Mila Anasanti Profile picture
Jul 25, 2021 29 tweets 7 min read Read on X
Menolak Lupa: Katanya Covid ga berbahaya dan bisa sembuh sendiri, tapi kok bikin Vaksin Nusantara (Vaknus)? Terus vaksinnya buat apa?
_________

Masih ada yang belain vaknus? Udah pernah saya bahas detil sebelumnya. ImageImage
Ini rangkumannya:

Sel dendritik punya teknologi lebih keren dari vaksin covid lainnya? Benarkah?

Padahal semua vaksin menginduksi sel dendritik juga, bedanya di dalam tubuh, sedang vaknus di luar tubuh (ex-vivo) yg malah bahaya, rawan kontaminasi.
Vaknus sebagai vaksin pencegahan untuk covid seharusnya TIDAK LOLOS uji klinis.

Jangankan prosedur ilmiah yg dilanggar, teori dasarnya saja sudah tidak tepat:
1. Jargon pembohongan ‘bersifat personal/individual’

Vaknus berbasis sel dendritik bukan teknologi baru sebagaimana klaimnya, sudah marak di pakai TERAPI kanker sejak tahun 2010.
Terapi kanker butuh pendekatan personal, karena sel kanker setiap orang memiliki kombinasi UNIK perubahan genetik berbeda tiap orang. Makanya butuh vaksin PERSONAL.
Tujuan terapi kanker dengan vaksin dendritik adalah menginduksi sistem imun spesifik agar bisa mengenali & membunuh sel2 kanker yg oleh sistem imun awalnya tidak dianggap ancaman karena bagian dari sel2 dalam tubuh sendiri.

frontiersin.org/articles/461395
Sekarang bandingkan dengan jargon vaknus, apanya ang bersifat personal?

Yg dilawan adalah pathogen dari LUAR TUBUH (virus SARS-Cov2) yg antigennya mudah dikenali sistem imun cukup lewat suntik vaksin biasa (dalam tubuh), tanpa harus dikerjakan secara ex-vivo (di luar tubuh).
Lagipula apanya yang personal? Antigennya sama semua, dari virus SARS-Cov2? Kalaupun virus bermutasi juga tidak berbeda antar pasien dalam wilayah yg sama.
Vaknus ini idenya cacat untuk diteruskan ke uji klinis. Bahkan uji hewan yg seharusnya dikerjakan juga tidak ada. Banyak prosedur ilmiah yg dilanggar, karena dasar teorinya saja sudah keliru.
2. Dilakukan secara ex-vivo justru BAHAYA karena rawan kontaminasi.

Butuh sterilitas tinggi untuk darah diambil lalu disuntikkan kembali ke tubuh pasien.
Butuh tenaga ahli dan fasilitas mahal yg tidak tersedia merata di negeri kita untuk ex-vivo (beda dengan vaksin yang tinggal suntik bisa didistribusikan merata hingga pelosok).

Vaknus sangat tidak realistis untuk vaksinasi masal ratusan juta rakyat Indonesia.
Kalau sampai harganya murah, maka fasilitasnya pasti tidak memadai untuk menjamin keamanannya. Ya maklum bahkan bisa diracik kayak jamu di depan meja DPR.
3. Ngaku-ngaku mulai dipakai di LN, padahal vaksin dendritik yg dipakai di LN untuk terapi bukan vaksin pencegahan.

Sebagai vaksin terapi, banyak diusulkan peneliti:

pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33221134/

link.springer.com/article/10.100…
Yang di China itu juga vaksin dendritik untuk terapi, bukan pencegahan.

clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04…
Kenapa sebagai terapi?

Penggunaan vaksin dendritik sangat tepat untuk terapi pasien, karena pembentukan kekebalan adaptif bisa DIPERCEPAT & MASIF secara ex-vivo dengan teknologi sel dendritik yg bisa dikerjakan di lab dalam beberapa hari saja.
Baik pasien kanker, maupun pasien covid semua BERBURU WAKTU.
Kalau sebagai vaksin PENCEGAHAN?

Tidak perlu vaknus yg dilakukan secara ex-vivo, tidak mendesak untuk memberantas pathogen karena dilakukan pada orang sehat. Disuntikkan vaksin biasa dalam sebulan untuk membentuk kekebalan juga tidak masalah.
Karena itu, vaknus benefit tidak sebanding dengan biaya dan risiko kontaminasinya.
***
KESALAHAN PROSEDUR ILMIAH

1. Tidak mengikuti tahapan penelitian, tidak melewati uji pra-klinis (uji pada hewan), tapi langsung loncat ke uji klinis
2. Tidak ada transparansi data & penelitian, tapi langsung overklaim (mirip charlatan/tukang obat)

3. Hasil uji klinis fase 1 di mana 71,4% mengalami kejadian tidak diinginkan KTD, bahkan sampai grade 3 tapi tidak dihentikan dan dianalisa.
Padahal grade 3 merupakan syarat penghentian uji klinis. Ini pelanggaran serius!

cnnindonesia.com/nasional/20210…

cnnindonesia.com/nasional/20210…
***
Dengan track record di atas, apakah Vaknus masih layak diteruskan?
Tambahan :

Lagian kenapa sih yg diramein Vaknus terus? Sampe ada tuduhan gak cinta karya anak bangsa pada yg mengkritisi Vaknus. Padahal kita ada Vaksin Merah Putih yg prosesnya lebih 'lurus' dibandingkan Vaknus

Tambahan (2) :

1. Vaksin lain lebih cepet krn udah ada teknologi sequencing, jadi in vitro in vivo yg butuh 10th an bs disingkat jd bbrp bulan, udah pernah saya tulis lengkap ttg ini setaun lalu

2. Vaknus ga lolos uji klinis fase 1, tapi lanjut fase 2 lolos ya tergantung siapa reviewernya, kalau mereka sendiri ya parameternya beda, KTD grade 3 diignore.

***

Baca juga wawancara dgn peneliti utama AZ yg jelaskan cara mrk mempercepat riset vaksin

sciencedirect.com/science/articl…
Lalu ada yg menambahkan info juga di kolom komentar FB ImageImageImageImage
Tambahan (3) :

Pembahasan lebih lengkap tentang cepatnya pengembangan vaksin Covid-19

Tambahan (4) :

Vaksin Merah Putih ttp melewati semua tahap pra-klinis & klinis vaksin plus proses dari BPOM

Jadi tuduhan bahwa BPOM menghambat vaksin karya anak bangsa itu tidak berdasar ya

Tambahan (5) : Ulasan dari dr. Alim

Sumber : facebook.com/ahmad.m.alim/p… ImageImageImage

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Mila Anasanti

Mila Anasanti Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @anasanti_mila

Mar 28, 2022
Kasus Pemberhentian Pak Terawan oleh IDI
_____

Dr Terawan diberhentikan IDI, banyak yg protes menganggap inovasi anak negri berusaha dijegal status quo
Padahal yang terjadi sebaliknya, sesuatu yang tidak ilmiah dipaksa seolah ilmiah demi kepentingan pribadi, lalu yg memberhentikan malah dicaci
Kasus pelanggaran dr Terawan itu sudah lama & berulang kali terjadi, mulai dari terapi cuci otak hingga vaknus
Read 23 tweets
Nov 23, 2021
Booster Vaksin? Perlukah?
___

Jawabnya bisa berbeda-beda, tergantung kasusnya.
Menkes Malaysia menyarankan booster vaksin Covid-19, terutama bagi mereka yg mendapat vaksin Sinovac, diprioritaskan mendapat suntikan booster lebih awal karena efektifitas perlindungannya paling pendek dibanding yg lain:

Menkes Malaysia membagikan grafik yg menunjukkan data penerima vaksin Covid-19 di RS.
Read 20 tweets
Nov 22, 2021
COVID-19 UPDATE :

Khabar baik Pfizer mengembangkan antiviral yang mampu mengurangi 89% risiko kematian atau perawatan RS bagi pasien COVID-19 risiko tinggi Image
Setelah keberhasilan vaksin, Pfizer Inc. bulan ini mengumumkan kandidat antivirus oral COVID-19 terbaru: PAXLOVID™
Berdasarkan analisis sementara EPIC-HR Fase 2/3 (Evaluasi Penghambatan Protease untuk COVID-19 di Pasien Berisiko Tinggi), antivirus ini secara signifikan mengurangi rawat inap & kematian

pfizer.com/news/press-rel…
Read 11 tweets
Aug 29, 2021
Ar-Razi & Ibnu Haytham: Ilmuwan Muslim Peletak Dasar Metode llmiah & Memerangi Mereka yg Berdasar Testimoni Semata
___

EBM (Evidence Based Medicine) atau pengobatan berbasis bukti adalah milik barat! Image
Begitu klaim para pengusung pengobatan alternatif yg seringnya membawa label ‘islam’ (atau kearifan lokal atau karya anak bangsa) utk mendukung jualannya.

Padahal EBM sbg metode ilmiah dipelopori oleh para ilmuwan Islam di era kegemilangannya, yaitu oleh Ar-Razi & Ibnu Haytham. Image
Ar-Razi yg dikenal oleh bangsa barat sebagai Averroes punya banyak jasa di bidang medis. Salah satunya sebagai Bapak pencetus memori imunitas cikal bakal vaksin, pernah saya bahas di FB.
Read 32 tweets
Aug 28, 2021
Percobaan Random vs Testimonial ala Penerawangan

(Mengapa testimonial itu bias & tidak pernah bisa diterima dalam dunia medis)
___

Lagi2 Vaksin Nusantara (Vaknus) yg digadang2 mantan Menkes dr. Terawan bikin heboh & pro-kontra.
Seperti yg sudah2, kehebohan berawal dari testimoni, pengakuan, atau endorse dari tokoh (baik pejabat publik, politikus, atau tokoh masyarakat lainnya).

Dan memang hal2 di atas itu bisa dibilang metode utama Vaknus utk mempromosikan & membantu pengembangan risetnya sendiri
Read 47 tweets
Aug 16, 2021
Dongeng Genetik: Dari Mutasi Virus Hingga Genetik yg Menyebabkan Keparahan Covid Bisa Berbeda2 Tiap Orang (Bag. 2)
___

Pada virus, ada kalanya saat melakukan transkripsi/translasi saat duplikasi terjadi error maka terjadilah mutasi

Foto oleh CDC
Misal salah satu huruf nukleutida berubah, atau terhapus, bisa juga ketambahan.

Mutasi ini seringnya normal terjadi tidak mengubah fungsi, tapi bisa juga mengubah dengan drastis, misalnya varian Delta.
Kenapa virus bermutasi? Sesungguhnya mutasi itu hal yg terjadi hampir setiap saat pada sel/virus yg memperbanyak diri.

Dari waktu ke waktu akan muncul error, inilah yg disebut mutasi

nationalgeographic.com/science/articl…
Read 21 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(