Jadi kemarin saya pergi ke malang, dan mencoba mengambil jalur cangar, entah kenapa setiap kali lewat jalan ini saya selalu tertuju ke bangunan-bangunan terbengkalai ini yg terlihat seperti gudang, saya pun lantas bertanya, tempat apa ini di fleet twitter, hasilnya,
saya mendapat banyak sekali dm, kalau bangunan-bangunan gudang ini dahulunya adalah bangunan untuk budidaya jamur tiram, tidak hanya informasi sejarah bangunan ini, namun, ada juga yg membagi informasi perihal sesuatu yg saya cari sejaka penjelajahan saya sendiri kemarin.
jadi, malam ini coba kita bahas sedikit ya dari apa yg saya rasakan ketika ke tempat ini, sekaligus membagikan beberapa dm tentang tempat ini?
sebenarnya ini bukan tempat yg baru bagi saya, sejak dulu setiap melewati tempat ini pasti langsung tertuju melihat bangunan-bangunan lawas ini, beberapa kali tergelitik untuk mampir dan melihat-lihat, tapi baru bisa kesampaian kemarin ketika saya melewatinya utk kesekian kalinya
ditemani oleh kawan saya, kami sempat berhenti di beberapa bagian spot bangunan, mulai dari yg ramai dipakai foto oleh orang-orang sampai ke sudut yg agak menjorok masuk kedalam.
disinilah saya mau sedikit memberi peringatan.
jangan pernah melakukan apa yg saya lakukan kemarin, dari niat ingin melihat-lihat dan mencari tahu, berujung pada sedikit mendapat masalah.
karena kita tidak akan pernah tahu, kalau mereka tersinggung pasti kita sendiri lah yg akhirnya dibuat susah.
saya masuk ke beberapa bangunan yg agak menjorok ke dalam tepatnya di tikungan pertama yg dipagar, kebetulan ada jalan sejengkal untuk masuk, di dalam gedungnya saya menemukan banyak sekali rak besi berkarat dengan satu jalan yg sempit, tentu saja, ruangan itu lembab dan gelap
tidak ada yg menarik di dalam bangunannya, hanya bangunan kosong tua dengan benda berserakan dan tentu saja rak berkarat tersebut, sempat juga tercium amis bau air seni, sepertinya tempat ini sering dipakai orang untuk menjelajah dengan berbagai tujuan.
yg jelas, saya masih bisa menikmati momen mengambil beberapa foto dan video pakai handphone, sampai, saya berpikir untuk mengeksplore lebih jauh ke tempat yg agak berjarak dari jalan raya.
baru masuk beberapa langkah, saya langsung bisa merasakan perasaan deg-degan. haha.
dari situ, saya pun menyadari, ini yg saya sedikit malas buat melanjutkan, tapi ya namanya kepalang tanggung, apalagi kawan saya agak sembrono, entah mau pamer sama saya, dia memimpin jalan sendirian. saya pun terpaksa mengikuti.
dari semua spot tempat di sekitar lingkungan ini, entah kenapa bagian ini yg paling bikin sesak, saya juga tentu gak mau membuat masalah dengan penghuninya, biasanya saya memberi salam dan untung-untung salam saya dijawab.
dan rupanya, salam saya benar-benar dijawab. haha, apes.
buat yg awam soal memberi salam, kalau kalian besar di jawa pasti ada tata krama meminta ijin atau menyapa untuk mereka yg tidak terlihat, paling sering ya ngomong begini.
salam ini umum, dan tata caranya tentu juga berbeda tergantung niat apa yg ingin kita utarakan, tujuannya sama, agar mereka yg kita percayai ada, tidak tersinggung dan melakukan sesuatu yg buruk kepada kita.
kembali ke salam yg saya utarakan di dalam hati, karena memang biasanya tidak perlu diperdengarkan dengan keras, karena dengan suara pelan saja mereka pasti tahu dengan niat kedatangan kami.
salam saya dijawab dengan lemparan batu kearah bagian atas yg masih menggunakan seng.
sebagai orang yg punya pengalaman banyak perihal memberi salam ini dari pabrik gula dekat tempat tinggal saya, tentu kalau dijawab dengan lemparan benda secara frontal begini, tandanya, mereka terusik, karena salam yg diterima adalah salam yg tidak dijawab.
firasat sudah tidak enak, tempat wingit yg terisolasi, lembab, gelap, sepi, panduan sempurna untuk mereka yg biasanya paling ganas.
sepertinya hal ini juga yg dirasakan oleh kawan saya, karena tiba-tiba dia memasukkan handphone ke dalam saku, tanda bahwa niatnya sudah berubah.
sayangnya meski begitu nampaknya tidak menyurutkan niat penasaran kawan saya yg mengajak saya untuk masuk lebih jauh ke dalam bangunan tersebut.
sama seperti bangunan yg lain, saya hanya menemukan benda berserakan dengan aroma pesing.
tapi, tapi, di-sini, di beberapa bagian yg dekat pintu dalam, saya sempat mencium aroma laduh, aroma badan bayi yg umumnya masih dibawa satu tahun.
di sini jujur saya sempat begidik, tapi karena ada kawan saya, rasanya tidak elok kalau saya lari tunggang langgang.
puas melihat-lihat sisi ini, sebenarnya tergelitik untuk melihat pada bagian-bagian lain, karena gaya pembangunannya sendiri yg unik, jadi pada bahu kiri-kanan jalan seperti dibuat zona tersendiri, sayangnya, keterbatasan waktu akhirnya membuat saya harus mengurungkan niat.
saya pun pergi. sebelum meninggalkan tempat itu, entah kenapa saya tidak bisa berhenti berpikir kalau pada bagian dalam yg sempat saya masuki itu dihuni oleh Wungkul ireng.
sampai malam ini saya masih dibayangi wujud dari Wungkul ireng ini.
perihal masalah yg saya tulis diawal thread, jadi sepulangnya dari kota Malang, ketika saya masuk kamar, sampai jam 5 pagi saya tidak bisa tidur, burung yg dipelihara bapak juga tidak berhenti mengeleparkan sayap. saya sadar, ada tamu yg mungkin sedang berkunjung.
sambil mematikan lampu, saya hanya menatap pintu kamar yg sengaja tidak saya tutup, saya yakin betul kalau ada yg sedang memandangi saya dari sudut gorden, untungnya sepertinya malam ini semua sudah lebih tenang, sehingga saya akhirnya merasa perlu untuk menulis ini.
Berikut adalah dm yg saya Terima perihal tempat ini.
Jadi yg punya pengalaman kurang lebih sama dengan temen-temen yg dm saya, ada cerita apa saja di tempat ini, saya masih penasaran soalnya. Haha.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
lama sekali saya gk menulis utas di sini, jadi maaf kalau tangan saya agak kaku, so langsung aja, dari serangkaian cerita yg saat ini tersimpan dalam memorry laptop saya, cerita ini memiliki bagian paling menarik, jadi nikmati saja ini sebagai bentuk rehat dari riuhnya tahun ini.
Juli, tahun 1998
Rumah itu masih terlihat bagus, meski pun desainnya terlihat seperti rumah tahun 60’an tapi temboknya terlihat masih kokoh, halamannya juga luas dengan banyak pohon besar tumbuh disekelilingnya termasuk satu pohon yg paling mencolok saat melihat rumah itu.
Sebelum memulai ceritanya, rasanya kangen saya sedikit terobati terutama saat memulai sebuah tread dengan tulisan judul dan fotonya, dan tentu saja mention @bacahorror_id dan hastag bacahorror yg sudah saya pakai sejak akun ini pertama berdiri.
semoga cerita pembuka ini cukup,
cukup untuk membuka rentetan cerita yg sudah saya siapkan selama saya mengistirahatkan diri ya. baiklah, malam ini, mari kita mulai ceritanya.
Lama sekali gak mampir ke burung biru, saat rehat dan beristirahat menjadi fokus paling utama.
tapi malam ini, setelah duduk merenung sebentar sambil melihat layar hp, ada kerinduan yg datang lagi.. gak tau kenapa rasanya kangen..
kangen buat punya tenaga nulis seperti dulu.
butuh waktu buat ngumpulin tenaga dan fokus bahkan untuk sekedar menulis pesan ini dilaman twitter saya, tapi rasanya kangen yg sekarang sudah tidak terbendung lagi,
jadi kalau ada yg masih terjaga sembari menatap layar handphone, pemanasan yuk,
Kalau dalam Kejawen, ini disebut Renggati atau Renggat nang jero ati, yaitu saat kita melihat sesuatu terutama yg tidak pernah kita lihat visualnya sedang mencoba berinteraksi dengan kita, apa pun itu selalu ada maksud tersembunyi dan memang gak ada salahnya untuk berjaga-jaga.
seperti yg terjadi pada beliau ini, mungkin secara gak langsung si wanita berpakaian hijau ini sedang mencoba berinteraksi dan tentu saja ada sesuatu yg sedang dia inginkan.
dulu, si mbah melakukan Wijih, yaitu membaca petunjuk dengan meletakkan telur ayam kampung di dalam besek
kali aja mas @FazaMeonk mau melakukannya. hahahaha. tapi ya sekali lagi, yg di lakukan si mbah saya dulu itu untuk sekedar berjaga-jaga, karena kaum dari bangsa Jin memang sukar dipercaya, karena memang begitulah tugas mereka bahkan sampai di akhir zaman.
Udah pernah nonton video yg dimaksud sama thread ini 2 tahun yg lalu, tapi sempet lupa sama cerita sampe akhirnya kemarin baca ulang lewat trit ini, trus kepikiran lagi.. hahaha, karena lagi nunggu kereta, coba saya tulis teori liar menurut pandangan saya..
di dalam cerita ini ada 8 karakter nama yg disebut dalam rentetan cerita ini, coba saya jabarin namanya satu-satu, Puteri, Bi Ida, bu Rana, Donny, Pak Budi, Munchkin ( seekor kucing), Dina (temen Puteri yg cuma disebut namanya?) dan terakhir tentu saja Mama.
dari awal, kita dikenalin sama karakter Puteri yg anaknya kaya tertutup tapi suka sekali cerita tentang hidupnya sama orang yg belum jelas statusnya lewat pesan hp, Doni.
Doni ini statusnya gak jelas, dibilang temen tapi dia gak tau rumahnya Puteri, tapi kok cukup akrab.
Halo, di sela waktu malam ini, bolehkah saya meminta bantuan untuk memilih cover yg akan menjadi buku kolaborasi pertama saya bersama dengan para penulis-penulis hebat yg ada di twitter ini.
buku ini digagas oleh penerbit @Bukune , untuk memberi lingkup bahwa cerita horror memiliki rasa dan tema yg berbeda-beda, semua ketakutan akan dituangkan dengan narasi dengan gaya kami masing-masing. dengan adanya buku ini saya juga berharap menambah banyak referensi baru-
tentang kekayaan budaya, mitos dan sebagainya yg hidup dalam masyarakat. semoga buku ini juga bisa sedikit mengobati rasa rindu setelah lama saya tidak menerbitkan buku lagi, sekaligus sebagai lembaran baru untuk kembali aktif dan lebih sering muncul di aplikasi burung biru ini.