Nyata Profile picture
Nov 19, 2021 272 tweets >60 min read Read on X
"Begu Ganjang"
Mejuah juah Man banta Kerina

Urban legend dan Kejadian Nyata.

@IDN_Horor
@Penikmathorror @HorrorTweetID @ayuwidypramono @bacahorror @BacahorrorCom

#penikmathoror
#bacahorror
#horor
#nyata
Photo by @Google

Dilarang Comot tanpa Izin.
Jgn lupa RT dan Likes. Image
Tok.. Tok… Tok..

“Woiiii Begindu !!! (Oiii Kau dengar)” Teriak seseorang dari luar rumah yg mengangu tidur nyenyak pak Bukit di malam tersebut.

Pak bukit beranjak, berjalan kearah yg sedari tadi berteriak serta mengedor rumahnya,

“Ise? (siapa)” Ucap dirinya.
“Aku, Buka lebe (aku, buka dulu), jawab sosok misterius yg ada di depan rumah tersebut.

“Josep” ucap pak bukit spontan, mengenali suara tersebut, sembari mempercepat langkahnya guna membuka pintu.
Ada kebingungan dalam hati pak bukit kenapa Josep datang larut malam kala itu, apakah ada hal penting yg harus disampaikan, sampai dia mengedor pintu rumah di jam 1 dini hari, pikirnya didalam benak.
Pintu itu di buka oleh nya, tidak ada seorangpun yg ada didepan sana.

“Sep. Josep, I ja engko (Sep, Josep dimana kau)” teriak Pak Bukit mencari adiknya.

Pak bukit sempat melangkah lebih jauh, menilik ke sekitar guna mencari keberadaan Josep saat itu.
Ada rasa bingung dalam hatinya, apakah dia sedang berhalusinasi, tapi suara dan ketukan itu sangat jelas mengiang di telinga pak bukit malam itu
Lama dia menilik, dan tidak ada seorang pun yg dirasanya ada disana, pak Bukit mencoba melupakan kejadian tersebut dan masuk kembali ke dalam rumah.

Dan baru saja pintu itu di kunci oleh dirinya.
“Tok.. Tok.. Tok.. “ pintu itu kembali terketuk dengan nada suara  yg diyakini oleh dirinya merupakan suara adiknya Josep.
“Begindu (Kau dengar)” begitulah suara itu kembali memangil pak bukit dari luar rumah.

Dan sekali lagi pak bukit membukakan pintu itu dengan bulu kuduk yg sudah merinding, dia mulai merasa takut kala itu.
Matanya langsung melotot, mulutnya seakan kaku, setelah membuka kembali pintu tersebut.

“Be.. be.. begu ganjang ( Hantu Panjang)” teriak pak bukit menatap sosok demid yg ada di hadapnya.
Tubuh Pak bukit langsung terkaku, nafasnya  mulai terengah mencoba menghirup udara yg tidak lagi dapat masuk kedalam hidung, sosok demid tersebut, mencekik dirinya dengan sangat kuat, dan 1 tangan lainnya yg memiliki kuku Panjang >>
>>dan tajam berkali kali ditancapkan setan itu menembus perut pak bukit hingga menyentuh usus.

Pak bukit tewas mengenaskan di hening nya malam.
Keesokan hari, kuta (kampung) marga silima (bukan nama sebenarnya), terhebohkan dengan kematian Pak bukit.

Melihat Jenajah dirinya membuat mata Warga terbelalak hebat, ngeri akan luka memar membiru dibagian leher dan perut.
"isenge si ngrim begu ganjang e? (siapa yg mengirim setan panjang ini?)" ujar salah 1 warga yg turut hadir disana saat itu.
Bagi warga kampung Marga Silima melihat hal tersebut seakan kembali mengingatkan akan peristiwa berpuluh tahun lalu, dimana perbegu ganjang (orang yg memelihara setan panjang), membuat keadaan kampung tersebut hidup dalam ketakutan di setiap hari nya.
Awal nya banyak warga memelihara begu ganjang untuk melindungi hasil panen mereka, karna pada saat itu rawan aksi pencurian hasil tani.
Begu ganjang sendiri merupakan sosok paling populer di sumatra utara, setan yg konon katanya beprawakan seperti manusia, namun bila kita bertemu dan menatap dirinya, dia akan terus bertambah panjang dan akan membunuh korbannya dengan cara mencekik hingga kehabisan udara.
namun peruntuan begu ganjang yg awalnya hanya sebatas sebagai ingon penjaga, lambat laun berubah jauh lebih mengerikan.

Setan tersebut lebih banyak disalah gunakan untuk mengirim santet, atau bisa juga sebagai pemujaan, demid yg mampu memberikan kekayaan (pesugihan).
Begitulah dongeng yg kerap ku dengar dari alm Nini (Nini = nenek) semasa kecil dulu.

Sama seperti kematian Pak Bukit, cerita itu seperti tidak mengenal akhir, sudah 4 generasi terlampaui namun Bibik (= bude) dari Nini (=Mbah uti/nenek) masih di cap sebagi perbegu ganjang >>
>> Hingga saat ini.

Sebut saja Nini buyut ku itu bernama Nini Parbun, umur nya sudah 94 tahun kala aku kecil dulu (2002), beliau berprawakan kurus dan bongkok, dia hidup sebatang kara, kalau dari cerita yg aku dengar >>>
beliau sempat menikah namun tidak mempunyai anak. sementara untuk saudara kandungnya sendiri hanya ada 1 orang, yaitu adek lelaki bernama Natal, yg tak lain adalah ayah dari Mbah uti.
Sementara Mbah uti memiliki 2 saudara kandung lain, dimana salah 1 nya merupakan orang yg menjaga Nini parbun, aku sendiri jarang ketemu dengan beliau, namun setiap kali beliau datang menemui kami.
Selalu saja hal buruk pasti akan menerpa, entah itu ayah berantam dengan ibu, ada yg sakit, atau kecelakaan lainnya.

Entahlah, mungkin hanya satu kebetulan, begitu lah pukur ku engan tuk menyangkut pautkan semuanya dengan mistis.
Tetapi pandangan positive itu sepertinya salah, terlebih pada saat adik dari mbah uti berpulang, dan nini parbun tinggal bersama kami.

Disini lah aku baru menyadari bahwa buyut ku ini benar seorang perbegu ganjang, yg memiliki aura sangat hitam.
Dan apa yg dikatakan orang akan sosok dirinya yg tak ubahnya dukun santet memang benar adanya. tidak hanya sampai disitu mungkin pula apa yg dituduhkan warga pada masa mudanya merupakan suatu kebenaran>>>
>>Bawasannya beliau lah yg mengirim Begu ganjang untuk mencelakai Pak Bukit, yg tak lain adalah suaminya sendiri

"Begu Ganjang"

"mejuah juah man banta semua (sehat sehat untuk kita semua)" Begitulah ucap nya selalu kepada siapa pun yg dia temui.
"Ngundari reh kami antarken man ban ndu, ngelah la mesui ukur ndu nandangi kami kempu kempu ndu enda nde. Persikap kerina ula nari ribut ita i jena>>
>> ( kami kesini mau ngantari makan buat mbah, biar tidak sakit lagi pikiran di diri mbah, terhadap kelakuan cucu cucu mbah, kita buat baik lagi semua biar ga ada lg yg ribut)" begitu lah Nini (nenek/mbah) berkata kepada Nini Parbun pasca sakit berkepanjangan yg melanda ibu
Sekilas pandang (catatan di luar cerita ini)

Kalau di terjemahkan secara umum, perkataan diatas memiliki arti
"kami datang kesini, mhon maaf atas kelakuan cucu nya, dan agar si Nini buyut maafin"
Namun kecendrungan masyarakay Karo di dalam kehidupan jarang berkata langsung (to the point) dan lebih kearah yg sedikit berbelit.
Misal kita mohon maaf, trs kita mengunjungi org yg telah kita lukai, kita bawa makanan dan berbicara baik, tp maksud dan tujuan nya iyalah memohon maaf tanpa mengucapkan kata maaf.
nini = nenek
nini buyut = ibu dari nenek
Mama = paman garis keturunan ibu
Nande = ibu
Bapa = bapak
Pak tua = pak de
Pak uda = pak le (adek laki laki bapak paling bungsu)
Pak tengah = misal saudara laki laki bapak ada yg urutan di tengah tidak paling muda.
Mami/bibik = Tante.
Bolang = kakek
Man = makan
ndu, kam = kamu.
ban = untuk.

Sedikit penjelasan arti dan sebutan, mari kembali lagi ke cerita.

************
Selang acara sungkem ke tempat nini parbun, keadaan ibu yg semula sakit, berangsur membaik, dan tdk ada lagi ganguan goib yg terjadi.

Dan di tahun 2011, dgn usia yg sudah lebih dari 1 abad, Nini Parbun akhirnya berpulang, menghembuskan napas terakhirnya.
"Tamat"
Tamat perjalanan hidup nya di dunia maya ini, dan disini lah akhirnya cerita tentang beliau mulai terkuak.

dimana acara prosesi yg seharusnya bernuansa kesedihan, malah menjadi ajang pembongkaran aib masa lalu.
Semua org khusyuk membicarakan tubuh yg sudah terkaku di dalam peti mati tersebut.

Nini Parbun dulu merupakan.......
Mei 1925, Parbun Zenajorena atau yg kami kenal dengan sebutan Nini Parbun merupakan gadis remaja yg tinggal di Kampung Marga Silima, saat itu usia nya baru menginjak 17 tahun dan menjadi kembang desa yg menjadi incaran para pemuda di masanya.
Konon sangkin cantiknya wajah Gadis yg biasa di panggil Zena tersebut, banyak pria beradu jotos demi menarik simpati si kembang desa, sayangnya, hingga usianya menginjak angka 17, umur yg pada saat itu sudah layak nikah bagi kaum wanita, >>
>>>belum ada seorang priapun yg berani mempersunting dirinya secara langsung, statusnya sebagai anak dari kepala adat dengan strata kaum berada pastinya menciutkan nyali pemuda untuk mempersunting dirinya.
Tetapi bukan hal tersebut yg menjadi pertimbangan, karna pada saat itu banyak keluarga disana yg memiliki kekayaan, dan bisa dikatakan sebanding bahkan jauh melebihi keluarga tersebut.
Justru keberadaan Nande Rada (Ibu dari Zena) yg membuat pria disana engan untuk meminang wanita tersebut, bukan suatu rahasia umum beliau dikenal sebagai Perbegu Ganjeng (Dukun Santet), yg pastinya membuat siapapun bergedik dan engan untuk bermain main dengan keluarga tersebut.
3 tahun berlalu, baru lah seorang pria muda muncul memberanikan diri mengunjungi keluarga Zena, pria tersebut tak lain adalah Bukit Sitepu, seorang pria baik yg mungkin salah dalam memilih pasangan.
Mengingat zena sudah menginjak 20 tahun, usia yg pada saat itu sudah dikatakan telat untuk seorang wanita menikah, tidak susah bagi Bukit untuk meraih simpati keluarga tersebut.
Dan acara blau selambar (mengantarkan sirih selembar), semakin memantapkan dirinya untuk mempersunting zena dan melangkah ke acara Mbaba Kampil (pernikahan).
Pesta adat yg sangat mewah selama 3 hari menjadi penanda resminya hubungan antara Zena dan Bukit, ke 2 nya dianggap pasangan serasi, karna memang berasal dari strata keluarga terpandang dan berada di desa marga silima.
Hanya saja, masih ada yg mencibir pernikah tersebut, terutama keluarga dari pihak mempelai pria yg sempat mengingatkan bukit untuk memikirkan kembali rencananya menikahi Wanita tersebut, dan lagi lagi Nande Rada (Ibu dari Zena) yg menjadi penyebabnya.
“Perbegu ganjang keluarga na (bersekutu dengan setan keluarga itu)” begitulah pesan yg acap kali didengarkan bukit dari beberapa saudaranya”.
Singkat cerita selang dari prosesi tersebut, ke 2 mendiami rumah baru yg sudah dipersiapkan orang tua Bukit sebelum pernikahan tersebut, saat itu zena berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan >>
>>sesekali membantu suaminya bekerja di ladang kepunyaan mereka, karna pada saat itu mata pencarian warga disana merupakan petani buah dan sayuran.
Disinilah keretakan hubungan ke 2 insan itu terjadi, dimana pada saat ladang 1 hektar berisikan buah jeruk yang siap dipanen milik mereka, raib digondol maling, Zena dan Bukit terpaksa mengigit jari, melihat setengah hasil ladang dipanen oleh orang tidak bertanggung jawab.
Dan pastinya kabar itu sampai pula di telinga Nande Rada, beliau berang akan peristiwa yg menimpa anaknya, perkara itu juga beliau memasang pagar goib berisikan pasukan begu Ganjang, sekalipun maksud dan tujuan beliau baik, tapi >>>.
>>>hal tersebut membuat Bukit kecewa, apalagi mengingat bukit memiliki pondasi agama dari keluarga yg taat, namun apa daya didepan ibu mertuanya, Bukit hanya bisa mengiyakan kelakuan musrik tersebut
Tidak perlu waktu lama, hanya selang sebulan dari pemasangan pagar goib itu, rumah dari Bukit mendapat kunjungan dari pasangan paruh baya yg memohon maaf atas kelakuan anaknya yg telah mencuri hasil panen di ladang Bukit.
“Mohon kali nak ku, ampuni kel anak ku, janji ku galari kerina” (Tolong nak, ampuni kesalahan putra ku, kami janji akan membayar segala kerugian).
Begitulah perkataan yg disampaikan orang tua tersebut kepada bukit, jelas bukit merasa aneh karna tidak pernah merasa berbuat jahat kepada orang lain, bukit bingung harus menjawab apa?, terlebih dari penjelasan ke 2 orang tua tersebut, yg mengatakan bawasaannya saat ini anak dari
mereka sedang sakit parah dan 2 hari yg lalu anaknya mengakui perbuatan tersebut kepada mereka, serta meminta ke 2 orang tuanya menyambangi rumah bukit guna memohon maaf.
Bukit hanya bisa terdiam, terlebih ucapan dari Wanita tua tersebut yg membuat dia bergedik.

“Mati aku kayaknya besok Mak, moga bisa dimaafkan bukit aku” ucap beliau menirukan perkataan anaknya dengan penuh air mata.
panjang kali lebar perbincangan itu berlangsung, Bukit sudah berulang kali mengatakan sudah memaafkan, hanya saja tuntutan dari ke 2 org tersebut untuk membebaskan anak mereka membuat tekanan besar pada diri bukit.
Dirinya paham bahwa apa yg merudung putra mereka merupakan ulah dari begu ganjang yg bulan lalu diperintah oleh mertuanya, tapi tidak mungkin dirinya menceritakan kejadian tersebut kepada mereka,
bukit terpaksa berpura pura tidak mengetahui apa yg terjadi kepada putra mereka, dan menyangkal tuduhkan itu.
"sitik pei la ku teh nde, la ku ngerti kai si terjadi ras anak ndu" (sedikit pun aku ga paham buk, aku benar ga tau apa yg terjadi pada anak mu)" ucap bukit kepada wanita tua yg sedari tadi meraung memohon di kaki nya.
Hingga akhir nya ke 2 org tersebut pulang, dengan perasaan kecewa karna bukit tidak bisa membantu mereka, dan ketakutan bukit begitu cepat terjadi.
Seminggu dari kejadian itu, kabar tdk mengenakan cepat berembus, dan bukit juga mengetahui bawasannya pria tersebut benar tewas selang sehari dari kedatangan ke 2 org tuanya.
Semenjak saat itu juga nama bukit menjadi tenar dalam hal negative, dia dicap sebagai seorang perbegu ganjang, yg pastinya membuat dirinya maupun zena mulai dikucilkan.
Lambat laun prihal tersebut membuat pribadi bukit berubah drastis, sangkin seringnya dia menerima gunjingan dari warga >>>
>>sekitar, bahkan keluarga nya kembali mengungkit kisah lalu agar dirinya tdk menikahi zena semakin membuat Bukit depresi dan sering melampiaskan kekesalannya dengan menyalahkan zena.
Tak jarang pula dirinya mulai ringan tangan, dan mulai menjelekan Nande rada di hadapan Zena.
"Mulih kau ras nandem, engkau perbahan bage kerina, seh kel nyesal aku erjamu ras mu" (Pulang saja kamu ke mamak mu, gara gara kamu semua jadi begini, sumpah aku nyesal nikahi sama mu)
perkataan tersebut acap kali terlontar dari mulut nya kepada zena disaat mereka mulai berdebat.
Zena saat itu masih mencoba menahan hatinya, karna dicerai oleh suami, merupakan aib bagi keluarga di kala itu, namun sekerasnya batu karang di hati seorang wanita, akan luluh lantah bila terus diterpa ombak.
Begitu juga zena, sangkin seringnya dia menerima perlakuan kasar, dirinya seakan mati rasa, dan menyimpan dendam kepada bukit, karna bagi dirinya, seburuk apapun kelakuan ibu tercinta, tidak akan ada anak yg terima mendengar orang tuanya terus terusan dihina.
Keretakan hubungan itu pada akhirnya tidak dapat ditutupi oleh Zena, suatu ketika bukit kembali melontarkan hinaan membabi buta dikarenakan akar permasalahan yg sangat sepele.
“Ga ada becusnya kau jadi istri, pantas kali memang kau jadi anak mamak mu” Bentak bukit yg kesal karna dipagi itu Zena telat mempersiapkan sarapan bagi dirinya.
Bentakan itu bahkan terdengar sampai keluar rumah yg membuat siapapun mendengarkannya pasti akan merasa rishi, tak terkecuali Natal, adik lelaki zena yg pada pagi itu hendak menjemput dirinya bergegas pulang kerumah.
Selama ini keluarga dari Zena sebenarnya sudah mengetahui perlakuan kasar dari Bukit kepadanya, namun mereka tidak mau terlalu mencapuri urusan pribadi rumah tangga anak tertuanya tersebut, apalagi Zena  juga enggan tuk bercerita.
Sama seperti pagi itu, sekali pun Natal merasa dongkol akan perlakuan Iparnya Bukit, dia masih menjaga perasaan dari kakak tercintanya.
“Kak.. kak zena.. Dirumah Kam kak? ( Kak.. Kak Zena .. Dirumah kakak?)” Teriak nya dari luar rumah agar Bukit menghentikan makian yg sedari tadi terdengar dari dalam sana.
Mendengar panggilan tersebut membuat Bukit sedikit kalang kabut, apalagi Zena masih terisak tangis, terduduk disalah 1 bangku yg ada di ruang tamu, Bukit enggan untuk bertemu dengan saudara lelaki istrinya tersebut.
“Ula kataken merawa aku, paham ko, aku erjuma lebe ( jangan bilang aku lagi marah, ngerti kau!! Aku kerja keladang dulu)” Ujar Bukit meninggalkan dirinya dari pintu belakang
Selang dari kepergian suaminya, Zena sempat mengelap air matanya, menenangkan diri sebelum menyuruh adiknya masuk kedalam rumah.

“ Masuk dek” Teriaknya, sembari memaksakan tersenyum untuk menghadapi kehadiran adiknya tersebut.
Sesaat natal masuk ke dalam rumah, dia memandangi wajah kakaknya, ada sedikit bekas membiru di wajah zena.
namun Natal enggan mempertanyakan apa yg terjadi, dia juga enggan untuk menanyakan keberadaan Bukit, karna kedatangan Natan ke sana sejatinya sudah membawa kabar buruk, dan tidak ingin dirinya melihat kakaknya semakin terpuruk.
“Otah kak, Mulih ita, menggo pulang bapa nai (ayok kak, pulang kita kerumah, bapak sudah wafat)” Ucapnya lirih yg membuat zena seketika terduduk, menangis histeris memangil ayahnya.
Saat itu juga mereka segera berangkat pulang kerumah, sepanjang perjalanan Zena tidak berhenti menangis dan setibanya disana, tangisan itu semakin keras terdengar.
“Pak, Ula kam tadingken aku, ija nari ingan ku ertedu, baba aku pak ( Pak jangan tinggalkan aku, dimana lagi nanti aku mengadu, bawa aku pak)” ucap Zena sembari memeluk tubuh pria tua yg sudah kaku tersebut.
Natal coba menenangkan dirinya, namun natal pun tak sanggup melawan kesedihan serta larut dalam tangis, dia bersujud memohon maaf di mayat ayah.
Isak tangis ke 2 nya membuat warga disana sedikit mengiba, sekalipun masih banyak hal hal ganjil yg membuat mereka sebenarnya enggan untuk membantu prosesi pemakaman.
Seperti yg dituliskan diawal cerita, Nande Rada yg memang dicap seorang dukun santet, selain itu kematian Ayah mereka tergolong cepat tanpa ada sakit yg menyertai, belum lagi ditubuh mayat tersebut banyak >>
>> memar menghitam, terutama dibagian leher, yg sekaan menandakan beliau wafat dicekik seaeorang, mata mayat tersebut pun tidak dapat dipejamkan, terus melotot dan membuat semua warga yg hadir melayat bergedik ketika melihatnya.
Kembali rumor miring beredar, banyak warga yg mengatakan beliau terkena Begu ganjang, mungkin kiriman dari orang yg sakit hati dengan Nande Rada,>>
>>, tapi rumor yg lebih menyakitkan iyalah dia dijadikan tumbal oleh Istrinya sendiri (Nande Rada), hal itu diperkuat dengan begitu tegarnya Nande Rada, yg tidak sedikitpun terlihat menangisi Jenazah suaminya.
2 hari berlalu, acara prosesi pemakaman usai, dan meninggalkan bekas mendalam di hati zena, dia sungguh terpukul, kehilangan sosok pria yg selama ini menjadi pangayom, pikirannya hampa tanpa tau harus berbuat apa, >>>
>>>belum lagi sang suami yg diharapkan menjadi tempat bersandar, malah menjadi beban pikiran tersendiri, Bukit engan untuk hadir, atau menjemput dirinya.
Malam di hari ke 2 itu pula, selang kepulangan sanak saudara dan menyisakan mereka ber 3 dirumah tersebut, Nande Rada mulai bertingkah laku ganjil, Zena dan Natal dipanggil oleh dirinya, guna membicarakan satu rahasia besar dari keluarga mereka.
Cahaya dari petromak menjadi sumber penerangan, natal dan zena duduk menghadap nande rada, dan saat itu pula dirinya menangis, seakan melepas segala sedih ditinggal oleh suaminya.

Ke 2 anak nya langsung merangkul beliau, suara isak tangis silih berganti dari mereka.
"mengo nde, ersikap ngekerina (sudah mak, baiknya nanti)" ucap natal bersikap bijaksana, karna pada saat itu dia merupakan satu satunya lelaki yg ada disana dan pula menjadi kewajiban dirinya untuk menganti sosok ayahandanya.
Lama mereka berpelukan, saling menguatkan, baik zena dan natal silih berganti menghibur Nande Rada, hingga disaat hari semakin larut, cahaya dari petromak juga meredup, tangis Nande Rada tetiba berubah menjadi cekikikan melengking, beliau tertawa diantara isak tangis ke 2 anaknya
"Mejuah juah man banta kerina" Ucap nande rada dengan suara yg sangat berat, Natal menarik tangan kakaknya, mencoba menjauh dari ibunya.

Disamar penerangan, zena dan natal sempat melihat wajah nande rada berubah, wajah ibunya terlihat kurus hingga menonjolkan sisi tulang wajah.
begitu juga dengan tubuh beliau, baju yg dikenakan beliau seakan melorot, padahal Nande Rada memiliki perawakan tubuh yg gempal.
"Mereka sudah salah memilih lawan, Siapapun tidak boleh mempermainkan kami. Tiba saat nya waktu pembalasan, kau zena, dengar kan, besok kalau aku ga ada, kamu pemimpin keluarga ini " Ucap Nande Rada kepada ke 2 anaknya.
Zena dan Natal terdiam kaku ketakutan karna selang dari ucapan tersebut, untuk kali pertama mereka melihat langsung sosok yg sering dituduhkan kepada nande rada ada disana, >>.
>>mata mereka tdk dapat mempercayai kala tubuh Nande Rada semakin memanjang, bahkan melebihi tinggi langit langit rumah.

"tuhu nande perbegu ganjang dek (benar ibu melihara setan dek)" ujar zena menyaksikan hal tersebut,.
Erangan mengerikan dari arah depan mereka terdengar, Zena dan Natal histeris berteriak kencang dengan riak wajah pucat pasi melihat sosok begu ganjang tersebut.
Angin juga berhembus kencang di dalam ruangan itu, padahal tidak ada pintu maupun jendela yg terbuka.

“Ertoto kak, ertoto ita (Berdoa kak, doa kita)” ucap Natal kepada Zena.
"Sampetin kel kami Dibata (Tolong kami Tuhan)" spontan kalimat tersebut diucapkan zena.

"Mengo nde (sudah mak)" lanjut dirinya berbicara, sedih melihat apa yg terjadi kepada ibunya.
Perkataan itu sempat membuat begu ganjang yg ada dihadapan mereka berhenti mengerang, Hantu tersebut menatap lirih, tajam ke arah zena dan natal, seakan mengerti permintaan mereka, mata demid tersebut mendadak sayu, seakan ingin menangis.
Lagi zena berucap, berlinang air mata "mengo nde, ula nari, persikap nde (sudah mak, jangan lagi, hentinkan semua)" katanya kembali.
Begu ganjang tersebut, berjalan mendekati zena dan natal yg sudut terpojok disisi ruangan, sampai jarak mereka sekitar 1 meter,dia menatap Zena.
"Ula kou ajari kai sikulakuken (ngak perlu kau menasehati ku)" Ujar demid itu, yg tetiba kembali mengerang, membuka mulutnya yg dipenuhi oleh taring taring tajam.
Zena dan Natal kembali bergedik, histeris, tidak sempat mereka bersiap, begu ganjang tersebut menghempaskan tangganya kearah natal.

Natal terpental, tubuh nya menghajar dinding kayu,

"dek" teriak Zena melihat kejadian itu.
Zena menatap begu ganjang tersebut.

"Bunuh aku mak"ucapnya.

Begu ganjang tersebut mendekatkan wajahnya, zena dapat merasakan nafas erangan dari hantu tersebut.
Plak.... tangan demid tersebut mencekik leher zena.

"me mengo ku kataken, ula ajari mu aku (sudah ku katakan, jangan kamu mengajari diri). pungkas begu ganjang tersebut berbicara tepat di depan wajah zena yg tersedak, menahan sakit karna cekikan tersebut.
Zena tak dapat berkata kata, dia terengah, dengan ke 2 tangannya berusaha melepaskan cengkraman demid tersebut dari lehernya.
"Aku akan sangat puas melihat kalian semua mati secara bersamaan" ujar begu ganjang itu sambil menyerigai, ucapan itu jua seakan bergema didalam ruang tersebut, bahkan natal yg masih memegangi punggungnya tak kalah gemetar mendengar perkataan yg terlontar itu.
"U,.. ud. udah mak, am..ampun" mohon zena terbatah, dari hidung dan matanya darah segar mulai mengalir karna sedari tadi dirinya tidak dapat menghirup udara dengan bebas.
"Hentikan bangsat !!!!" teriak natal dengan urat suara yg menonjol dileher, mata natal tampak berkaca, dia berdiri, berlari berusaha menyelamatkam zena yg hampir mati.

"Kau bukan lagi ibu ku jahanam" ucap nya kembali sembari menghantamkan dirinya ke arah begu ganjang itu berada.
Terjangan hebat yg dilakukan natal tidak dapat mengoyah posisi begu ganjang tersebut, Natal tersungkur dibawah kakinya, dengan mulut yg mengerang, menahan sakit disekujur tubuh.
Dia berusaha untuk kembali bangun, namun tubuh nya sudah diujung batas, samar tangis natal terdengar, memohon ampun, memegangi kaki begu ganjang tersebut, agar mau melepaskan kakaknya zena.
Wajah natal memelas, mengerut dengan linangan air mata.

"Ha...ha..ha...." tawa begu ganjang melengking, seakan puas melihat penyiksaan itu.
Tak lama kemudian, kaki dari begu ganjang itu menginjak kepala natal, seperti akan meremukan dan mengeluarkan seluruh isi yg ada dikepalanya.
Natal meronta, berteriak sejadinya menahan sakit, terlihat wajahnya memerah dipenuhi urat urat berwarna biru menghijau tampak menonjol di kulit wajahnya, rahangnya juga mulai memengkak dengan mata yg berkedut menonjol seakan menungu waktu terlepas dari wajah.
Ke 2 anak nande Rada seperti tinggal menunggu untuk mati, sesaat sebelum mata zena tertutup, mungkin untuk terakhir kali, dia kembali melihat wajah ibu nya ada dihadapannya.
"Menggo nde (sudah mak)" sekali lagi zena berkata demikian, agar sang ibu menghentikan segalanya, dan saat itu zena maupun natal mungkin tewas dengan cara yg sangat mengenaskan, mati perlahan oleh ingon ibunya sendiri.
Di tempat berbeda, 1 keluarga berhasil lepas dari teror begu ganjang yg dikirim oleh Nande Rada, seorang cenayang bernama Corak tampak senang, setelah berhasil mengembalikan ingon tersebut kepada pemilik nya.
"Mungil ko gundari (mampus lah kau hari ini)" gerutunya dengan senyum tipis, penuh dengan kebahagian sudah berhasil membantai keluarga nande rada malam itu.
2 hari lamanya tidak ada seorang pun keluar dari rumah nande Rada, belum lagi tercium bau yg mulai menyengat dari dalam rumah itu, yg membuat beberapa warga berinisiatif masuk, terlebih tidak ada jawaban yg mereka terima kala memangil nama nama si pemilik rumah.
Mata mereka terbelalak, tak kala berhasil mendobrak pintu depan, sajian mengerikan dengan limpangan darah membanjiri lantai rumah, 3 penghuni rumah tersungkur disana, mungkin sudah tewas, pikir warga kala pertama kali menemukan mereka.
Warga berbondong menuju kesana, melihat apa yg terjadi kepada keluarga itu, singkat kisah, natal menjadi satu satunya yg masih bernafas namun dengan keadaan sekarat, sementara Zena tewas, untuk Nande Rada tidak ada pertanyaan>>
>>, karna bau bangkai yg tercium oleh warga berasal dari tubuhnya yg sudah membusuk dengan bagian usus menjuntai penuh belatung keluar dari perutnya.
Natal segera dilarikan untuk mendapatkan pertolongan, sementara Nande rada dan putrinya Zena akan dimakam kan dengan segera, diluar itu semua warga yg ada pada saat itu hadir maupun yg hanya mendengar berita itu memiliki pertanyaan yg sama.
"Siapa orang yg mampu untuk menghabisi sosok yg selama ini ditakuti warga desa marga silima karna kengerian akan ilmu hitamnya"
Hari itu juga prosesi pemakaman diadakan, karna memang banyak yg tdk suka dengan nande rada, acara itu dibuat seadanya, tanpa menunggu seluruh anggota keluarga hadir.

Sesaat kala peti Jenazah zena masuk ke dalam liang lahat, kengerian dan teror yg sebenarnya barulah akan terjadi
Dor..dor... dor...

Terdengar suara ketukan dari dalam peti, warga sempat panik, termasuk pendeta yg memimpin acara pemakaman tersebut.
Peti itu diangkat kembali naik ke atas, mereka membuka tutup peti tersebut dan seketika itu juga Zena bangun,dirinya duduk di dalam peti tersebut >>>
>>>dengan tatapan melotot kearah depan, wajahnya terlihat kurus, seperti hanya kulit yg menempel disekujur tubuh, sangkin mengerikan penampilan zena saat itu, membuat beberapa warga lari pontang panting sembari berteriak

"begu... (Setan)"
Tak ada yg dapat mendetail kejadian kala itu, terlebih lagi zena juga tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya hembusan nafas dari hidung yg membuat warga meyakini dia masih hidup, dan langsung memapah dirinya keluar dari peti mayit tersebut.
Waktu yg bergulir tidak menyembuhkan Zena baik secara tubuh maupun psikis, bahkan dirinya tetap kurus sampai beliau menghembuskan nafas di 2011 silam.
Natal mengambil peran menjadi kepala keluarga, untungnya kekayaan dari ke 2 orang tua mereka setidaknya dapat dijadikan Natal sebagai alat penyambung hidup.
Dirinya menjadi rajin mengarap ladang peninggalan yg memang tergolong luas, di sisi lain, bukit yg notabane nya suami dari zena, sepertinya sudah tidak memperdulikan zena,>>
>> dia sama sekali tdk pernah menjumpai zena, bahkan kabar burung yg di dengar Natal, bukit sedang dekat dengan seorang wanita yg ada di desa Dolosiangkaen.
dan 8 bulan berlalu, zena layaknya jasad hidup, tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dirinya hanya terbaring di ranjang tidur dengan pandangan kosong, hanya adik semata wayangnya Natal yg mengurusi dirinya sendiri, >>
mulai dari membersihkan dirinya, menyuapi makan bahkan menghibur zena dengan mengajak berbicara, Natal masih berharap kakaknya tersebut dapat pulih seperti sedia kala, dia tdk pernah berputus asa, walau 8 bulan berlalu tanpa ada sedikit pun tanda kesembuhan.
Posisi yg pastinya tidak mengenakan bagi Natal, namun bila bukan dirinya, mungkin tiada seorang pun sudi merawat Zena.
Sore itu seperti biasa selesai membersihkan tubuh kakaknya, Natal memapah zena ke teras rumah, di sana biasanya natal menyuapi dirinya di kala senja mulai menyapa.
Natal suka bercerita kisah kisah lucu tentang masa lalu mereka, kisah kala kehangatan masih terasa di rumah mereka. Sama seperti hari itu, sembari tangannya telaten menyuapi sesendok demi sesondok makanan ke dalam mulut zena.
Dirinya bercerita masa dimana zena pernah membela natal habis habisan didepan ke 2 orang tua mereka, kala itu natal hendak dihajar oleh ayahanda, karna dirinya telah menghajar anak tetangga.
Zena tidak tau menau sebab akibat kejadian itu, namun dia yakin apa yg dilakukan natal, tak ubah hanya untuk menjaga harkat martabat ke 2 orang tuanya, mata natan berkaca, dirinya terbawa keadaan, larut dalam kesedihan sampai meneteskan air mata menceritakan hal tersebut.
"Cepat kam sembuh, etah kel aku mesui pusuhndu, ula kam biar, mengo mehuli kerina (cepat sembuh ya kak, walau sakit hati mu, tidak perlu lagi kwatir, semua akan membaik)" ucap nya pada zena.
Khusyuk nya keakrapan hubungan kakak dan adik saat itu terusik dengan suara asing yg berteriak ke arah mereka

"Oiiiii begu ( oi... setan)" ucap suara asing tersebut ke arah Natal dan Zena. Natal menatap ke orang yg berkata kasar tersebut.
Seorang Pria berpakain adat karo, lengkap dengan ulos berwarna merah maron ada di hadap nya.

"ise? (siapa?)" balas Natal dengan suara meninggi, kesal dengan ucapan tersebut.
Mata si tamu mengacuhkan keberadaan Natal, dia fokus menatap zena yg terduduk diam dengan tatapan kosong.

"engko nge, teh nge aku (kau kan!!! aku mengetahuinya)" kata pria tersebut sembari mengarahkan jemari nya menunjuk zena.
"Apa maksudmu?" bentak Natal, dia tdk terima akan perlakuan orang asing tersebut.

"Kamu jangan ikut campur kalau mau masih hidup besok pagi" ketus pria misterius tersebut balik membentak natal yg sudah dalam posisi berdiri.
Pria asing tersebut merogoh kantong pakaiannya diambil nya selembar sirih beserta kampil, yg kemudian dia mengunyah sirih tersebut,
Cuh... dirinya meludah ke arah tangannya, tampak cairan menjijikan berwarna merah, lebih lanjut dirinya sedikit berjongkok, memungut tanah dari halaman rumah Natal.
Natal sudah tampak berang, dirinya ingin menghajar lelaki tersebut, dia mulai melangkah kearah pria asing itu, sebelum satu hal lain membuat dia terkaget.
"La padah dek, aku si ngurusi kalak ena kari (ga perlu dek, aku yg akan mengurusnya)" ucap suara yg sangat di rindukan natal, suara pertama zena kembali mengema selang setahun dirinya membisu.
Zena membalikan wajahnya, menatap tajam kearah ke pria misterius, pria yg bernama corak, seorang cenayang yg berhasil mengirim kembali begu ganjang peliharaan nande rada kepada mereka.

"Mejuah juah Man banta kerina" ucap zena dengan senyum sinis menatap sosok pria itu.
Natal bergedik melihat kejadian itu,
walau dia senang melihat kakanya kembali bisa berbicara, namun dirinya merasa dejavu, seperti paham sesuatu yg buruk akan kembali, dia seakan melihat sang ibu Nande Rada kembali kerumah mereka masuk dalam tubuh kakaknya zena.
Diingatannya terngiang kencang, ucapan terakhir dari ibu mereka sebelum pristiwa na'as itu terjadi.

"zena kau nanti yg menjadi kepala keluarga bila aku tidak ada"
Selang dari ucapan Zena, pria tersebut tertawa.

"sudah ku duga, jangan kau pikir bisa mengalahkan ku, kau pun akan segera ku kirim ke neraka menyusuk ibu mu!!" Ketus ucapan pria itu, dan pergi dari kediaman mereka.
Kehadiran cenayang tersebut kerumah zena disebabkan oleh teror yg sedang melanda keluarga yg hendak dihabisi Nande Rada waktu itu, Nande Rada sejatinya sudah mengetahui ada orang yg ingin menghabisi dirinya >>
>>, hanya saja kiriman santet yg ditujukan kepadanya malah menyangsar sang suami.
Hal terkait yg membuat dirinya berang dan hendak membalaskan dendam, membantai seluruh anggota keluarga tersebut, >>
>>sayangnya cenayang yg bernama corak tersebut menjadi penghalang, dia berhasil menangkal tulah begu ganjang kiriman nande rada, dan menyelamatkan majikannya, secara tdk langsung apa yg terjadi dikeluarga Zena merupakan ulah dari pria tersebut, atas perintah seseorang.
Di lain tempat, Bukit berpamitan pulang, hari itu dia kembali ke rumah, menjenguk ayahnya yg sakit dari sebulan lalu, Ayah bukit secara tetiba mengalami struk kala berladang, begitulah yg disampaikan oleh yosep adik bungsungnya.
Dan semenjak saat itu juga, ibu mereka bertingkah ganjil, dimana si ibu suka histeris malah hampir beberapa kali nyaris membunuh suaminya, dia sering berkata bahwa itu bukan ayah mereka tapi begu ganjang.
Karna itu juga mereka berinisiatif memangil Pak Corak, bukit pun baru mengetahui bahwa kematian keluarga zena ternyata ada sangkut pautnya dengan kekuarga dirinya.
Singkat cerita, karna mereka tdk rela bukit dicap perbegu ganjang, akibat kelakuan nande rada menyantet pelaku pencurian buah jeruk anaknya, ibu dari bukit meminta bantuan cenayang tersebut untuk membunuh Nande Rada.
Bukit kecewa mendengar kebenaran itu, dia bahkan merasa bersalah terhadap zena, karna turut kemakan omongan keluarga nya sendiri, namun semua telah terjadi, terlebih kini keluarga nya yg sedang dalam masalah teror, membuat dia menyampingkan perasaannya.
Sebelum pulang, dia berpesan kepada Yosep dan adik wanitanya Gita, agar menjaga ke 2 orang tuanya, dia juga berencana secepat mungkin untuk menemui zena guna memohon maaf.
Perkataan tersebut dia lontarkan, perkataan yg menjadi pesan terakhirnya bagi semua orang, sebelum keesokan harinya dia menjadi korban pertama atas rasa sakit hati yg dialami zena.

Yap...

Keesokan harinya Bukit tewas dengan leher membiru, serta lebam di sekujur tubuh.
bagi yg belum tau kematian Bukit, silahkan baca kembali.

xi..xi..xi...

semoga bsa kelar malam ini.

Hatur tq.

salam hi..hi..hi....
"Apa yg sebenarnya terjadi kak?" Tanya natal dengan riak wajah lelah.

Siang itu dirinya bergegas pulang dari ladang setelah ada seorang warga yg mengabarkan kematian Bukit kepadanya. Entah kenapa selang mendengar berita tersebut, dia merasa zena ada dibalik pristiwa itu.
Keringat belum kering di wajahnya, nafasnya jua masih terengah, Natal kembali melemparkan pertanyaan kepada zena.
"Labo kam kan kak? (bukan kakak pelakunya kan?) ucap nya kembali.
Zena hanya berdiam diri dengan tatapan kosong, tiada sepatah kata pun terucap dari bibir tipisnya, natal bingung, karna selang kepulangan pria misterius kemarin, zena kembali menjadi pribadi pesakitan, diam dan tdk dapat mengerakan tubuhnya.
Sempat Natal berpikir zena hanya bersandiwara, dan kala dirinya memapah sang kakak kembali masuk kedalam rumah, natal sengaja melepaskan gengaman tangannya, namun tdk seperti yg dia bayangkan, kakaknya justru jatuh tersungkur yg membuat dirinya merasa bersalah.
Dirinya duduk diranjang tersebut, dirinya memijatin kaki Zena, sambil terus mengajak dirinya bercerita, Nathan memaksa diri tersenyum, walau seribu tanya menghantui batinnya.
" Kalau memang begini keadaan kakak, lalu siapa yg kemarin menjawabi lelaki asing itu, kenapa hari ini Bang Bukit mati?" tanya nya pelan berharap ada respon dari zena.
Khayal Natal jauh membayangkan hal mistis diluar nalar, baru kali ini dia merasa lelah dan resah memikirkan rahasia apa yg sebenarnya menyelimuti keluarga nya.
Dirinya meninggalkan zena, ketika sudah beberapa jam berusaha berkomunikasi, sudah cukup sudah, tidak mungkin seorang yg sakit menjadi dalang semua ini, mungkin aku pun harus berpikir rasional, benar kata warga yg mengatakan aku sudah gila, ucap Natal frustasi didalam jiwa.
Dia beranjak menuju kamarnya, tidur mungkin menjadi pilihan terbaik saat ini, direbahkannya badan diatas kasur kapuk yg mulai mengeras, dia sempat kembali mengulang kejadian kejadian ganjil itu sebelum matanya terlelap dalam mimpi.
Tok.. tok.. tok...
Suara pintu kamar Natal bergema, diketuk oleh seseorang yg ada di depan sana.
Natal membuka matanya sayu, dilihatnya zena ada di depan pintu, karna kondisi tubuhnya yg lelah, dia sama sekali tdk merasa ganjil akan hal tersebut.

"apa kak?" tanyanya sayu, dengan mata setengah terbuka memandangi zena.
"Aku pergi sebentar ya dek, jangan kemana mana dan jangan bukakan pintu sebelum pagi menyingsih, sekalipun kau dengarkan suara mengetuk dan memangil dirimu" Ucap zena padanya.
"Iya" Jawab natal singkat sembari kembali membalikan badan, memeluk guling dan lanjut untuk tidur, lama dia menyadari, sebelum dia segera melompat dari ranjangnya.

"Kak" teriak natal kencang, bergegas menuju ke kamar zena.
Dengan cepat dia menuju kesana, jantungnya berdebar kencang,
"Kak" katanya lagi di depan kamar tersebut, Zena masih ada disana, dengan kondisi maupun posisi yg sama.
Natal bergedik, mulai merasa takut, "apa barusan, aku mimpi kah?" tanyanya dalam batin, dia merasakan semua terasa sangat nyata.
Natal pelan berjalan menghampiri zena, dilihatnya sang kakak tidur dengan pulas, tangannya meraih selimut yg ada dibawah kaki zena, diselimutinya tubuh tersebut dan berlalu pergi meninggalkannya.
Sesaat Natal ingin kembali kekamar tidurnya, pusaran angin samar bertiup kearah wajahnya,
Door... Suara keras kembali mwngagetkan dirinya.

Door.. dooor... dooorr ..... pintu rumah tersebut berbunyi keras, diketuk dengan sangat keras.

.
"Dek.... dek natal, buka pintu nya" ucap suara tersebut memangil dirinya, suara yg sangat tidak asing, walau dalam setahun ini hanya sekali dia mendengarkannya, dia yakin itu suara kakaknya zena.
Seketika wajah natal memucat, dia sangat bingung dengan apa yg terjadi, dirinya tak langsung membuka pintu itu, kembali dia menuju kamar Zena, matanya menatap tajam tubuh zena yg masih terlelap.
"Lalu siapa yg ada didepan sana?" katanya dengan tubuh yg mulai bergetar, Natal sedikit melupakan kejadian sebelumnya, dimana dia dilarang untuk membuka pintu tersebut.
Natal meraih sebilah pisau surit (senjata tradisional suku karo, berbentuk kurang lebih seperti belati) yg menempel di dinding rumah, dia beranjak, dirinya bertekad apapun nanti yg ada didepan sana, bila memang membahayakan, dia akan membunuh sosok tersebut.
"Saya segera kembali "

Sesaat natal berada di depan pintu rumah,tangannya sudah memegang gagang penganjal, namun seketika itu pula gedoran horor tersebut lenyap dan hanya menyisakan keheningan, senyap tanpa ada sedikitpun suara bising, dirinya seakan berada pada ruangan kedap suara.
Dirinya terdiam, dengan nyali yg kembali menciut, dirinya hanya berdiri dibalik pintu itu, dia ragu untuk membukanya.

Sebentar Kesenyapan tersebut berlangsung, sebelum jantungnya kembali berdegup kencang,bahkan langkahnya spontan melangkah mundur>>>
>>>Tatkala tawa cekikikan kembali bergema.

Dooor.... Dorrr.. Dorrr...
"Ha.. Ha.. Ha..... buka pintu nya" Teriak sosok yg ada dibalik pintu tersebut sembari terus mengedor pintu, seolah ingin memaksanya terbuka.
" Buka pintunya, aku melihat mu, buka anak nakal!!!"

Natal terdiam, dia tak sangup lg berkata kata, wajahnya semakin pucat, dengan keringat yg deras bercucur.

"nande (ibu)? " ucap nya gugup penuh dengan ketakutan.
Suara tersebut tak kunjung berhenti memangil dirinya, mengisyaratkan untuk natal membuka pintu tersebut, namun bukan itu yg menjadi ketakutan Natal, melainkan nada suara dari sosok tersebut, belum terjawab kenapa ada suara kakaknya zena di depan sana, >>
>> padahal zena masih terbaring diatas ranjangnya, kini dia mendapati panggilan tersebut seolah diucapkan oleh Nande Rada, ibu yg sangat dicintainya.
Dan panggilan terakhir, membuat natal tersentuh suara yg sangat parau khas nada bicara sang ayah,

"Nak tolong buka pintunya"

Natal seakan tersirep, larut dalam panggilan itu.

"iya pak" Jawab dirinya sembari melangkah membuka pintu tersebut.
Pintu terbuka, Natal tampak terperanjat menatap seorang pria tua berdiri membelakangi dirinya.

Sosok pria tersebut sangat mirip dengan prawakan sang ayah, baik dari rambut maupun postur tubuh.
"Pak? " Ucap natal dengan mata berbinar, dirinya seakan tak dapat berpikir rasional lagi, dia sangat merindukan kehangatan keluarga kala ke 2 orang tuanya masih Ada.
Tidak ada respon untuk panggilan itu, membuat natal memberanikan diri maju beberapa langkah, dia kembali memangil dengan kalimat yg sama, sembari menepuk pelan pundak sosok yg sangat mirip dengan prawakan sang ayah.
Sosok tersebut membalikan badan nya, mata mereka saling bertatap.

"apa kabar mu Nak? " Ucap sosok tersebut yg sangat mirip dengan ayahnya.

Natal merasa bahagia melihat hal tersebut, walau beberapa detik kemudian, dia kembali tersadar, bahwa sosok tersebut bukanlah ayahnya.
Natal terkaget, begedik merinding hebat, badanya kaku menatap perubahan ujud dari sosok tersebut yg perlahan meninggi, wajah nya pun berubah, dimana gambaran sang ayah kini menjadi sajian pemandangan mencekam >>
wajah itu perlahan terkelupas, menampakan daging dan cucuran darah di sekujur muka, belum lagi bola matanya menghitam dengan kuku hitam yg memanjang di jari jarinya.
Natal tidak dapat mengontrol anggota tubuhnya, dia merasa seperti ada sosok yg mengerakan kepala dan matanya agar terus memandang ke arah begu ganjang.
"Arggggggg" Keras suara erangan makhluk goib tersebut mengema di telinga Natal.
Secepat kilat tangan dari demid tersebut meluncur, mengincar leher natal yg sudah terperangah menatap kearahnya.

Natal merasakan tangan tersebut menyentuh kulit lehernya, namun tarikan dari arah belakang, dirasakan olehnya jauh lebih kasar
Seseorang menarik dirinya, menghempaskan Natal masuk kembali kedalam rumah.

Hampir 4 meter, lemparan tersebut mengsungkurkan dirinya dari posisi awal berdiri, Natal memegangi kepalanya yg masih berkunang, sembari menatap samar seorang wanita berdiri di depan pintu
Wanita itu sayu berujar kepada Natal

"bukankah sudah ku ingatkan" Ketus suara wanita terdengar dengan nada seakan marah.

"kak" Jawab natal spontan, natal bergegas bangun, dia yakin zena lah yg ada di depan pintu itu.
Namun sesaat dia berusaha menuju ke arah zena berada, hembusan angin sejuk tetiba menerpa wajahnya.

Tiupan tersebut tidak terlalu kencang berasa, namun uniknya berhasil mematikan penerangan dari 2 petromak yg ada disana.
Seketika semua menjadi gelap gulita, bahkan pintu yg tadi terbuka dan sedikit memberikan pencahayan dari luar rumah seakan raib, atau ditutup oleh seseorang, yg pastinya membuat langkah tertatih Natal pun terhenti, dirinya hanya terpaku kaku memandang kegelapan tersebut.
Natal berjalan pelan, tangannya berusaha menyentuh barang disekitar sebagai petunjuk, namun sudah beberapa langkah kaki beranjak, dia tidak menyentuh 1 barang pun, >>
>>bahkan dinding rumah serasa jauh dari jangkauan, belum lagi setiap kali kaki menapak, dirinya merasa sedang menginjak rerumputan rimbun.

"Aku dimana?" gumannya dalam hati
Tap.. Tap....

Langkah kaki Natal bergema, dia mencoba berlari walau dengan pandangan gelap, berkali kali dia terjatuh, tersandung oleh kakinya sendiri.

*Arghhhhgg* Gumannya berteriak menahan sakit di bagian kaki, dia berbaring memijatin pergelangan kaki itu.
Dalam rintihan pelan, dan nafas nya yg sedikit teregah, terdengar nafas yg juga berhembus lelah,

"Heh..."

Suara itu singkat terdengar, seperti suara helaan nafas kelelahan.
Natal histeris, menyadari ada sesorang yg saat ini duduk tepat disebelahnya, namun dia tidak dapat melihat siapa sosok tersebut.

Seketika itu pula dia beranjak, mencoba kembali berlari, dengan langkah sedikit terpincang, dirinya berusaha menjauhi sumber suara.
Lama dia berjalan, nafasnya kembali terengah, diliriknya kembali keadaam yg gelap itu, memastikan semua sudah aman, sebelum dirinya kembali duduk untuk menstabilakan kondisi tubuh yg mulai kelelahan.
Baru juga dirinya terduduk, bulu kuduk nya kembali merinding.

lahi dia merasa kehadiran sosok tersebut seakan duduk sangat dekat dengan dirinya berada.

Natal terdiam, sebisa mungkin mencoba untuk tidak menimbulkan suara sembari terus bersiaga.
Karna sudah sangat lelah, dia mencoba memberanikan diri, namun sesuatu yg berbeda, kini membuat dirinya malah semakin ketakutan.

Hikss..hikkss.....

Kali ini tangis anak kecil terdengar dari arah sebelah kiri dia berada, tidak hanya sampai disitu>>
, dirinya juga mendengarkan perkataan seorang lainnya, seperti suara seorang wanita yg mencoba menenangkan suara tangis anak tersebut.

"Hus..us..hus..uss"
Tak lama berselang, ke 2 suara itu hilang dengan sendiri berganti dengan lecisan percikan api.

"Ces" Cahaya remang terpancar, dari percikan korek yg digesek oleh seorang wanita.

Mata Natal menyipit menatap silau kearah tersebut.
Dirinya mendapati, seorang wanita dengan perut yg sepertinya hamil sedang menghidupkan petromak yg dibawanya.
Cahaya dari petromak itulah yg menjadi penerangan kala itu, lebih lanjut dirinya jua melihat seorang anak wanita yg mungkin masih berusia 2 tahun duduk dengan riak wajah sedih, bocah perempuan itu sesungukan menangisi sesuatu.
Natal juga melihat karung coklat ada didakat posisi mereka berdua,
dalam posisi takut dan bingung harus berbuat apa, dirinya kembali terkagetkan oleh ucapan wanita tersebut.

"Kalian tidak akan mati nak" ucap wanita itu sembari mengelus perutnya yg seakan memecah keheningan.
Natal terhenyak mendengar perkataan itu, dia seperti menyadari siapa wanita tersebut.

"Ibu, kak Zena dan aku yg ada diperut, lalu apa isi karung coklat itu? " ucap dirinya.
Sosok yg diyakini Nande Rada oleh Natal bangkit dari duduk nya, dgn mengengam petromak, dia berjalan menuju ke arah Natal berada, Natal terdiam, tubuhnya gemetar kaku, melihat sosok tersebut kini berada tepat dihadap nya.
Belum lagi dilihatnya pula gathul tajam menghiasi pegangan tangan kiri wanita itu.

Nande Rada mengangkat gathul tersebut seperti hendak menebaskannya ke kepala Natal.
"Ja...ja... mam..." ucap Natal memelas, semakin ketakutan, namun mulut nya seakan terkunci tdk dapat mengatakan utuh permohonan agar jangan membunuh dirinya.
"Lewat malam ini, tidak perlu lagi ada yg mati!!!" ucap sosok itu, sembari mengayuhkan gathul dengan sangat kencang.
Prakkkkkkk.....

"Arghhhhhhhhh" Teriak Natal keras, sembari mengadahkan tangan menutup kepalanya.

"Hos..ho..hos.." deru nafas Natal beradu kencang dengan, keringat dingin yg bercucur membasahi dahinya.
"Prak.. prak..prak.." bunyi hentakan tersebut terus mengema, Natal tdk merasakan apa apa, matanya sayu melirik kecil, Nande Rada tidak menghancurkan kepalanya dengan gethul tersebut, namun dia sedang mengali tanah disebelah posisi Natal tersungkur.
Sekejap mata, Natal beranjak mundur dengan mengandalkan tanggannya, dia merangkak membelakangi Nande Rada yg khusyuk mengali tanah dengan alat tersebut.
Rangkakan kecil tersebut berhenti kala dirinya merasakan telah menabrak sesuatu, pandangan Natal melirik depan, melihat Karung berwarna coklat tersebut yg menghalangi dirinya.
Dan tepat disamping karung itu bocah balita tersebut berada, memandangi Natal dengan sangat sinis untuk ukuran anak kecil, tangannya menunjuk ke arah Natal.
Natal terdiam, tau maksud tujuan yg ingin disampaikan bocah tersebut, perlahan dia membalikan pandangan, mengarah kembali dimana Nande Rada berada.
"Ha..a...aahha...a" teriaknya kembali histeris melihat Nande Rada tepat berada di belakangnya.

"Tolong bawakan karung itu kesana" ucap Nande Rada seraya menunjuk lobang galian yg lumayan dalam digali olehnya dalam waktu sesingkat itu.
Usai berkata demikian, Nande Rada kembali berjalan ke arah lubang galian nya tersebut, sementara Natal masih terdiam, sekali lagi Nande Rada berteriak kerahnya.
"Bawa karung itu kesini!!!"bentak dirinya yg semakin membuat mental Natal hilang, dengan tubuh gemetar dirinya bangkit, diangkatnya karung tersebut.
Jantungnya kembali berdebar hebat, kala dia merasakan gerakan dari dalam sana, kembali dia berpikir, mungkinkah sesuatu yg bernafas tersimpan didalamnya? ujar dirinya dalam jiwa.

Blm juga dirinya berhasil memberikan karung tersebut kepada Nande Rada, suara tangisan keras mengema
"Oee...oe...." Tangis bayi nyaring menghiasi malam hari itu, yg seketika membuat Natal kembali tersentak kaget hingga meenjatuhkan karung yg diangkatnya.
Nande Rada yg melihat hal tersebut langsung melangkah menghampirinya, sinis tatapannya menatap Natal, sembari tangganya mengambil karung coklat tersebut.
Nande Rada membuka karung itu, dia mengeluarkan isi didalamnya, Natal tak dapat mempercayai, matanya melotot ngeri, saat Nande Rada mengeluarkan bayi dengan kulit yg masih sangat lembut dari karung coklat itu.
Jerit bayi tersebut pecah, seakan tau dirinya segera merengang nyawa, tanpa banyak berbasa basi Nande Rada mengendong bayi tersebut dan langsung melemparkannya kedalam lubang itu, >>
>>kemudian dia kembali lagi kearah Natal, dia melakukan hal yg sama, ada 1 lagi bayi didalamnya juga dengan perawakan yg sama.
Sekali lagi mata Natal menyaksikan kejadian horor yg sangat keji, dimana Nande Rada kembali melemparkan bayi tersebut kedalam lubang itu, dan mengubur ke 2 nya hidup hiudp disana.
Selang ke2 nya di timbun oleh dirinya, Nande Rada menanamkan 1 bibit pohon, dimana keganjilan lain pada malam itu seakan ingin memberitau Natal apa yg sebenarnya terjadi, secara ajaib juga pohon itu dilihat oleh dirinya tumbuh dengan sangat cepat.
"Nangka" ucap dirinya, yg menyadari ke 2 tumbal dari ibunya terdahulu, ditanam tepat dibawah pohon Nangka milik mereka berada.
Belum usai dirinya begedik melihat kelakuan ibunya terdahulu.

"huuuuss.."Desisan Nafas pelan berhembus di lehernya.

Natal seketika menoleh kebelakang, balita yg tadi ada di belakangnya kini sudah berprawakan dewasa.

" Kak zen" katanya terbatah.
Zena menyerigai, tertawa cekikakan, beriring dengan wajahnya yg mulai terkelupas, menampakan daging seger dan darah yg bercucur dari wajahnya, belum lagi kuku tanganya yg memanjang, begitu pula dengan tubuhnya, meninggi dengan sangat cepat.
Natal terplogo, dirinya kembali tdk dapat mengontrol kepalanya, yg seakan dipaksa untuk terus melihat iblis itu membesar dan

"Tap"secepat kilat tangan tersebut menyambar lehernya, mencekik dirinya dengan sangat kuat.
"aagg..aggg..." teriak Natal menahan sakit, wajah natal langsung memerah, tampak urat urat di kepalanya menonjol sangkin kencangnya cekikan lehernya.

"Lep..le..pas kak" rintih suara Natal memohon, beriring dengan darah yg mulai mengalir dari matanya.
Dirinya sudah diambang batas, usaha untuk melepaskan jeratan itu sia sia, dengan mata yg melotot yg seakan ingin lepas dari wajahnya, Natal hanya bisa pasrah, dia hanya mencoba berdoa di dalam hati agar Tuhan dapat mengampuni segala dosa keluarganya.

"Natal!!!!"
Pangilan tersebut keras terucap, dirinya sontak terbangun penuh dengan keringat dan rasa nyeri di lehernya.

"Ayo dek, berangkat keladang kita" teriak Zena membangunkan dirinya.
Dirinya bingung, terlebih kala melihat kakaknya zena sudah ada didepan pintu kamarnya, dengan keadan yg sama sekali tdk seperti orang sakit.
"Cepat" Bentak zena yg kesal melihat dirinya hanya termenung menatapi dirinya. Natal bergedik, jujur dia takut melihat kakaknya kala itu, namun dia engan untuk menanyakan apa yg sebenarnya terjadi, terlebih rasa nyeri di lehernya seakan memberitau bahwa semua benar terjadi.
Dirinya beranjak, dan hari itu mereka ber 2 berangkat menuju ladang warisan orang tuanya, disepanjang perjalanan Zena kembali menjadi pribadi yg banyak bicara dan suka bercanda, sama seperti dulu kala.
Dan selang disaat mereka ber 2 beristirahat, selepas dari berladang, seorang tua bernama Pak Mangkok, menyamperi pondok yg ada diladang mereka.
Kehadiran beliau kesana untuk mengabarkan ayah mertua kak zena telah berpulang ( ayah dari bukit ), kabar itu dia dapat dari seseorang bernama Yosep yg tadi pagi berkunjung ke rumah mereka namun rumah dalam keadaan kosong.
Natal menatap kakaknya, tdk ada perasaan sedih, semua terlihat datar dari expresi yg di tunjukan zena, kembali Natal berpikir kejadian yg semalam terjadi.

" Apa zena yg melakukannya" ucapnya penuh dengan tanda tanya.
Dan yg lebih gila lagi, beberapa minggu dari kematian tersebut, ke 2 adik bukit juga ikut tewas mengenaskan dengan cara yg sama, keluarga itu hanya menyisakan ibunya itupun dalam keadaan gila, pasca seluruh anggota keluarganya mati secara tragis.
Beliau sering berkeliaran di sekitar kampungnya dengan (maaf) pakaian setengah bugil, dan selalu saja mengucapkan kata

"Jangan, jangan pergi..pergi kau begu ganjang" Yg pastinya diikuti raungan tangis dari dirinya.
Sementara kabar cenayang bernama Corak, baru diketahui Natal selang setahun kejadian brutal tersebut, dimana Natal kala itu lagi mengantarkan dagangan buah miliknya ke pedagang besar di salah satu kampung.
Dirinya yg lelah akhirnya memilih untuk beristirahat pada salah 1 warung makan disana, tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan oleh warga yg mungkin penduduk asli daerah tersebut.
Beberapa pemuda itu khusyuk menceritakan tentang begu ganjang, dan kematian seseorang bernama corak, dukun hebat yg tewas setahun lalu, mendengar itu membuat Natal menghentikan makannya, namun dia belum berpikir pria yg dimaksud merupakan sosok yg pernah datang mnyambangi dirinya
Hingga satu perkataan dari warga itu benar benar membuat dirinya tersentak.

"Perbegu ganjang itu namanya Zena" Ucap dirinya dengan wajah serius, yg membuat Natal mual, dia kembali bergedik hebat merasakan kengerian yg dulu pernah dialami.
Natal bangkit dari duduknya, selepas membayar pesanan, dirinya langsung beranjak dari sana.

"Tamat"

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nyata

Nyata Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nyata74042956

Jul 29, 2022
"Tumbal"
Aku akan mati disini.

Berdasarkan cerita narsum, all tempat, nama disamarkan, no comot comot tanpa izin.

Jangan lupa bantu ramaikan.

Salam hi...hi ..hi ... Image
pemerintah menamai agenda Transmigrasi di era tahun 80 an, sebuah program yang
dirancang untuk meningkatkan ekonomi nasional, membuka lapangan pekerjaan seluas
mungkin dan jua untuk melakukan pemerataan populasi penduduk agar tak hanya
tersentral di pulau jawa.
Sasaran pemerintah pastinya terfokus pada penduduk di pulau jawa, karena
memang selain tingkat populasi yang sudah sesak tidak beriring sejalan dengan
lowongan pekerjaan yang masih minim, hal itu pula yang membuat banyak warga yang
hidup dibawah garis kemiskinan, ~~
Read 87 tweets
Jun 7, 2022
Jalan ke Neraka
"Dia selalu menghantui"

Nocomot comot tanpa izin.

@IDN_Horor
@karyakarsa_id
@bacahorror
#horor #susuk

Bantu RT/likes ya sahabat nyata.
Hatur tq.

Salam hi..hi..hi... Image
Kau dengar? Tidak kah kau dengar? Kisah horor dalam secarik kertas buram, goresan singkat bertintakan darah, tentang hari dimana satu kesalahan membawa malapetaka.

Ku ceritakan pada mu dalam sebuah tulisan, yang mungkin hanya engkau anggap cerita fantasi semata.
Bukan... Bukan... Itu yang ku maksud, kau tak akan pernah percaya.

"Tolong aku, dia selalu menghantui"
****
Read 92 tweets
Jun 2, 2022
100 hari (tawa Kematian)

@IDN_Horor
@bacahorror
@BacahorrorCom

Nocomot comot tanpa izin.

Hatur Tq.

Salam hi..hi..hi.. Image
100 Hari.

Sirine ambulance nyaring memohon dibukakan jalan pada lintasan protokol yang padat lalu lalang kendaraan.

Didalam ambulance terdapat sekujur tubuh pria gempal yang menanti waktu untuk disemayamkan, tidak ada seorang pun berada disana,
~selain seorang sopir yang memang memiliki kewajiban dari tempat dia bekerja untuk mengantarkan jenazah tersebut kembali pada keluarganya.

Tak lama berselang lintasan padat pun terlewati kini mobil jenajah melaju dengan sangat cepat pada jalanan yang pula mulai sepi.
Read 145 tweets
Feb 16, 2022
"WAYANG SI DALANG"

Nocomot - comot tanpa izin.

@IDN_Horor @Penikmathorror @P_C_HORROR @autojerit @ayuwidypramono @BacahorrorCom @bacahorror

Salam hi..hi..hi.. Image
Pagi itu aku berada pada titik terendah, tanpa dapat menemukan satu hal yang mungkin bisa ku jadikan semangat dalam mengayomi sisa kehidupan.

Impian yang sudah beberapa tahun ku rancang terasa sia sia, lebur bersama dengan isak tangis yang sedari tadi tak dapat ku bendung.
Walau beberapa kali sanak saudara sudah mencoba menenangkan, tetap saja kaki ini seperti engan untuk beranjak, tangan ku terus memeluk erat tubuh Mbah Wir yang sudah terbujur kaku, terbungkus kain putih itu.
Read 248 tweets
Feb 9, 2022
Preman Tarba Vol IV

"Akhir Cerita"

Nocomot comot tanpa izin,

Hatur tq.

Salam hi..hi..hi...

Desain by canvas apk Image
Hotel Darlawangsa dipenuhi oleh aparat berbaju coklat serta para pemburu berita, satu kejadian besar telah terjadi, Pembunuhan berencana wartawan senior menjadi Headline yang menghiasi halaman utama setiap media cetak.
Hasil rilis dari olah TKP yang dilakukan oleh pihak berwajib, mengindikasikan Cinta Segi 3 menjadi motif Si penguasa dunia Malam bernama Jhony untuk menghabisi Kirno.
Read 246 tweets
Jan 22, 2022
Alkisah di tahun 80 an hidup seorang Janda, umur nya sudah menginjak usia 57 tahun, dirinya memiliki 4 orang anak, anak pertama bernama Rina memiliki 1 orang anak, sementara anak ke 2 nya Mukti memiliki 6 orang anak, dan Giman dengan 5 orang anak.
Satu anak lainnya yg bernama Evi sudah berpulang terlebih dulu menghadap Sang Maha pencipta.

Ok mari kita mulai, satu ketika Si Wanita uzur tersebut mengumpulkan 3 anak nya, untuk membagikan harta, ~~
~dengan harapan ketika dia telah tiada, ke 3 anaknya tidak akan meributkan perihal hartanya yg melimpah tersebut.
Singkar cerita semua sudah dibagi rata, dan hanya menyisakan rumah yg saat ini ditempati olehnya, Si wanita sebenarnya ingin memberikan rumah itu ke cucu nya dari ~~.
Read 235 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(