Protes saya terhadap @PKSejahtera@MardaniAliSera tentang Patung Naga di YIA
Mohon maaf, bila anda bukan masyarakat suku Jawa jangan dulu memberikan ulasan tanpa dasar sehingga akan nampak memelintir sebuah wawasan seolah Bangsa ini tidak memiliki jati diri
Masyarakat suku Jawa memulai hari dalam segala aktivitasnya dengan terlebih dahulu menafsirkannya dari berbagai aspek dalam kesatuan:
Nagari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah wilayah atau sekumpulan kampung yang dipimpin oleh seorang penghulu.
Nagari : Naga Hari (Naga Tahun) adalah awal perhitungan atas kesialan, kerejekian, apes serta Untung (dalam makna luas)
Yang dirangkai dalam Tembung/Ukoro/sanepan (satir) bermakna penafsiran terhadap nilai hari dan neptu/weton dalam kedalaman filsafat masyarakat Jawa
Prasasti Gajah Mada di temukan di Malang pd tahun 1904 oleh penduduk setempat di dalam sebuah kolam di samping langgar milik
Peorang pemuka Agama, di sebelah utara Candi Singosari, Malang Jawa Timur. Prasasti ini di namakan Gajah Mada karena menyebutkan seorang tokoh yaitu Mpu Mada yg memerintahkan pengeluaran prasasti.
Prasasti ini di pahatkan pd sebuah batu berbentuk Stela & puncaknya berbentuk setengah lingkaran dg Dimensi tinggi 119 Cm, lebar 56 Cm dan tebal 9 Cm serta memiliki 17 baris tulisan di sisi depanya. Prasasti Gajah Mada di keluarkan oleh Mahamentri Mukya Rakyan Mahapatih Mpu Mada,
Utas/Thread tentang para RATU (Pemimpin Perempuan) di Nusantara.
- Ada Ratu sebagai Pemimpin Kerajaan
- Ada Ratu dari Istri Raja
- Ada Ratu yang mengendalikan Kerajaan melalui sang suami yang sebagai Raja
- Ada Ratu yang memimpin kerajaan sekaligus istri dari Raja (Nareshwari)
Maharani Shima merupakan ratu salah satu penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Ratu Shima terkenal karena kejujurannya & menjadikan hukum sebagai panglima. Dia dikenal keras & tegas dalam menghukum pencuri/pelaku kejahatan
Bahkan diceritakan ada seorang raja asing yang menguji kejujuran rakyat Kalingga, dengan meletakkan kantung berisi emas di tengah-tengah persimpangan jalan dekat alun-alun ibu kota Kalingga.
Alhasil, tidak ada seorang pun yang berani menyentuh kantung yang pada dasarnya bukan