Pasar capres 2024 tiba-tiba bergeliat. Lebih ramai dia dibahas dibanding rasa khawatir kita pada pandemi global dan redup ekonomi dunia.
Peristiwa Semarang memberi ide pada pendukung Ganjar untuk menaikan promosi berbasis dzolim PDIP pada kandidat capres tersurvey tinggi.
Tak ada kader PDIP memiliki keterpilihan survey setinggi Ganjar namun karena Puan yang diinisiasi mengganjalnya adalah anak sang Ketum, telah memberi jalan pada narasi tersebut.
.
.
Pendukung Puan meradang, mereka tampil dalam turut meramaikan dunia medsos dengan pantasnya sosok itu. Pernah menjadi Menko dan kini menjadi Ketua DPR RI adalah bukti yang mereka sodorkan.
Prabowo menyalip di tikungan dengan berita 7 kuadriliun nya. Belanja alutsista semassif itu dengan jumlah duit yang tak mampu kita bayangkan besarannya membuat banyak pihak memprediksi dia akan menjadi capres dengan gelontoran duit paling besar sepanjang masa.
Pun pada Anis, meski panggungnya akan diambil negara pada 2022, bukankah uang yang terkumpul selama 5 tahun dia menjadi Gubernur sebuah Provinsi dengan uang belanja tahunannnya sekitar 80 triliun jelas tak dapat dianggap remeh ?. Meski tak memiliki partai, dia adalah kuda hitam.
Di sisi lain, nama Hartato dan AHY di mana masing-masing adalah Ketua Umum Golkar dan Demokrat juga mulai kita dengar. Para pendukungnya sudah pula bergerilya. Itu mudah kita temukan pada banyak platform media sosial.
"Siapa kira-kira paling tepat menjadi Presiden 2024 nanti?"
Kita sibuk mengelus-elus jago kita dengan segala lebihnya. Kita bercerita tentang hebat mereka bila menjadi Presiden dengan asumsi optimis. Tak ada yang salah...😉
Ini bukan masalah pantas dan tidak pantas, tinggi dan rendah elektabilitas mereka atau dukungan finansial luar biasa besar dimaknai sebagai penentu. Pada 2022 nanti, peta politik kita berubah.
Akan ada 24 Provinsi dan 224 daerah setingkat Kotamadya dan Kabupaten langsung di bawah Presiden dan itu hampir setara dengan 70% dari seluruh daerah di Indonesia. Seperti kartu truf, bukan mustahil hal itu akan membalikkan semua prediksi.
Siapapun nama yang akan disebut oleh Jokowi untuk menerima tongkat estafetnya, adalah sosok dengan rating tertinggi. Sangat mungkin, dialah yang akan terpilih menjadi Presiden pada 2024 nanti.
"Siapa?"
Pada siapa harapan Jokowi bertumpu agar pembangunan yang telah dia lakukan 10 tahun itu dapat berlanjut, dapat kita telisik dari sering kita dengar pada ucapannya. Passion Presiden Jokowi pada negara ini tampak pada apa yang sering beliau ucapkan, RAKYAT.
Rakyat yang berkeadilan dan sejahtera. Itu ada dan sangat sering diucapkannya.
Di sisi lain, apa yang pasti akan terjadi pada periode 2024-2029 adalah dunia yang sedang bergerak menuju fase bergabungnya manusia dengan mesin cerdas.
Internet of things, big data hingga Artificial intelligence baru bicara tentang sekelumit hal. Itu sering kita sebut dengan industri 4.0 sebagai terminologi dan ke sana kita akan berjalan.
.
.
Presiden juga sering berbicara tentang 2030 dimana jumlah usia produktif di Indonesia akan tumbuh dua kali lipat. Hal itu jelas beliau ungkapkan sebagai tanda sekaligus syarat bagi siapa penerusnya dalam mempersiapkan SDM yang mampu menghadapi teknologi masa depan tersebut.
Untuk meningkatkan kompetensi SDM itu diperlukan pengembangan pendidikan vokasi, penguatan riset, dan penguatan universitas berbasis teknologi.
Pada pondasi yang telah dibuatnya selama 10 tahun, Presiden ingin bangunan yg berdiri di atasnya sejalan dgn maksud pondasi itu dibuat.
"Bangunan seperti apa?"
The Future of Jobs 2018 yang diterbitkan World Economic Forum menemukan bahwa di 2018, rata-rata 71% total waktu bekerja dilakukan oleh manusia, sedangkan mesin adalah 29%.
Pada tahun 2022 nanti, WEF memperkirakan rata-rata persentase tersebut akan berubah menjadi 58% pekerjaan dilakukan oleh manusia dan 42% oleh mesin.
Mesin yang semakin pintar terlihat semakin menggeser peran manusia. Itu adalah ancaman bila SDM kita tak segera dibuat siap sejak sekarang.
Dua informasi itu memberi bukti bahwa suka tak suka, mau tidak mau, kita dipaksa bergerak sesuai arah dan trend global di satu sisi dan di sisi yang lain bonus demografi tahun 2030 tak menjadi sia-sia.
Bangunan itu dalam rupa masyarakat yang sadar dan cinta pada perkembangan atas tuntutan jaman, dan masyarakat sadar teknologi berdiri pada barisan paling depan.
Hal itu juga tercermin pada positif tanggapan Indonesia pada Hannover Messe 2021 Digital Edition, yang bertema
“Industrial Transformation". Indonesia tampak sangat siap dan melengkapinya dengan subtema “Making Indonesia 4.0”.
.
.
Pada forum itu pemerintah telah menyatakan sikap optimisnya bahwa penerapan industri 4.0 dapat mewujudkan
visi besar demi Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Aspirasi ini tertuang dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
.
.
"Bahwa kemajuan industri 4.0 akan menjadikan Indonesia Top 10 ekonomi global di tahun 2030" demikian Presiden berucap pada forum itu.
Itu bukan sikap ke-pédéan kita, faktanya Indonesia saat ini telah memiliki sebanyak 2.193 startup, kelima terbesar di dunia.
Dari jumlah tersebut, Indonesia telah memiliki lima unicorn dan satu decacorn. Ini adalah bagian dari kekuatan kita dalam menuju industri 4.0 yang berbasis riset dan inovasi.
"Iya siapa orangnya?"
Bukan siapa nama orang itu kita harus sebut, pada saatnya pasti beliau sampaikan. Bisa siapa saja. Negara ini punya banyak talenta super dan Presiden tahu apa yang terbaik bagi negara ini.
Yang jelas, kota-kota di masa depan akan berjalan melalui jaringan infrastruktur yang saling terhubung di kota tersebut, seperti perangkat-perangkat cerdas, sistem laporan mandiri dan analisa-analisa berbasis AI pasti terjadi dan itu tak lama lagi.
Kendaraan yang pada dasarnya adalah komputer bergerak, bukan lagi mimpi terlalu tinggi. Manusia akan memberikan kepercayaan kepada kendaraan ini untuk membawanya ke tujuan yang mereka inginkan secara fisik,
sementara kita berinteraksi di ruang virtual di dalam kendaraan tersebut atau dimanapun kita berada.
.
.
.
.
.
Bangsa ini harus siap, dan pemimpin yang bervisi tepat pada arah mana dunia ini sedang bergerak, akan memudahkan negara ini masuk menjadi bagian penting warga dunia.
Paling tidak target menjadi salah satu negara terpenting dalam ekonomi global seperti yang diangankan oleh Presiden @Jokowi terlampaui pada tahun 2030
ITULAH MAKNA PENTING HADIRNYA SOSOK PENERUS TONGKAT ESTAFET PRESIDEN @jokowi
MATAHARI BARU, DIMANA ASA KITA MENANTI
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SRI MULYANI DAN BASUKI HADI MEMANG DUA TANDUK JOKOWI
.
.
.
Basuki Hadimuljono dan Sri Mulyani sepakat untuk menunda waktu pemberlakuan Tapera.
“Dari kapan ke kapan?”
Dari tahun 2027 ke waktu yang belum beliau sebut.
“Emang pak Jokowi ingin Tapera itu diberlakukan lebih cepat?”
Dalam PP terbaru, PP Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas PP Nomor 25 Tahun 2020, beliau bicara terkait iuran wajib. Jokowi memberlakukan iuran wajib Tapera bagi pegawai negeri maupun pegawai swasta.
Harus diingat, PP itu lahir karena perintah konstitusi. Presiden wajib mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) setelah DPR mengesahkan sebuah UU, dalam hal ini UU No 4 tahun 2016 Tentang Tabungan Perumahan Rakyat.
Para wakil rakyatlah yang menggagas, mendiskusikan, mengesahkan UU itu dan lalu konstitusi mengharuskan Presiden membuat PP nya.
Dan Jokowi melalui PP terbaru tersebut tidak bicara atau merubah jangka waktu. Itu masih sama dengan isi PP lama, PP Nomor 21 tahun 2020 yakni 7 tahun atau tahun 2027.
Bantèng perkasa jelas adalah Jokowi. Dia memporak porandakan kemapanan tanpa teriak jumawa. Konon hanya dengan kerja, kerja dan kerja, tiba - tiba dia melampaui ekspektasi banyak pihak.
Sama seperti bantèng seharusnya, Jokowi pun bersenjatakan dua tanduknya, BASUKI dan Sri Mulyani.
Ketika kita bicara duet dua orang ini, ribuan kilometer jalan sebagai urat nadi sebuah bangunan ekonomi negara dengan puluhan bandara serta puluhan pelabuhan dan ribuan infrastruktur dalam bentuk lain terbangun melayani publik plus dengan fiskal terjaga adalah bukti tak terbantahkan.
Luar biasanya, sebagai orang yang sudah dianggap pahlawan, keduanya tak bicara politik, pun posisi. Tak bicara pilkada apalagi pilpres untuk karir dirinya. Berdua, mereka bekerja profesional hanya pada tupoksinya saja. Basuki bertempur di ranah eksekusi, Sri Mulyani menyediakan semua pelurunya sambil tetap menjaga ruang fiskal yang ada.
Sebagian besar dari kita pernah sangat berharap bahwa UU Perampasan Aset Koruptor benar bisa diberlakukan. Tapi harapan itu pupus saat hampir semua fraksi di DPR tak beranjak ingin membuat tuntas RUU tersebut.
Kita marah pada perilaku banyak pejabat negara ini yang tanpa malu - malu maling duit negara. Lebih lagi, kita muak dengan aturan hukum yang ada manakala si pejabat divonis penjara tapi justru masih dapat perlakuan istimewa di penjara.
Mereka seolah adalah adalah kaum istimewa negeri ini. Mereka jelas bukan bagian dari kita manakala diksi rakyat kita gunakan. Mereka bukan kita dan maka kita sepakat bila RUU Perampasan Aset Koruptor itu diundangkan.
Namun ketika kita bicara tentang sibuk aparat bea cukai yang belakangan ini rajin pungut pajak atas barang bawaan kita dari luar negeri, kita marah. Kita tak sepakat dengan perlakuan mereka pada banyak saudara kita. Kita marah karena bisa jadi kitalah suatu saat nanti adalah si korban.
“Tapi bukankah aparat itu belakangan ini benar keterlaluan?”
Sesekali kita pantas menggunakan angle berbeda. Kita lihat dari sudut yang tak banyak dibicarakan orang terutama sudut pandang orang - orang yang sedang merasa dirugikan.
Tak ada salahnya sesekali kita sedikit melambung dan melihat dari sudut yang sulit dimana justru keributan belakangan ini adalah bias perlawanan para pengemplang pajak yang selama ini sukses bermain dengan oknum bea cukai itu sendiri. Para pelaku jastip misalnya.
JANGANKAN INDONESIA YANG SANGAT KAYA DENGAN RAGAM BUDAYANYA| bahkan Arab Saudi negeri berlimpah minyak saja kini melirik industri pariwisata. Ada potensi devisa sangat besar yang sedang ingin mereka rebut.
Ga tanggung - tanggung, pada sektor ini mereka mentargetkan kontribusi sekitar 10 persen dari GDP pada tahun 2030 dan menerima 100 juta wisatawan per tahun dan menyediakan satu juta pekerjaan.
Tak seperti bangsa kita yang sangat kaya dengan budayanya, mereka membangun konsep wisata mewah.
Beberapa proyek pariwisata ambisius itu diantaranya adalah kota futuristik Neom di Provinsi Tabuk, barat laut negara yang menghadap Mesir di seberang Laut Merah.
BUDIMAN SUDJATMIKO, DIA PASTI ADALAH SIAPA - SIAPA
.
.
.
Kalau saat ini dia benderang berada di sisi sebelah Ganjar misalnya, 100 persen pasti gak ada kisah bulian padanya. Seratus persen ga ada ungkit mengungkit dosa - dosanya yang benar - benar sangat sulit dicari.
Budiman terlalu lurus. Bisa dibilang dia satu dari sejuta politisi kita yang idealis dan maka tetap miskin tanpa data deretan mobil mewah di garasinya.
Dan lalu, ketika korupsi sebagai penyakit paling lumrah yang selalu diidap oleh banyak politisi kita tak pernah bisa menjangkitinya, dia dikuliti soal kemiskinannya. Hutang - hutang pribadinya menarik hati dan minat para pencari dan pencatat dosa.
Berharap Budiman playing victim terhadap pemecatannya, percayalah itu tidak akan pernah terjadi. Budiman jauh dari sifat itu. Sejarah mencatatnya..
Berbeda dengan banyak politisi yang langsung berungkap marah ketika dipecat, dia justru dengan santun mengucapkan terimakasih telah bersama partai sekian puluh tahun.
Terhadap pemecatannya, Budiman hanya akan menjadi semakin besar. Sejarah juga sudah mencatatnya.
Ingat heroik kisah kudatuli 1996 di markas PDI Diponegoro 56? Dia dihabisi oleh rezim Orde Baru karena cita - citanya akan demokrasi. Butuh Jakarta harus dibakar oleh penguasa hanya untuk menghentikan langkahnya menuntut demokrasi itu.