Dia di-penggal, kepala dan badan-nya dibuang terpisah, namun di perjalanan, mobil yang membawa kepala-nya melaporkan bahwa kepala yang dibawa telah hilang!
"Kepala itu menjemput kembali badan-nya yang terpisah" - Pak Mantri
Setelah mendapat izin dari Pak Mantri (Narasumber), kisah Palasik #2 ini ialah pelengkap (pre-quel) dari bagian penting nan sensitif yang belum diceritakan di bagian #1 .
Ada urgensi mengapa kisah ini menarik untuk diangkat dan saya berupaya membujuk pak mantri agar diizinkan
untuk kalian yang belum membaca bagian #1 , silahkan baca dulu melalui link di bawah, karena saya tidak akan menceritakan ulang apa yang sudah diceritakan di bagian #1.
Ilustrasi di atas (judul) digambar berdasarkan kejadian yang sebenarnya, semoga bisa menjadi warna baru di thread saya dan membuat kalian yang membaca lebih ikut terbawa ke dalam cerita.
Setelah Magrib akan saya mulai thread-nya, mari malam minggu-an bersama :)
Beralaskan lantai lembab, duduk seorang mantri muda dalam perenungannya mencoba menemukan jawaban atas perasaan resah tak menentu yang hadir tanpa sebab.
Dia merasakan kehadiran energi kuat yang entah darimana asalnya dirasa seraya menebar ancaman.
Di tempat berbeda, sebuah desa sdg gaduh akibat kematian seorang ibu dan bayi yg lenyap dalam kandungan sebelum sempat menghirup udara bumi.
Mayit sang ibu telentang bersimbah darah dgn mata terbuka dan mulut menganga menandakan ia meregang nyawa dgn proses yg amat menyakitkan.
"ini perbuatan iblis dengan energi yg sangat kuat hingga mampu mencelakakan manusia seperti ini" ucap salah satu pemuka agama sembari menutup kedua mata sang ibu.
"kita butuh bantuan"
"TOK-TOK-TOK!"
Suara ketukan keras memecah lamunan Pak Mantri. Sigap, Pak Mantri membuka-kan Pintu, di hadapannya berdiri dua orang pemuda yg mengaku diutus dari desa sebrang untuk meminta bantuan pak mantri akibat serangan ghaib yg melanda desa mereka hingga memakan korban
Diberkahi ilmu turun-temurun membuat beliau ditahbiskan sebagai seorang mantri (tokoh spiritual) diusia muda, hingga dia harus mengemban tanggung jawab yang cukup berat. Namun trah keilmuan dari garis turunan-nya sudah tersohor dan tak diragukan lagi hingga lintas desa.
Tanpa banyak bertanya, Pak Mantri tak ragu menembus gemericik hujan diboncengi sepeda motor menuju desa yg dimaksud. Sesampainya disana dia disambut dengan sekolompok orang panik menyerangnya dengan seribu penjelasan terkait kejadian.
"Sabar" tenang Pak Mantri,
Dia menemui mayit sang ibu, kedua matanya menerawang jauh mencoba mencari jawaban dari ilmu kebatinan-nya.
Pak Mantri menghela napas berat-- dia menemukan sumber keresahan yang dirasakannya beberapa jam lalu.
"Ini bukan murni serangan ghaib, tapi ini ulah manusia berilmu hitam tinggi yang bersekutu dengan iblis" ucap Pak Mantri membuat semua mata terbelalak.
"Jika sudah memakan satu korban, maka dia akan terus memakan korban lainnya" tutup pak mantri mengundang rasa takut satu desa
Semua orang di desa terfokus pada satu peristiwa tersebut hingga mereka melupakan bahwa masih ada satu ibu hamil lainnya yang sedang melawan rasa sakit menjelang bersalin, sebut saja Ibu Muti,-
Di dalam kamar bilik bambu, ibu muti seorg diri menahan rasa sakit menunggu paraji yg hendak membantunya bersalin.
Suasana kamar kuning remang, sekuat tenaga dia bertahan demi keselamatan permata hati dalam kandungannya.
Suara guntur menjadi satu-satunya suara pemecah hening.
"TOKK-TOKK-TOKK!" suara ketukan pintu terdengar berjeda. Bu Muti merasa sedikit lega mengira Paraji yg dinanti telah datang.
Sekian menit menunggu, dia tak mendengar suara langkah kaki mendekat.
"Bu, Masuk bu, saya sudah gak kuat" teriak bu Muti merintih
Tak lama, dia melihat bayang hitam berdiri dibalik tirai penutup kamarnya yg terpantul bias kuning lampu remang.
Bu Muti tidak memperhatikan jelas bahwasannya hanya bayangan kepala dan sekelibat garis hitam menggantung dibalik bias cahaya tirai itu.
"Bu, cepat bu, masuk, saya sudah gak ku-at" Rintih Bu Muti mengerang sakit.
Bayangan itu masih tak bergeming berdiri dibalik tirai, Kedua Mata Bu Muti yang semula memperhatikan tirai teralih ke langit-langit kamar karena rasa sakitnya yang semakin tak tertahankan
Tenaga Ibu Muti telah habis terkuras, rasa sakitnya mulai mengambil alih setengah sadarnya.
Tirai itu terhempas, Bu Muti menyadari ada seseorang yang datang menghampirinya namun kepalanya sudah tidak sanggup lagi menoleh.
Napas bu muti terengah-engah, kedua tangannya meremas kain yang mengalasi tubuhnya, matanya masih menatap lurus ke langit-langit kamar.
"Bu, ga- kuattt" rintih bu Muti sekali lagi menyadari sosok itu sudah berada di dekatnya
Bu Muti mendengar suara wanita bersenandung mengalunkan nada tembang yg tidak dia kenali dengan lirik,
"A-nak ba-yi la-hir.
a-nak ba-yi ma-ti"
Dia tersentak mendengar bait terakhir,
sontak kepala Ibu Muti menoleh ke arah sosok yang sudah berada tepat di antara kedua kaki yang sudah terkangkang.
Hanya sejumput ramput menutupi kepala merunduk yang dia lihat.
"I-bu" bu muti memanggil sosok yang dikiranya ialah Paraji
Kepala itu mendongak tegap, kini bu muti dapat melihat kedua lingkar hitam mata sosok itu dengan rambut kusut seperti ijuk .
Dari sudut penglihatan Bu Muti, kepala itu perlahan merangkak naik, kedua matanya terbelalak begitu melihat bentuk utuh makhluk tersebut
Berwujud kepala buntung terbang dengan organ dalam basah menggelantung.
Kepala makhluk itu menenggleng ke kiri dan ke kanan secara perlahan, di sekitar mulutnya dipenuhi darah dan makhluk itu meneteskan air liur.
"A-nak Lahir, A-nak Ma-ti" ucap makhluk itu kemudian menyeringai
“AAAAAAAK!!”
Sontak Ibu Muti berteriak keras bersama dengan darah yang mengalir deras mengucur dari kemaluannya.
Makhluk itu menyergap kemaluan Bu Muti dengan cepat layaknya binatang Buas. Bu Muti merasakan sakit seperti dicabik-cabik, Dia sempat melihat makhluk itu menjilati darah dan seperti memakan ari-ari milik janinnya,
Bisa dibayangkan kamu ada di posisi Ibu Muti?
kemudian –
Ibu Muti tak sadarkan diri.
Tak lama berselang, suara derap langkah terdengar. Pak Mantri dan rombongan desa lagi-lagi tiba terlambat.
Beberapa warga merasa mual begitu melihat Bu Muti terkapar tidak sadarkan diri dengan bersimbah darah yang tak lain bersumber dari kemaluannya, serta ditemukan mayit janin bayi yang ukurannya sangat kecil seukuran cangkir gelas diantara kedua kakinya.
“Tolong siapkan kuburan untuk bayi, dan yang wanita tolong bantu bersihkan tubuh ibu ini” minta pak Mantri.
Pak mantri juga meminta kepada pengurus Desa menyiapkan lapang untuk tempat ritual,
“Kain bekas darah ibu ini juga tolong bawa ke tempat ritual” Tutup Pak Mantri.
Bisa dipastikan bahwa setelah tersadar, Ibu Muti menangis histeris mengetahui bahwa sang bayi telah tiada.
Pak mantri meminta seluruh warga perempuan untuk kembali ke rumahnya masing-masing, mengunci pintu rapat, dan jangan pernah membuka-kan pintu apabila ada yang mengetuk sebelum waktu subuh.
Sementara para warga pria diminta mengikuti ritual yang akan dilakukan pak mantri secara dadakan malam ini guna menangkap sang makhluk bengis tersebut. Ritual harus dilakukan secara segera sebelum waktu subuh tiba.
Deretan sesaji, dupa, kain darah, dan perlengkapan ritual lainnya sudah tersusun di sebuah lapang desa yang letaknya dekat dengan perkebunan rimbun. Pak Mantri duduk tepat digaris lurus sesaji dan para warga lainnya membuat lingkaran mengeliling.
Dibawah sinar bulan, Pak Mantri duduk sila terpejam, dia merapal mantera memulai ritual. Seluruh warga hening menyaksikan sembari tak henti mengucap ayat-ayat doa sesuai keyakinan masing-masing. Ada tiga telur yang disusun membentu segitiga, satu telur diantaranya pecah.
Sontak Pak Mantri membuka mata, Kedua bola matanya mengitari menelisik ke sekitar, kemudian berhenti pada satu sosok kakek tua yang menampilkan raut wajah kecemasan.
Satu telunjuk pak mantri mengarah ke sosok kakek tersebut dan memintanya mendekat.
Kakek itu tercengang, seluruh mata menatap ke arahnya. Tak ada pilihan, kakek itu pun berjalan perlahan menghampiri Pak Mantri yang berada ditengah lingkaran warga.
Pak Mantri tersenyum begitu posisi kakek itu sudah berada di dekatnya. Dia memajukan kepalanya ke telinga kakek tua kemudian berbisik
“Panggil Anakmu sekarang.” Bisik pak Mantri membuat raut wajah kakek tua itu merajut panik.
Pak Mantri sengaja berbicara berbisik kepada sang kakek, karena dia tidak mau emosi para warga menghakimi pria tua di hadapannya. Karena setiap peristiwa selalu ada sebab yang tak melulu diakibatkan oleh diri sendiri--
--Kala itu, Pak Mantri tidak berniat menghakimi siapa pun, dia hanya ingin menghentikan makhluk ini dan mengembalikan semua pada hakikat yang seharusnya.
Betapa tercengangnya kakek tua itu hingga dia tak bergeming dan hanya mematung bingung di hadapan Pak Mantri.
“Jangan Takut, panggil anakmu sekarang” ucap Pak Mantri sekali lagi.
Kakek tua tersebut masih tak berkutik, sontak Pak Mantri dengan kasar menarik tangan sang kakek lalu disayatnya ibu jari sang kakek dengan sebilah pisau, kemudian pak mantri mengunci tubuh kakek tua dengan posisi terlutut menghadap sesaji.
Mengalir darah segar dari sayatan kecil di ibu jari kakek, darah itu di teteskan pak mantri ke wadah berisikan air di sesaji ritual.
Seluruh warga dibuat bingung dgn tindakan yg dilakukan pak mantri, salah satu pemuka desa bergerak maju menghampiri Pak Mantri, namun langkahnya terhenti begitu Pak Mantri mengucap lantang;
“Kembali ke tempat bapak, jika bapak ingin desa ini terbebas dari makhluk iblis itu!”
“Tenang, saya tidak akan menyakiti siapa pun” tegas pak mantri, tanpa memberikan penjelasan lebih.
Kakek itu itu merintih dan menangis , tentu bukan karena luka sayatan di ibu jarinya yang membuatnya menangis, melainkan dia berada pada titik pasrah atas apa yang akan terjadi berikutnya.
Benar saja, angin berhembus kencang datang dari satu arah. Deretan sesaji berantakan terhempas angin. Terdengar suara bayi menangis entah dari mana asalnya.
Semua pasang telinga menelisik mencari sumber suara. Lambat laun suara tangis bayi itu berubah menjadi suara Wanita bersenandung;
“A-nak La-hir
A-nak Ma-ti”
Bait itu mengulang beberapa kali hingga dari kejauhan muncul sosok kepala Wanita terbang dengan organ dalam bergelantung membuat para warga lari berhamburan kabur ke berbagai arah menjauh dari sosok makhluk mengerikan tersebut.
Hanya tersisa Pak Mantri, kakek tua, pemuka-pemuka desa, dan beberapa warga yang masih bertahan melawan rasa takutnya.
“Nuri, jangan nak” Kakek itu tua sontak menangis tersedu seraya memohon.
Makhluk itu seperti menantang, biasanya palasik selalu menghindari dirinya tertangkap mata telanjang, namun tidak untuk makhluk yg berada di hadapan Pak Mantri, Mata batin-nya merasa bahwa makhluk ini memiliki ilmu dan energi yg sangat tinggi, berbeda dengan palasik pada umumnya.
“LE-PAS-KAN DI-A” Suara bisikan terbata namun terdengar keras.
Satu kalimat yang diucapkan entah mengapa langsung menarik Pak Mantri ke ingatan bahwa istri-nya dirumah juga sedang hamil tua.
Pak mantri merasa ancaman makhluk itu kini mengurucut pada keluarganya
Setelah itu selanjutnya, Makhluk bengis itu menyeringai tajam kemudian menghilang diantara gelapnya malam dan rimbunnya pepohonan.
Mata Pak Mantri berkaca-kaca, emosionalnya mulai tak stabil ,
“Saya harus pulang”
Ucap Pak mantri kemudian bergegas pergi tanpa penjelasan selanjutnya.
Yang terjadi berikutnya, sang kakek tua-- yang ditangkap sebagai ayah dari makhluk palasik (belum diyakini kebenarannya: ayah kandung atau bukan) dihakimi warga hingga meninggal dunia, hal tersebut disinyalir membuat Makhluk bengis tersebut semakin brutal dan menyimpan dendam.
Bagian selanjutnya ialah bagian yang paling sensitif bagi narasumber (Pak Mantri), saya masih harus merangkainya sebaik mungkin menjadi satu cerita utuh tanpa menyinggung begian paling personal dari narasumber.
Juga, setelah saya susun hasil riset saya akan terlalu Panjang bila seluruhnya saya ceritakan di medium thread burung biru ini.
Kisah ini masih akan dilanjutkan, karena bagian paling inti dan mengerikan bagi saya pribadi belum memili ruang untuk dimuat. Dalam waktu dekat, saya akan pertimbangkan ke medium yang lebih leluasa dan mudah diakses teman-teman semua.
Tunggu kelanjutannya ya!
Rangkuman cerita selanjutnya hingga Nuri terpenggal dapat kalian baca di Bagian #1 melalui link berikut:
Seperti biasa, kalimat penutup dari saya yang dikutip dari cerita ini ialah;
“Dalam Hukum sebab-akibat, terkadang tidak semua musibah terjadi oleh karena sebab diri sendiri. Menemukan kebenaran, tidak semudah menjadikan jari telunjuk sebagai hakim.”
Yuk dukung dan baca karya-karya saya lainnya di Karya Karsa melalui link berikut : karyakarsa.com/jeropoint
Dapatkan Akses penuh untuk membaca semua cerita, behind the scane penulisan, serta ilustrasi gambar penampakan eksklusif hanya di laman KaryaKarsa!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Di rawa besar yang menjadi hilir dari tempat ditemukannya mayat-mayat hanyut yg hilang.
Seorang pengemudi perahu (nelayan) mengatakan bahwa ia ketemu seorang bapak yg mau pesugihan menumbalkan anaknya sendiri.
"Bapak itu minta di antar ketemu kuncen desa."
Waktu itu gak sengaja singgah ke sebuah rawa besar yang tersohor di Jawa Tengah. Sejatinya tempat itu sangat indah, saya memutuskan naik perahu mengelilingi rawa yang lebih pantas disebut danau.
Saya gak sebut nama rawanya yah, karena kalian orang sekitar pasti tau betul sama rawa ini.
Sudah bisa tebak dimana? ..
Pas di dermaga sebelum naik perahu, ngobrol sama pemancing, dia bilang--
“Mereka me-ruqyahku, tapi aku tidak melihat mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam diriku, tapi justru malah memasukan ‘jin’ lain ke dalam tubuhku.”
Utas singkat dari balik ‘Pondok’
- A Thread-
#CeritaSerem
Mungkin judul utas di atas menyisakan pertanyaan “Loh, kok bisa? Bukannya ruqyah membersihkan diri? kenapa jadi sebaliknya?” ...
Betul, sejatinya Ruqyah ialah salah satu bentuk ruwatan diri yang memiliki segudang manfaat--
Namun sayangnya, banyak ‘oknum’ yang memanfaatkan label ruqyah tersebut untuk kepentingan pribadi. Kisah singkat ini menjadi satu dari sekian banyak contoh kasusnya.
Silahkan tandai, RT, tinggalkan jejak atau markah judul thread teratas agar tidak terlewat update-nya.
“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.”
KERETA MALAM
-PEMBERANGKATAN TERAKHIR-
A THREAD
#CeritaSerem
Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'.
Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update.
Maleman kita mulai.
Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--
Satu dari ke-lima pendaki ini seketika kejang-kejang. Saat mereka berupaya turun, mereka malah terjebak masuk ke pasar yg sebelumnya tak pernah mereka lihat.
"KAMI DITERIAKI SURUH PULANG.”
A Thread
#ceritaserem
Tinggalkan jejak atau tandai judul utas di atas agar tidak hilang.
Kalian yang suka mendaki ada pengalaman ganjil selama nanjak?
Sambil nunggu cerita ini up, boleh cerita di reply ya.
Maleman kita mulai …
-- Mari Kita Mulai--
2012,
Waktu itu, aku baru lulus SMA. Lagi masa tenang setelah UN. Salah satu juniorku minta diantar untuk 'nanjak' ke gunung salak.
Rombongan mereka tak banyak, hanya 4 orang : 2 perempuan, 2 laki-laki.
Dalang ditemukan tewas saat mencoba memp*rkosa sindennya.
“SINDEN BUKANLAH PELACUR YANG BISA KALIAN ‘PAKAI’ SEENAKNYA!”, ucap Rinjani sebelum pingsan di samping jasad si dalang yang kepalanya sudah melintir dengan tusuk konde yang menancap di telinga.
#SindenGaib #KisahNyata
Di pedalaman Trenggalek, ada sebuah urban legend tentang sosok arwah sinden yg gemar mendatangi dan merasuki sinden-sinden cantik dgn suara yg indah.
Namun, dalam satu pagelaran, akan ada korban yg hilang.
Mengapa?
Sila tandai, Like atau tinggalkan jejak, nnti malam kita mulai
Cerita tentang sinden ini bukanlah rahasia umum lagi, terutama di dunia kesenian tradisional
tanah Jawa, yaitu pewayangan. Sinden merupakan kunci utama untuk menampilkan eloknya
iringan lagu dengan nyanyian yang terdengar menyayat meski merdu.
Foto di atas dikirim oleh narasumber yg menemukan gumpalan rambut tertamam di halaman rumahnya.
Silahkan tandai, RT atau like judul utas di atas agar tidak hilang. Nanti malam kita lanjut.
--Mari kita mulai--
Panggil saja aku Yuli, Sudah tiga tahun ini, keluargaku satu per satu meninggal secara tidak wajar. Anggota keluarga kami terdiri dari 5 orang, dan sekarang hanya tersisa 2 (Aku dan Ibu).