@ariel_heryanto Padahal anak balita, golden age punya kemampuan sampai max 4-5 bahasa kata dokter anak sini. Anak saya sendiri 3 tahun, bisa bahasa Indonesia (dg ortu), Jerman (dg teman TK), Inggris dengan kakaknya. 1 kuntji, 1 orang konsisten 1 bahasa.
@ariel_heryanto Idealnya yg omong dengan anak itu penutur asli. Ortu omong bukan dengan bahasa sendiri ada kekurangannya. Bisa salah ajarin, aksen kurang bagus atau pengucapan yang salah. Menasehati anak jg menjadi susah, krn pesan yg diterima kurang dimengerti.
@ariel_heryanto Mund zu Mama!!! Kata seorang anak ke mamanya. Kakaknya kaget dan jelasin kl dia bilang shut up Mama. Itu salah satu masalah dikeluarga yg mendidik anak dg bukan bahasa sendiri. Kedua belah pihak tidak saling mengerti, juga dengan sopan santun berbahasa.
@ariel_heryanto Barusan ada 2 pengajar anak2 dr pemerintah Jerman datang kerumah untuk memantau perkembangan bahasa anak. Mereka datang ke TK lalu test tiap anak. Mereka test pengucapan, komunikasi, fokus dll. Kl ada gangguan, dikasih kursus tambahan. Semua gratis.
@ariel_heryanto Karena covid, kemampuan bhs Jerman berkurang krn dirumah terus. Jd anak masuk radar. Mereka lalu suruh ke dokter THT untuk cek. Untung waktu mereka cek ke rumah kemampuan bahasa udah baik lg. Tp tetep anjurkan ikut kursus krn kl diberi tugas ngeyelan gak fokus. 😆
@ariel_heryanto Banyak anak orang Jerman yg pakai 1 bahasa Jerman pun ikut krn bahasa Jerman emang sulit buat orang Jerman sekalipun. Ada jg anak gak bisa omong "she", "sch" atau kata sulit lain. Mereka bisa ikut kursus logopädie. Semua gratis.
@ariel_heryanto Golden age balita bisa omong 5 bahasa ini memang jarang terdengar. Semoga bisa jadi bahan diskusi.@PingThread unroll @threadreaderapp unscroll @threader_app compile @bacautas ping
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
