Habis dari merapi, kita jalan-jalan ke Gunung Lawu.
Kisah ini berdasarkan mitos hal ghaib yang beredar di sana...
Stay tune ya!
Senandung Sedu Lembayung Senja Vol.2
Selangkah demi selangkah aku tertatih menuju ke rumah. Sungguh sakit… seluruh tubuhku terasa sakit oleh luka-luka yang dihasilkan oleh teman-teman Reza ,
tapi itu tidak lebih sakit dari apa yang kurasakan setelah melihat perlakuan Reza pada Rani..
“Heh Nandar! Dari mana kamu pulang selarut ini! Pake babak belur lagi?! Berantem kamu??”
Teriakan ibu menyambutku dari dalam rumah ,
dibelakangnya terlihat seorang pria yg tidak kukenal setengah telanjang di sofa rumah kami dengan tumpukan botol-botol minuman keras.
Aku hanya menoleh dan masuk kamar dengan membanting pintu.
“Dasar Bocah ga tau diuntung! Awas aja sampai kamu bawa masalah kesini…!” Ucap ibu sambil memukul pintu kamarku sekencang-kencangnya.
“Sudah-sudah… itu anak sial yang kamu ceritain itu kan? cuekin aja , mending kita senang-senang lagi… nih minum “
dari dalam kamar terdengar suara laki-laki itu sedang berusaha menarik ibuku untuk meneruskan kesenanganya.
Hal ini sudah sering terjadi. Sudah sering ibu membawa laki-laki yang berbeda ke rumah dan ia akan selalu mengamuk jika aku tanya siapa mereka.
Ayah? Tidak.. aku tidak punya ayah. Ayahku adalah salah satu diantara laki-laki itu yang berhasil menghamilinya.
Aku bisa hidup sampai seumur ini berkat belas kasihan dari Almarhum kakeku yang selalu merawat dan melindungiku dari tingkah laku seseorang yang harusnya tidak pantas kusebut ibu.
Di dalam kamar aku mengenakan headphoneku dan menyetel keras-keras suaranya untuk menghindarkanku dari suara di luar kamar yang selalu membuatku merasa jijik.
…..
.....
“Kembali lagi di Radio Tengah Malam , sesuai janji.. kita akan membahas tentang mitos pencarian ilmu di Gunung Lawu..
Konon gunung lawu ini mempunyai berbagai mitos mengenai bermacam macam misteri.
Salah satunya adalah Pasar Setan yang mirip dengan Pasar Bubrah di Merapi. Saat seorang manusia biasa tersesat di pasar setan ini itu akan menjadi petaka..
konon saat terdengar suara ramai di suatu tempat di gunung lawu , kita harus membuang salah satu barang yang kita bawa dan mengambil sesuatu dari sana seperti ranting, daun, atau sejenisnya.
Lain halnya bila yang sampai ke pasar setan adalah mereka yang memang sedang mencari ilmu. Tempat itu merupakan salah satu tempat terbaik untuk bertransaksi dengan makhluk ghaib untuk mendapatkan Ilmu, pusaka, Khodam, hingga penawar ilmu hitam.
Bahkan ilmu pembalik untuk Santet ataupun pelet bisa didapatkan di tempat ini...
Tentunya itu semua tergantung bayaran apa yang kalian tawarkan “
….
Gunung Lawu… mungkin itu bisa menjadi cara untuk membebaskan Rani dari pelet yang diberikan oleh Reza.
Kalau Reza saja bisa mendapatkan ilmu pelet itu, harusnya aku juga mampu mendapatkan ilmu yang bisa menghentikanya.
Tanpa berpikir panjang aku segera membereskan barang-barang ke dalam tas , seluruh perlengkapan yang kurasa dibutuhkan untuk mendaki kupersiapkan dengan benar.
Berbekal uang tabungan yang kumiliki aku segera pergi meninggalkan rumah dan tidak pernah peduli apa aku akan kembali ke rumah ini atau tidak.
Sudah lewat tengah mala, aku berjalan kaki menuju terminal, kurang lebih satu jam lamanya.
Bis jurusan karanganyar yang kucari sudah terparkir di sana, namun aku harus menunggu hingga pagi sebelum bus itu berangkat.
Aku tertidur di salah satu kursi bus yang menuju ke Karanganyar,
menjelang pagi kernet bus membangunkanku untuk memastikan tujuan sekaligus menarik biaya tiket.
“Masnya ga papa? itu lukanya banyak.. diobatin dulu nih” ucap kernet itu yang kembali lagi dengan membawa perlengkapan P3K.
“Dikeroyok preman ya mas?” Tanyanya.
Aku hanya mengangguk , tidak mungkin juga aku menceritakan kejadian semalam. Segera kubersihkan luka-lukaku dan mengembalikan kotak P3K kepada kernet tadi.
Sungguh lucu , bahkan Kernet bus yang tidak kukenal bisa lebih memperhatikanku dibanding dengan ibuku sendiri.
Sepanjang jalan kuhabiskan dengan mendengar lagu dari walkman peninggalan kakeku ini. Sampai ada seorang kakek tua yang naik dari Indramayu duduk di sampingku dan mulai mengajaku berbicara.
“Mas.. tujuan ke mana?” Tanya kakek itu.
“Karanganyar mbah.. “ Aku menjawab dengan seperlunya saja, namun kakek itu menatapku dengan senyuman yang cukup aneh.
“Ke.. Gunung Lawu kan?” ucap kakek itu.
Tunggu… bagaimana kakek itu bisa tau tujuanku.
Tidak, tidak mungkin aku bilang soal tujuan dan maksudku kepada orang asing.
“Bu.. bukan mbah, saya mau ke tawangmangu” jawabku dengan berbohong.
Kakek itu mengerutkan dahinya seolah tidak percaya dengan jawabanku.
“Ya sudah kalau tidak mau jujur, percuma kalau kamu ke gunung lawu kalau tidak tahu bayaran atas apa yang mau kamu cari” Balasnya lagi sambil menutup mata dan bersiap untuk tidur.
Aku kaget dengan perkataanya , dia benar.. aku tidak mempersiapkan apapun atas bayaran ilmu yang kucari. Aku berfikir berkali-kali hingga memutuskan berkata jujur pada kakek itu.
“Maaf mbah.. bener saya mau ke gunung lawu, ada hal penting yang harus saya dapatkan disana.”
Mbah itu tersenyum dengan posisinya yang tertidur dalam posisi duduk.
“Nanti saat kamu turun di terminal , berjalanlah ke arah timur… disana ada seseorang yang menjual seekor ayam cemani berwarna hitam pekat di seluruh tubuhnya.
Itulah bayaran atas ilmu yang kamu cari” Ucap kakek itu tanpa terbangun dari posisi tidurnya.
“Rokok! Air minum! Tahu!”
Suara pedagang asongan mengalihkanku dari ucapan kakek itu,
sama sekali tidak lama namun ketika aku menoleh kembali ke arah kakek itu, ia sudah tidak ada di tempat.
Sepertinya aku mengerti , sejak tadi aku sudah memulai perjalanan ghaib .
Tinggal satu cara untuk membuktikanya, apakah aku benar akan bertemu penjual ayam cemani seperti yang diucapkan kakek itu atau tidak.
Menjelang sore bis sudah terparkir di terminal.
Sesuai ucapan kakek itu aku mencoba berjalan ke arah utara mencoba mencari orang yang di maksud kakek tadi . cukup lama aku berjalan hingga terhenti di sebuah warung tua.
Warung itu terletak di pinggir jalan, namun seperti tidak ada seorangpun yang menyadari keberadaan tempat itu. Seorang pria yang menjaga warung terlihat menatap kearahku. Seolah aku mendapat kepastian bahwa itu tempat yang kucari.
Segera aku menghampiri warung yang terlihat lusuh itu , namun belum sempat aku memberi salam , orang itu sudah lebih dulu berkata kepadaku..
“Itu.. ayamnya sudah saya siapin, tinggal bayar “ Ucap pria itu.
Aku terheran, namun semenjak sadar bahwa ini adalah perjalanan ghaib, sudah sewajarnya hal seperti ini terjadi.
“Be.. berapa harganya pak?” Tanyaku.
“Semua uang yang kamu punya!” ucapnya tanpa ragu.
Tidak mungkin aku menggunakan semua uang yang kumiliki, aku masih harus kembali ke jakarta nanti. Tapi aku berfikir pasti ada tujuan atas semua bayaran itu.
“Ini pak.. “ Aku memberikan seluruh uang yang kupunya yang jumlahnya cukup banyak tanpa menyisakan sepeserpun.
“Bagus.. saat melalui perjalanan ini kamu harus meninggalkan semua hal duniawi, itu bawa ayamnya.. dan ini , dimakan sebelum kamu melanjutkan perjalanan” Ucap pria itu.
Sepiring nasi dengan lauk pecel yang diisi dengan berbagai dedaunan yang tidak kukenal diberikan kepadaku ,
segelas air juga sudah tersedia disampingnya.
Aku baru ingat, sejak semalam aku sama sekali belum makan. Segera saja aku berterima kasih dan menghabiskan makanan itu.
“Setelah ini kamu tidak akan merasa lapar , lanjutkan perjalananmu… “
Benar juga, makanan yang hanya sedikit itu membuatku sangat kenyang. Aku segera berterima kasih dan meninggalkan warung itu dengan membawa keranjang dengan berisi ayam yang berwarna hitam pekat tanpa noda sedikitpun.
Tanpa adanya uang, aku mencari tumpangan dari kendaraan-kendaraan yang lewat dan dilanjutkan berjalan kaki untuk tiba di gerbang pendakian gunung lawu di sebuah komplek candi yang cukup luas.
“Mas.. ke gunung lawu benar lewat sini kan?” Ucapku pada seorang pemuda yang sedang berjaga di sana.
Orang itu melihatku membawa seekor ayam seolah mengerti sesuatu.
“Bener mas… tapi masnya yakin mau ke sana?” Pemuda itu memastikan kepadaku.
Aku hanya mengangguk , tak ada pilihan bagiku untuk mundur.. semakin lama aku menunda, semakin aku tidak yakin dengan kondisi Rani.
“Mas coba dipikir-pikir dulu ya , lebih baik masnya… “ Belum sempat selesai berbicara . suara seorang kakek memotong ucapanya.
“Hei.. kamu!, Kemari!”
Itu adalah kakek yang tadi berada di sampingku saat di bus.
Aku meninggalkan pria itu dan menghampirinya.
“Jalan yang kamu tuju ke arah sana, setelah kamu melewati percabangan pohon cemara kamu akan menemukan sebuah padang yang dipenuhi ilalang…
Ingat , yang kamu cari adalah sosok Harimau!”
“Baik mbah… “ ucapku tanpa membantah kata-katanya, Keanehan yang terjadi selama perjalanan ini membuatku merasa tidak perlu meragukan perkataan kakek itu sama sekali.
“Jangan bertransaksi dengan siapapun kecuali sosok harimau… ingat itu!” Sekali lagi kakek itu memperingatkanku.
Langit mulai memerah , perbatasan siang dan malampun kembali terlihat.
Senja yang muncul di kaki gunung ini membuka Ingatanku akan Rani dan semakin membulatkan tekadku untuk meraih tujuanku di gunung ini.
Walaupun aku belum pernah ke sini , entah mengapa aku merasa sudah ada yang menuntunku untuk menemukan apa yang kucari.
Dengan perasaan itu aku merasa yakin untuk berjalan sendiri ,terpisah dengan pendaki lainya.
Selangkah demi selangkah aku melalui jalur pendakian yang cukup terjal , ketika malam semakin pekat, aku merasakan banyak sosok yang memperhatikanku dari balik pepohonan.
Aku berusaha untuk tidak mempedulikanya hingga satu saat cahaya bulan tertutup oleh awan.
Suasana hutan menjadi semakin kelam , aku menahan rasa takutku hingga satu-satunya jalur yang kulewati dihadang oleh
sesosok makhluk terbungkus kain kafan lusuh dengan sisa noda darah di tubuhnya.
“P.. Pocongg…” Aku terjatuh dan memaksa diriku menjauh dari makhluk itu. Namun ketika menoleh ke belakang , makhluk serupa sudah mendekatkan wajahnya yang penuh belatung ke arahku.
Satu-persatu makhluk serupa bermunculan mengelilingiku di tengah gelapnya malam , terlihat satu diantaranya yang paling berbeda dengan kain kafan yang berwarna hitam menoleh kearahku.
“Dengan bayaran yang kamu bawa, kamu bisa mendapatkan kekayaan dan kesetiaan seluruh pasukanku..” Ucap makhluk itu melalui pikiranku.
Semula aku merasa takut, namun ucapan Pocong hitam itu mengingatkanku akan perkataan kakek tua tadi bahwa aku hanya boleh bertransaksi dengan sesosok harimau.
Tubuhku masih gemetar, namun aku tetap memaksakan diri untuk berlari menerobos melewati sosok makhluk –makhluk itu .
Beberapa pos pendakian kulewati , hingga tiba di sebuah sabana.. di tempat ini indraku semakin sensitif, kali ini makhluk halus berwujud prajurit mengelilingiku… terdengar sayup-sayup di sekitarku seolah suara peperangan yang berlangsung terus menerus.
Terlihat selama di tempati itu makhluk halus itu terus berlutut seolah menawarkan kesetiaanya.Namun aku tetap pada pendirianku dan meninggalkan mereka.
Setelahnya aku sampai di Pos lima tempat beberapa kemah telah didirikan karena memang tidak ada shelter disini.
Banyak pendaki telah beristirahat, namun aku mulai merasa aneh.. rasa lapar , haus, dan lelah sama sekali tidak kurasakan hingga aku memutuskan untuk terus berjalan.
Kali ini sebuah percabangan terlihat di hadapanku, sebuah pohon cemara yang tinggi membelah jalur hingga terbagi menjadi dua. Aku merasa bahwa jalur tergelaplah yang harus aku lewati. Namun seekor burung jalak mencoba menghalangiku melewati jalur itu..
berkali kali aku menghindarinya, tapi burung itu terus menghadang didepanku hingga akhir akhirnya aku terus memaksa untuk maju.
Diujung percabangan sebuah padang ilalang yang luas terbentang di depan. Namun tidak ada apa-apa disini.
Tidak seperti kejadian saat pocong dan prajurit tadi menghampiriku.
Ternyata keheningan yang kurasakan ini tidak bertahan lama, Ayam cemani yang kubawa tersadar dari tidurnya, spontan ia berkokok dan menggema ke seluruh tempat itu.
Seperti sebuah tabir kabut yang menghilang, perlahan terlihat makhluk halus dengan berbagai wujud memperhatikanku. Samar-sama terasa di kakiku seekor ular yang melilit mencoba menaiki tubuhku.
Aku berusaha mengusirnya, namun ternyata itu adalah ekor dari setan berbentuk wanita berkulit hitam pekat yang menghampiriku.
“Apa yang kamu cari? Aku bisa memberikan?” suara berbisik terdengar dari mulut makhluk yang mendekat ke telingaku .
Perlahan sebuah penglihatan muncul, di situ terlihat Rani dan beberapa wanita lain sedang melayaniku di sebuah ruangan.
“ Tidak.. tidak.. bukan itu” Tolakku pada makhluk itu.
“ Ini ilmu yang lebih hebat dari yang dilakukan manusia musuhmu itu.. “ sekali lagi makhluk itu berusaha menarik perhatianku, Namun aku tetap pada pendirianku.
Aku berjalan meninggalkanya, dan kali ini makhluk tinggi kurus dengan tangan dan kaki yang panjang menunduk ke arahku.
Sebuah penglihatan kembali muncul. Kali ini terlihat tubuh lelaki yang bersama ibuku, tubuh Reza dan teman-temanya mati dengan mengenaskan. Sebenarnya aku cukup puas melihatnya namun bukan itu tujuanku ke sini.
Hingga akhirnya di ujung tempat yang dipenuhi keramaian makhlus halus ini terlihat seekor harimau berdiri dengan gagah. Aku segera menuju ke sana, namun terhenti dengan sebuah suara.
“Bayaranmu cukup menggiurkan anak muda… apa yang kamu cari” kali ini bukan makhluk halus, melainkan sesosok pria tua berbaju hitam seperti dukun dengan janggut panjang menghiasi wajahnya.
“Saya mencari ilmu yang bisa menghapus pelet mbah…” jawabku yang mulai merasa sedikit tenang setelah tahu ada manusia lain di sini.
“Harimau itu bisa memberimu kekayan, kekuatan, pengasihan… tapi itu tidak mampu menolong temanmu.. apa kamu yakin?” jelas dukun itu.
“Ta.. tapi kakek tua yang mengarahkanku kemari bilang agar saya bertransaksi dengan harimau itu” ucapku.
“Harimau itu adalah ilmu tertinggi di gunung lawu ini.. semua “juru arah” akan menunjukan kepada mereka yang melakukan perjalanan ghaib untuk menemui Harimau itu, bila kalian tidak tergoda seyogyanya kalian akan mendapatkan ilmu tertinggi itu..”
Sekali lagi dukun itu menjelaskan kepadaku.
“Lantas kenapa mbah?” Tanyaku sekali lagi.
“Seperti kataku tadi… dengan ilmu setinggi itu, kamu akan menjadi kaya, daya tarik, dan kekuatan.. tapi itu tidak akan menyelamatkan temanmu.” Cerita dukun itu.
Aku menangkap yang dimaksud olehnya , sama sekali tidak ada gunanya semua itu apabila aku tidak bisa menyelamatkan Rani.
“Terus mbah.. apa tidak ada ilmu yang bisa menyelamatkan teman saya?” aku mulai merasa gelisah mendengar penjelasan dukun tadi.
“Itu Setan lawu.. dia yang bisa nolongin kamu” Ucapnya sambil menunjuk makhluk tinggi dan kurus yang tadi sempat menghadangku.
“Mbah.. dia tadi menujukan kematian orang yang kubenci, itu tidak ada hubunganya dengan Rani!” aku merasa tidak setuju dengan dukun itu.
“pasukan demit itu bisa menggantikan tubuh temanmu yang terkena ilmu hitam sehingga temanmu bisa selamat meski diserang berkali-kali dengatn pelet, tapi hanya itu… kamu tidak akan mendapatkan kekayaan dan lainya seperti yang bisa diberikan harimau itu”
sebuah penjelasan panjang disampaikan oleh dukun itu.
Itu masuk akal, aku langsung menyetujui cerita dukun itu dan segera menghampiri makhluk yang disebut “Setan Lawu “ oleh dukun itu.
Sebuah perjanjian hitam kulakukan , Ayam cemani yang kubawa kuletakan dan segera disambar oleh lengan panjangnya . Makhluk hitam itu menggigit leher ayam itu dan memakanya hidup-hidup.Terlihat darah yang menetes dari mulutnya juga berwarna hitam.
Aku bertanya-tanya sebenarnya ayam apa itu? Sepertinya lebih dari sekedar ayam cemani biasa.
Perlahan rasa sakit yang amat sangat menyerang tubuhku, rasa sakit itu semakin bertambah setiap setan itu menggigit ayam yang ia pegang.
Aku hampir tidak bisa bertahan, namun darah segar mengguyur seluruh tubuhku , entah mengapa darah itu bisa menghilangkan rasa sakitku dan ketika darah itu membanjiri tubuh, bayangan ibu dan lelaki yang bersamanya muncul di pikiranku.
Cukup lama hal itu terjadi hingga aku kehilangan kesadaran, namun ketika terbangung terlihat setan-setan itu mengelilingiku dan tunduk dihadapanku setelahnya mereka menghilang ketika pagi datang.
Aku mencoba untuk bangun dan berdiri, terlihat tidak ada lagi sisa-sisa pasar setan yang berada di tempat ini. Semua terlihat sepi seolah tidak ada kejadian apapun semalam. Aku merasa urusanku sudah usai dan segera meninggalkan gunung yang dipenuhi banyak misteri ini.
……
“ Nandar!.. Nandar! Ibumu Nandar!” teriak salah satu tetangga yang melihat kedatanganku.
Mobil ambulance terlihat terpakir di depan rumahku, Aku segera berlari menuju rumah mencari tahu apa yang terjadi. Di pintu rumah aku dihentikan oleh seorang polisi,
mereka mencoba menenangkanku. Terlihat dari pintu dua jasad manusia , ibuku dan laki-laki yang bersamanya telah meninggal dengan mata yang terbuka.
“Mas, Mas anaknya ibu itu? “ Tanya polisi itu.
“i.. iya pak” Jawabku dengan singkat.
“Yang kuat ya mas ibu dan laki-laki yang bersamanya meninggal dan belum dapat kita simpulkan penyebabnya” Polisi itu mencoba menenangkan dan menjelaskan kepadaku.
Aku melangkah masuk dan melihat kondisi mereka, namun entah mengapa aku tidak merasa sedih seperti yang seharusnya.
Tidak sesedih saat Reza menyakiti Rani di hadapanku kemarin. Namun samar-samar aku melihat sosok anak buah setan lawu berada di dekat jasad mereka.
……
Hari berganti, aku masih belum mengetahui keberadaan Rani yang dibawa pergi oleh Reza. Sepeninggalan ibu, aku hidup sendiri.
Tapi sepertinya sisa-sisa peninggalan Almarhum kakeku masih cukup untuk aku hidup hingga lulus nanti.
Aku sudah biasa hidup sendiri, namun entah mengapa belum pernah sesepi ini.
………………..
“Radio tengah malam.. kembali lagi bersama saya Ardian, Gimana cerita kiriman Nandar tadi? Gila.. gua merinding dengernya.
Cerita tengang seorang pelacur dan lelaki hindung belang yang mati saling bunuh karena dirasuki arwah penasaran??
Gua ga tau dah pengirim cerita bernama Nandar ini bisa dapet cerita darimana, yang pasti ini bikin merinding…
Buat Nandar, kalau ada cerita lagi jangan segan-segan kirim ke kami lagi ya! Pasti gua bacain!
“
Mendengar ceritaku dibacakan di Radio tengah malam cukup membuatku terhibur, setidaknya kini banyak yang mau mendengar ceritaku.
Saat ini aku sudah sampai di sebuah Vila dari informasi yang diberikan oleh orang yang pernah menjadi pesuruh di keluarga Reza.
Vila yang cukup besar dengan banyak kamar yang memiliki jendela yang terlihat dari luar. Lokasinya cukup terpencil, tempat yang bagus untuk berbuat hal bejat, pikirku.
Aku mengelilingi vila ini dengan berhati-hati mencari keberadaan Rani dengan mengintip satu persatu jendela di Vila itu hingga akhirnya aku berhenti di sebuah kamar.
Kamar yang cukup bagus dengan kasur mewah yang cukup besar, namun lebih dari itu yang kulihat membuatku tak lagi bisa memaafkan Reza apapun alasanya..
Rani.. tergeletak di lantai kamar dengan kaki yang di rantai dengan tiang kasur,
Tubuhnya terlihat penuh luka tanpa pakaian menutupi sedikitpun bagian tubuhnya.
“Reza… aku pastikan kamu akan menyesali semua ini”
Ucapku Diikuti kemunculan puluhan setan berwujud makhluk kurus dengan tangan dan kaki yang panjang merangkak berkumpul di belakangku.
-Bersambung ke Vol.3 Part terakhir di tgl 22/8/21
Yang ga sabar nunggu senin bisa ke sini.. ada bonus cerita episode spesial gending alas mayit 😉 karyakarsa.com/diosetta69/vol…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..
Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan
Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit
Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam
Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..
semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.