.com/ValveRegina/status/1393190226613268481?s=19

tambahan penjelasan, jadi, ito, bisa lho kita nikah sebenernya, 👊🏽👀

https://twitter.com/Cheeseislikeu/status/1393193441815715841?s=19

guis notif w penuh w emute thret ini y krena w jd g bisa shitpos dengan tenang

kalok mau tanya qRT ato quote reply twit ini aja ntar w bales kalo inget. ato via DM juga bole kusus cewe aja tp yang cowo jauh2 shoo shoo shooo

https://twitter.com/samsara_amor/status/1393161251333705731?s=19