Dalam banyak hal, saya khawatir "paket obat isolasi mandiri" khususnya "paket B (ringan)" will do MORE harm than good.
Sudah jelas WHO menyatakan tidak perlunya antibiotik (seperti azitromisin) dan antivirus (seperti oseltamivir) pada C19.
Maka saya sangat khawatir 🤦🏻♂️
Pekan lalu sudah saya sampaikan hal ini. Saya ulangi lagi, melihat kondisi yang ada di lapangan.
@milissehat di Instagram nya sudah membuat penjelasan yang tegas dan mudah dipahami
@WHO masih mengizinkan pemberian perawatan simtomatik (berdasarkan gejala yang ada). Tapi JANGAN berikan kortikosteroid ya! Pastikan nutrisi tercukupi dan tidak kurang cairan. Minum, minum, dan minum. Vitamin pun sebenarnya bukan terapi yang wajib diberikan.
Bagaimana dengan obat antivirus, khususnya bagi mereka bergejala ringan yang isoman? Cukup jelas. Tidak direkomendasikan. Virus SARS-COV2 dikalahkan oleh daya tahan tubuh kita. 80% tanpa gejala/bergejala ringan. 10-15% masuk ke gejala sedang-berat.
Antibiotik: jelas untuk infeksi bakteri. COVID 19 disebabkan oleh infeksi virus.
Penggunaan antibiotik tidak sesuai indikasi berpotensi memunculkan resistensi. Pandemi bakteri resisten di masa depan adalah sesuatu yang sangat dikhawatirkan banyak ahli. Jangan sampai terjadi!
Tayangan Sapa Indonesia Pagi di @KompasTV sudah jelas membahas hal ini, bersama @ProfesorZubairi dan Dr. Purnamawati, Sp.A(K).
Beberapa hari lalu, 5 organisasi profesi sudah mengajukan revisi protokol Tata Laksana C19. Termasuk tiadanya antivirus dan antibiotik untuk gejala ringan. Semoga bisa disetujui dan mengubah kebijakan dari pusat ke lapangan
Kesimpulannya cukup sederhana.
Simak Instagram @milissehat untuk informasi detilnya
Kasus terbanyak yang memenuhi ruang rawat anak:
- Pneumonia/bronkopneumonia
- Demam berdarah
Kenali kapan harus ke dokter/RS ketika anak dicurigai mengalami 2 kondisi ini
Pneumonia/bronkopneumonia (sama saja sebenarnya, beda terminologi yang digunakan) ditandai dengan sesak napas. Bukan sekedar batuk-pilek biasa (common cold/selesma, atau influenza/flu)
Ketika anak sesak, meskipun bisa saja bronkiolitis (<2 tahun) atau asma, bawalah ke dokter/RS
Penyebab pneumonia adalah virus/bakteri. Ketika dokter mendiagnosis pneumonia, banyak panduan menggunakan antibiotik sebagai tata laksana (dianggap karena infeksi bakteri). Diberikan juga cairan (infus) dan oksigen apabila anak dirawat.
Sering sekali kita meraba benjolan di leher anak, belakang telinga, sampai bagian belakang kepala. Jumlahnya bahkan lebih dari satu
Itulah kelenjar getah bening (KGB). SEMUA manusia pasti punya KGB di sekeliling leher dan sekitarnya, yang lebih mudah teraba pada balita.
Jadi: KGB bukanlah penyakit. Ketika KGB teraba (membesar), itu adalah TANDA, adakah infeksi/proses peradangan lain yang membuat KGB membesar? Inilah bentuk respon sistem imun tubuh. Lalu, kita evaluasi: apa penyebabnya? Kapan harus khawatir? Kapan curiga TB kelenjar? Keganasan?
Saya unggah ke Instagram, ternyata rame juga tanggapannya 😅
Kalau di sini rame ga ya?
Mari kita lanjutkan...
Nyamuk kan ada macam2 ya. Ingat pelajaran SD/SMP. Ada nyamuk Aedes, Culex, dll.
Wolbachia yang disebut di postingan sebelumnya adalah BAKTERI. Bukan nyamuk. Kalau bakteri Wolbachia dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes, apakah lantas nyamuk Aedes berubah nama jadi nyamuk Wolbachia? 😁
Lalu terkait VIRUSnya. Yang dibawa si nyamuk dan buat sakit kan VIRUSnya ya, bukan nyamuk ataupun bakteri Wolbachia-nya. Adanya BAKTERI bernama Wolbachia di dalam tubuh nyamuk Aedes, membuat virus Dengue tidak mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya.
Pria berjubah merah ini ingin menyampaikan, tanpa trik, bahwa batuk-pilek yang dialami oleh mayoritas anak saat ini bisa sembuh tanpa perlu minum obat. Namanya common cold alias selesma. Nggak perlu obat batuk, obat pilek, apalagi antibiotik, termasuk nggak perlu "diuap".
Perasaan baru aja sembuh batuk-pilek setelah 2 minggu. Kok udah sakit lagi? Udah gitu nular ke kakak/adiknya, dan nular ke ayah-ibunya pula. Wajarkah selesma tiap bulan pada anak? Sebuah utas
Saya mungkin harus bilang: 80-90% anak saat ini terkena batuk-pilek alias selesma (common cold). Ingat ya, common cold, berbeda dengan influenza (sudah pernah dibahas sebelumnya). Berhubung saya dokter anak, ketemunya tiap hari dengan pasien anak, mayoritas kena selesma. Kenapa?
Selamat datang di masa ketika pandemi COVID sudah melandai kasusnya. Alhamdulillah. Interaksi antar manusia kembali seperti sebelum pandemi. Bertemu satu sama lain, sudah jarang menggunakan masker. Satu anak batuk-pilek, segera menular ke yang lain dalam hitungan jam/hari.
Hampir tiap hari dapat kasus ini di rawat jalan. Nge-share di IG dan FB ternyata memang lagi wabah. Penyakit tangan-kaki-mulut alias HFMD pada anak, yang sering disebut flu Singapur (penamaan yg ada alasan historis, tapi TIDAK tepat, karena BUKAN flu virusnya). Apa itu? -a thread
HFMD kepanjangannya hand, foot, and mouth disease. Meskipun hanya tiga tempat yang disebutkan, kelainan kulit yang timbul bisa terlihat sampai ke selangkangan dan bagian tubuh lain (siku, lutut, bahkan sekitar tengkuk). Umumnya ringan dan sembuh sendiri. Nggak perlu obat.
Penyebabnya infeksi virus keluarga Enterovirus. Tersering Coxsackie virus. infeksi virus pastinya TIDAK butuh antibiotik. HFMD sembuh sendiri, TANPA perlu antivirus atau apapun itu namanya. Virus menyebar lewat bersin, percikan ludah, atau tangan yg menyentuh objek terkontaminasi