Yang ngaku arek suroboyo a.k.a pendukung setia Persebaya pasti kenal tempat ini. Bahkan mungkin ada yang kangen! Tapi di thread ini, aku bukan mau bahas serunya nonton laga di stadion.
Ternyata, di balik kemeriahan teriakan suporter, ada kisah yang bikin aku terharu.
[a thread]
Kejadian ini setelah kita 2 tahun tidak bisa menikmati riuhnya tribun suporter.
Semua bermula pas aku lagi lewat di jalan Tambaksari, Surabaya.
Aku tidak sengaja ketemu Pak Gari, yang dulu jualan lumpia di stadion.
Pas ketemu, dia lagi ngipasin dagangan lumpianya yang masih banyak biar ga dihinggapi lalat.
“Loh, Pak Gari. Kok jualan di sini?” sapaku. Dia kaget, terus tersenyum lelah, “Iya mas, sejak stadion ditutup, gak ada lagi suporter. Saya akhirnya jualan di pinggir jalan gini.”
Gak tega lihat lumpia jualannya masih sisa banyak, aku pun akhirnya beli dan mulai melanjutkan percakapan. Pak Gari cerita, udah dua tahun ini ekonominya makin sulit, lumpia yang biasanya diborong suporter, sekarang hilang pelanggan.
Kenapa bisa tetep semangat di tengah kondisi sulit ini, satu-satunya alasan Pak Gari pengen banget 3 anaknya tamat sekolah. 1 anaknya udah SMA, sedangkan 2 anaknya masih SD. Huah, pokoknya salut banget sama perjuangan Pak Gari!
Rek, kalo ada yang lewat jalan surabaya dan denger teriakan “Lumpiaaa” mungkin itu Pak Gari atau rekan sesama penjual lumpia stadion yang sedang berjuang cari nafkah di masa sulit ini. Boleh dibeli seribu-dua ribu buat bantu mereka.
Atau yang mau ikut donasi bisa klik di sini >>> kitabisa.com/campaign/bantu… ya rek. Nanti bantuan kalian akan disalurkan buat para penjual lumpia stadion yang terdampak. Suwun!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh