KARMAWIBANGGA
sebuah perjalanan waktu, menyusuri ajaran budi para leluhur Jawa abad VIII.

==A THREAD==
Relief Karmawibhangga adalah relief yang dipahat pada kaki Monumen Borobudur.
Kondisinya sekarang ditutup entah karena alasan apa.
Jumlah panelnya 160 buah, ditemukan waktu itu oleh J.W. Ijzerman pada tahun 1885. Seluruh relief kemudian difoto oleh Kassian Cephas thn 1890 - 1891.
Relief-relief tersebut menceritakan tentang hukum sebab akibat, atau ajaran karma. Latar belakang ceritanya dikemas dalam bentuk kehidupan masyarakat Jawa pada abad tersebut. Identifikasi relief nya dilakukan oleh N.J. Krom, S. Levi dan Jan Fountain.
Para peneliti tersebut membandingkannya dengan dua naskah Sutra yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, lebih dikenal sbg T80 dan T81. Dari penelitian Hariani Santiko, relief Karmawibhangga lebih mendekati naskah T.80.
Dari 160 panel relief, bisa dibagi menjadi 5 bagian. 1. kesehatan dan kesejahteraan, 2. kelahiran kembali, 3. pengulangan, 4. perbuatan tidak bajik, 5 perbuatan bajik.

Perjalanan waktu kali ini kita mulai dari bagian 1. Kesehatan dan kesejahteraan.
Panel 1 - Membunuh mahluk hidup.

Apapun alasannya, membunuh mahluk hidup adalah hal yang tidak baik. Disini semua mahluk hidup, tanpa kecuali.

Hasilnya adalah karma yang buruk (tidak ditampilkan di panel).
Pada sebelah kiri, kita bisa lihat para nelayan yang sedang bergembira atas hasil tangkapan ikan, dan di sisi bawah seperti orang yang sedang mencabut hasil panen.

Kemudian terlihat ada musisi yang ikut bergembira atas hasil panen tersebut.
Dari panel ini, kita melihat bahwa masyarakat Jawa di masa tersebut sudah mengenal "KENDANG"
Menggunakan semacam ikat kepala
Ikat kepala ini mengingatkan saya akan bentuk ikat kepala tenun, suku Baduy, yang bentuknya seperti ini.
Atau juga ikat kepala seperti ini, yang merupakan ikat kepala PROTO MALAYAN.

Jadi ikat kepala, sudah jadi identitas pakaian suku Jawa pada saat itu. Entah strata, entah terkait tanggung jawab, atau pekerjaan.
Relief orang yang sedang memanen, mungkin semacam umbi-umbian.
Menggunakan semacam celana pendek dengan ikat pinggang.

Jika diperhatikan, mirip2 dgn pakaian suku sasak (difoto tahun 1911).
Ini adalah gambar nelayan suku Jawa jaman itu, menariknya Monumen Borobudur di bangun di tengah pulau Jawa, lalu dimana posisi pelabuhannya. Kemungkinan masih nyambung dengan kerajaan sebelumnya Kalingga atau Halong (yang artinya hasil), atau sekarang Pekalongan.
Ini adalah relief orang membawa hasil ikan, dibawa dengan tongkat atau tombak.
Untuk relief ini masih belum jelas apa yang dibawa. Jika pesannya adalah membunuh mahluk hidup, mestinya ini berkaitan dengan binatang. Tapi binatang apa, tidak cukup jelas disini. Mungkin ada yg punya persepsi tentang apa gambar ini ?
Pada relief bagian kanan, tampak orang-orang yg bergembira saling berbagi hasil ikan. Bentuk ikan mirip seperti ikan yang digantung seperti itu di pasar ikan. travelerien.com/2016/01/meliha…
Mnrt sy bentuk relief ini spt burung perkutut. Mungkin pada jaman itu burung ini banyak sekali. Seiring waktu, kegemaran akan suara burung perkutut itu terus terngiang di otak orang Jawa. Sehingga burung perkutut adalah salah satu burung yang wajib dipelihara.
Ada perbedaan bentuk telinga di relief ini, ada yang bentuknya standar, ada yang bentuknya lebih panjang. Kemungkinan itu menggambarkan hiasa di telinga yang biasa dipakai suku Jawa pada saat itu.

Bila ditelurusi mirip2 dgn yang digunakan di suku Nias, tp lbh simpel.
Ada semacam kantong yang dibawa di pinggang.
Ada semacam tembikar yang digunakan disini sebagai tempat untuk menaruh barang.
Wah dari 1 panel saja, banyak sekali yg bisa digali tentang kondisi kehidupan masyarakat Jawa saat itu.

Nah relief ini yg paling membingungkan, jika ini bercerita tentang karma, membunuh mahluk hidup, sedangkan umbi2an, kan boleh dimakan ?
Kalo mahluk hidup yg dicontohkan disini adalah ikan, seolah2 kita berpikir : hmm... tapi kan ikan banyak.

Lalu bagaimana dgn tradisi ini, yg dilakukan oleh bangsa yg merasa dirinya lebih tinggi dari bangsa Asia pada umumnya :

kompas.com/global/read/20…
Panel 2

Merayakan pembunuhan berakibat pada hidup yang singkat.
Pada sisi kanan panel, menggambarkan seorang pemburu dengan membawa panah dan busurnya, sedang berbicara dengan rekan-rekannya yang juga membawa anak panah di pundak.

Dari pakaian yang digunakan, sepertinya ada strata sosial yang beda antara si pemburu dgn yang lain.
Foto kiri, jika tanpa mahkota kepalanya, mungkin bentuk celananya dan aksesorisnya bisa dibayangkan seperti foto di bawah.

Foto kanan, ikat kepalanya jg mengingatkan bentuknya spt yg di panel 1.

sumber : benyaminlakitan.wordpress.com/2013/09/10/ind…
Yang berhak memegang busur dan panah, adalah orang yang punya strata tinggi, dan lebih tua (berpengalaman). Digambarkan dari sisi wajah dan pakaian.

Dari sini kita juga tahu, keahlian para pengukir batu untuk menampilkan efek 3D di platform 2D, begitu detail dan reailistis.
Pada bagian tengah, digambarkan orang yang sedang berbincang di bagian atas bale, sedangkan di bagian bawah, ada orang yang sedang menyiapkan makanan.

Jika diperhatikan dari bentuk telinganya, memang sepertinya ada pembeda strata antara yang di atas dan yang dibawah.
Orang sedang meniup api, bahan bakar jelas kayu, kemudian tungku jika melihat bentuknya dipastikan tungku besi. Dengan periuk yang kemungkinan dari tembikar.
Nama bambunya : songsong
Nama periuk tembikarnya : kendhil.

perawatanrtdonto.blogspot.com/2013/05/nama-a… orang meniup api ke kayu bakar untuk memasakkendhilsongsong
Orang memotong ikan di atas batu bentuk seperti batu bata.

Kalo dilihat dari cara memasaknya maka kemungkinan ikannya di buat sop ikan kali ya..... krn ga nemu alat goreng disitu.
Ini ada sekelompok laki-laki, sedang berbincang, di atas bale yang terbuka, digambarkan di bawah pohon.

Perhatikan detail eksepresi yang tengah sedang menjelaskan, yang lain mendengarkan. Sangat hidup.

Ada guru, ada cantrik... Jadi inget pesantren, yg bermula dr kata cantrik.
Detail pakaian antara orang / guru yang sedang menjelaskan, berbeda dengan orang yg memimpin untuk berburu.
Di panel kiri, jelas digambarkan bentuk rumah, atau boleh dibilang mirip bale bengong dengan atap rumbia / alang2.
Peralatan untuk pengobatan jelas tergambar di relief ini.
Ada gentong, ada tempat spt tempat bumbon, lalu lumpang batu. peralatan medislumpang
Pada panel ini tergambar ahli pengobatan sedang melakukan penyelidikan atas penyebab anak sakit.

Ahli pengobatan pada saat itu, bisa saja disebut dukun. Krn terminologi dukun pada saat ini juga masih sama, yaitu orang yg pandai menyembuhkan penyakit (diluar konsep medis barat).
Profesi dan strata dukun tergambar jelas dari ikat kepalanya.
Di suku Jawa saat ini, ikat kepala seperti ini sudah tidak ada/jarang. Tetapi di suku Sunda, pembeda ikat kepala masih digunakan.

tirto.id/mengenal-kegun…
Masih di ikat kepala, sangat jelas detailnya bagaimana kain itu tergambarkan dengan baik. Diikat, lalu sedikit terjurai.
Kemudian ada yang berkumis, ada yang tidak. Lalu ekspresi yang sedang memeriksa, begitu tenang.
Di panel ini jelas tergambar, seorang ibu, dengan ekspresi sedih, memangku anaknya.
Di bagian rambut, digelung.
Kemudian pakaian, jelas ini pakaian pada saat itu, mirip dgn pakaian wanita bali pada jaman dulu.
Masih terkait pakaian wanita, menariknya dari abad VIII, lalu sampai akhir abad XX, budaya kita menganggap sama baik itu laki-laki maupun perempuan.

Cara pandang kita pada saat itu : mengganggap semua sama, dan tidak menjadikan perempuan sebagai OBYEK dari laki-laki.
Bahkan ratusan tahun Belanda di Bali, tidak sekalipun merubah adat yang sudah ada. Foto ini diambil tahun 1941.

Rentang panjang budaya 1.200 tahun yang lalu, masih ada jejaknya di tahun 1941.

Lalu bagaimana kita berubah ? Jawabannya di : agama samawi.
Kembali ke panel tadi, sangat jelas digambarkan bagaimana ahli pengobatan saat itu, mendeteksi penyakit. Dengan cara menempelkan tangannya ke leher anak yang sakit.
Inti ajaran dari panel ini, mnrt Sutra T.80 adalah Ikut merayakan pembunuhan mahluk hidup, akan berakibat pada karma yang buruk.

Karma buruk tidak selalu terjadi pada kita, tapi bisa sj terjadi pada keluarga kita.
Intisari ajaran budi, masih terus mengalir dalam bentuk yang baru.

Ajaran ini bisa kita temui dlm wujud :

Lamu sira sekti aja mateni.

Meskipun kamu sakti, jangan membunuh.

Adigang, adigung, adiguna.

Krn orang yg punya kuasa, akan mdh membunuh.

Ingat kekejaman orba.
Panel 3

Panel ini entah belum selesai atau apa. Krn masih kelihatan garis2 untuk alur tatahan.

Jika dibandingkan dengan ajaran Sutra T80, maka maknanya adalah Menghancurkan apa yang ada di dalam rahim, akan mengakibatkan karma buruk.
Di sebelah kanan panel, memang belum selesai.

Intinya ini kan terkait dgn rahim, jd kanan kemungkinan adalah penyebabnya.

Tapi persepsi saya bisa sj ke : pemerkosaan atau sex group ??

Ya namanya jg persepsi, bisa saja kan.

Ada yg punya pendapat lain ?
Jika sepintas diperhatikan, ini seperti sepasang lelaki perempuan yang sedang bermadu kasih.
Di panel ini, bagian dari rumah belum selesai dipahat.

Sepertinya proses kelahiran yang dibantu oleh seorang dukun bayi.
Posturnya sedang memijat bagian perut dari perempuan di sebelah kanan.
Di relief ini, meski belum selesai, persepsi sy :
Seperti bentuk seorang wanita yang sedang menggendong bayi.
Dari relief, karakter ini sptnya perempuan yg menggunakan jarik. Nah apakah di bagian atas kepalanya spt ada kain ?
Relief ini belum selesai, tp jika dilihat seksama, seperti menggambarkan kematian seorang anak.
Sebab : aktifitas sexual yang tidak baik, apapun itu,

mengakibatkan kelahiran yg bisa sj tidak diinginkan.

Akibatnya : kematian
atau makna lain karma yg tidak baik.
Selain itu, panel ini justru bisa menampilkan proses seniman melakukannya :
- sketsa di atas batu (tidak tergambarkan)
- outlining, dgn pahat itpis.
- lalu dipahat bentuknya
- lalu pahat detailing.
Oke, itu baru 3 panel.....

Masih ada 157 panel album foto keluarga Jawa jaman dulu.

Sy tak nyore dulu, beli bakso dulu.....
Nanti lanjut lagi.
Lanjut panel 4.

Panel 4 ini juga belum selesai. Sy msh penasaran, apakah ini tidak selesai di jaman itu, atau tidak selesai ketika proses rekonstruksi ? Dari literatur yg ada sy belum menemukan jawabannya.

Mungkin ada yg bisa membantu ?
Panel 4 ini bercerita tentang Membunuh dan Mendorong / mendukung adanya pembunuhan akan berakibat pada karma yg buruk.

Terutama di hari ini, kita dipertontonkan scr vulgar, bgmn agama digunakan alasan utk membunuh.

Apapun alasannya membunuh ciptaan Tuhan, tidak dibenarkan.
Pada panel sblh kanan, kita melihat ada dua orang yg sptnya tawanan perang, bisa dilihat dari bentuk rambutnya.

Apakah itu menunjukkan suku yg lain ? Bisa jadi.

Krn konsep saat itu, suku lain = negara lain. Misal Majapahit (Jawa) vs Galuh (Sunda).
Senjata yang digunakan adalah pedang.

Kemungkinan wujudnya spt ini.

Jadi dapat dipastikan, pada jaman itu teknologi senjata pedang, sudah ada. Termasuk di dalamnya, kemampuan menempa logam.
Hiasan kepalanya sepertinya menunjukkan strata yg berbeda.
Atau tingkatan di dalam keprajuritan ?
Kalo dilihat dari posturnya spt hendak memenggal kepala.

Sedangkan pakaiannya, kemungkinan spt foto di bawah.

Sedangkan di sebelah kiri, ada orang duduk yg seolah-olah membawa tempat.

Inti cerita ini tentang perang atau membunuh orang.
Ini jelas gambar pohon, tetapi pohon apa karena belum jadi maka tidak jelas.

Apakah setelah melakukan perbuatan membunuh lalu melalui POHON KEHIDUPAN, yg berakibat di kiri ?
Sisi kiri ini menarik. Borobudur identik dgn Buddhanya, tetapi tradisi masyarakat Jawa kala itu, adalah mengubur orang yg sudah meninggal, bukan melakukan kremasi.

Dan memang agama Buddha tidak identik dgn kremasi.
Spt yg dijelaskan di :
buddhazine.com/setelah-mening…
Ada anjing, lalu burung, dan yg di bawah kemungkinan ayam.

Kalo dilihat pohonnya, ini adalah pohon mangga.
Jadi pohon mangga ini kemungkinan ikut dibawa oleh para penyebar agama Buddha sebelumnya.

msmbindonesia.com/ternyata-bukan…
Posisi orang meninggal ini menarik.

Yg dibawah terlentang, layaknya jenasah dikebumikan pada umumnya.

Sedangkan yg di atas, kenapa posisinya spt itu ?
Panel 5

Berperang / saling membunuh akan menghasilkan kematian atau karma yang buruk.
Di sisi kanan panel, ada sekumpulan orang yg sepertinya bersorak-sorai.

Jika dibayangkan, ini spt menonton sebuah pertandingan.

Bisa jadi ini adalah hiburan di jaman itu.

Dan hanya akan berakhir jika ada yg mati ?
Ini jika dilihat dr bentuknya, seperti keris buda (penamaan sekarang).

Tapi pada bagian patranya masih sederhana.

Artinya pada saat itu, msh bersifat fungsional. Nilai estetikanya sptnya masih standar sj.

solo.tribunnews.com/2018/09/26/ker…
Dari panel-panel sebelumnya berarti kita sudah mengetahui min ada 3 jenis senjata yg digunakan saat itu :
- keris, untuk bertarung jarak dekat
- pedang, utk bertarung jarang menengah
- panah busur, utk pertarungan jarak jauh.
lalu di panel ini, semakin lengkap, ditunjukkan :
- tombak
- pedang melengkung
- pisau pendek / keris buda (penamaan sekarang)
- 3 jenis tameng

Mungkin mirip dgn tradisi Tari Caci dari Manggarai ?

today.line.me/id/v2/article/…
Dilihat dari bentuk tamengnya yg melingkar, maka tari Kataga dari Anakalang, cukup mewakili kondisi saat itu.

seringjalan.com/asal-usul-dan-…
Sedangkan bentuk tameng yg kotak, cenderung mirip dengan tameng dari suku Minahasa.

Dan nama tarinya Tari Kabasaran.

Mungkin jika ada yg nemu foto tari perang dengan bentuk tameng yg kotak, yg lebih sesuai bisa di tag..... tq.
Sedangkan bentuk pedangnya yg sedikit melengkung, mengingatkan bentuk pedang Suku Mentawai.
Postur ini menunjukkan, bahwa di sini ada suatu gerakan tertentu.

Artinya pada saat itu sudah mengenal / menguasai seni beladiri. Ya skrg pertempuran jarak dekat, jika tidak menguasai bela diri, logikanya jg pasukan akan mati. Aplg ini menggunakan senjata tajam.
Yg profesinya prajurit, sptnya rambutnya digelung.

Ilustrasinya mungkin spt gambar di bawah.
Jadi adu jago, atau duel, atau kalo sekarang disebut tari perang, pada waktu itu sptnya jg merupakan sebuah hiburan.

Dan jika kita telusuri, hampir di setiap suku di nusantara terdapat tari perang, yg mirip dgn relief ini.

travelingyuk.com/tarian-perang-…
Maka jika ada yg mencoba untuk membangkitkan perang antar suku bangsa di nusantara, sptnya memang tidak mungkin perang saudara (jika konteks NKRI) atau perang antara negara (jika konteks Jawa abad VIII), itu bisa terjadi lagi.

Karena sptnya perang memang sudah mendarah daging.
Relief ini sptnya ingin menggambarkan tentang : POHON JATI.
Batangnya tinggi, cabang berkumpul di atas, daunnya lebar.

Artinya pohon jati banyak tumbuh di pulau Jawa pada saat itu.
Relief ini menggambarkan tentang kematian seorang anak.

Menariknya, ada dua orang yg seperti sedang bergunjing.

Maka wajar jika tayangan gosip dan hoax laku, krn sejak abad VIII, ternyata masy Jawa sudah suka bergosip.
Inti ajaran ini Perbuatan saling membunuh, dan mendukung pembunuhan maka akan berakibat kematian atau karma buruk.

Relief ini tampak begitu hidup menggambarkan kondisi masy pada saat itu, termasuk tradisi dan kebiasaan msyrktnya.
Setelah rehat sejenak, kita lanjut lagi pemirsahhh....

Panel 6

Panel 6 berkaitan dengan hidup panjang atau karma baik.Relief ini tentang Menganjurkan orang untuk menahan dari membunuh akan mengakibatkan karma baik.
Di sebelah kanan panel, terlihat ada orang yg sedang memberikan nasihat (guru) dan yg lain mendengarkan.

Bentuk fisiknya jg menarik, sang guru relatif lebih langsing, artinya tidak makan berlebih.

Sedangkan yg mendengarkan ada yg perutnya gendut, artinya makan berlebih.
Melihat bentuk daunnya sptnya ini adalah pohon aren.
Dan kita jg tau, banyak barang yg kita temui sekarang, sumber bahan bakunya dari pohon aren.

Ada sapu lidi, atap, kolang kaling.

Ada kemungkinan minuman kolang kaling sudah ada dari jaman itu.

jateng.tribunnews.com/2018/05/18/dip…
Orang ini sptnya punya jabatan. Ada hiasan di kepala, dan ada juga semacam kalung di dada.

Mungkin spt lukisan di bawah, tp lebih simpel.
Kalo tadi terkesan lebih muda, yang ini terkesan adalah orang yang lebih tua, dengan penampilan yg lebih sederhana.

Meski dipahat di batu, relief ini memang terkesan hidup, bisa mengekspresikan emosi maupun usia.
Kali ini sy mau fokus di telinga.

Yg memberi ceraham, telinganya sangat panjang... ini memang sesuai gambaran orang yg senang mendengarkan.

Sedangkan telinga yg mendengarkan, tidak terlalu panjang, dan ada jg yg memakai hiasan.
Perhatikan pakaian guru yg memberi ceramah, dan juga gelung di kepalanya.

Sepertinya lukisan di bawah memberi gambaran yg mirip.
Di bagian ini, sptnya terjadi diskusi yg lebih intens, lebih serius.

Perhatikan postur tubuh org sblh kanan, sampai maju. Dengan gestur tangan yg sepertinya sedang menjelaskan.

Perhatikan mimik wajah yg begitu tenang dan netral. Diskusi yg intens, ditanggapi dgn wajah yg damai.
Perhatikan, ada semacam hiasan kepala, lalu di telinga ada antingnya, kemudian ada hiasan di dada. Sepertinya ini adalah pejabat negara.

Jadi hiasan telinga laki-laki, adalah hal yg lumrah di jaman itu ya gaes. Kalo skrg ada yg pake, ya berarti melanjutkan sejarah.
Seperti layaknya Suku Dayak yg memakai anting sebagai penanda strata tertentu, begitu pula Jawa jaman dulu.

Lalu bgmn dgn tato ?
Sy belum nemu.

borneo24.com/headlines/buka…
Perhatikan orang yg ini, antingnya sepertinya lbh banyak.
Yg ini sptnya perempuan, dari wajah lebih lembut, kemudian ada spt payudaranya.

Sptnya ini jg pejabat negara, dilihat ada hiasan mahkota di kepala, dan anting yg beda.

Jika dibandingkan, kira2 mirip dgn foto di sebelah kanan.
Kedua-duanya ini adalah penceramah, bisa diidentifikasi dari telinga.

Tapi knp pakaian berbeda ?

Apa ada penceramah utk level pejabat, dan penceramah utk level kelas menengah ke bawah ?

Krn yg kiri terlihat memakai kalung. Sedangkan yg kanan hanya kain biasa.
Lanjut mengko ya lur.....

meh nyekar ro nang pasar sik.

Wingi ra sidho ngebakso, Jakarta udan deres.

Udan deres lemah teles....
Tulung sabar Gusti sing mbales.

Ra nyambung, mung seneng ae.
Lanjut ya lur......
Kalo bagian ini, sptnya menggambarkan kondisi di kraton. Dimana orang yg berceramah di tengah, laki2. Kemudian ada perempuan2 yg mendengarkan. Kemudian di bagian bawah spt abdi dalem.

Jadi meskipun menganut agama Buddha atau kesetaraan mahluk hidup, di budaya Jawa waktu itu ....
... tetap ada pembagian strata :
- raja ratu
- abdi dalem kraton
- penceramah utk pejabat
- pejabat kraton
- penceramah untuk menengah ke bawah
- pejabat rendah
- rakyat.
Sepertinya strata seperti ini tetap berlangsung sampai sekarang, bahkan ketika kerajaan sudah tidak terlalu dominan, tetapi pola struktur ini berubah ke lain jabatan.

Maka wajar jika kemudian bahasa Jawa, menganut level yang berbeda untuk berbicara. Dimana ada 5 tingkatan level.
Jika dilihat seksama, sptnya ini ukiran naga.

Jadi hiasan kraton pada saat itu sudah menggunakan ukiran naga.
Dan pola ornamennya lebih mendekati ornamen naga versi tiongkok.

Hal ini logis, krn kerajaan sblmnya Halong, tercatat di catatan Tiongkok.

id.wikipedia.org/wiki/Naga_Tion…
Bandingkan dgn naga versi India spt gambar di bawah.

id.wikipedia.org/wiki/Nāga

Dari sini, mestinya kita semakin paham, bahwa Jawa pada abad itu, pengaruh budaya India dan Tiongkok bercampur. Ukiran mengikuti budaya India, sedangkan ornamen naga di dlm kraton, mengikuti Tiongkok.
Ojo spaneng lehe maca ya lur....

Lemeske ndhisik ro ngrungokne mbakyu Yeni Inka - Lemah Teles.

Sptnya ini Raja dan Ratu, bisa dilihat dari mahkota dan asesorisnya.

Kalo lihat pakaian ini jadi ingat Brama Kumbara....
(ayo yg seumuran kumpul).

Ya visualisasi Brama Kumbara sptnya memang mengambil dari relief2 ini.
Sy suka gestur ini, bgmn yg lelaki spt menenangkan yg perempuan. Kmdn yg perempuan jg sptnya mendengarkan dgn seksama, mata tertuju ke bawah, spt menghormati.
Visualisasi ini jg sangat menarik dan sgt hidup.

Abdi dalem, senderan di kotak, mungkin semacam kotak pakaian atau kotak perhiasan, sambil mendengarkan, dgn sedikit terkantuk2....

Ya biasa jg gitu kan, kalo yg dengerin jg ngantuk2.

Visualisasinya ini lo sgt realistis.
Ini jg konsep abdi dalem berikutnya. Yg setia untuk mendengarkan.

Perhatikan telinganya menggunakan anting bentuk spt bunga.

Sptnya konsep Ratu dan abdi dalem terus langgeng di setiap zaman, sampai ke Candi Sukuh, sampai ke pewayangan di era Mataram Islam.
Dalam filosofi Jawa, Ratu/Raja bukanlah siapa2 tanpa abdi dalem / rakyat yg mendukung / memikul bebannya, digambarkan sptnya abdi dalem memikul.

Jika abdi dalem, kosong, maka Raja Ratu jg akan tidak ada.

Sptnya relief itu jg salah satunya ingin bercerita tentang itu.
Trus kalo lihat di kolom ini, ornamennya jika dibandingkan dgn kolom bangunan India atau kolom bangunan Tiongkok, maka cenderung mendekati pola arsitektur India.
Ini pola kolom bangunan Tiongkok. (kiri)

Pola kolom bangunan India (kanan)
Kembali ke panel ini, sptnya memang ini konsep seorang lelaki dengan bbrp perempuan, apakah istrinya ?

Bisa jadi.

Krn meski candi ini beraliran agama Buddha, tetapi ada budaya lokalnya.

Sptnya konsep poligami dan poliandri, cukup netral kala itu. Tidak menjadi suatu masalah.
Memang untuk melihat suatu kondisi masa lalu, sebisa mungkin kita memang harus lepas dari penilaian masa skrg. Aplg ini berjarak ribuan tahun dari kita skrg.

Krn penilaian masa skrg pun, belum tentu akan sama di 1000 tahun yg akan datang.
Oiya, kalo diamati, dari panel 1 - 6 ini, semua bertelanjang kaki. Jadi alas kaki belum digunakan pada jaman itu, oleh semua strata.
Jika diperhatikan, ini mirip dgn jarik kalo kita nyebutnya skrg.

Jadi perempuan jaman dulu, sudah menggunakan pakaian spt jarik, dgn hiasan2 di pinggang.
Panel 7

bercerita tentang Mengajarkan untuk Menahan Nafsu Membunuh berakibat pada Karma yang baik.

Entah kenapa, semesta spt berbisik kepada sy utk membuat thread tentang Karmawibhangga. Dan panel2 ini spt memberitahu sy.
Apalagi dari panel sebelumnya, kita juga tahu bgmn perang itu sudah mendarah daging dalam DNA kita, dlm hal ini khususnya org Jawa.

Keris aja diukir... pdhl itu senjata.

Spt diingatkan bhw jika DNA itu dibuka lagi, org Jawa itu ga segan2 saling membunuh. Ingat sj sejarahnya.
Bagaimana tidak....

Kembang ronce melati, yg kita ketahui sekarang, itu aslinya adalah USUS dari Arya Penangsang yg terburai kena tombak Kyai Pleret yg digunakan Sutawijaya.

Ini sesama anak bangsa bukan ?

id.wikipedia.org/wiki/Keris_Pus…
Kembali ke relief......

sepertinya ini spt kegiatan para cantrik dan gurunya di padepokan.

Jadi jaman dahulu konsep pendidikan melalui cantrik, resi dan padepokan sudah ada.

Dilihat dr pakaian, mrk adalah kelas atas / para pangeran.
Dan di bawah bale kosong, tidak ada rakyat.
Jadi di jaman abad VIII cantrik, kemudian di era sekarang bertranformasi menjadi pesantren.

pdamtirtabenteng.co.id/berita/asal-us…

Perhatikan gestur yg sedang berdiskusi, kmdn emosi yg begitu tenang, dgn tangan yg sptnya sedang menjelaskan.
Perhatikan bentuk atap yg beda2....
sptnya jg menunjukkan bahwa pada saat itu ada bbrp jenis bangunan.
Duduk di bagian tengah, sptnya kedudukan / jabatan lebih tinggi, pembedanya adalah hiasan gelang di lengan, dan gelang di kaki.

Apakah ini Rakai atau Rama ?

Bgmn mnrt kamu ?
Perhatikan anting shg telinga panjang, adalah lumrah di saat itu, bahkan jadi penanda suatu status tertentu.

Masih mirip dgn tradisi Suku Dayak, yaitu Telingaan Aruu. Dan dilakukan dgn tujuan identitas kebangsawanan, sptnya msh mirip dgn relief ini.

id.wikipedia.org/wiki/Telingaan…
Jika diamati, ini seperti sebuah keluarga, dengan orangtua yg duduk, lalu anak2nya mendengarkan.
Mnrt kamu, apa yg dibawa di tangannya ?
Kalo ini, sptnya sedang membawakan buah2an....

bener gak sih ?

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nandur Kripto Wohing Pakarti

Nandur Kripto Wohing Pakarti Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(