Bulan Maulid hayyuk kita perbanyak membaca/mendengar kisah-kisah Rasulullah ﷺ. Ini ada 2 kisah yg satu oleh Habib Jindan bin Jindan. 1 lagi ane nulis aje, ane jangan di suruh ceramah bubar yg ada jamaah 🤣☕️
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Keberkahan Tangan Rasulullah ﷺ
Abu Hurairah berkata : “Saya merasa sedih karena tiga hal.
- Pertama, sewaktu Nabi wafat.
- Kedua, peristiwa terbunuhnya Utsman.
- Ketiga rumah saya dibakar, harta sy dirampok dan hilanglah tempat perbekalan kecil saya.
Orang-orang yang hadir di sekitar Abu Hurairah bertanya, “Apa yang engkau maksudkan dengan tempat perbekalan itu, wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah menjawab: "Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah, banyak orang yg kelaparan.
Beliau bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah kamu punya sisa makanan?”
Saya menjawab, “Ya, Saya membawa beberapa kurma di tempat perbekalan.” Lalu beliau menyuruh saya untuk membawanya kepada beliau.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung membawanya pada Rasulullah.
Ketika itu, beliau memasukkan tangannya ke dalam tempat perbekalan lalu mengeluarkannya kembali dengan satu genggam kurma. Beliau membeberkan kurma itu, sehingga terlihat banyak. “Undanglah sepuluh orang untuk datang kemari!” kata beliau.
Setelah sepuluh orang itu datang, mereka dipersilahkan untuk makan kurma itu sampai kenyang.
Secara bergiliran, sepuluh demi sepuluh, mereka datang untuk memakan kurma² tersebut. Akhirnya semua orang yg ada pada saat itu semuanya merasa puas dan kenyang.
Meskipun demikian, kurma² itu masih tersisa.
Kemudian beliau berkata kepada saya, “Duduklah dan makan bagianmu!” Maka saya pun makan kurma² yg dibeberkan tadi, ternyata jumlahnya menjadi lebih banyak dari yg saya berikan. Setelah, sisa kurma saya masukkan ke dalam kaleng 20 butir
Di perjalanan Rasul bertanya : Apa itu duhai Abu Hurairah?
"Kurma ya Rasulullah" .
"Keluarkan perintah Rasul.
Maka sy keluarkan kurma tsebut. Kemudian Rasul meniup kurma tsb satu persatu sambil membacakan doa.
Lalu Rasul berkata :
"Jika kamu lapar, masukkan tanganmu kedalam kantong, jangan ditumpahkan"
Semenjak itu saya mengambil kurma dari dalam tempat perbekalan tersbut, isinya tak pernah habis, bahkan sampai Rasulullah wafat.
Saya tau bahwa kurma tersebut berjumlah 20. Namun saya telah memakannya yg bijinya saja jika dikumpulkan jumlahnya sebanyak 100 karung.
Kurma² itu sebagai penyambung hidup saya pada masa Rasulullah. Selain itu, saya juga menafkahkannya untuk memberi makan orang lain.
Abu Hurairah melanjutkan: "Kebiasaan ini berlanjut pd masa Abu Bakar, Umar, & Utsman. Baru ktika Utsman terbunuh, rmh saya kebongkar. Maka tmpt perbekalan itupun hilang ntah kemana”
📚Tarikh at Thabari
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
Ucapkan amin dr doa di akhir ceramah Habib Jindan🤲🏿
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dari Dosa Onan ke Bahasa Indonesia: Sejarah Kata ‘Onani’ yang Jarang Dibahas
Kita sering dengar kata “onani” di Indonesia, apalagi di pelajaran kesehatan. Tapi pernah gak kamu mikir, itu kata dari mana?
Ternyata… “onani” itu asalnya dari nama orang: Onan. Tokoh dalam Kitab Kejadian (Genesis) bagian dari Taurat dan Alkitab.
1. Kisah Onan: Seks, Penolakan, dan Murka Tuhan
Onan adalah anak Yehuda, salah satu anak Nabi Yakub. Ketika kakaknya Er mati tanpa anak, Tuhan memerintahkan Onan untuk mengauli janda kakaknya, Tamar, demi meneruskan keturunan keluarga (ini disebut hukum levirat).
Kenapa Yahudi Menangis Di Tembok Ratapan?
Padahal Kiblat Sudah Berpindah Dari Palestina Ke Makkah
Setiap tahun, jutaan orang melihat mereka berdiri di depan dinding batu tua di Yerusalem.
Mereka menangis. Menggoyangkan tubuh. Membaca doa-doa dalam bahasa Ibrani.
Tangisan itu bukan karena nostalgia, tapi karena penantian.
Itu bukan sembarang dinding.
Bagi mereka, itulah sisa terakhir dari Kiblat mereka Bait Allah yang pernah berdiri megah.
Dan yang mereka nantikan… bukan sekadar bangunan. Tapi Mesias.
Seorang penyelamat.
Yang akan datang membangun kembali Bait Allah.
Mengusir penjajah dari tanah suci.
Dan menghidupkan kembali kejayaan kerajaan Daud.
Mereka yakin, Mesias akan datang di akhir zaman.
Dan ketika dunia kacau, ketika perang meletus, ketika Palestina terbakar.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi mengkafirkan Ulama Terdahulu, bahkan menganggap dirinya sendiri Kafir sebelum mengaku menerima anugrah/wahyu dari Allah tanpa perantara Guru
“Aku pada waktu itu tidak mengerti makna La ilaha illallah dan tidak mengerti agama Islam, sebelum kebaikan yang dianugerahkan oleh Allah. Demikian pula guru-guruku, tidak seorang pun di antara mereka yang mengetahui hal tersebut.
Barang siapa yang berasumsi di antara ulama Aridh (Riyadh) bahwa ia mengetahui makna La ilaha illallah atau mengetahui makna Islam sebelum waktu ini, atau berasumsi bahwa di antara guru-gurunya ada yang mengetahui hal tersebut, berarti ia telah berdusta mereka-reka (kebohongan),
أقوال علماء المذاهب الأربعة في الحركة الوهّابية (أدعياء السلفية زورا)
Wahabi Menurut Empat Madzhab.
Pendapat para ulama dari empat mazhab terhadap gerakan Wahabi (yang mengaku-ngaku sebagai Salafi secara dusta):
1- المذهب الحنفي:
مفتي الحنفية الشيخ الفقيه ابن
عابدين الحنفي، فقد سمى الوهابية (خوارج هذا الزمن) كما في كتابه (حاشية رد المحتار على الدر المختار شرح تنوير الأبصار في مذهب الإمام أبي حنيفة النعمان) في باب البغاة.
1. Mazhab Hanafi:
Mufti Hanafiyah, Syaikh al-Faqih Ibn ‘Abidin al-Hanafi, menyebut gerakan Wahhabi sebagai “Khawarij pada zaman ini”.
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal sepakat (ijma’) menghukumi kafir terhadap orang-orang yang meyakini bahwa Allah menempati suatu arah, dan orang-orang yang meyakini bahwa Allah adalah jism/benda yang tersusun dari bagian-bagian.
📚 Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Minhaj al-Qawim, juz 1, hal 144, as-suyuthi dalam al-Asybah wa an-Nazha-ir, hal 488, Mulla Ali al-Qari dalam Mirqatul Mafatih, juz 3, hal 924, Badruddin az-Zarkasyi dalam Tasynif al-Masami’, juz 4, hal 648
Imam asy-Syafi’i mengkafirkan seseorang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy.
📚Ibn ar-Rif’ah dalam Kifayah an-Nabih fi Syarh at-Tanbih, juz 4, hal 24, Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi dalam Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Mu’tadi, hal 551