Koridor Ci Tarum Purba di Rajamandala. Di balik Bendungan Saguling tersingkap objek-objek geowisata yang super keren. Saya akan ceritakan proses geologi dan sejarah kawasan ini hingga menjadi seperti sekarang. Model video di bawah dibuat menggunakan QGIS dan Game Bar.

(utas)
Model bisa diakses pada link ini malikarrahiem.com/citarumpurba.

Selain itu di website saya masih ada model-model lainnya serta tulisan-tulisan terkait Bandung juga. Jika berkeluangan waktu silakan bisa mampir ke malikarrahiem.com
(1) Segmen Saguling Rajamandala telah lama dikenal dalam literatur Priangan, terutama karena pada segmen ini hasil panen di Dataran Tinggi Bandung tidak bisa ditransportasi ke hilir Ci Tarum menggunakan perahu. Ini karena pada segmen ini, elevasi Ci Tarum berubah turun ekstrim.
(2) Tepat di hilir Bendungan Saguling elevasinya adalah 602 mdpl, sementara di hilir Power House Saguling elevasinya adalah 256 mdpl. Jadi ada beda tinggi hampir 350 meter. Bendungan Saguling sendiri ada pada elevasi 648 mdpl, dengan elevasi genangan mungkin sekitar 630-645 mdpl
(3) Penurunan elevasi 350 meter ini terjadi pada segmen dengan panjang sekitar 10 km. Bisa ditebak bahwa pada segmen ini Ci Tarum berupa jeram-jeram yang tinggi dengan lebar sungai sempit berbentuk V. Pantas saja perahu pengangkut hasil bumi tak bisa lewat.
(4) Franz Junghuhn (1809-1864) adalah orang pertama yang melaporkan penyusuran Lembah Ci Tarum ini. Ia menyusuri Ci Tarum dari arah Ci Lanang ke kampung Cacaban, menyusuri bagian barat lembah ini. Ia melaporkan keberadaan Cukang Rahong, Curug Halimun, Sanghyang Heuleut, ...
(5) ... Sanghyang Tikoro. Tentang Curug Halimun, Junghuhn berkata, "Inilah air terjun yang mungkin bukan paling tinggi, tapi pasti yang paling megah di Pulau Jawa". Rasanya pantas ia berkata begitu, mengingat debit Ci Tarum yang begitu besar ketika itu, jatuh pada air terjun. Curug Halimun pada buku Pijl (1950)
(6) Bayangkan saja, Cekungan Bandung yang begitu besar, semua airnya keluar lewat satu saluran di Ci Tarum, kemudian Ci Tarum melewati lembah yang sempit. Membayangkannya saja membuat ngeri, sungai, percik airnya membentuk kabut, membuat Curug ini diberi nama Halimun, atau Kabut
(7) pada tahun 1858, seorang geolog kolega Junghuhn, Ferdinand Hochstetter, yang sedang berekspedisi keliling dunia meminta saran lokasi menarik yang bisa ia kunjungi di Jawa. Junghuhn merekomendasikan Lembah Ci Tarum ini. Maka berangkatlah Hochstetter ke sana.
(8) Ia melakukan pengamatan geologi dan melaporkan dugaan urut-urutan umur batuan di Lembah Ci Tarum. Jika kita menyusuri dari hulu ke hilir, kita akan menemukan formasi batuan sebagai berikut: batuan breksi, batupasir berlapis, dan batugamping.
(9) Kesimpulannya adalah batugamping adalah batuan yang paling tua, kemudian batupasir berlapis, dan terakhir batuan breksi. Salah satu alasannya adalah pada batupasir berlapis dan breksi ditemukan fragmen batugamping, sementara pada batugamping tidak ada fragmen batupasir.
(10) Menarik ya. Di zaman itu, dengan medan yang sangat berat, dan keterbatasan literatur, ia mampu mengobservasi begitu teliti dan membuat interpretasi yang tajam. Prinsip penentuan umur relatif ini dalam geologi dikenal sebagai prinsip inklusi.
(11) Setelah begitu banyak pemeta dan peneliti geologi, kelompok-kelompok batuan di Lembah Ci Tarum ini diberi nama. Kelompok batugamping dinamai Formasi Rajamandala, Kelompok batupasir dinamai Formasi Citarum, Kelompok breksi dinamai Formasi Saguling.
(12) Formasi Rajamandala terbentuk antara 20-27 juta tahun yang lalu di lingkungan laut dangkal. Kenapa kita tahu? Karena batuannya adalah batuan terumbu, sama seperti terumbu karang di Pulau Seribu, atau di Takabonerate. Umurnya kita tahu dari kandungan fosilnya.
(13) Kemudian selanjutnya Formasi Citarum. Formasi ini terbentuk pada sekitar 15-20 juta tahun yang lalu di lingkungan lereng laut distal. Jadi semacam di ujung lereng bawah laut. Proses pengendapannya arus turbidit, yaitu fluida membawa sedimen yang menuruni lereng bawah laut.
(14) lalu Formasi Saguling. Batuannya breksi dengan material volkanik. Formasi ini terbentuk sekitar 10-15 juta tahun lalu di lingkungan lereng laut proksimal. Artinya pengendapannya terjadi gak begitu jauh dari sumbernya. Gambarnya kurang lebih begini lah.
(15) Ok cukup dengan jargon-jargon geologi. Intinya di sepanjang Lembah Ci Tarum ini kita bisa menyaksikan proses pembentukan bumi, yang sama sekali nggak statis. Bentuk bentangalam tidak menerus sama, namun berubah seiring waktu.
(16) Batuan-batuan ini dulunya terendapkan secara horizontal, lalu tertimbun ratusan hingga ribuan meter di dalam cekungan. Namun proses pengangkatan terjadi, mengangkat, melipat, mematahkan batuan ini. Paling bagus bisa kita lihat di Sanghyang Heuleut.
(17) fakta menarik tentang Sanghyang Heuleut. Sanghyang itu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sifat Kedewaan, Sang Hyang. Sementara Heuleut menurut Jonathan Rigg artinya interruption, menurut kamus lain, heuleut artinya selang antara waktu.
(18) interpretasi saya mungkin yang lebih tepat itu Heuleut lebih bermakna perselingan batuan. Menunjukkan sesuatu yang berselang-seling, yaitu lapisan batupasir. Berikut sketsa Sanghyang Heulut digambar oleh Junghuhn (1854). Tampak perlapisan batupasir berselang-seling.
(19) di hilir dari Sanghyang Heuleut kita akan temukan dua goa karst, yaitu Goa Sanghyang Poek dan Goa Sanghyang Tikoro. Goa adalah morfologi umum di kawasan Kars. Ini terjadi karena batugamping yg kandungan utamanya adalah kalsium karbonat melarut karena berinteraksi dengan air.
(20) silakan mampir di website kolega saya denisugandi.com/2014/05/04/ses… untuk eksplorasi Goa Sanghyang Poek.
(20) Dan Sanghyang Tikoro. Dari namanya saja sudah megah, Tenggorokan Dewa! Bayangkan zaman itu, Ci Tarum dengan aliran yang sangat deras masuk ke dalam goa. Pantas saja ini membangkitkan imajinasi, bahwa goa ini serupa Tenggorokannya Tuhan. Sanghyang Tikoro dalam Buku Bandung en Haar Hoogvlaakte
(21) Sanghyang Tikoro ini sudah jadi objek wisata sejak lebih dari 100 tahun silam. Dalam panduan wisata zaman Hindia Belanda disebutkan tips ingin berkunjung ke Sanghyang Tikoro. Naik kereta hingga ke Stasiun Rajamandala, lalu bisa bersepeda.
(22) pada zaman itu berwisata gak semata milik orang Belanda saja. Kaum bumiputra juga berwisata. Saya ada artikel yang menceritakan bahwa Organisasi Jong Indonesia pada tahun 1927 melakukan rapat akbar di Bandung. Hasil akhir rapat itu adalah pergantian nama organisasi ...
(23) ... Menjadi Pemuda Indonesia. Yg menarik, keesokan hari setelah rapat akbar, peserta rapat berekskursi ke Sanghyang Tikoro.
(24) Para ahli Belanda menduga bahwa Sanghyang Tikoro adalah lokasi bobolnya Danau Bandung. Hal ini begitu mengakar, hingga pada masa perang kemerdekaan sempat ada ide untuk mengebom Sanghyang Tikoro agar Bandung kembali menjadi danau.
(25) Oh iya saya pernah juga membuat video terbang di Lembang Ci Tarum pakai Google Earth Studio. Bisa dikunjungi juga jika ingin lihat.

(26) Lanjut ttg Sanghyang Tikoro ya. Ada banyak rasa penasaran mengenai apa yang ada di dalam Sanghyang Tikoro. Seorang Pelukis Belgia yang juga merupakan guru dari Raden Saleh, bernama Antoine Payen pernah menyeketsa aliran Ci Tarum di Sanghyang Tikoro.
(27) Dalam sketsa Payen kita bisa lihat bahwa Sanghyang Tikoro bukan goa yang dalam. Tapi aliran Ci Tarum hanya masuk dan keluar dalam jarak tak sampai 1 km.
(28) Menurut Pak T. Bachtiar, Norman Edwin, seorang pencinta alam dari UI pernah mencoba untuk masuk ke dalam Sanghyang Tikoro. Namun tak begitu jauh ia masuk, ia minta agar ditarik keluar karena merasa ngeri. Konon pengalaman masuk Sanghyang Tikoro menghantuinya cukup lama.
(29) Pada tahun 2019, PLN meresmikan PLTA Rajamandala. Aliran airnya berasal dari air yang baru keluar dari Powerhouse PLTA Saguling. Diterowongkan menembus Pasir Gadung. Akibatnya debit aliran air ke hilir menjadi sangat kecil. Segmen kering Ci Tarum yg baru tercipta lagi.
(30) Pindahnya jalur debit utama Ci Tarum membuat Sanghyang Tikoro menjadi kering. Di hilirnya Goa Sanghyang Kenit menjadi objek wisata. Salah satu atraksinya adalah susur goa. Menurut saya pengalaman menyusur Goa Sanghyang Kenit menembus ke Sanghyang Tikoro ini sangat luar biasa
(31) Di dalam Sanghyang Kenit kita banyak temukan ornamen-ornamen khas goa karst, seperti stalagtit, stalagmit, flowstone, draperies, dll. Banyak ornamen ini masih terbentuk, artinya sistem hidrologi goa masih berfungsi.
(32) Namun yang membuat lebih keren adalah adanya endapan sungai yang terbentuk di dalam goa. Kerakal sampai bongkah yang terpilah baik dengan imbrikasi yang cukup rapi dan lapisan yang cukup tebal mengindikasikan aliran deras yang stabil dalam kurun waktu sangat lama.
(33) Di dalam goa juga kita lihat bentukan endapan banjir, sehingga kita tahu, bahwa bahkan dalam sistem yang sempit sekalipun sedimentasi sungai tetap mengikuti aturannya. Yang membuat saya penasaran adalah kapan pertama kali sedimen sungai mengisi goa?
(34) Hipotesis saya adalah, sedimen sungai pertama kali mengendap di goa ketika Danau Bandung jebol. Artinya jika kita berhasil menganalisis profil sedimen sungai di dalam Goa Sanghyang Tikoro, kita mungkin bisa menjawab, kapan dan bagaimana Danau Bandung jebol.
(35) Utas ini menjadi cukup panjang dan strukturnya makin berantakan. Mohon maaf.

Selanjutnya kita pindah ke hulu, di lokasi Curug Halimun. Hampir setahun yang lalu saya mampir ke Curug Halimun. Ini adalah percobaan ketiga setelah saya selalu nyasar di dua percobaan awal.
(36) Jalan ke Curug Halimun menurun ekstrim. Di kiri kanan kita bakal sering temukan Pohon Kiara. Dari pohon inilah toponimi Pasir Kiara berasal. Pasir Kiara sendiri ada di sebelah timur Curug Halimun.
(37) Curug Halimun kini jadi air yang tenang dan hijau jernih. Nyaman untuk menjadi tempat berenang. Pemuda sekitar mengembangkan kawasan ini untuk berwisata.
(38) Jika kita melihat ke samping air terjun ini, kita akan temukan dinding dengan gores garis sesar dan struktur tangga sesar yang luar biasa. Curug Halimun adalah bidang sesar! Apakah di sini Danau Bandung jebol? Menurut alm. Pak Budi Brahmantyo, ya. Di sinilah titiknya.
(39) Agak ke hilir dari Curug Halimun, di dinding sungai yang kini beda tingginya dengan dasar sungai sekitar 4 meter, teramati bekas erosi sungai. Bisa kita bayangkan betapa besarnya debit air yang mengalir di sini. Ribuan batu terbawa aliran sungai, terus menggerus lembah.
(40) Saya pikir wah luar biasa memang Lembah Ci Tarum purba ini. Sangat potensial untuk dikembangkan jadi objek geowisata, dalam format apapun, geopark kah, ecopark kah. Namun dengan syarat bahwa masyarakat lokal adalah pelaku utamanya.
(41) Jangan sampai seperti pengelolaan gunung-gunung wisata di Bandung yang begitu menyebalkan. Dijalankan secara remote oleh orang yang gak peduli apa-apa selain keuntungan saja. Sekali lagi kuncinya masyarakat lokal sebagai pemilik usaha dan pelaku utama.
(42) Alhamdulillah sudah berjalan sekarang. Di Cikahuripan ada pokdarwisnya. Di Curug Halimun dan Saung Kondang ada Pokdarwisnya. Begitu juga di Sanghyang Heuleut dan di Sanghyang Kenit ada juga pengelolanya.
(43) Akhir kata, saya harus mengakhiri utas ini, meski begitu banyak hal lain yang belum saya ungkapkan. Semoga menginspirasi teman-teman semua untuk berkunjung ke Lembah Ci Tarum Purba Saguling-Rajamandala.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with muhammad malik

muhammad malik Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @malikarrahiem

22 Aug
Di blog saya, malikarrahiem.com sekarang sudah tersedia menu Peta, yang isinya adalah beberapa model 3D dan webGIS yang saya buat, salah satunya hasil tesis saya.

Berikut adalah isinya: Image
1. Peta 3D DAS Ci Kapundung dengan outlet di sekitar Viaduct. Di model ini kita bisa lihat luasan dari DAS Cikapundung dengan tutupan lahan dari Citra Sentinel-2 yang dishare oleh LAPAN. Image
2. Peta Geologi Lembar Bandung tahun 1934 karya R.W. van Bemmelen, si legenda geologi Indonesia. Ya betul, selain buku Geology of Indonesia, Bemmelen juga sangat aktif memeta geologi, salah satunya Peta Lembar Bandung ini. Image
Read 9 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(