JeroPoint Profile picture
Jul 29, 2021 138 tweets 20 min read Read on X
"Cicak-Cicak di dinding
Diam-diam merayap
Lahir seorang bayi
Hap!
Lalu ku bunuh"
---

Sebuah desa di ketinggian Jawa Barat diteror oleh 'wanita setan' pemakan bayi.

Sosoknya menjadi legenda, dan sampai saat ini di yakini masih ...

"ADA"

- A THREAD-

@bacahorror #bacahorror Image
Akhirnya setelah merampungkan riset, Thread ini bisa di up juga.

Bagi kalian yg belum membaca thread saya yang #Aksa , silahkan baca terlebih dahulu dilink dibawah, karena akan saling terkait dengan cerita ini,

Tenaga, pikiran, dan energi saya terkuras habis untuk riset cerita ini.
Terima kasih kepada Mas Fauzi yang menceritakan asal muasal mulanya dan sukses membuat saya terbayang-bayang sampai tidak bisa tidur, padahal 'menghubungkan' saja, belum.
Peristiwa ini terjadi antara kurun waktu 1994-1997 di sebuah desa di ketinggian Jawa Barat.

Cerita bermula ketika salah satu rumah sakit mengalami peristiwa meningkatnya angka kematian bayi dan kehilangan Ari-Ari/Bali.
Jejak berkas darah tercecer ditemukan di beberapa titik rumah sakit yang bermuara pada satu kamar mess milik salah satu suster bernama;

YATI,

karena 'ketidakwajaran' tersebut, pihak rumah sakit melakukan penyelidikan.

Dari sini lah semua dimulai ...
Thread ini akan saya lanjutkan ketika bulan sudah terbit sempurna, sekalian menunggu ramai.

Mari #MalamJumat bersama ....
Jam 23.00 saya lakukan ritual mediumisasi dulu,
Setelahnya sekitar pukul 01.00 , kalau masih ramai saya langsung up lanjutannya sampai beres.

Nemenin begadang malam jumat-an gak nih? ...
Halo semua,
Terima kasih sudah mnunggu thread ini update.
Sebenarnya saya lambat up karena kemarin masih komunikasi dgn sesepuh kampung sana untuk menyempurnakan riset sy.

Saya baru sampai rumah, beberes dlu stelah itu kita mulai up pelan-pelan, ya.

Siapkan cemilan dan nyali.
Thread ini saya susun padat berdasarkan hasil riset saya melalui beberapa Narasumber lokal, hasil mediumisasi saya, dan Aksa yg mana mereka merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut.

Nama-nama dalam kisah ini sy samarkan untuk melindungi privacy narasumber.

Mari kita mulai,
Malam itu seorang wanita muda berumur sekitar 25 tahun, berparas cantik dengan hidung mancung, berkulit putih dan bermata cokelat merintih tak berdaya ketika di arak warga satu kampung yang tak henti meneriaki umpatan padanya;

" DASAR WANITA SETAN!"
"KEMBALIKAN ANAK KAMI!"
Badannya dililit tambang, diikat erat, lalu ujung talinya diberi penyangga kayu untuk menarik wanita itu layaknya binatang. Seolah, tak ada yg mau (berani) menyentuh langsung wanita itu.

Dirinya hanya bisa merintih menangis dengan kaki telanjang tanpa alas--
Sepanjang jalan warga menghakiminya dengan umpatan emosional, tangisan amarah dendam, tak jarang rotan dan batu melayang menimpuki wanita itu.

Hari penghakiman ini seperti telah ditunggu oleh para warga desa yg sudah geram.

"KAMU MEMAKAN ANAK SAYA SETAN!"
Teriak warga histeris
Setibanya di salah satu lapang, telah disiapkan tiang kokoh yang sudah di kelilingi kayu bakar tersusun tinggi. Wanita itu diikat ditiang tersebut.

Para warga berkerumun mengitari menjadikannya tontonan paling ditunggu.

Ya, wanita itu akan dibakar.
Disituasi tersebut, wanita itu masih tak berkata barang sepatah kata. Memberontakpun, tidak.
Dia hanya merintih menangis seolah pasrah menanti ajalnya.

Garis lurus di hadapannya seorang Pak Tua berpakaian hitam, berjanggut putih panjang memegang obor sembari menatap wanita itu.
Nampak Jelas, Pak Tua adalah tokoh masyarakat dan memiliki kemampuan supranatural yang paling dihormati di desa.

Pak Tua mengangkat satu tangan sebagai isyarat meminta warga untuk tenang.
Situasi mendadak hening, Pak Tua berdiri tak bergeming dan terus menatap wanita itu.
Tak lama berselang, wanita itu berhenti merintih, dia tersenyum membalas tatapan Pak Tua. Matanya menjadi tajam, perlahan dia tertawa memekik. Urat-urat di kulitnya menonjol keluar, tawanya semakin melengking, bola matanya memutih.

Raut Wajah kekhawatiran Pak Tua terlihat jelas
Para warga mulai ketakutan, diantaranya mundur beberapa langkah.

Tak sampai disitu, wajah wanita itu kemudian menua, giginya mengeluarkan taring, mulutnya melebarkan sobekan kemudian mengeluarkan cairan hitam.

Warga semakin riuh, Pak Tua Cemas.

"BAKAR!!!" Perintah Pak Tua
Empat orang pemuda dibelakang Pak Tua melemparkan Obor ke kayu bakar yg mengelilingi wanita itu.

Wanita itu terus tertawa memekik, api merambat cepat karena sudah basah minyak tanah. Namun, belum sampai api itu menyentuh Tubuhnya wanita itu seketika menghilang.
Para warga ketakutan, mereka bubar berlari ke rumahnya masing-masing,
Pak Tua merasakan ancaman dan sesuatu yang buruk akan menimpa desanya.

"Celaka Kita" Gumam pak tua didengar oleh 4 orang pemuda tadi yang masih berdiri bersamanya.
------
"Api tidak bisa dimusnahkan dgn Api." Ucap Pak Empu padaku.

Pak Empu merupakan Anak Pak Tua yg juga menjadi salah satu pemuda yg turut melemparkan Obor Api ke arah wanita itu. Dia adalah Narasumber Utamaku.

Oke mari kita lanjut, ke peristiwa sebelum hari pembakaran itu
Pada zaman itu, kebanyakan orang lebih memilih melahirkan ke dukun beranak dibanding ke rumah sakit, karena biaya persalinan di rumah sakit jauh lebih mahal dan juga faktor jarak dari desa ke RS besar yang cukup jauh.

Jadi pasien melahirkan di RS tidak seramai skrg.
Tetapi hari itu ada pasien yg harus melahirkan dengan operasi karena posisi bayi melintang (sungsang).

Pasien terus meraung kesakitan, bagaimana tidak? Sejak pagi dia masuk, sampai lepas waktu magrib masih belum mendapatkan instruksi tindakan operasi dari dokter.
Beruntung, Siti salah seorang perawat yg bertugas cukup sabar dan telaten dalam merawat pasien. Dia dibantu oleh rekan perawat lainnya yg bernama Yati.

Berbeda dengan Siti yg aktif, Siti ialah sosok yg pendiam, bila tidak bertugas merawat, dia lebih memilih menyendiri--
Bahkan Yati jarang berbicara jika tidak ditanya lebih dulu.
Parasnya yg cantik, seringkali menjadikan Yati pusat perhatian dan sering di goda oleh rekan kerja lainnya, termasuk satpam RS.
Kala itu, Pasien mengeluh tidak kuat, dia meraung keras kesakitan, namun dokter tak kunjung memberikan tindakan operasi.

Siti kewalahan,
"Teh, tolong saya sudah tidak kuat?" Keluh pasien.

"Sabar ya Bu, kita tunggu dokter, ibu berbaring miring ke kiri" arah Siti.
Kini Pasien tersebut berbaring menghadap Yati yg berdiri di sisi kiri.

"Yat, kamu jaga ibu dulu ya, aku Konsul ke dokter jaga di depan." Ujar Siti.

Yati hanya menjawab dengan mengangguk.
Sus, tolong, sakit, saya gak kuat" keluh pasien itu pada Yati.

Yati hanya menatap perut pasien tanpa menjawab sepatah kata.

"Sus! Tolong dong! Masa diam Aja sih!" Protes pasien, kesal dengan respon Yati.
Yati masih tak bergeming, pasien itu terus meraung-raung kesakitan.

"Cicak-cicak di dinding,
Diam-diam me-ra-yap
Lahir seorang bayi
Hap!
Hmmmmmmmm " Yati seketika bernyanyi pelan, dia mengubah lirik di bait ketiga, kemudian hanya bersenandung di bait terakhir.
Yati terus bernyanyi mengulang, pasien itu nampak semakin kesal.
Tak lama banyak cicak merayap dari berbagai sisi di langit-langit kamar bersalin, cicak-cicak itu berkumpul merayap tepat di atas posisi sang pasien

Lalu --
--
"Cicak.. cicak! Sus tolong itu banyak cicak" Pasien gemetar ketakutan.

Yati berhenti bernyanyi, dia tersenyum,
Serentak cicak-cicak itu jatuh menyergap tepat di perut pasien.

" Aaaaaaaaaa!!!!" Pasien berteriak kaget, tanpa sadar tangannya memukul-mukul perut mengusir cicak.
Pasien kalang kabut mengusir Cicak di perutnya, gerakan tubuhnya tak terkontrol.

Yati hanya menyaksikan sembari tertawa kecil.
"Aaaaaaa!!! Cicak,, cicak tolong!!!!!"
Teriakan pasien itu terdengar keras sampai keluar ruangan.

Siti datang menghampiri,
"Bu, ibu kenapa ?" Tanya Siti, lembut.

"Cicak sus, ini di ..." Jawaban pasien terpotong begitu melihat sudah tidak ada cicak di perutnya.

"Tadi diperut saya ada cicak banyak, sus" terang pasien yg kemudian merasakan nyeri tak tertahankan diperutnya
Siti memeriksa,
"Pembukaannya sudah lengkap, kepala bayi sudah terlihat"
Sontak Siti memanggil rekan perawat lainnya untuk membantu, karena diluar dugaan Pasien dapat melahirkan normal.

Yati yang berdiri agak jauh dari pasien mengerjapkan mata seolah tersadar sesuatu--
Para perawat lain datang membantu, tetapi Yati justru malah keluar ruangan.

Sudah biasa bagi perawat lain melihat Yati keluar Ruangan ketika pasien hendak melahirkan. Tidak ada yg mengetahui alasan pastinya, tak ada yang memprotes Yati--
Karen Yati selalu ambil bagian sibuk lebih dulu ketika mengurus pasien pada fase pra-bersalin, bahkan tak jarang membantu tugas perawat-perawat lainnya.

Persalinan pasien berlangsung lancar, anak laki-laki dilahirkan normal dan selamat.

Ari-Ari/Bali dipisahkan--
Siti membawa Bayi itu ke luar ruangan untuk dibersihkan.

Siti memasuki ruangan memandikan bayi seorang diri, dia membersihkan Bayi baru lahir itu, sementara perawat lain meneruskan penanganan pasien (menjahit)

Bayi yang semua menangis keras, tiba-tiba berhenti menangis
Siti mencium aroma melati, mulanya dia menghiraukan, tetapi lama-lama wangi itu berubah menjadi bau semerbak kemenyan.

Bulu Roma Siti meremang, dalam hati dia merapalkan doa, bayi itu menangis lagi, lalu terdengar suara perempuan bergumam melantunkan nada lagu 'cicak di dinding'
Bayi itu berhenti menangis, seolah mendengarkan suara senandung lagu 'cicak di dinding' dgn lantunan tempo lambat.

Suara itu berasa dari langit-langit ruangan di sisi belakang Siti.

Tangannya mulai gemetar memegang sang bayi, jantungnya berdegup lebih kencang, Siti ketakutan
Suara senandung itu semakin keras (dekat), sekujur tubuh Siti membeku, dia merasakan ada sosok merayap yang mendekat menghampirinya,

Sosok itu kini jelas berhenti tepat di langit-langit atas kepala Siti.
Dia memperat genggaman ke sang bayi,

Perlahan Siti mendongakkan kepala-
Ada yang menetes ke kepala Siti; cairan kental yang berbau amis.
Siti memberanikan diri untuk terus menoleh ke atas dengan gemetar, tubuhnya berupaya menjaga keseimbangan,

Mata Siti terbelalak, kaki-kakinya melemas , alangkah terkejutnya Siti melihat--
Sosok wanita merayap, berambut panjang menjuntai, bola matanya putih, wajahnya tua hitam, giginya betaring, dan keluar cairan kental hitam berbau anyir dari mulut sobeknya.

Cairan itu menetes deras ke wajah siti--
Sekujur tubuh Siti membeku, lidahnya kelu, badannya gemetar hebat tetapi dia berupaya sekuat tenaga menjaga kesimbangan tubuhnya agar tidak roboh ke lantai.
Kedua tangan Siti masih memegang erat sang bayi.
Sekarang, sosok itu menjulurkan tangan dgn kuku-kuku hitam panjangnya ke arah kedua bola mata Siti secara perlahan.

Siti tak tahu apa yang harus diperbuat disituasi ini, dia ketakutan setengah mati, kaki-kakinya melemas entah berapa lama lagi mampu menopang pertahanan tubuhnya--
Belum sampai jari makhluk itu ke mata Siti, tiba-tiba bayi digenggaman Siti menangis keras.
Sosok itu beralih menatap sang bayi, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan memperhatikan sang bayi, kemudian tangannya berbelok arah ke bayi tersebut.
Sontak Siti merundukan badannya melindungi bayi itu dgn punggungnya.

Sosok makhluk wanita mengerikan itu mengeram memekik mengalirkan deras cairan hitam pekat berbau anyir yg membanjiri punggung Siti,

Tak lama, secepat kilat makhluk itu menyergap tubuh Siti

"AAAAAAKKKKKKK!!!"
Siti berteriak keras, seolah dirinya pasrah atas apa yang terjadi berikutnya.

“Teh, Teh, Teh Siti!!! Kamu kenapa?” Sentak Ayu yang merupakan rekan perawat Siti.
Siti masih membungkuk ketakutan, tak berani menoleh.

“Oalah, ini Cuma cicak jatuh dipunggung teteh” ujar ayu santai, sembari mengusir cicak dipunggung Siti.

Cicak itu melompat entah kemana.
Siti tersadar, dia menoleh ke belakang dan benar, ada ayu didekatnya.

Siti masih tak percaya dengan apa yg baru saja terjadi padanya, dia menarik napas panjang mencoba mengambil alih tenang.

“Kamu kenapa tadi teh? Takut cicak?” Ayu menyeringai tertawa kecil.
Alih-alih ingin bercerita banyak pada Ayu, Siti hanya membalas, “Gapapa”.

Tangannya masih gemetar, tapi dia berupaya tenang, kemudian melanjutkan aktifitasnya membersihkan bayi.

Siti memeriksa tubuh sang bayi untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.
Tak ada yg aneh pada tubuh bayi, dirinya mulai berpikir ‘mungkin saja’ tadi hanya halusinasinya.
Meski begitu, dia pun masih tidak yakin karena peristiwa tadi terasa benar-benar nyata sampai membuatnya keringat dingin!
Siti mempercepat pekerjaannya membersihkan bayi, lalu menyerahkan Bayi tersebut ke poli anak unit pasca melahirkan.

Siti kembali ke ruang bersalin, tampak disana dia mendengar rekannya sedang berdebat di meja jaga depan ruangan--
“Tadi kamu Tyas yg minta ari-ari bayinya, katanya biar kamu yg urus. Kok sekarang malah tanya lagi ke aku, Gimana sih?!” tegas salah seorang perawat ke rekan perawat lain. –
“Teh, aku gak merasa nerima. Orang aku aja baru selesai jahit pasien. Tanya aja ayu kalau nggak percaya.” Balas Tyas, perawat yg tak terima disalahkan.

Rupanya mereka memperdebatkan ari-ari bayi yg hilang. Mendadak perasaan Siti menjadi tidak enak, dia menghampiri rekannya.
“Sudah-sudah jangan ribut. Tyas, kamu laporan ke poli sama bagian rekam medis soal ari-arinya yg gak ada. Biar nanti mereka yg menentukan tindakan penyampaian ke pasien” ujar Siti menengahi.

Perasaannya tidak enak, dia merasa ada yg tidak beres dari rangkaian kejadian hari ini
Tak selang berapa lama, berita duka datang dari dokter poli anak yg menyatakan bahwa bayi yang baru saja lahir tadi mengalami penurunan oksigen drastis yang membuat kondisinya mendadak drop kemudian tidak dapat diselamatkan.
‘Bayi tadi meninggal dunia’

Siti lemas, entah mengapa dirinya merasa bersalah. Dirinya terbayang-bayang oleh peristiwa mengerikan yg baru saja dialaminya.

Sekarang, dia yakin, bahwa hal yang tadi dialaminya bukan halusinasi, melainkan benar-benar nyata!
Keluarga pasien pun menangis histeris, sang ibu juga merasa bersalah karena berpikir bahwa ini penyebab dari dirinya yang tak kontrol ketakutan sampai memukul-mukul perut.

Dari kejauhan, nampak Yati berjalan perlahan menghampiri--
Yati masih diam seperti biasanya. Ibu pasien itu diantar Siti dengan kursi roda ke kamar rawat. Mereka berpapasan, Ibu pasien hanya menatap tajam Yati tanpa berkata apapun.
Setibanya di kamar rawat, Sang Pasien bercerita pada Siti tentang peristiwa aneh yang dialaminya di kamar bersalin ketika hanya berdua bersama suster Yati.
----
“Sejak Saat itu, angka kematian bayi mendadak tinggi kang, ari-ari bayi juga sering hilang” ucap Suster Siti padaku, beliau ialah Narasumber keduaku.
“Dia Adikku” Tiba-tiba Aksa berbisik padaku.

Kulihat matanya nanar, energinya menjadi penuh amarah dan dendam. Dari situ aku tahu ternyata ini alasan Aksa membawaku ke peristiwa ini sampai akhirnya aku mencari tahu lebih dalam.
Aku membatin berkomunikasi padanya, “Tenang, aku perlu tahu seluruh ceritanya dulu”

Sebelum kita lanjut, mari ambil jeda sejenak mendoakan Almarhum Adik Aksa,
...
...
...
Aamiin.

Sekalian Magrib dulu yaa, habis magrib dilanjut. Nanti Ngumpul yak, kita tuntaskan.
Suster Siti mengatakan bahwa sejak peristiwa itu, makhluk bengis itu semakin intens meneror, hampir seluruh perawat poli kandungan mengalami teror serupa (diawali dgn senandung lagu ‘cicak di dinding’) sgt mengerikan, banyak yg berujung pingsan bahkan memutuskan berhenti bekerja
Tak hanya perawat. Satpam dan karyawan RS lainnya juga kerap diganggu kala dinas malam.

Wujudnya yang mengerikan, gerakannya merambat dan merayap serta berpakaian suster lusuh membuat dia dijuluki “Hantu Suster Rayap” oleh warga Rumah Sakit.
Jujur teror di Rumah sakit ini ngeri banget, kalau aku ceritakan satu per satu akan panjang sekali thread ini nantinya. Aku akan ceritakan secara terpisah di medium yg lebih leluasa.

Sampai suatu ketika, Rumah Sakit melakukan penyelidikan khusus atas fenomena ‘tidak wajar’ ini.
Sejak penyelidikan dilakukan, angka kematian bayi dan kehilangan Ari-Ari tdk sesering sebelumnya, bahkan nyaris bisa dibilang tidak ada, sampai pada peristiwa (nanti akan diceritakan dibawah).

Tetapi ternyata, teror berpindah ke suatu desa, di sana makhluk itu semakin bengis--
Kala magrib, di desa tersebut memang sudah gelap. Hari itu bulan malu-malu menampakan dirinya dicakrawala.

Di sebuah rumah kayu (semi permanen) seorang ibu sedang merintih kesakitan dibantu oleh seorang paraji yg bersiap melahirkan permata kecilnya ke dunia.
"Ayo Bu, tarik napas, terus tekan. Ayo Bu, terus.." arah seorang paraji.

Ibu itu merasa sdh sekuat tenaga mendorong tekanan dlm perutnya agar si bayi keluar namun ujung rambutnya saja tak kunjung terlihat.

"mbok, aku udah gak kuat. Sakit." Ibu itu trlihat lemas kehabisan energi
"Ambil minum dulu" Mbok Paraji meminta suami sang ibu mengambilkan minum.

Mereka mengambil jeda sejenak untuk memberikan ruang kepada si ibu mengisi kembali sedikit tenaganya

"TOK..TOK..TOK" Suara ketukan lambat pintu terdengar.

"TOK...TOK...TOK" Sekali lagi
Suasana hening, semua terfokus pada sumber suara ketukan itu.

Sang suami melangkah perlahan menuju pintu hendak membuka.
Tiba-tiba dia merasa merinding, tangannya terasa berat untuk membuka .

"TOK..TOK..TOKK" Suara ketukan lambat itu terdengar lagi.
Sang suami menoleh ke belakang, istrinya seperti memberi isyarat untuk membuka pintu.

Dalam satu helaan napas, dia membuka pintu cepat,

'tidak ada siapa pun'
Suami keluar satu langkah--
Dia menoleh ke kiri dan kanan, tetapi memang tidak ada satu orang pun, apalagi di desa itu dari rumah satu ke rumah lain cukup berjarak.

Sejauh mata memandang hanya terlihat pepohonan besar dengan akar menjalar lebat.

Dia masuk kembali ke dalam rumah, lalu menutup rapat pintu
Suasana masih hening, hawa dalam ruangan menjadi dingin tapi pengap membuat kening mereka mulai basah.

"TOK ...TOK..TOK" pintu itu terketuk lagi, kali ini lebih keras.

"Jangan di buka!" Teriak si mbok.
Di desa rata-rata paraji biasanya memiliki tingkat kepekaan tinggi.
"Ayo Bu, cepat Bu, tarik napas dorong!" Paraji itu seketika mendesak si ibu untuk berusaha lebih keras agar sang bayi cepat keluar.

"Ayo Bu, cepat Bu, dorong!" Desak mbok paraji.

"Aaaaaaaa, sakitt mbokk." Jerit si ibu sembari terus berusaha
'Kreeeeeek'

Pintu itu terbuka sendiri perlahan, suara engselnya membuat darah sketika berdesir.

"Cicak-cicak di dinding
Diam-diam me-ra-yap
Lahir seorang bayi
Hap!
Hmmmmmmm"
Suara itu lagi, masih dengan lantunan perlahan, merubah bait ketiga, dan bersenandung gumam dibait akhir
Obor dalam ruangan yg menjadi sumber penerangan berkedap-kedip redup.
Maklum saja, pada masa itu. Di desa tersebut masih mendapat listrik bergilir.

Raut kepanikan terlihat di wajah Mbok Paraji.

"Ayo Bu! Jangan berhenti, Ndak usah didengar, terus dorong! cepat!"
Suara itu masih tak henti bersenandung,
Mendadak banyak cicak merayap di langit² rumah.

Mbok Paraji cemas,
"Kang, tlg panggil Pak Tua cepat, minta bantuan!" Pinta mbok Paraji ke pak suami.

"ibu ayo, Bu! Harus cepat!"

Sekarang, hanya tinggal si ibu dan Paraji di dalam rumah
Suara wanita itu meniru perkataan mbok Paraji.

"Ayo Bu, cepat" suara wanita berbisik kuat itu kemudian tertawa melengking.

Wujudnya tidak diketahui ada dimana, tetapi cicak-cicak di dinding merayap semakin banyak, bahkan beberapa ada yang melompat ke kepala dan badan si ibu
"PERGI KAMU, PERGI!" sentak mbok Paraji

"pergi kamu, pergi!" Suara wanita itu meniru kalimat si mbok lagi.

Tiba-tiba sang ibu merasakan sakit yang luar biasa tak tertahankan diperutnya yang membuatnya secara otomatis mendorong kuat sang bayi hingga keluar--
Bayi itu pun keluar tetapi tidak menangis.
Tubuhnya biru pucat, sontak si mbok mengangkat sang bayi lalu memukul-mukul bokong bayi namun masih tidak menangis,
Paraji itu mengecek nadi dan napas sang bayi,

Ternyata bayi itu sudah tidak bernyawa.
Sang ibu menangis,
Karena situasi panik, mbok Paraji baru menyadari sesuatu bahwa bayi itu lahir tanpa ari-ari (hilang).

Derap langkah terdengar mendekat ke rumah, pak suami dan pak tua sudah tiba disituasi yang terlambat.

Suara wanita dan cicak-cicak itu sudah tidak ada
Pak suami itu memeluk istrinya, bayi biru malang itu belum sempat menghembuskan napas pertamanya di dunia karena telah direnggut oleh iblis dalam raga wanita bernama Yati.

Pandangan pak tua menelisik seisi rumah, dia menarik napas berat merasakan sesuatu.

"Dia masih di sini"
Pak tua melangkah keluar, disusul oleh pak suami. Sedangkan si mbok masih di dalam rumah menjaga sang ibu yg kondisinya masih lemah.

Mata pak tua mengitari sekitar, dia menarik napas berat,
Kemudian dia maju beberapa langkah lalu menoleh ke arah atap rumah --
Kedua mata pak tua terbelalak begitu melihat sosok wanita bengis mengenakan baju suster lusuh dengan wajah tua, gigi taring dan mulut sobek nampak sedang menyantap ari-ari bayi tadi layaknya binatang buas yang kelaparan.
Makhluk bengis itu menyadari kehadiran pak tua, lalu menoleh sembari menggenggam sisa ari-ari di tangannya.
Mulut sobeknya masih dipenuh darah ari-ari tersebut.

Dia menyeringai tajam ke arah pak tua.

Pak tua kemudian merapalkan mantera, namun sosok itu justru malah tertawa.
Wanita itu kemudian bersenandung lalu bernyanyi dengan suara mengayun tetapi memekikan telinga mana pun yang mendengarnya

"Cicak-Cicak di dinding,
Diam-diam merayap,
Lahir seorang bayi,
Hap!
LALU KU BUNUH!"

Kali ini dia bernyanyi dengan lirik lengkap.
Gerombolan cicak yg tak terkira jumlahnya meloncat dari atap genteng menyergap Pak Tua dan Pak Suami yang berada di bawah.

Kedua tangan mereka kewalahan menghadang cicak-cicak itu, lalu sosok wanita bengis itu seketika menghilang entah kemana.
Pak Tua yang merasa kampungnya sedang dalam ancaman ghaib jahat dengan sigap mengumpulkan para petinggi desa lalu menginstruksikan para penduduk agar tidak keluar rumah selepas magrib, khususnya bagi yg sedang hamil, tidak boleh ditinggal sendirian.
Setiap malam selama tiga hari berturut-turut; para petinggi desa, tokoh masyarakat, beberapa pemuda (termasuk empu) melakukan ritual tolak bala dipimpin oleh Pak Tua guna memohon perlindungan pada yang kuasa dan para leluhur serta lelembut penjaga--
-- namun siapa sangka, ternyata peristiwa tadi baru pembuka dari awal permulaan teror wanita bengis yang semakin keji.

Setiap kemunculannya dirasa pak tua memiliki energi yang semakin kuat.
Setelah dua bayi lagi meninggal dengan cara serupa oleh makhluk bengis itu, bahkan satu di antaranya sang bayi benar-benar lenyap dalam kandungan sebelum sempat dilahirkan.

Pak Tua membagikan bawang putih yg telah diritualkan untuk digantung di setiap pintu-pintu rumah warga.
Beralih lagi ke rumah sakit,
Petugas rumah sakit menemukan ceceran darah basah yg tidak diketahui asalnya di poli kandungan.

Darah itu berceceran sepanjang lorong menuju ke mess kamar milik salah satu perawat bernama,

YATI.
Petugas mendobrak paksa kamar Yati,
Alangkah terkejutnya mereka begitu melihat se-isi kamar berisikan ceceran darah kental dan banyaknya sisa-sisa Ari-Ari yg tersebar dilantai ruangan.

Baunya sangat anyir, mereka mual dan beberapa tak bisa menahan muntah.
Dengan perasaan takut dan cemas, mereka melangkah memasuki ruang kamar.
Tiba-tiba terdengar lagi suara wanita bengis itu bersenandung pelan mengayun,

"Cicak-cicak di dinding
Diam-diam merayap
Lahir seorang bayi
Hap!
Lalu ku bunuh"

Disusul oleh suara tawa yg melengking
"SUSTER RAYAP!!!" mereka berteriak ketakutan,
Tanpa berpikir panjang langsung berbalik arah dan berlari seribu langkah sekencang mungkin menjauh dari kamar mess Yati.
Sejak saat itu, Yati tidak lagi nampak hadir bekerja di Rumah Sakit tersebut, namanya sudah dicoret (pecat) sebagai perawat.

Bahkan sosoknya saat ini menjadi legenda dan di kenal sebagai 'Hantu Suster Rayap'.
Sejak saat itu, kamar mess 'bekas' Yati dibiarkan kosong. Tidak ada yg berani mengisi kamar tersebut.

Bahkan saat ini, jika kalian berkunjung ke mess itu, kamar tersebut sudah digembok entah sudah berapa tahun tidak pernah dibuka lagi.
----
Sejak pengungkapan kasus tersebut di rumah sakit, Teror Yati masih terus berlangsung di Desa.

Aksa rupanya yg memberi tahu pak tua untuk menggunakan bawang putih sebagai penangkalnya.
Meski justru hal itu membuat wanita bengis itu semakin menjadi-jadi meneror warga dgn keji dan terang-terangan karena merasa terganggu dgn bawang putih yg dipasang di pintu rumah,

Tetapi kematian bayi dan kehilangan Ari-Ari terus trjadi hingga desa mnyiapkan kuburan khusus bayi
Kemunculan Yati kerap tertangkap ketika dia sedang memakan ari-ari yg sudah dikubur dengan posisi Jongkok lalu menyantap layaknya binatang kelaparan.

Dampaknya selalu sama, setiap bayi yg ari-arinya dimakan, tak lama kemudian langsung meregang nyawa.

Puncaknya pada suatu malam-
Ada salah seorang warga yg akan melahirkan (lagi). Pada masa itu (mungkin sampai sekarang), warga masih menganut paham 'banyak anak, banyak rezeki'.

Kali ini eksistensi Teror Yati membuat parno banyak wanita hamil, dan hari-hari mereka melahirkan ialah hari yg paling ditakutkan.
Termasuk bagi Ibu Nila (nama samaran) yg harus menjalani persalinan tanpa seorang suami (sudah meninggal).

Pada saat itu, banyak paraji yg memutuskan tidak mengambil 'orderan' karena takut dengan sosok 'Yati'.

Beruntung, ada paraji dari desa sebrang yg masih berkenan membantu
Menjelang mendekati hari melahirkan, Ibu Nila sudah memasang bawang putih serta 'jimat' khusus dari Pak Tua untuk menangkal kehadiran Yati.

Meski begitu, perasaan takut dan khawatir masih menyerangnya.

"Bu, dorong yg kuat ya, biar cepat. Ibu tau kan kenapa?" Ujar paraji.
Paraji pun tak kalah ketar-ketir ketakutan dan cemas.

Dia terus mendesak Ibu Nila agar mendorong kuat agar Bayi cepat keluar.

Konon katanya, Jika ingin selamat, bayi harus keluar sebelum Yati datang.

"Tap..tap..tap" ada suara derap terdengar dari atap rumah--
Hawa mulai terasa tak enak,
" BU, AYO BU CEPAT!" Paraji itu mulai merasakan panik hingga dia tidak bisa menjaga fokus, apalagi ketika tiba-tiba banyak cicak-cicak merayap di dinding dan langit-langit rumah.
Suara gumam senandung wanita bengis itu terdengar mengayun,

"Cicak-Cicak di Dinding
Diam-diam merayap,
Lahir seorang anak,
Hap!
....."
Dia berhenti dibait terakhir

"Ayoo Bu.. ce-pat." Suara paraji itu gemetar ketakutan.

"Ayo Bu, ce-pat" Yati meniru kalimat paraji (lagi).
Badan paraji melemas, Ibu Nila masih berusaha sekuat tenaga dgn sisa-sisa energinya.
Kali ini, dia benar-benar pasrah pd yg maha kuasa.
Hal yg paling ditakutkan ketika melahirkan akhirnya jg terjadi padanya.

'Tapp..Tapp..Tap"
Suara itu seperti merayap di dinding belakang rumah
Cicak-cicak yg muncul dari setiap arah dinding mulai merayap (ke arah yg sama) menuju langit² rumah dan bergerombol menumpuk tepat diatas Ibu Nila dan paraji.

Mereka menoleh ke atas, tubuh paraji melemas, dia tidak lagi mampu mengontrol rasa takutnya hingga terlutut ke lantai
Beberapa ekor cicak yg menumpuk itu mulai berjatuhan ke tubuh Bu Nila dan kepala Paraji.

Ibu Nila menangis ketakutan, begitu pun paraji yg ikut menangis dan kehilangan kendali fokus.

"Cicak-cicak di dinding,
Diam-diam merayap,
Lahir seorang anak
Hap!
..."
Yati bersenandung lagi
"Tapp..Tapp.. Sreeek"
Suara derap dan langkah menyeret itu terdengar tepat di dinding belakang Ibu Nila,

Di samping nakas ranjang, ada jendela kaca yg gordennya seketika tersingkap,

Sontak semua mata paraji dan Ibu Nila tertuju pada jendela tersebut---
Kuku² hitam panjang, tangan dgn urat-urat keluar itu perlahan nampak di jendela, berikutnya sudah bisa di duga, sosok wanita bengis berwajah tua, bermulut sobek dengan cairan hitam mengalir menjulurkan ke lidahnya ke kaca Jendela.

Wajahnya menenggleng perlahan ke kiri dan kanan.
"LA-LU KU BU-NUH"
Yati melanjutkan bait terakhir senandungnya, kemudian dia tertawa memekik melengking.

"Astaghfirullahaladzim" suara paraji terbata menangis ketakutan, begitu pun Bu Nila.
Cicak-cicak itu lalu melompat menyergap tubuh mereka.
Suara derap langkah terdengar lagi
Sosok Yati tak lagi terlihat di jendela, tetapi cicak-cicak yg menyergap semakin banyak seolah tak habis-habis.

Semua rapalan ayat-ayat doa sudah mereka lakukan, sekarang ini hanya bisa pasrah untuk segala kemungkinan terburuk

Kini derap langkah terdengar lagi dari arah pintu-
"BRAK" pintu terdobrak.

Datang Pak Tua, tokoh desa, dan banyaknya kerumunan warga yg yang sudah mengelilingi rumah Bu Nila sembari membawa obor.

Ada juga tokoh spiritual (ustad) dari desa sebrang yang turut membantu,

"Lanjutkan Bu " pinta Pak Tua pada Paraji.--
Mereka kemudian merapalkan matera dan ayat-ayat doa sesuai keyakinan/kemampuan masing-masing.

Paraji melanjutkan tugasnya membantu Bu Nila bersalin.

Pak Tua menarik napas berat, matanya menelisik mengitari sekitar mencoba mencari sosok Yati yg dirasakan masih 'ada'
Pak Tua keluar rumah tersebut, namun sepanjang mata memandang dia tidak melihat keberadaan wanita itu.

Hingga seorang wanita berparas cantik tak dikenal (Yati) berjalan perlahan dari kejauhan mendekati Pak Tua dengan tatapan tajam.
Ada yang aneh pada Yati yg sedang berwujud (aslinya) manusia ini.
Sesekali raut wajahnya menyeringai menantang, lalu detik berikutnya berubah menjadi wanita polos yg sedih.

Tetapi, apapun itu, dia terus melangkah dengan tenang menghampiri ke arah pak tua.
Bersama dengan itu, di dalam rumah cicak-cicak bermunculan kembali dan menyergap tubuh Bu Nila.

"Mbah, terus lanjutkan" pinta pak ustad pada paraji, dirinya berdiri disamping Bu Nila sembari tak henti merapal ayat-ayat Doa.
Para warga di luar merasa tegang ketakutan beberapa diantara mereka mundur jauh ke belakang seolah siap untuk berlari.

Yati semakin dekat, mulut pak tua tak henti bergumam merapal mantera sembari terus memperhatikan Yati yg semakin mendekat.

"SIAPA KAMU?!" teriak pak tua.
Yati terus berjalan dengan tenang, kali ini dia mulai bersenandung,

"Cicak-Cicak Di dinding,
Diam-diam merayap,
Lahir seorang anak,
Hap!
......"
Dia berhenti dibait terakhir lalu menyeringai tajam dan tertawa,

Para warga ketakutan, posisi mereka semakin mundur ke belakang
Tapi semakin dekat, tubuh Yati seolah melemas, beberapa kali langkahnya seperti kehilangan keseimbangan.

Hingga tiba-tiba, dari mulutnya keluar cairan hitam sangat deras, kemudian tubuhnya roboh ke lantai.
Terdengar suara tangisan bayi dari dalam rumah, bayi itu berhasil lahir dengan selamat.

"Bawa, ikat wanita itu."
Setelah beberapa saat memperhatikan raga Yati yg terkulai tergeletak di tanah, Pak Tua memperintahkan empat pemuda di belakangnya (termasuk empu).
----
"Dia tidak kalah, tapi justru menyerahkan diri, seperti siasat." Ujar Empu padaku usai menceritakan dgn pandangan jauh menerawang.

Yang terjadi berikutnya seperti yg diceritakan diawal cerita; Yati dibakar tetapi menghilang.
Tak lama setelah peristiwa itu, Pak Tua (Ayahnya Empu) meninggal secara mendadak dikamarnya.

"Aa juga bisa kan?" Ucap Empu padaku.
Aku hanya tersenyum menjawab.
Energi malam itu sangat kuat sekali, berikut saya ada foto suasana desa saat saya riset.
(Foto sekitar pkl 18.30) Image
Kemudian aku yg masih penasaran dan juga karena dorongan Aksa, aku memberanikan Diri mengajak Empu melakukan Ritual Mediumisasi seperti yg biasa aku lakukan (teman-teman yg ngikutin thread² saya pasti tahu) guna mencari tahu motif dan latar belakang Yati--
Alhamdulillah, Empu Setuju. Ba'da isya aku mempersiapkan perlengkapan dan sesaji ritual lalu (atas izin empu) ritual itu dilakukan ruang 'kerjanya' yg juga banyak sesaji di sana.

Kami memulai ritual mediumisasi dengan menyatukan frekuensi dengan Aksa terlebih dahulu---
Hasilnya?... Cukup membuatku tercengang.
Sosok Yati memang masih ada sampai sekarang, dia bahkan masih memakan ari-ari dan membunuh bayi sejak dalam kandungan meski tidak secara terang -terangan dan se-ekstream dulu.

Yang paling mengejutkan ialah--
Ketika Aksa sedikit-banyaknya menceritakan ttg latar belakang sosok Yati yg sbnarnya dia juga 'korban' dari 'perjanjian hitam' yg dilakukan oleh turunan terdahulunya.
Hingga Yati kehilangan kendali diri & harus menerima takdir raganya yg (telah diserahkan) dikuasai oleh iblis--
Terlalu miris dan panjang kisah mengenai latar belakang Yati bila aku ceritakan di thread ini yg sebenarnya juga sudah aku ringkas dan padatkan.
Teror-teror sadis di RS dan di desa, serta kisah seorang dokter RS yg sempat menaruh hati pada Yati juga tidak aku ceritakan karena aku belum berhasil menemui sang dokter untuk mendapatkan kesaksian (hal ini aku dengar dari Suster Siti) --
Jujur, aku masih sangat penasaran dan belum puas dengan apa yg aku dapat.

Apalagi hasil mediumisasiku cukup mengejutkan yg membuat aku rasanya ingin kembali ke desa itu untuk mengulik lebih jauh dan 'mencari sosok yati' yang hingga saat ini di deteksi masih,

"Ada"
Bila teman-teman ingin membaca versi lengkapnya mengenai teror-teror dan latar belakang Yati dari hasil mediumisasiku, aku akan tuliskan dalam versi e-book (mini novel bergambar).
Bagi kalian yang ingin mendapatkan E-book tersebut (kisah Yati versi lengkap, hasil riset kemarin) bisa DM aku.
Tidak ada harga, hanya sukarela untuk mendukung karyaku.
Hasilnya? ... akan saya gunakan untuk ekspedisi kembali ke desa dan rumah sakit tersebut guna mengulik kisah Yati lebih jauh.

Saya akan dokumentasi perjalanan ekspedisi hingga ritualku disana dalam format video yg akan aku tayangkan di Youtube (video perdanaku)
Aku akan ajak teman-teman untuk menemui Empu, Suster Siti, dan saksi-saksi lainnya dalam format audio-visual dan tentunya (tetap) Live Thread Twitter.

Setuju? ...
Jadi untuk kalian yg ingin mendapatkan E-Book dari kisah 'Yati' ini bisa langsung DM aku ya,

Kalian juga bisa mendukung langsung melalui link berikut;

saweria.co/JeroPoint
Akhir kata, terima kasih telah membaca dan berkenan mengikuti Thread ini.

Satu kalimat penutup dariku,

"Nafsu berkuasa, Jiwa-Jiwa terkorban.
Raga itu masih ada, terikat dan tidak terkendali. Dia terjerat diantara dua dunia yang tidak dia kenali"
Btw, gimana Yati, Aksa , dan kisahnya menurut kalian? ...

Komen dong, besok aku baca dan (insya Allah) aku balesin ya satu-satu mention-mention kalian sepanjang thread ini.

Sekarang, selamat beristirahat!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with JeroPoint

JeroPoint Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @JeroPoint

Feb 12
“Mereka me-ruqyahku, tapi aku tidak melihat mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam diriku, tapi justru malah memasukan ‘jin’ lain ke dalam tubuhku.”

Utas singkat dari balik ‘Pondok’
- A Thread-
#CeritaSerem Image
Mungkin judul utas di atas menyisakan pertanyaan “Loh, kok bisa? Bukannya ruqyah membersihkan diri? kenapa jadi sebaliknya?” ...

Betul, sejatinya Ruqyah ialah salah satu bentuk ruwatan diri yang memiliki segudang manfaat--
Namun sayangnya, banyak ‘oknum’ yang memanfaatkan label ruqyah tersebut untuk kepentingan pribadi. Kisah singkat ini menjadi satu dari sekian banyak contoh kasusnya.

Silahkan tandai, RT, tinggalkan jejak atau markah judul thread teratas agar tidak terlewat update-nya.
Read 44 tweets
Jan 25
“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.”

KERETA MALAM
-PEMBERANGKATAN TERAKHIR-
A THREAD

#CeritaSerem Image
Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'.

Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update.
Maleman kita mulai.
Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--
Read 45 tweets
Jan 18
Tau info mengenai Pasar Setan di gunung salak? …

Satu dari ke-lima pendaki ini seketika kejang-kejang. Saat mereka berupaya turun, mereka malah terjebak masuk ke pasar yg sebelumnya tak pernah mereka lihat.

"KAMI DITERIAKI SURUH PULANG.”

A Thread
#ceritaserem Image
Tinggalkan jejak atau tandai judul utas di atas agar tidak hilang.
Kalian yang suka mendaki ada pengalaman ganjil selama nanjak?
Sambil nunggu cerita ini up, boleh cerita di reply ya.

Maleman kita mulai …
-- Mari Kita Mulai--

2012,
Waktu itu, aku baru lulus SMA. Lagi masa tenang setelah UN. Salah satu juniorku minta diantar untuk 'nanjak' ke gunung salak.

Rombongan mereka tak banyak, hanya 4 orang : 2 perempuan, 2 laki-laki.
Read 38 tweets
Jan 16
Dalang ditemukan tewas saat mencoba memp*rkosa sindennya.

“SINDEN BUKANLAH PELACUR YANG BISA KALIAN ‘PAKAI’ SEENAKNYA!”, ucap Rinjani sebelum pingsan di samping jasad si dalang yang kepalanya sudah melintir dengan tusuk konde yang menancap di telinga.

#SindenGaib #KisahNyata Image
Di pedalaman Trenggalek, ada sebuah urban legend tentang sosok arwah sinden yg gemar mendatangi dan merasuki sinden-sinden cantik dgn suara yg indah.

Namun, dalam satu pagelaran, akan ada korban yg hilang.

Mengapa?
Sila tandai, Like atau tinggalkan jejak, nnti malam kita mulai
Cerita tentang sinden ini bukanlah rahasia umum lagi, terutama di dunia kesenian tradisional
tanah Jawa, yaitu pewayangan. Sinden merupakan kunci utama untuk menampilkan eloknya
iringan lagu dengan nyanyian yang terdengar menyayat meski merdu.
Read 80 tweets
Jan 10
Hati-hati buat kalian yang rambutnya suka rontok.

“Keluargaku meninggal satu orang, setiap tahun”

-A THREAD-
#CeritaSerem Image
Foto di atas dikirim oleh narasumber yg menemukan gumpalan rambut tertamam di halaman rumahnya.

Silahkan tandai, RT atau like judul utas di atas agar tidak hilang. Nanti malam kita lanjut.
--Mari kita mulai--

Panggil saja aku Yuli, Sudah tiga tahun ini, keluargaku satu per satu meninggal secara tidak wajar. Anggota keluarga kami terdiri dari 5 orang, dan sekarang hanya tersisa 2 (Aku dan Ibu).
Read 31 tweets
Nov 7, 2023
“Aku melihat sosok kakek-kakek kurus, telanjang, dia berjongkok di dekat lemari sambil memakan janinku yang keguguran”

Sejak saat itu hidup keluarga kami sudah tidak lagi tenang.

“GETIH IRENG”
-SANTET DARAH TURUNAN-

A THREAD.
#CeritaSerem Image
Sebelum kita mulai, berikut beberapa potongan CCTV dari narsum yg berkaitan dengan teror di rumahnya,

Vidio 1 : kursi gerak
Vidio 2 : narsum nyaris tertimpa pot gantung.

Cerita kali ini lumayan bikin gw deg-deg’an sewaktu riset. Ada beberapa dokumentasi dari narasumber yg akan gw bagikan seiring thread berjalan.

Silahkan tandai, RT atau markah dulu judul utas teratas agar tidak hilang atau kelewat update-nya.

Bentar lagi kita mulai,
Read 88 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(