(غنية الطلبة بشرح الطيبة لمحمد محفوظ بن عبد الله الترمسي)
Beliau Syaikh Mahfudz al Turmusy berasal dari pacitan Jawa Timur indonesia, seorang yg alim dan allamah, Faqiih, Muhaddis dan salah satu dari ⤵️
sekian banyak Murid Syaikh Soleh darat Semarang dan Syaih abu bakar Syatho. Yang menarik beliau ini ulama kaliber internasional yg asli Dari Nusantara dan karya-karya nya banyak sekali mendapat pujian dari para Ulama. Beliau ahli dalam bidang Fikih, Hadis, Usul Fikih dan Qiroat.
Salah satu Karomah beliau yaitu dapat menghatamkan Bacaan al qur'an bil ghoib dengan Tartil dimulai dari Setelah solat Maghrib dan selesai bada saat Adzan Isya' ( riwayat crita yg pernah saya dengar dari Kyai Nashir ). Karya yg dihasilkan beliau begitu monumental diantaranya :
1. Bughyatul Adzkiya' fil bahsi an karomatil auliya'
(sudah diterjemah oleh @PenerbitKeira) 2. Ghoniyyatut tulabah bisyarhit toyyibah fi ilmil qiroat al asyriyyah. ( kitab ini dijadikan Diktat di Fakultas Al Qur'an wa ulumih Universitas Al azhar di Tanta ).
Dan masih banyak Lagi Karya-karya beliau.
Selain Aktiv dalam menulis karya beliau juga Banyak memberi corak pemikiran pada Ulama-ulama Indonesia antara lain : 1. Hadratus Syaikh Hasim As'ary 2. Syaikh Ahmad Dahlan 3. Kyai Wahab Hasbullah 4. Kyai Bisri Sansuri
Semoga kiprah beliau dapat dijadikan contoh untuk generasi sekarang bahwa banyak sekali ulama indonesia yg tingkat keilmuannya tidak kalah dengan ulama-ulama internasional.
Kagem Syaikh Mahfudz termas dan sekuruh murid-murid beliau dan para ulama nusantara
Lahumul Fatihah.
(Rifan Nashir)
Karya-karya Syaikh Mahfudz al Turmusy yang bisa Anda pesan, silakan pesan melalui Whatsapp 0857-7193-0342 atau klik bit.ly/TataBukuOffici…
Pada 24 Februari 1954 diselenggarakan Konferensi Besar I Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Semarang untuk merealisasikan gagasan pembentukan organisasi pelajar NU yang berskala nasional. Dalam pertemuan tersebut,
turut hadir perwakilan dari Surakarta/Solo, Semarang, dan Yogyakarta. Momen pertemuan ini yang kemudian dijadikan sebagai Hari Lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Adapun tokoh yang mewakili ketiga daerah tersebut yakni M. Sufyan Cholil (Yogyakarta),
H. Mustahal Achmad (Surakarta), dan Abdul Ghony Farida (Semarang). Di beberapa buku yang menulis tentang sejarah IPNU seperti KH Moh Tolchah Mansoer Biografi Profesor NU yang Terlupakan (Caswiyono dkk, 2009) juga artikel-artikel yang beredar di media online,
Di Pondok Pesantren Mbah Maimun, santri dilarang memakai peci putih. Alasannya, karena orang pergi haji di desa-desa adalah dengan menjual tanah, sawah, tegal atau menabung belasan tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.
Sementara simbul yang mereka pakai setelah pulang dari haji adalah peci putih.
"Kalau kamu memakai peci putih seharga 5.000 rupiah, apakah tidak menyakiti hati mereka?" ujar Mbah Maimun sebagaimana diceritakan oleh Gus Baha'.
Bukan haram dalam kategori fiqh,
tapi haram dalam kategori akhlaq. Begini, kata Mbah Moen, ini menurut Gus Baha ya, bahwa orang-orang yang berangkat haji itu butuh perjuangan yang hebat, bahkan dibela-belanin jual sawah segala.
Nah, Mbah Moen tidak ingin melukai perasaan orang-orang yang
[utas] Pesan Penting Gus Dur Agar Indonesia menjadi Bangsa yang Besar
Ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden, Jaya Suprana pernah mewawancarai beliau di Istana Merdeka. Wawancara itu berlangsung sekitar 40 menit dengan beragam tema yang sangat menarik.
Di akhir wawancara, Gur Dur memberikan pesan khusus untuk masa depan Bangsa Indonesia:
“Kita semua harus punya rasa mengabdi kepada bangsa dan negara. Ini yang paling penting. Sebab dengan kita mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara,
dan mendudukkan kepentingan kita sendiri di tempat nomor dua, maka kita akan bisa mengangkat derajat negara kita. Hal inilah yang membuat Amerika besar, Republik Rakyat Cina (RRC) besar, Jepang besar. Semua negara tadi memegang kebanggaan dirinya sebagai bangsa.”
Menjelang Muktamar NU ke-25, 1971, kiai Wahab Hasbullah mengalami naza' setlah sakit keras beberapa lama.Beliau menyuruh Kiai Sholeh Abdul Hamid, keponakan beliau,untuk mengumpulkan santri dan membacakan Yasin
"Jangan berhenti baca Yasin sampai aku mengucapkan Syahadat",
pesan Mbah Wahab. Semua yang hadir tak kuasa menahan air mata.
Bacaan Yasin laksana dengung kumpulan lebah segera memenuhi ruangan, sampai akhirnya Mbah Wahab memberi tanda. Bacaan terhenti. Ruangan senyap seketika.
"Asyhadu allaa ilaaha illallaah... wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah..."
Lalu senyap lagi. Tak ada suara. Ketegangan mencekam.
Tiba-tiba Mbah Wahab tersenyum sumringah,
"Nggak jadi!" kata beliau, "aku sudah ngomong-ngomong sama Malaikat Izro'il,
Kiai Hamim atau Gus Miek, Beliau adalah seorang Ulama besar yang selalu menyembunyikan diri ketika bergaul dgn orang-orang yg terpinggirkan. Beliau sembunyikan Ke ULAMAannya, ke KIAIannya ketika berkumpul dengan orang-orang dunia malam.
Beliau adalah orang yang selalu tersenyum kepada siapapun lawan bicaranya. Dengan perkataannya yang sejuk dan pandangan matanya yang seakan menembus dada, selau membuat tergetar orang yang dipandangnya.
Tanpa sekat Beliau bergaul dengan siapa saja.
Bergaul dengan para tukang becak, Beliau bicara tentang seputar kehidupan mereka. Berkumpul dengan para penjudi, Beliau ikuti permainan mereka. Berkumpul dengan para pemabuk, Beliau ikut menemani mereka.
Mohon do'a kesembuhan untuk Buya Husein Muhammad, yang menurut Fahmina Institut, Cirebon sedang dalam keadaan sakit. Semoga lekas diberikan kesembuhan dan sehat kembali.
KH. Husein Muhammad adalah seorang ulama dan cendekiawan yang lahir di Cirebon pada 9 Mei 1953.
Setelah pulang dari al-Azhar Kairo pada 1983 beliau menjadi salah seorang pengasuh PP Dar at-Tauhid Cirebon yang didirikan kakeknya pada 1933.
Beberapa LSM untuk isu-isu hak-hak perempuan beliau dirikan antara lain Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Institute,
Alimat dan WCC Balqis. Pernah menjadi Komisioner Komnas Anti Kekerasan terhadap perempuan. Pada 2013 Fahmina Institute yang didirikannya mendapatkan Opus Prize dari Amerika Serikat.
Banyak menulis buku, dua diantaranya yang saya pajang di sini.