Rosi ingin tampak “netral”, memberi ruang pada pandangan berbeda mengenai diskurus kebangkitan PKI. Tapi satu hal yg Rosi lupakan adalah,di atas segalanya, nilai utama jurnalisme adalah kebenaran, kebenaran dlm jurnalisme hrs didukung oleh data yg akurat. remotivi.or.id/amatan/488/ket…
Bagaimana Jurnalisme Semestinya Bekerja?
Apa yang ditunjukkan Rosi amat berbeda dengan yang saya saksikan dilakukan oleh Jake Tapper, jurnalis CNN, dalam wawancaranya dengan dengan Steven Miller, penasehat senior Presiden Donald Trump.
Dalam wawancara itu, Tapper membantah semua disinformasi dan kesalahan faktual yang disampaikan Miller mengenai dugaan tim kampanye Trump berkongsi dengan agen Rusia untuk memenangkan pemilu Amerika 2016 lalu.
Tapper bahkan menghentikan wawancara dengan Miller, karena menilai sang narasumber tidak menjawab pertanyaannya, dan sekadar mengulang klaim tak berdasar yang sudah berkali-kali dibantah.
Wawancara ini menjadi perbincangan publik Amerika Serikat karena Tapper dinilai bekerja dengan sangat baik, sampai dinominasikan sebagai pemenang Emmy Award.
Berbeda dari Rosi, Tapper bekerja layaknya interogator. Ia menguji tiap klaim dan data, serta tak memberi ruang pada narasumbernya untuk mengumbar informasi yang tidak valid.
Sementara Rosi bekerja sebagai fasilitator, sebatas mengatur lalu lintas pernyataan tanpa upaya mengujinya.
Dalam sebuah wawancara dengan NPR, Tapper ditanya mengapa ia menghentikan wawancara dengan Miller di tengah jalan. Ia menjawab, “Miller telah membuang waktu penonton saya”.
Dengan kata lain, jurnalisme tidak punya waktu untuk desas-desus, apalagi disinformasi.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Prof. John Roosa: Identitas bangsa Indonesia berubah total sesudah 1965
BULAN September, bisa dibilang sebagai bulan paling bersejarah dalam cerita Indonesia modern. Pada bulan ini, terjadi satu peristiwa yang menjadi penanda lahirnya sebuah rezim politik paling berdarah dan paling kuat dalam sejarah Indonesia modern, rezim Orde Baru.
Cita-cita tentang Indonesia yang demokratis, yang menjunjung tinggi perikemanusiaan dan perikeadilan, yang meniscayakan kebhinekatunggalikaan, sejak September 1965 terkubur bersama jutaan bangkai manusia sebangsa.
MAKANAN GOSONG TIDAK MENYAKITI SIAPAPUN...
(copas dari sebuah WAG)
Mantan presiden India, DR. Abdul Kalam berkata:
“Waktu aku masih kecil, ibuku memasak makanan untuk kami. Suatu malam dia membuat makan malam setelah seharian bekerja keras,
Ibu meletakkan sepiring ‘sabzi’ dan roti gosong didepan Ayahku.
Aku menunggu untuk melihat apakah ada respon negatif terhadap roti gosong itu.
Ternyata Ayahku tenang saja makan rotinya dan bertanya padaku bagaimana hari-hari disekolah.
Aku tidak ingat apa yang kukatakan padanya malam itu, tapi aku ingat aku mendengar Ibu meminta maaf kepada Ayah atas roti yang gosong itu.
Aku tak akan pernah lupa yang ayah katakan:
“Sayang, aku sesekali kadang suka roti gosong”.