Diosetta Profile picture
Jan 8, 2022 134 tweets 18 min read Read on X
TEROR BONEKA PENARI
Legenda Nini Thowok

Ga ada urusanya sama trend spirit doll, jadwal upload cerita ini udah saya share dari bulan lalu.

Kita upload malam ini buat nemenin malam minggu kalian ya.

@IDN_Horor
@bagihorror
@ceritaht
@qwertyping

#ninithowok Image
Oiya , cerita ini juga udah di share di Podcast @bagihorror di spotify dan di @karyakarsa_id
sampe tamat..

yang mau baca duluan atau sekedar support monggo

karyakarsa.com/diosetta69/ter…
Part 1 - Gadis dan Boneka

Di tengah malam seorang anak perempuan yang masih belia berjalan ke tengah lapangan dengan membawa sebuah boneka kayu buatan dengan batok kelapa yang dicat berwarna putih bergambarkan wajah bersama pakaian dan selendang seperti penari.
“Yati, kami minta tolong ya.. sudah setengah tahun desa ini kekeringan, kalau kali ini tidak ada hujan warga akan semakin kesusahan” Ucap seorang kepala desa yang di dampingi dengan kedua orang tua Yati.
“Sebisanya aja ya.. jangan dipaksakan” Ucap seorang pria yang merupakan ayah Yati.
Di tengah lapangan sudah diletakan beberapa keperluan ritual seperti kemenyan, kembang, dupa dan beberapa benda yang sulit dikenali.
Alat musik dan dekorasi pementasan juga sudah disiapkan di sana, hingga saat Yati siap, ia membakar dupa dan membawanya mengelilingi boneka yang ia bawa.
Sebuah mantra pemanggil diucapkan layaknya membentuk alunan nada yang mengajak untuk menari.
Seiring dengan setiap kata-kata berbahasa jawa kuno diucapkan, suara gong gamelan terdengar dipukul perlahan demi perlahan dengan beraturan..
Seperti detak jantung yang mulai bangkit suara gong tersebut seolah mengiringi kebangkitan sebuah sosok yang merasuki boneka yang didandani seperti penari itu.
Yati mulai kesulitan menahan getaran benda itu yang seolah bersiap mengamuk sehingga beberapa warga membantu memegangnya. Dan tepat ketika boneka itu berdiri, Yati melepaskanya.
Ia menorehkan gincu di bibirnya , mengangkat selendang di pinggangnya dan mulai menari mengitari boneka itu. Perlahan getaran itu berhenti dan mulai mengayun sendiri tanpa sentuhan dari siapapun.
Suasana mistis terasa ke seluruh penjuru desa. Sosok yang merasuki desa itu bukanlah roh biasa. Ia adalah roh tua yang dipilih Yati untuk bisa menurunkan hujan di desa itu yang telah setengah tahun ini kekeringan.
Warga merasa merinding, sebagian dari mereka masih tidak yakin dengan ritual ini. Sebagian dari mereka berbisik, bukan hanya manusialah yang menonton pementasan ini melainkan berbagai macam sosok makhluk halus di sekitar desa berkumpul di tempat ini.
Perlahan rasa ragu mereka menghilang ketika tetesan hujan membasahi tanah kering di lapangan itu.
Seketika seluruh warga tersenyum merasa senang dengan hujan yang turun membasahi tanah lapang dan segera ikut menari bersama merayakan turunya hujan pertama yang mebasahi desa itu setelah setengah tahun terakhir.
Anak perempuan itu adalah Yati. Seorang anak perempuan yang cukup aneh dan jarang bergaul dengan warga sekitar. Namun walaupun begitu warga selalu memperlakukanya dengan baik dan Ia juga tidak segan membantu warga dengan kemampuanya bila dibutuhkan.
Hanya saja Yati lebih senang bermain dengan “Warga desa” lainya yang tak kasat mata bersama boneka buatan favoritnya.
Boneka yang terkenal sejak jaman kerajaan mataram sebagai perantara makhluk dari alam lain dengan alam manusia untuk memanggil hujan, pengobatan, pesugihan , hinggal ilmu hitam.

Nini Thowok..
Part 2 - Dendam Sang Penari

Ketamakan dan rasa iri manusia selalu menjadi akar dari sebuah bencana yang mengakibatkan begitu banyak korban.
Saat itu rombongan penduduk kulit putih dan rombongan dari desa lain datang dengan sombongnya ingin menguasai kekayaan alam di desa yang sebenarnya cukup jauh dari pusat kota.

Mereka memaksa kepala desa untuk menyerahkan hasil panen dari warganya dengan berbagai ancaman.
Dan itu menjadi awal dari terjadinya sebuah tragedi yang sangat mengerikan.

Begitu banyak warga desa yang hasil panenya di rampas. Bahkan tak jarang pemilik lahan tidak disisakan sama sekali dari hasil panen yang mereka tanam.
Kepala desa mencoba mencari tahu ke wilayah lain, dan ternyata desa sekitar masih dilanda kekeringan sehingga orang-orang itu terus memaksa warga desa Yati untuk menyerahkan hasil panenya.
Dengan kemampuan Yati seluruh bangsawan pendatang yang berniat jahat pergi dengan sendirinya dari desa itu setelah terkena wabah gatal yang hanya menyerang warga pendatang.
Tak lama mereka tahu, itu adalah ulah Yati dan boneka Nini Thowoknya yang merapalkan kutukan untuk mengusir mereka.
Tak menyerah para penjajah bersama penghkianat-pengkhianat negri ini datang untuk menindas lagi warga desa Yati. Kali ini mereka datang dengan berbagai dukun ilmu hitam untuk membalas dendam.
Dengan sekuat tenaga warga melindungi Yati dan keluarganya hingga mengungsikanya di sebuah bangunan kayu di tengah hutan.
“Pergi! Ambil semua yang kalian inginkan dan tinggalkan desa ini!” Ucapk Pak Kades.
Seorang bangsawan menghampiri pak kades mengangkat bajunya dan memandang wajah kepada desa dengan bengis.
“Kami akan tetap mengambil semuanya tanpa kalian suruh!” Ucapnya dengan tersenyum.
Merasa jijik dengan perlakuan orang sebangsanya itu, pak kadespun melampiaskan emosinya dengan meludahi orang itu.
Sudah jelas itu membuat orang itu sangat kesal dan memutuskan untuk mengangkat kepala pak kades dan memenggalnya di depan warga desa.
Seketika seluruh warga desa melakukan perlawanan yang hampir membuat mereka kewalahan.

Tak terima dengan perlawanan warga desa yang kian memuncak, akhirnya mereka terbakar emosi dan memutuskan untuk membantai semua warga desa hingga mengejar Yati dan keluarganya.
Satu- persatu orang kulit putih berseragam menyisir rumah demi rumah dan menarik mereka keluar untuk dihabisi baik dengan senapan maupun benda tajam.
Mereka sudah tidak peduli lagi dengan sumber daya desa, masih banyak desa yang bisa mereka jajah.
Hingga akhirnya pemandangan mengerikan terlihat di depan mata Yati yang bersembunyi di rumah kayu di tengah hutan itu. Warga yang melindunginya dan orang tuanya mati dibantai di depan matanya.
Dengan penuh dendam Yati memanggil roh – roh di sekitarnya untuk merasuki boneka nini thowok yang menemaninya untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang membantai seluruh desa dan keluarganya.
“Aku nyeluk kowe kabeh sing ning alam lain… pateni kabeh wong sing numpahke getih ning lemah iki”
(Aku memanggil kalian semua yang ada di alam lain.. bunuh semua orang yang menumpahkan darah di tanah ini)
Seketika boneka Nini Thowok itu bergerak dan mengamuk, namun tak lama setelahnya boneka itu jatuh tak bergerak.
Samar-samar Yati mendengar suara dari salah seorang roh yang ia kenal. Roh itu memberi tahu bahwa semua roh yang selama ini membantunya telah dibelenggu oleh dukun-dukun bayaran itu. Saat ini tak ada lagi yang bisa menolongnya dari pembantaian itu.
“Boneka ini akan membalaskan dendamku atas kematian bapak,ibu, dan warga desa.. “
Ucap Yati dengan penuh amarah dan air mata yang tidak berhenti menetes dari pipinya.

“bila tidak ada lagi dari kalian yang bisa merasuki boneka ini maka hanya satu yang bisa..”
Yati mengambil sebatang kayu runcing yang terdapat di bangunan tua itu dan sekuat tenaga menusukan ke jantungnya.

Dengan mulut yang berlumuran darah Yati menorehkan tetesan darahnya di pipi boneka nini thowok itu, menyalakan dupa dan membacakan mantra pemanggil.
“Dengan perantaraan boneka kayu penari ini aku memanggil roh penuh dendam untuk membalas perbuatan manusia biadab di luar sana.. Aku memanggil…

Aku…”

Kobaran Api besar membakar desa yang telah melakukan pemberontakan terhadap juragan-juragan , penjajah, dan antek-anteknya.

Mereka mengejar hingga ke rumah kayu di tengah hutan dan menemukan jasad anak perempuan dengan kayu runcing menusuk jantungnya bersama.
Ketika sesrang dukun mencoba mengeluarkan jasad Yati, sesuatu yang mengerikan terlihat di rumah itu.

sesosok boneka nini thowok terlihat melayang di atas langit-langit rumah itu dan jatuh menusuk tubuh dukun itu dengan kayu runcing tepat di punggungnya berkali kali tanpa ampun.
Dukun itu meronta-ronta dan tidak dapat menyelamatkan diri. Ketika ada orang lain yang mencoba masuk untuk menyelamatkan dukun itu, seketika tubuh orang itu menghitam seperti membusuk tak lama setelah ia memasuki bangunan tua itu.
Tepat sebelum boneka terkutuk itu keluar dari bangunan , orang-orang sakti suruhan dari manusia-manusia biadab itu membacakan berbagai mantra untuk melemahkan boneka nini thowok itu dan menyegel rumah kayu itu dengan ilmunya sehingga Boneka itu terkurung tak bisa keluar.
Cerita mengenai pembantaian Yati dan warga desa hilang begitu saja seiiring dengan begitu banyaknya pembantaian yang dilakukan penjajah dan bangsawan tamak di jaman itu.
Mereka melupakan keberadaan sosok roh Yati yang mendiami boneka Nini Thowok dan terkurung di rumah kayu di tengah hutan.
Boneka itu terus menumpuk kebencian dan dendam pada semua orang yang membiarkan warga desa dan orang tuanya mati hingga dan tidak ada yang tahu kengerian apa yang akan terjadi ketika boneka itu terlepas dari kurunganya.

(Bersambung part 3 tamatnya - Malam jumat depan ya )
TEROR BONEKA PENARI
Part 3 - Legenda Kelam Boneka Penari

Kepergian para penjajah dari bumi Nusantara membuat perubahan yang sangat besar di negeri ini dan mengakibitkan pembangunan besar-besaran yang terjadi di berbagai lini.
Beruntung aku hidup di Jaman ini di mana begitu banyaknya kebutuhan untuk sumber daya pembangunan seperti yang diusahakan oleh tempatku bekerja saat ini, Industri Kayu.
Sebuah perusahaan yang cukup besar , menerima ijin untuk mengelola sumber daya hutan dan melakukan penebangan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tentunya dengan tanggung jawab untuk penanaman kembali seperti yang sudah diamanahkan oleh pimpinan-pimpinan baru negara ini.
Indra, itu namaku..
Ini bulan kelima aku bekerja di perusahaan ini setelah memutuskan merantau dari kampung halamanku di Jawa Timur.

“Yah, Sayur lodeh lagi..” Ucap seseorang yang berdiri di sampingku sambil mengantri makan siang yang disediakan oleh perusahaan kami.
Itu Fahmi, Teman satu bagianku yang sudah lebih lama beberapa bulan lebih dulu di tempat ini. Kami cukup akrab karna kami tinggal di daerah yang berdekatan.

“Lha kenapa? kan enak.. dulu di kampungku gak jauh-jauh dari telo, nasi jagung, ketemu tempe aja udah seneng” Ucapku.
“Ya.. kalo perbandinganya begitu bener juga sih. Tapi namanya bosen kan wajar Dra..”

Kantin karyawan kami hanya bangunan non permanen yang didirikan menggunakan papan-papan triplek. Untungya jumlah meja dan kursi tersedia cukup banyak walau sampai keluar-luar.
“Dra, katanya minggu depan kita mulai ngegarap hutan sebelah barat, bener ga itu?” Tanya Indra sambil mengunyah sayur lodehnya dengan lahap, bertentangan sekali dengan ucapanya tadi.
“Hutan barat yang ada bangunan tuanya itu? kalau beneran sih nekat namanya..” Balasku.
Hutan sisi barat sebenarnya hanya hutan biasa sama seperti hutan lain yang kami garap. Namun saat pekerja sebelumnya mencoba untuk memasuki hutan itu, tiba-tiba segerombolan orang berbaju hitam melarang pekerja untuk masuk.
Anehnya gerombolan orang-orang itu segera menghilang tanpa jejak tepat setelah memperingati pekerja yang hendak masuk ke hutan itu.
Pernah juga tiba-tiba seorang mandor yang tidak mengindahkan peringatan itu masuk ke dalam hutan dan ditemukan tidak sadarkan diri di sekitar sungai.
Saat tersadar ia berteriak-teriak seperti orang gila.
“Ampun nek… ampun… hentikan nek…” Kata-kata itu terus terucap dari mulutnya hingga perusahaan memutuskan untuk memulangkanya.

Mungkin karena sudah cukup banyak pekerja baru yang tidak mengetahui tentang hutan itu , mereka memutuskan untuk mencoba menggarap hutan itu lagi.
“Kabarnya kali ini Bos minta bantuan dukun dari warga sekitar untuk mengusir penunggu hutan itu” Cerita Fahmi.
“Dukun? Beneran udah gila tuh si bos.. kalau kenapa-kenapa yang jadi korban kita yang di lapangan bukan dia” Balasku.
“Ya kita positif thinking dulu aja, siapa tahu beneran berhasil..”
Aku menghela nafas dan melanjutkan makanku.
“Semoga saja bukan kita yang ditugaskan di sana ya .. “
Aku dan Fahmi tinggal di mess yang disediakan perusahaan , sebuah mess yang cukup besar dan diisi hampir lebih dua puluh karyawan.

Seperti biasa , jumlah kamar mandi yang hanya ada tiga bilik membuat kami selalu mengantri setiap akan berangkat kerja ataupun sepulang kerja.
Kami sudah terbiasa dengan ini, malahan di saat-saat beginilah kami lebih sering ngobrol.

“Malam ini jangan ada yang keluar mess ya, dan tutup semua pintu dan jendela. Jangan dibuka apapun yang terjadi” Ucap Tito staff senior yang sekaligus menjadi koordinator di mess ini.
Mendengar ucapan itu suara berbisik muncul di antara semua buruh yang sedang mengantri untuk mandi.
“Jadi bener, malam ini dukun suruhan bos akan masuk ke hutan itu?”
“Haduh.. bener-bener nekad si bos, pokoknya kalau sampai aku yang kebagian di hutan itu, aku milih resign”
“Sama… ternyata sebelum hutan ini di garap sama perusahaan ini, sudah banyak korban jiwa di hutan barat itu, aku masih sayang nyawa”
Entah, semengerikan apa kejadian-kejadian yang ada di sana. Sepertinya yang aku tahu hanya sedikit dari hal besar yang tersembunyi di sana.
...
Terdengar suara musik mengalun dengan lembut bersamaan dengan suara seorang pria yang meneriakan kata-kata penyemangat untuk penari.
Ini tengah malam, tidur nyenyakku terganggu dengan suara-suara musik yang entah tidak dapat dijelaskan dari mana asalnya. Apalagi mess ini cukup jauh dari pemukiman warga.
Aku mencoba menutup mata untuk melanjutkan tidurku.Tetapi suara alunan musik itu mendayu-dayu dengan lembut dan perlahan semakin keras.
Sayu-sayu aku melihat bayangan seseorang yang menari di balik tirai jendela kamarku.
Bukan.. bukan tarian, orang itu hanya bergoyang secara simetris ke kiri dan kanan seperti mengikuti arah angin. Namun entah mengapa gerakanya seperti mengikuti alunan suara musik itu.
Penasaran dengan bayangan itu, aku memutuskan untuk menghampiri ke jendela tepat saat bayangan itu mendekat.
Aku menyibakkan gorden jendela yang hanya terbuat dari kain usang.
Anehnya bayangan yang mendekat itu tidak terlihat di manapun dan suara musik tadipun tidak terdengar sama sekali.
Aneh, sungguh aneh.. saat aku memalingkan tubuhku suara musik itu mulai terdengar lagi dan tak lama setelahnya tiba tiba terdengar suara jendela yang diketuk dengan ketukan yang sangat lambat.
“Si—siapa?”
Tidak ada satupun yang menjawab, namun bayangan seseorang terlihat berdiri terpaku di balik jendela kamarku. Dan ketika aku membuka tirai itu sekali lagi, aku terjatuh tersungkur ke lantai setelah melihat pemandangan yang mengerikan.
Sebuah boneka yang dibuat dari batok kelapa yang dicat berwarna putih dan didandani layaknya penari berdiri di depan jendela kamarku melayang, tanpa pijakan.
Seketika aku teringat ucapan Tito tadi untuk tidak membuka pintu ataupun jendela apapun yang terjadi. Aku telah melakukan sebuah kesalahan.
Sebelum aku sempat berlari mendadak keberadaan makhluk itu menghilang bersamaan dengan kedipan mataku tanpameninggalkanjejak sama sekali.
Tak melewatkan kesempatan, aku menutup kembali tirai jendela kamarku dan berusaha melupakan kejadian mengerikan itu.
“Ini! Nenek inilah dukun brengsek yang menghalangi kita untuk menggarap hutan barat” Ucap Bos dengan seorang pria berbaju hitam dan berjenggot panjang di sisinya.
Di hadapanya terlihat seorang nenek yang tergantung tak berdaya di atas pohon dengan kepala di bawah bersama bermacam macam bekas luka di sekujur tubuhnya.
Bos dengan sengaja menunjukan pemandangan mengerikan itu kepada anak buahnya dengan maksud memberi tahu bahwa kami tidak perlu takut lagi untuk menggarap hutan barat karena penyebab kutukan di hutan itu sudah diatasi.
“Sudah! Kalian sudah tidak perlu khawatir lagi dengan hutan itu! Mulai besok kita mulai kerjakan sektor barat”
Bos dengan tegas memberikan perintah kepada kami dan memerintahkan kami untuk bubar meninggalkan nenek dukun itu terbaring lemah di tanah.
Tepat ketika semua buruh sudah pergi aku masih terpaku dengan tubuh lemah nenek itu dan tidak tega dengan apa yang terjadi denganya.
Setelah keadaan mulai aman aku mengambil perlengkapan P3k , menurunkan nenek itu dan mengobati luka-lukanya.
Dengan perlahan aku menutup semua luka di kulitnya menggunakan perban dan membalurkan minyak gosok ke bagian yang memar.
“Nek.. benar apa yang dikatakan Bos kalau nenek seorang dukun?”
Dengan lemahnya nenek itu mengangguk tanpa menyangkal.
“Mandor sebelumnya ditemukan tak sadarkan itu juga ulah nenek?”
Reaksi yang sama ditunjukan ditunjukan olehnya dengan wajah yang meringis kesakitan. Namun aku merasa penasaran tentang alasanya melakukan itu.
“Kenapa nek?” Tanyaku.
“Bangunan tua itu.. terkutuk” ucapnya dengan lemas. “Pergi dari tempat ini secepatnya sebelum terlambat”
Nenek tua itu berusaha mengeluarkan kata-kata itu sekuat tenaga sebelum akhirnya berusaha berdiri dan berusaha meninggalkanku dengan tertatih tatih dan aku berusaha membantunya untuk mulai berjalan.
“Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akan ada banjir getih dan darah akan bertumpahan di mana-mana.”
“Maksud nenek apa?”
“Pergilah bocah, nyawamu tidak sebanding dengan apapun yang kamu dapatkan di tempat ini”
Nenek itu kembali berjalan tertatih dan meninggalkanku.
Entah apa yang kulakukan ini benar atau salah. Tapi kalau sampai nenek itu kembali dan membalas dendam tentu aku akan merasa sangat bersalah.

“Heh Fahmi, gimana? Petugas yang dipekerjakan di sektor barat jadi pada resign?” Tanyaku pada Fahmi yang lebih dulu sampai di kantin.
“Mana? Nggak ada.. mereka jadi percaya diri dengan adanya dukun itu, dan lebih lagi… gaji mereka dinaikin. Mana ada yang mau resign” Jelas Fahmi.
Aku menghela nafas sambil menyeruput teh hangatku.
“Aku ada perasaan gak enak Fahmi..”
Fahmi menoleh ke arahkudan menatapku seolah ingin menyampaikan sesuatu.
“Dra.. kalau ada satu aja kejadian aneh setelah dibukanya sektor hutan barat, mungkin aku bakal resign” Ucapnya tiba-tiba.
Seketika aku merasa heran, tidak mungkin Fahmi mengatakan hal itu dengan tiba-tiba. Pasti sesuatu terjadi padanya baru-baru ini.
“E—emang kenapa mi? kok tiba-tiba?” Tanyaku.
“Halah, aku ceritain juga nggak ada yang bakal percaya” Jawabnya yang segera meletakan piringnya ke tempat piring kotor dan meninggalkanku.
Apa mungkin Fahmi juga melihat hal yang aneh semalam?
Saat sampai di mess terdengar beberapa cerita aneh dari buruh yang ditugaskan untuk mengukur wilayah kerja di sektor barat. Mulai dari buruh yang tiba-tiba pingsan hingga suara pintu yang di gedor dari dalam bangunan tua yang seharusnya tidak dihuni oleh siapapun.
Pasalnya bangunan tua itu disegel dengan kayu yang terpaku dari seluruh pintu dan jendelanya.
Fahmi yang mendengar cerita itu terlihat gelisah dan segera kembali ke kamarnya. Dengan segera aku mengejarnya dan mengikutinya.
“Fahmi, serius kamu mau pergi..” Ucapku saat ia mengambil tas besarnya dan mengemas barang-barangnya.
“Iya..” Balasnya singkat.
“Sebaiknya kamu juga ikut”
Aku menghela nafas panjang dan memperhatikan kecemasanya.
“Oke, aku ikut..” jawabku.
Fahmi kaget dengan jawabanku. Ia tidak menyangka aku akan menuruti kemauanya dengan begitu cepat.
“Tapi setidaknya besok kita pamit baik-baik dulu ke bos dan mandor”
Ia menatapku sejenak.
“Oke.. kalau cuma itu aku setuju” balasnya singkatt
Sulit untuk menyampaikan apa yang ada di benak kami berdua. namun satu yang aku mulai tahu, Fahmi juga sempat melihat hal aneh
seperti yang kulihat saat malam hari sewaktu dukun suruhan bos menangkap nenek itu.

Pagipun datang, aku dan fahmi segaja bersiap berangkat lebih pagi dengan mempersiapkan semua barang – barang kami.
“Apapun yang membuatmu mengambil keputusan ini, kamu harus menceritakanya selama perjalanan pulang nanti” Ucapku pada fahmi dan iapun mengangguk setuju.
Belum ada siapapun yang datang ke tempat briefing.
Peralatan-peralatan berat masih terparkir dengan rapi bersama dengan gudang peralatan yang terkunci. Namun samar-samar aku melihat sesuatu yang aneh di lapangan tempat biasa kami melakukan briefing.
Angin berhembus dengan kencang mengembuskan dedaunan kering di sekitar tempat itu.
Jauh dari tempat kami berdiri terlihat seseorang terbaring tak berdaya dengan darah yang mengalir keluar dari tubuhnya. Terlihat sebuah boneka kayu seukuran manusia menancah di dadanya.
“Dra.. apa itu dra?” Tanya Fahmi.
Aku mendekat dan memperhatikan dengan lebih jelas hingga menyadari seseorang yang terbaring itu adalah dukun suruhan bos. Benda yang menusuk dadanya adalah sebuah boneka yang didandani seperti penari dengan wajah putih terbuat dari batok kelapa.
Boneka itu mirip dengan yang menghampiriku di malam itu.

“Boneka… Boneka itu!” Ucapku yang tak dapat kuteruskan ketika menyadari bahwa boneka itu mirip dengan yang kulihat saat tengah malam di jendela kamarku.
Kami mencoba melihat lebih dekat kejadian yang ada di depan mata kami. Namun samar-samar perlahan wajah boneka itu perlahan menoleh ke arah kami.
Boneka itu melayang perlahan dan menjatuhkan kayu runcingnya sekali lagi ke tubuh dukun itu hingga sekali lagi darah bermuncratan dari jasad tak bernyawa itu.

“Pergi… Pergi dari sini” Terdengar suara renta dari seorang nenek yang muncul di hadapan kami.
Ya, itu adalah nenek dukun yang kemarin dihajar habis-habisan oleh dukun itu.
“I—ini semua perbuatan nenek?” Tanyaku.
“Bodoh! Ikuti aku kalau masih sayang nyawa!” Perintah nenek itu.
Aku tidak yakin dengan apa yang terjadi namun perasaan mengerikan kurasakan dengan jelas dari posisi boneka itu berada.
Kami masuk ke dalah hutan menelusuri jalan-jalan yang jarang kami lewati.
“Dukun sok itu sudah mencoba membuka bangunan terkutuk itu. tidak akan ada yang selamat bila kalian masih berada di sini” Cerita nenek itu sambil berjalan dengan terburu-buru di hadapan kami.
“maksud nenek apa?” Tanya Fahmi.
“Iya nek.. kami juga sudah berniat untuk pergi sesuai perkataan nenek” Jawabku.
“Terlambat, makhluk itu sudah bebas.” Balasnya.
Kami berhenti di salah satu bagian sungai yang tidak jauh dari rute keluar proyek.
Nenek itu mengambil sekumpulan jerami dari kantungnya membaginya menjadi dua dan memaksa kami untuk memberikan sehelai rambut kami.
“Nek.. nenek mau apa?” Tanyaku.
Nenek itu tidak menjawab dan membacakan mantra yang hampir tidak bisa kumengerti apa maksudnya.
“Bawa ini dan pergi sejauh mungkin! Sekarang kita impas” Ucap nenek itu sambil menyerahkan kedua boneka jerami itu pada kami.
“Nggak! Nggak bisa gitu nek! Jelaskan dulu pada kami” Ucap Fahmi.
Bukanya menjawab nenek itu malah menoleh dan melotot sambil mengangkat badanya.
“Bocah- bocah goblok! Di tolong aja masih banyak nanya!” Ucap nenek itu.
Aku segera menengahi fahmi dan meminta maaf kepada nenek itu.
“Maafkan kami nek , tapi seandainya kami tahu apa yang terjadi mungkin kami bisa melakukan sesuatu..” Ucapku sesopan mungkin.
Nenek itu menghela nafas dan dengan terpaksa menceritakan kepada kami.
Selama ini nenek itu berusaha mengusir siapa saja yang mendekat ke hutan itu dengan berbagai cara. Pasalnya terdapat marabahaya yang disembunyikan di hutan itu.
Sampai pada saat dukun itu datang, ia menggunakan sebuah boneka pemanggil arwah untuk mengalahkan nenek itu.
Pertunjukan musik dilakukan oleh dukun itu bersama dengan anak buahnya dan memanggil roh untuk merasuki boneka itu. dan ia berhasil.
Roh itu mengikuti kemauanya hingga bisa mengalahkan nenek itu dengan menyebarkan berbagai kutukan yang membuat nenek itu tidak berdaya.
Setelahnya dukun itu menyiksanya seperti yang kami lihat saat briefing beberapa hari lalu.
Masih ada banyak kejadian aneh di hutan barat setelah kepergian nenek itu hingga dukun itu mencari penyebabnya dan terhenti di bangunan kayu tua terkutuk itu.
Tepat saat kayu-kayu yang menyegel rumah itu dibuka. Sosok boneka yang digunakan dukun itu mengamuk seperti berpindah tuan. Saat itu juga boneka itu mengutuk dukun itu dengan bantuan sesuatu yang ada di dalam bangunan hingga akhirnya seperti yang kalian lihat tadi.
Entah memang sudah ditakdirkan atau tidak. Sesuatu yang mendiami bangunan tua itu adalah boneka sejenis dengan yang dibuat oleh dukun itu namun sudah berumur ratusan tahun.
Roh yang berada di boneka itu sudah menyimpan dendamnya dengan sangat lama dan bersiap untuk melampiaskan kepada siapapun yang ada di dekatnya.
Mendengar cerita yang mengerikan itu kami merasa dilema untuk harus percaya dengan cerita aneh itu atau menganggapnya sebagai cerita biasa. Namun hal aneh yang terjadi di sekitar kami membuat kami untuk memilih menuruti nenek itu.
“Terima kasih nek..” Ucapku yang segera menarik Fahmi untuk pergi secepatnya dari hutan itu.
….
Sudah hampir seharian perjalanan kami untuk kembali ke kampung halaman Fahmi di kota Malang. Kota yang cukup jauh dari tempat kami bekerja.
Baru setelahnya aku akan melanjutkan perjalanan ke kampungku yang cukup terpencil
Di jaman dengan moda transportasi yang belum mumpuni ini kami harus berganti-ganti kendaraan beberapa kali dan menginap di terminal untuk sampai ke kota Malang.
“aku masih harus cerita tentang apa yang membuatku memaksa untuk berhenti?” Tanya Fahmi.
Aku menggeleng.
“Malam saat tito melarang kita untuk membuka pintu, Saat itu kamu melihat boneka itu juga kan?” Tanyaku.
Fahmi mengangguk. Sepertinya kami juga sudah terlalu lelah selama perjalanan dan memutuskan untuk menginap di terminal sebelum kembali ke rumah kami masing-masing.


Berita mengerikan terjadi di sebuah hutan perbatasan daerah jawa tengah.
Ditemukan puluhan pekerja mati mengenaskan dengan tubuh yang menghitam secara misterius. Tidak ditemukan bekas luka sayatan atau pukulan benda tumpul dari tubuh semua korban.
Semua korban adalah buruh dan karyawan dari perusahaan yang memang mendapat ijin untuk mengelola sumberdaya hutan di perbatasan itu.
Hingga kini belum ditemukan apa penyebab kematian semua pekerja. Dugaan sementara para pekerja mati karena racun dari hewan berbisa yang membuat tubuhnya menjadi menghitam.

Perkembangan berita selanjutnya akan kami informasikan siang ini di radio kesayangan anda
Berita dari radio yang berada di warung itu membangunkan kami yang tengah tertidur di pinggir terminal. Perasaan berkecamuk merusak pagi yang harusnya menjadi semangat kami saat itu.
“Dra, boneka jerami!” Ucap Fahmi dengan tubuhnya yang masih terlihat bergetar merinding sama seperti yang kurasakan.
Dengan segera kami mengecek boneka jerami pemberian nenek itu yang kami simpan di tas, dan yang terjadi pada boneka itu membuat kami merasa tercengang.
Kedua boneka jerami itu berubah menjadi hitam legam dengan tiap helainya mulai rapuh dan rusak. Saat menggenggamnya aku merasakan kekuatan mengerikan yang membuat bulu kuduku berdiri.
Kami tidak dapat berkata apa-apa saat itu. mungkin saat ini hanya kami yang tahu penyebab kematian seluruh pekerja di hutan itu yang sama sekali tidak masuk di akal sehat manusia.
Tak hanya itu, mungkin hanya kami yang tahu bahayanya sosok makhluk yang menyebabkan kematian masal di sana , dan masih banyak korban yang akan bergelimpangan dengan keberadaan boneka penari berumur ratusan tahun itu.

-TAMAT-
Catatan penulis :
Kisah mengenai boneka Nini thowok / Nini Thowong / Chowong sudah banyak beredar di berbagai wilayah di Pulau jawa.
Sebagian besar menceritakan bahwa boneka Nini thowok ini adalah jelangkung perempuan yang berfungsi sebagai perantara manusia dengan roh.
Sebagian lagi bahkan menceritakan bahwa boneka Nini thowok ini merupakan kesenian daerah untuk menarik wisatawan dengan menampilkan tarian mistis dari boneka yang diisi dengan roh.
Namun tujuan dari cerita ini adalah mengingatkan kita tentang bahayanya keberadaan sosok “mereka” yang berada di alam lain yang tidak bisa kita kendalikan.
Kisah ini merupakan kisah turun temurun yang terjadi jauh cukup lama sebelum era modernisasi di mana budaya Jawa masih kental dengan klenik dan dunia mistis.
Dan keberadaan boneka yang menghuni bangunan itu masih belum diketemukan hingga sekarang.
Ada yang berpendapat bahwa ada orang sakti berhasil menenangkan rohnya dan menghancurkan boneka itu ,namun ada pula yang berpendapat boneka itu berada di suatu tempat dan masih mencari mangsa untuk melampiaskan dendamya.
Yang pasti mohon singkapi kisah ini dengan bijak. Silahkan diambil positifnya dan dibuang negatifnya.
Mohon maaf apabila ada salah kata atau bagian cerita yang menyinggung.

Terima kasih.
***
O iya, yang mau mendukung penulis dengan membeli E-Booknya bisa juga mampir di @karyakarsa_id ya ^^

Terima kasih
karyakarsa.com/diosetta69/ter…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

Nov 21
PERANG TANAH DANYANG
Part 7 - Perang Pertama

Tiga zaman bersatu dalam peperangan makhluk dari alam yang tak kasat mata. Nyawa Manusia adalah amunisisnya..

#bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bacahorror Image
Suara derap kuda terdengar memecah keheningan malam, mendekati barak prajurit dengan cepat. Para penunggangnya turun tergesa-gesa, wajah-wajah mereka penuh ketegangan. Mereka langsung menuju tenda besar di tengah barak, tempat raja berada.

"Berhenti! Raja ada di dalam!" seorang penjaga menahan mereka dengan tangannya terentang.

"Kami harus bertemu yang mulia! Ini keadaan darurat!" Pemimpin mereka bersikeras.

Penjaga itu memerhatikan mereka sejenak, mengenali lencana-lencana khas yang menghiasi seragam mereka. Pasukan elit Cakra Manunggal, yang langsung di bawah komando Prabu Ramawijaya.

"Baiklah, tunggu sebentar…" ujar sang penjaga sambil memasuki tenda.

Ramawijaya telah menduduki tahta dan membangun kerajaan Darmawijaya sebagai kerajaan dengan pertahanan militer yang kokoh.

Mereka mampu menggetarkan kerajaan besar di sekitarnya, namun bukan itu tujuan utamanya. Perang para danyang semakin dekat, dan bertahun-tahun lamanya, bencana semakin melanda.

Tak lama kemudian, mereka diizinkan masuk. Di dalam tenda, Prabu Ramawijaya dan para patihnya tampak berkumpul, membahas sesuatu yang tampaknya mendesak.

Pemimpin pasukan itu melangkah maju dan berkata tegas, "Yang mulia, kabar ini harus disampaikan segera."

Prabu Ramawijaya menatapnya tajam. "Panglima Cakra, aku mengenalmu terlalu baik untuk tahu bahwa kau tak akan menggangguku tanpa alasan. Katakan."

Dengan satu langkah cepat, Panglima Cakra mendekat dan tiba-tiba mencabut pedangnya. Patih-patih lain sontak bereaksi, namun terlambat. Pedang Cakra menembus dada Patih Renggana.

"Cakra! Apa yang kau lakukan?!" Patih Raksawira menghunus pedangnya, mengarahkannya tepat ke leher Panglima Cakra.

Namun Panglima Cakra tak bergeming. "Aku tak akan bicara sampai pengkhianat ini tak lagi bernyawa," katanya dingin, sementara para penjaga dipanggil untuk menyelamatkan Patih Renggana yang sekarat.

Patih Raksawira tak bisa menahan amarahnya dan mengangkat pedang untuk menebas leher Panglima Cakra. Tapi tiba-tiba, suara berat terdengar dari arah pintu.

"Tahan, Raksawira!"

Semua mata tertuju pada seorang pria dengan pakaian lusuh dan tubuh penuh debu yang baru saja memasuki tenda. Walau penampilannya sederhana, auranya membuat para patih berhenti seketika.

"Abimanyu?! Cakra telah mencoba membunuh Patih Renggana! Kita tak bisa membiarkannya begitu saja!" seru Raksawira, mengarahkan ujung pedangnya ke Panglima Cakra. Namun, Abimanyu hanya menatap tajam.

Seluruh patih menundukkan kepala sedikit, sadar betul siapa pria itu.

Dia adalah Abimanyu Darmawijaya, pewaris dari Prabu Arya Darmawijaya, yang berjanji mendampingi Prabu Ramawijaya untuk menjaga Kerajaan Indrajaya sejak kepergian Raja Indrajaya.

Patih Renggana menekan luka di dadanya, mencoba mempertahankan nyawanya. Setiap tarikan napas terasa seperti api yang membakar, namun ia berusaha memperpanjang hidupnya sejenak, berharap ada seseorang yang membantunya.

Srratt!

Dalam sekejap, Abimanyu sudah berada di samping Prabu Ramawijaya, dan di tangannya tergenggam kepala Patih Renggana yang sudah terpenggal dari tubuhnya. Hening menggantung di udara, seakan waktu berhenti sejenak.

Tenda itu bergetar dalam kesunyian, hingga tubuh Patih Renggana menyadari bahwa ia telah kehilangan kepalanya. Seketika, semburan darah memuncrat deras, membuat para patih mundur ngeri.

“Jadi, dia pengkhianatnya?” tanya Prabu Ramawijaya dengan suara tenang, nyaris tak terpengaruh oleh pemandangan mengerikan itu.

Abimanyu mengangguk ringan sambil duduk di sisi Prabu Ramawijaya. “Benar. Dia adalah patih di kerajaan kita, namun sekaligus Raja di kerajaan Tunggul Giri.”
Read 15 tweets
Nov 14
PERANG TANAH DANYANG
Part 6 - Tanah Para Danyang

Awal mula Perang Para Danyang di masa lalu terungkap. Takdir darah sambara terikat di masa itu

#bacahoror Image
Suara gemuruh dari puncak Mahameru menggema, menggetarkan bumi dan langit. Mahameru, yang berdiri megah di Jawa Timur sebagai paku penyeimbang Pulau Jawa, kini memuntahkan isinya.

Dharrr!!!

Batu-batu besar terlontar dari kawahnya, menghantam pepohonan di kawasan Kalimati, menciptakan kepanikan di antara mereka yang ada di sana.

"Menyingkir!" teriak seseorang, memberi isyarat pada sekelompok pasukan yang menerobos letusan dahsyat itu.

"Ini gila! Siapa yang terpikirkan untuk menerobos letusan gunung seperti ini?!" teriak Raja Indrajaya dengan napas memburu, mencoba menghindari lontaran batu panas yang jatuh dari langit.

"Siapa lagi kalau bukan Pangeran Baswara, putra andalanmu itu, yang mulia..." sahut Panglima Brasma sambil melirik ke arah Baswara yang tanpa ragu maju lebih dahulu.

Di depan, Baswara membuka jalan dengan segenap tenaga, dibantu oleh kawanan kera putih yang melompat lincah di antara lahar. Seekor kera putih menari melompat di antar pepohonan, membaca aliran energi panas yang memancar dari gunung, menghindari setiap bahaya yang muncul.

"Ayah! Dia di sana!" teriak Baswara, menunjuk ke arah pusaran api yang berkobar di antara kepulan awan panas di puncak Mahameru.

Raja Indrajaya dan Panglima Brasma menyaksikan dengan mata mereka sendiri kekacauan itu, kekuatan yang tak terkendali memutar-mutar di puncak tertinggi pulau.

"Kalian, kembali! Setelah ini urusan kami sekarang!" seru Raja Indrajaya kepada para prajurit yang mendampingi mereka.

"Ta—tapi, yang mulia! Tempat itu terlalu berbahaya! Biarkan kami ikut bersama!" pinta seorang prajurit dengan nada cemas.

"Jangan sia-siakan nyawa kalian. Ramajaya dan Kerajaan Indrajaya masih membutuhkan kalian!" Raja Indrajaya menegaskan, suaranya penuh kewibawaan.

Walaupun hati mereka berat, para prajurit itu pun memutuskan untuk mundur, meninggalkan tiga sosok yang akan melanjutkan perjalanan ke pusat bencana.

"Prajurit Indrajaya!" panggil Baswara tiba-tiba. Ia menghampiri para prajurit yang berbalik badan. Mereka menoleh, menatapnya dengan kebingungan.

“Sampaikan salamku pada Ramajaya, dan berikan ini padanya.” Baswara melepas sebuah ikatan tali dari pinggangnya dan menyerahkannya kepada salah satu prajurit.

Begitu tali itu berpindah tangan, prajurit tersebut terhenyak oleh beban kekuatan yang terkandung di dalamnya. Dengan susah payah, ia menggenggam tali itu.
Read 12 tweets
Oct 31
PERANG TANAH DANYANG
Part 5 - Ratusan Tahun Yang Lalu

Widarpa menghilang, Daryana mulai bergerak. Bencana dimulai dari zaman itu...

#bacahorror @bacahorror Image
Suara senjata beradu di tengah rumah terpencil di pinggir hutan. Bukan sebuah kekacauan, namun sebuah pemandangan unik dimana seorang pendekar bertarung melawan lebih dari lima anak- anak kecil.

“Eyang! Ini jurus kodok terbang dari bukit nestapa!”

Seorang anak melakukan sebuah gerakan lucu sambil mengayunkan tongkat kayunya yang panjang.

“Heh! Kertasukmo, mana ada kodok bisa terbang?!” Ucap pendekar itu sambil tertawa dan menghindarinya.

“Hahaha! Dia emang hobinya gitu, Eyang Daryana! Ngasi nama jurus aneh-aneh, tapi gerakannya nggak jelas!” Tawa Purbawengi yang masih mencari celah untuk menyerang Daryana dengan sebuah senjata pisau di tangannya.

“Biarin! Kata Bapak, ngasi nama jurus harus keren biar lawan gentar!” Balas Kertasukmo.

Brakk!! Brakk!! Brakk!!

Beberapa pukulan sekaligus menjatuhkan anak-anak yang mengepung Daryana.

“Aduh! Sakit, Eyang!” Keluh Wirabumi yang terjatuh merasakan pukulan paling keras diantara yang lainnya. Namun dengan segera Daryana mengulurkan tangannya.

“Maaf, Eyang sengaja. Karena kelak, kamulah yang akan menjadi pelindung mereka semua..” Ucap Daryana

Wirabumi tak lagi mengeluh. Ia berdiri dengan bangga mendengar ucapan Daryana, Eyang kebangganya itu.

Mereka pun berkumpul kembali ke pendopo untuk beristirahat sekaligus menghabiskan waktu di sana.

Itu adalah terakhir kalinya Daryana menemui cucu-cucunya. Perjalanan hidupnya membuatnya menemui wanita-wanita hebat yang mengaguminya.

Keempat istri Daryana terpencar di berbagai daerah dan dari mereka lahirlah orang tua dari Wirabumi, Kertasukmo, Purbawengi, dan keturunan Sambara yang lain.

Setelah menyempurnakan Ajian Pemutih Raga, Daryana melakukan perjalanan untuk mencari ayahnya Widarpa Dayu Sambara. Setidaknya di umur sehatnya ia ingin melakukan perjalanan, dan memastikan keadaan ayahnya yang telah lama menghilang dan tak lagi menemuinya.

Sama seperti Widarpa, walau keberadaanya menghilang dari keluarganya, ia telah meninggalkan serpihan-serpihan kesaktiannya yang mungkin bisa akan berguna bagi keturunannya kelak. Sebelum dirinya menua, Daryana berniat mengamalkan ilmunya serta menemukan ayahnya itu.

***
Read 15 tweets
Oct 24
PERANG TANAH DANYANG
Part 4 - Penduduk Masa Lalu

Cahyo kembali ke desa itu, tempat dimana ia telah berdosa pada penduduk yang tinggal di sana. Sebuah desa yang dihuni oleh Trah keluarga yang mengucilakna dirinya. Trah Rojobedes...

@bacahorror #bacahorror Image
Part Sebelumnya bisa dibaca di sini ya :
part 1 : x.com/diosetta/statu…
part 2 : x.com/diosetta/statu…
Part 3 : x.com/diosetta/statu…

Semoga teman-teman berkenan meninggalkan komen setelah membaca part ini..
Wabah di desa Darmo Kulon menewaskan lebih dari dua puluh nyawa. Anggoro sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ia tak mampu berbuat banyak kepada mereka yang sudah sekarat.

Setidaknya, kedatangan Anggoro menghentikan jumlah korban yang terus bertambah.

“Ustad. Apa yang terjadi antara Mas Cahyo dan Raden Suto Benggolo di bukit? Mengapa Mas Cahyo tidak kembali ke sini?” Anggoro terlihat cemas saat mengetahui Ustad Imran kembali tanpa Cahyo.

“Tidak usah khawatir. Mas Cahyo baik-baik saja. Pasti kamu juga dengar suara khas knalpot vespanya saat melintas tadi, kan?”

Anggoro memang mengingat suara berisik yang melintasi desa setelah subuh. Ia baru sadar bahwa itu suara motor tua milik Cahyo.

“Lantas kenapa Mas Cahyo tidak kembali ke desa, Ustad?”

Ustad Imran menghela nafas menunjukkan wajahnya yang bingung menjelaskan apa yang terjadi.

“Apa yang ia hadapi jauh lebih besar dari bencana yang ada di desa ini, Mas Anggoro. Sesuatu yang benar-benar tak terbayangkan oleh manusia pada umumnya..”

Anggoro membaca raut muka Ustad Imran. Ia mencoba memahami kegelisahan dalam dirinya. Namun satu kabar dari Ustad Imran cukup membuat Anggoro dan warga desa lega.

Ustad Imran mengatakan bahwa tanah di desa Darmo Kulon sudah diruwat. Tak ada lagi kutukan yang mengikat desa tempat mereka tinggal. Jasad-jasad sudah bisa dimakamkan di tanah mereka.

Mendengar kabar itu, warga desa, terutama mereka yang ditinggalkan oleh keluarganya tak mampu menahan air mata.

Kini mereka benar-benar terlepas dari kutukan Raden Suto Benggolo. Namun Ustad Imran sendiri belum bisa tenang. Semua tidak ada artinya jika Cahyo gagal menangani sosok yang jauh lebih berkuasa dari Raden Suto Benggolo itu.

“Setidaknya saya ingin menyampaikan, jika suatu saat ia membutuhkan kemampuan medis saya, saya siap membantu Mas Cahyo kapan saja..” Anggoro membersihkan tangannya sambil menatap langit pagi hari di desanya. Ustad Imran mendekat dan berdiri di sebelahnya.

“Saya merasa, waktu itu akan tiba…”

***
Read 10 tweets
Oct 17
Di Balik Jejak Melati
- a horror thread –

Bau Melati yang semula menenangkan kini berubah menjadi isyarat kematian.

Sosok pendendam yang membawa ketakutan untuk warga desa. Ia tak akan tenang sebelum dendamnya terpuaskan.

#bacahorror @bacahorror Image
Namaku Arya, seorang jurnalis lepas yang terbiasa menggali cerita kriminal, misteri, hingga horor.

Adrenalin selalu terpacu saat menemukan kisah misteri yang belum terungkap, dan biasanya aku mendapatkan info dari kantor, narasumber, atau teman-teman.
Tapi kali ini, sumbernya berbeda.
Berulang kali aku bermimpi tentang sebuah desa. Desa yang selalu sunyi saat malam tiba, penduduknya dicekam ketakutan oleh sosok tak kasat mata yang meneror mereka.
Read 66 tweets
Oct 17
PERANG TANAH DANYANG
Part 3 - Jeritan Alam terkutuk

Part 1 : Sendang Mayat
x.com/diosetta/statu…
Part 2 : Ratu
x.com/diosetta/statu…

#bacahorror @bacahorror Image
Ada legenda yang mengatakan bahwa manusia, hanya menempati satu dari sekian ribu alam yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta.

Alam manusia, alam roh, alam mimpi, alam antara, akhirat, khayangan, atau berbagai macam nama yang sering tersebut di berbagai kepercayaan mungkin memiliki tempat tersendiri yang tak mudah dijangkau oleh manusia.

Tapi di balik itu, setiap alam memiliki ikatannya sendiri dan saling mempengaruhi dengan caranya sendiri.

Tapi satu alam pernah mati menyisakan kesadaran yang memaksa dirinya sebagai alam untuk mendapatkan energi hidup dari alam lain.

Alam itu sadar bahwa tak ada makhluk yang berhak memiliki keinginannya sendiri. Jika hanya ada satu kesadaran untuk semua makhluk di satu alam, maka alam itu akan bangkit menjadi alam yang terkuat.

Jagad Segoro demit. Hanya amarah dan nafsu yang diizinkan untuk ada di sana. Setiap makhluk perlahan akan melupakan dirinya dan menjadi satu kesadaran dengan alam itu.

Hanya kegilaan dan kekacauan yang terus ada mengorbankan darah dan nyawa untuk kembali lahirnya sebuah alam yang telah mati.
Akan ada waktunya alam ini merebut alam manusia untuk menjadi bagian darinya..

***
Dananjaya Sambara. Itu namaku, dan aku adalah seorang manusia. Iya! Aku benar-benar manusia. Namun saat ini aku terpaksa menjebak diriku di alam tempat bangsa setan, dan lelembut berasal. Sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika kami tidak menghentikannya.

Sebuah peperangan antara makhluk yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu akan terjadi dan mengoyak batas alam antara alam manusia dan Jagad Segoro Demit. Aku di sini untuk menghentikan itu semua.

Tapi, sepertinya keberadaanku tidak dibutuhkan.
Di hadapanku berdiri seorang sesepuh leluhur Trah Sambara yang telah mengurung dirinya di Jagad Segoro Demit Selama ratusan tahun. Seseorang yang menjaga kesakralan Trah Sambara dari alam terkutuk.

Eyang Wirabumi Dayu Sambara.

“Terlemah?” Gumamku saat Eyang Wirabumi mendakwaku sebagai trah sambara yang terlemah. Aku tak bisa membantahnya, mungkin ucapannya benar. Aku memang tidak memiliki ajian-ajian sesakti Paklek dan Jagad.

“Bagaimana bisa kalian membawa manusia seperti dia ke alam ini?! Apa tidak ada pilihan lain!!” Teriak Eyang Wirabumi pada Nyi Purbawengi dan Eyang Kertasukmo.

Mereka tak menjawab dan memilih mundur sambil tersenyum. Aku menoleh pada Nyi Sendang Rangu dan ia justru berpaling seolah tak ingin terlibat dengan permasalahan Trah Sambara.

“Arrrgggh!! Mengapa kalian jadi setolol ini! Jangan salahkan aku jika dia mati dalam pertempuran!” Teriaknya sambil berpaling membuang muka, namun baru melangkah sesaat ia kembali menoleh ke arahku dan menunjukkan jarinya ke wajahku.

“Dan kau! Jangan sampai kau menjadi batu sandungan untuk kami!” Ancam Eyang Wirabumi.
Aku berusaha untuk tidak merespon apapun. Selain tidak mengerti dengan keadaan di alam ini, Eyang pasti punya alasan untuk sebegitu selektifnya menilai aku dan yang lain.

“Dia hanya tidak ingin ada lagi yang mati..” Ucap Nyi Purbawengi.

“Percayalah, walau perangainya buruk dia salah satu leluhur kita yang paling baik,” Tambah Eyang Kertasukmo.

Aku hanya menghela nafas sambil berusaha tersenyum. Perangai emosinya itu memang sedikit mirip dengan Eyang Widarpa. Seandainya Eyang masih ada, mungkin akan seru jika mereka berdua bertemu.

“Kepala Ki Kundawayan itu, apa eyang yang menghabisinya?” Tanya Mas Jagad.

Tak hanya Mas Jagad, aku pun merasa penasaran bagaimana makhluk sekuat itu dan hampir membunuh kami bisa takluk begitu saja.
Eyang Wirabumi mencabut keris dari kepala itu. Ia melangkah menuju sebuah ruangan dimana terdapat sebuah cermin di sana.

“Aku melihat semua pertarungan kalian dari Koco Benggolo. Ledakkan kekuatan telur jagat membuatnya lemah, saat tiba di Jagad Segoro Demit, kami menggunakan kesempatan itu untuk menghabisinya..” Jelas Eyang Wirabumi.

“Kami?” Paklek bertanya.

Eyang Wirabumi memalingkan wajahnya dari cermin dan kembali menatap ke arah kami.

“Aku tidak seorang diri di sini, leluhur kalian yang lain terpencar di alam ini. Mereka menghimpun kekuatan dan memburu danyang yang bersekutu dengannya.”
Aku semakin penasaran dengan wujud dari leluhur-leluhurku. Hampir setiap dari mereka memiliki sifat yang berbeda, dan kehebatannya sendiri-sendiri. Setiap kemampuan itulah yang menurun kepada kami.

“Wirabumi, kau sudah mendapatkan pusaka itu?” Eyang Kertasukmo tiba-tiba membuka pembicaraan. Namun Eyang Wirabumi membalasnya dengan menggeleng dan menghela nafas.

“Aku hampir tidak percaya jika pusaka ratu ular itu memang ada di alam ini. Sudah ratusan tahun aku mencarinya, petunjuk yang kita miliki menuntun kami ke hasil yang kosong..”

Aku dan Paklek mempertanyakan apa yang dimaksud pusaka ratu ular itu? apa pusaka itu sepenting itu hingga leluhur kami mencari selama ratusan tahun.

“Eyang, apa pusaka ratu ular memang sepenting itu?” Tanyaku pada Nyi Purbawengi.

Nyi Purbawengi mengajak kami untuk duduk di ruangan itu. Koco benggolo terlihat menutup dengan sendirinya ketika kami menjauh. Sekilas aku melihat bayangan dua orang perempuan yang berjalan di sebuah desa tua. Tapi apa yang kulihat itu tidak untuk kubahas saat ini.

“Pusaka Ratu Ular merupakan penentu perang para danyang di zaman dulu. Kami semua hampir musnah oleh kekuatannya…” Jelas Nyi Purbawengi.

Ia menceritakan saat Danyang putih dan trah sambara berhasil menghentikan peperangan dengan menaklukkan danyang hitam, ada sosok danyang dari bukit pesisir yang berkhianat. Ia menggunakan pusaka ratu ular yang seketika memakan ratusan nyawa untuk membangkitkan kembali kekuatan danyang hitam.

“Pengkhianat?” Tanyaku.

Nyi Purbawengi mengangguk. Danyang itu menitiskan kekuatan dewi samudera, namun ia lahir dari tanah terkutuk.

“Siapa? Apa namanya dikenal di alam manusia?” Tanya Mas Jagad.

“Manusia memujanya untuk menanti berkah alam, namun ada yang menyembahnya untuk mendapatkan kekayaan. Di alam manusia ia merupakan sosok anggun yang dikenal dengan nama Dewi Naganingrum..” Eyang Kertasukmo mencoba menjelaskan.

Ia menambahkan bahwa nama dan sosok anggun itu hanyalah kedok. Wujud sebenarnya adalah seekor ular raksasa yang menguasai tanah bukit pesisir.

“Berarti saat ini dia ada di alam manusia?” Aku memastikan.

“Naganingrum hidup di dua alam. Ia mempunyai raga yang terkurung di alam ini, dan roh di alam manusia..” Jelas Nyi Purbawengi.

Braakk!!!
Pukulan keras Eyang Wirabumi menghantam lantai kayu bangunan itu.

“Kupastikan ia akan mati tak bersisa saat berhadapan denganku!!” Teriak Eyang Wirabumi.

Aku merasa ada permasalah pelik yang membuat Eyang Wirabumi begitu dendam dengan sosok Naganingrum itu.

Di tengah kebingungan itu, tiba-tiba koco benggolo memantulkan cahaya api yang begitu pekat. Eyang Wirabumi meninggalkan tempatnya dan bergegas menghampiri cermin itu. Ia buru-buru mengambil kerisnya lagi dan hendak meninggalkan ruangan.

“Eyang?! Ada apa?!” Tanyaku.

Jagad menatap ke koco benggolo dan wajahnya seketika diliputi amarah.

“Brengsek! Mereka membakar satu bangunan yang menampung puluhan anak kecil! Apa yang mereka lakukan?!”

Aku menghampiri ke arah mas jagad, dan pemandangan mengerikan itu benar-benar terpampang di koco benggolo. Suara anak-anak yang berteriak ketakutan pun terdengar samar dari cermin itu.

Eyang Wiraguna berhenti sejenak dan memanggil kami.

“Kalian! Ikut denganku?!” teriaknya tertuju kepada kami bertiga.

Aku menoleh ke arah Eyang Kertasukmo, Nyi Purbawengi, dan Nyi Sendang Rangu. Mereka mengangguk memberi isyarat agar kami mengikuti eyang Wirabumi.

***
Read 12 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(