OM RASTH Profile picture
Jan 11, 2022 196 tweets 23 min read Read on X
SEKELUARGA DI SERANG SANTET MEMATIKAN SETELAH JADI ORANG KETIGA

#bacahorror @bacahorror

(gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Lentan, dia seorang perempuan berusia 19 tahunan kala itu. Namun sejak umur 16 tahun dia sudah diperistri oleh seorang yang kaya raya di desa tersebut.
Lentan sendiri sebenarnya tak menginginkan pernikahan itu, tapi karena orang tuanya banyak berhutang pada orang kaya tersebut, Akhirnya dengan terpaksa ia melepaskan masa gadisnya dengan menjadi istri orang kaya raya yang usianya hampir setengah abad itu.
Semenjak Lentan menjadi istri orang kaya yang di segani di desanya tersebut, ia kehilangan semua teman2 sebayanya. Mereka menjauhi Lentan dengan alasan takut. Entah apa yang mereka takutkan. Ia sendiri pun tidak mengerti.
Hidupnya setelah menikah, memang di kelilingi kemewahan. Mau apa saja pasti di turuti, tapi Lentan merasa kalau hidupnya sangat sunyi, sepi. Tiada bedanya dengan burung yang berada di dalam sangkar emas.
Hari2 ia lewati hanya duduk termenung di rumah mewah yang terbuat dari kayu ulin (kayu mahal),

Lentan memiliki seekor anak babi yang di berikan oleh orang tuanya,

Dan Lentan menjadikan hewan tersebut sebagai tempat untuknya berkeluh kesah, menceritakan tentang semuanya
Tentang apa yang sudah ia jalani.

--
Seperti hari itu, Lentan tengah berada di halaman rumah bersama babi kesayangan nya.
Ia melihat rombongan orang2 kota sedang berjalan bersama pak Bentot orang yang sering di suruh2 oleh ketua adat di desa.
Mereka berjalan beriringan melewati rumah tersebut, nampaknya mereka sedang ada tugas di daerah itu. Lentan berpikir mungkin benar adanya rumor tentang pembukaan lahan perusahaan itu, dan orang2 ini adalah yang bertugas untuk survey tempat.
Dan pastinya mobil atau apapun itu yang mengantar mereka tadi tidak bisa masuk ke desa di karenakan akses jalan nya melewati perkebunan sempit dengan jalanan setapak.
"Numpang lewat ntan." Ujar pak Bentot sambil tersenyum ramah, Lentan pun membalas senyum laki paruh baya itu dengan senyuman yang sangat manis
"Padu(silahkan)." Ucap Lentan masih dengan bibir tersenyum

Sampai ketika matanya beradu pandang dengan salah satu pemuda yang mengenakan topi putih dan baju lengan panjang berwarna hijau tua yang berwajah lumayan tampan.
Lentan seketika menunduk, lalu setelah rombongan itu berlalu, ia langsung memeluk erat babi peliharaan nya tersebut dengan bibir yang tersenyum.
-----
Saat Lentan terbangun, ia mendapati Datun sudah berada di dalam kamarnya dengan membawa sepiring nasi upu dan ayam untuk Lentan sarapan.

"Kenapa di bawa ke sini tun? Kan aku bisa mengambilnya ke dapur." Ucap Lentan
Datun tersenyum,

"Bagaimana pun juga kamu itu adalah istri dari majikan kami Ntan, jadi sudah seharusnya kami melayani kamu."
Lentan menggeleng pelan, raut wajahnya yang semula cerah, mendadak sedih.

"Kenapa Ntan? Apa perkataan ku tadi sudah menyinggung perasaanmu??" Tanya Datun was2
"Tidak, aku sama sekali tidak tersinggung. Hanya saja aku berpikir, ini semua terlalu berlebihan untuk seseorang sepertiku."
"Oh iya, apa kau tak ingin ke rumah orang tuamu??" Tanya Datun membuat Lentan mengerutkan keningnya

"Memangnya orang tua itu sudah pergi??" Ujar Lentan balik bertanya
"Sudah. Katanya tadi akan pergi selama 2 minggu lebih kalau tidak ada kendala di perjalanan. Jadi kau bisa pergi kemanapun yang kamu mau." Kata Datun di iringi tepuk tangan kegirangan dari Lentan
Memang selama bertahun2 itu, Lentan akan keluar rumah dan berjalan2 jika suaminya tidak ada di desa. Dan biasanya suami Lentan akan pergi sekitar 3-7 bulan sekali selama beberapa minggu untuk mengurus pengiriman bahan2 seperti getah rotan dll nya.
Dan saat itulah Lentan akan bebas bepergian ke rumah orang tuanya atau hanya sekedar menikmati sepanjang hari dengan bermain bersama anak2 kecil di desanya.
--
Selesai makan dan mandi ia berjalan dengan langkah yang riang menuju rumah orang tuanya.

Dan saat ia melewati rumah ketua adat, terlihat beberapa orang tengah mengobrol2 santai sambil mengunyah sirih.
Ketika ia tiba di rumahnya, Lentan terkejut dengan keberadaan pak Bentot dan orang2 kota itu tengah berdebat tentang peletakan kandang babi yang ada di samping rumah orang tuanya Lentan.
"Tapi kandang babi yang di letakkan bersebelahan dengan rumah seperti ini sangat tidak bagus untuk kesehatan pak. Nanti akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Apalagi ini kotoran nya di biarkan menumpuk dan kandang pun jarang di bersihkan." Ujar salah seorang di antara mereka
"Buktinya kami sekeluarga tak sakit pun sampai saat ini! Kami sehat. Dan lagi kandang ini tidak bisa di bersihkan setiap hari. Karena bila babi2 ini makan dan berak pasti akan kotor lagi kandangnya. Memangnya kalian pikir saya setiap hari kerjaan nya hanya untuk
Membersihkan kandang?? Orang kota seperti kalian ini mana tau kehidupan orang2 desa! Lebih baik kalian diam atau silahkan pulang!" Kata ayahnya Lentan dengan raut wajah tak terima di nasehati oleh orang2 kota tersebut
"Mah.. Amah." Seru Lentan seraya mendekat pada ayahnya
(Amah adalah sebutan ayah dalam bahasa dayak Maanyan)

Lentan mencubit gemas pinggang ayahnya yang ia rasa sangat keterlaluan pada orang2 kota itu.
"Kenapa hah??" Ujar ayahnya seraya menepis tangan Lentan

"Amangan mah, (malu yah)"

"Kenapa malu?? Harusnya mereka ini yang malu. Sudah datang kesini tanpa di undang, malah seenaknya ngatur2."
"Aih.. Susahnya memberikan masukan pada amah ini, semua yang orang bilang pasti dianggap salah. Ckck.."

"Ya sudah, pak Bentot. Kalau memang tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, bapak bawa mereka pergi dulu, si amah biar saya yang tangani. Nanti dia malah semakin menjadi
Kalau terus di ajak bicara." Ucap Lentan berbisik pada pak Bentot

Setelah kepergian pak bentot dan orang2 kota tersebut, Lentan mulai merayu ayahnya untuk memindahkan kandang babi itu beberapa meter kebelakang rumah.
"Harus di pindah??" Tanya ayahnya

"Iya mah, demi kesehatan Ineh(sebutan untuk ibu), Nini(sebutan untuk nenek), Kakah(sebutan untuk kakek). Naun(kalian) semua tentunya." Bujuk Lentan
"Ya sudah kalau begitu kamu suruh, besok Amah akan pindahkan kandang nya ke belakang."

Lentan tersenyum, seraya mengelus2 lengan ayahnya.

Si pemuda kota yang sedari tadi mengintip dari balik pohon nampak ikut tersenyum melihat kedekatan ayah dan anak tersebut.
---
"Hay." Sapa seseorang ketika Lentan tengah bermain mengumpulkan biji getah di pinggir kebun karet

Lentan mematung dengan tangan yang masih memegang biji2 getah.
"Kenapa??" Tanya si pemuda

"Aa anu. Kenapa? Ada yang bisa ku bantu?" Ucap Lentan tergagap

"Mm, tidak. Aku hanya ingin berkenalan denganmu dan juga ingin berterima kasih karena sudah membujuk ayahmu untuk memindahkan kandang babi peliharaan kalian."
"Ohh. Itu. Ah, ya. Tidak masalah, sama2. Mm maksudku. Apa yang kalian katakan itu memang benar, kandang yang dekat dengan rumah akan menimbulkan penyakit. Bukan hanya kandang babi, tapi juga termasuk kandang ayam, kandang bebek dan kandang2 yang lain nya. Iyakan?"
Ujar Lentan membuat si pemuda tertawa

"Ya benar sekali. Dan itulah tujuan kami datang kemari. Untuk mengarahkan warga2 di desa ini untuk bisa hidup lebih sehat lagi, dan membuat sedikit perubahan yang lebih baik." Ucap si pemuda
"Jadi kau bukan orang survey?"

"Hah? Survey? Bukan, aku bukan orang perusahaan. Aku malah masih sekolah."
"Oohhh.."

"Oh iya, kenalkan namaku Putra Ramadhan. Aku juga sebenarnya ada keturunan dayak, bakumpay dari ibuku, dan dayak murung dari ayahku yang masuk islam ketika menikah dengan ibuku. Dan sekarang kami tinggal di palangkaraya. Kalau kamu siapa namanya?"
"Aku Lentan, ya kau sendiri tau lah aku dari suku dayak apa." Jawab Lentan tersenyum

Hari berikutnya, Putra mengajak Lentan untuk berjalan2 mengelilingi desa melewati perkebunan karet hanya berdua saja. Tentu hal itu membuat orang2 menatap julid kearah mereka.
Namun Lentan cuek saja, karena ia menganggap dia dan Putra sama sekali tak ada hubungan apapun yang perlu mereka sembunyikan dari orang2.
"Kau itu sudah bersuami Ntan. Entah bagaimana kalau sampai suamimu tau dari mulut orang2 sini tentang kelakuan mu itu."

"Kelakuanku? Kelakuan yang seperti apa mah?? Aku merasa kelakuan ku tidak ada yang aneh2." Jawab Lentan
"Kau berpacaran kan dengan anak laki2 itu??"

"Putra?" Tanya Lentan dengan senyuman sinis

"Memangnya apa yang amah takutkan kalau sampai bapak2 tua itu tau kalau aku berpacaran dengan putra?"

Plaaaakkk.. Sebuah tamparan mendarat di pipi Lentan
"Kau jangan coba2 buat masalah Ntan!! Kau belum tau siapa suamimu itu!!" Bentak Ayahnya gusar

"Mulai sekarang jangan lagi berhubungan dengan anak laki2 itu! Atau kalau tidak, aku yang akan mengusirnya dari desa ini!!" Lanjut ayahnya Lentan
"Aku terpaksa menikah dengan orang tua itu demi kalian mah. Aku rela selama bertahun2 hidup berdampingan dengan orang yang benar2 tidak pernah ada di hatiku. Bahkan secuil perasaan sayangku pun sama sekali tidak ada untuknya. Dan sekarang di saat aku ingin memilih
Jalan hidupku sendiri, amah malah membela laki2 tua itu sampai2 tega menamparku!"ujar Lentan terisak

"LENTAN!!!" Teriak ayahnya marah

"Apaaa??"

"Kau pikir laki2 itu mau menikahimu hah?? Dia hanya mempermainkan kamu. Kau itu tidak seiman seagama dengan nya! Dia itu muslim
Dan tidak akan mungkin baginya untuk berpindah agama hanya demi seorang perempuan sepertimu!"

"Aku tidak peduli. Aku pun tidak mempermasalahkan tentang agama apa, siapa dia. Tidak. Bila dia tidak mau berpindah agama, maka aku yang akan ikut agamanya!"
"LENTAN!! Kau pikir agama itu mainan hah?? Seenaknya bolak balik pindah2 agama hanya karena laki2 seperti itu!"

Lentan berlari keluar, ia benar2 merasa kacau dan hancur saat itu.
----
Saat ia sedang duduk merenung di dalam pondok di pinggir kebun karet itu, Putra datang bersama seekor anjing berwana oren milik pak bentot.
"Kenapa?" Tanya Putra lembut

Saat di tanya seperti itu, air mata yang sedari tadi ia tahan, akhirnya jatuh tak terbendung lagi.
Putra meraih kepala Lentan dan menyandarkan di dadanya. Ia mendekap erat tubuh perempuan itu.

Setelah sedikit lebih tenang, barulah ia menceritakan tentang kisah hidupnya yang pahit sepahit penawar sampai.
Putra terlihat lesu setelah tau kalau perempuan pujaan hatinya itu ternyata sudah menjadi milik orang lain.

"Aku ingin pergi, ingin bebas." Ucap Lentan lirih dalam pelukan Putra
Suasana sedih itu perlahan2 menjadi hangat ketika mereka mulai terbawa suasana, apalagi saat Putra mulai mencumbui Lentan.
Dan akhirnya terjadi sesuatu yang tak bisa di jelaskan.
"Aku akan menemui suamimu kalau dia sudah datang. Aku akan memintamu secara baik2 padanya." Ucap Putra mantap
Lentan tersenyum senang, rasa sedihnya mulai hilang. Ia melihat kalau masih ada secercah sinar harapan untuk hidupnya bahagia bersama dengan orang yang benar2 memiliki arti besar dalam hidupnya.
-----
2 minggu telah berlalu, malam itu Putra datang ke rumah Suaminya Lentan. Ia mengungkapkan apa maksud dan tujuan nya datang ke situ pada si lelaki kaya.
Laki2 paruh baya tersebut hanya tersenyum sambil menggerak2kan kaki kirinya yang berada di atas kaki kanan (menyilangkan kaki).

"Maaf nak, tapi kau itu masih lagi kuliah, belum cukup usaha untuk memperistri seseorang. Tapi aku berjanji akan melepaskan Lentan, asalkan
Kau sudah mempunyai pekerjaan tetap dan berpenghasilan."ujar si lelaki tua

"Saya kuliah sambil bekerja pak, dan saya rasa saya sanggup untuk menafkahi istri saya."
"Hahaha..." Gelak tawa si lelaki tua itu, namun di balik tawanya tersebut, Putra dapat merasakan amarah dari si lelaki tua
Tapi Putra sama sekali tak peduli.

"Pulanglah. Aku sedang tak ingin bergurau dengan bocah kemarin sore seperti mu." Ujar si lelaki tua akhirnya
Membuat Putra meradang

(Mohon maaf om mau ngiklan obat obatan herbal dulu ya ponakan2.
Om ada jual akar untuk ambeien, sakit pinggang dan kejantanan, juga bajakah untuk mengobati kanker, stroke, darah tinggi, mempercepat pengeringan luka, dan masih banyak lagi manfaatnya ImageImage
Atau barangkali ada yang berminat dengan minyak-minyak asli kalimantan nya, Om rasth ada mulai dari Pelet pangkanang, Raja pemikat, Raja penunduk, Perkasih, Saluang mudik, Minyak rejeki, Minyak untuk kewibawaan, Minyak Melati pembuka aura, 7 bidadari dan pengasihan 3 khasiat.
Bagi yang berminat bisa langsung DM atau WA di - 0856 5403 7262

Terima kasih🙏) Image
Namun sebelum Putra benar2 marah, Lentan langsung menarik tangan nya untuk keluar rumah.

"Aku sekarang tau, kau memang bersungguh padaku. Tapi kau tidak perlu terpancing emosi. Aku akan menyelesaikan semuanya. Dan jika aku sudah bercerai, aku akan menghubungimu melalui surat."
Ucap Lentan sebelum ia memeluk Putra dan menyuruhnya untuk pergi

Dan tanpa mereka sadari, si lelaki tua sudah melihat perbuatan mereka berdua.
-----
2 bulan telah berlalu..
Semenjak Putra pulang dari desa itu, ia mendapati kejadian memilukan di keluarganya.
Mulai dari ayahnya yang terkena penyakit aneh mirip seperti cacar, namun isi cairan nya berupa darah dan nanah.
Jika di pecahkan satu, maka akan tumbuh 2 atau 3 lagi yang baru.
Bola matanya juga memerah dan urat2 matanya begitu jelas kelihatan.
Bahkan rambut2 ayahnya Putra mulai rontok dan bernanah.
Keadaan nya sangat parah sekali. Sudah di bawa berobat ke dokter, tapi dokter pun tidak mengetahui apa penyakit yang di derita ayahnya Putra.
Hanya berselang 3 hari setelah di berikan obat dan suntikan dari dokter Ayahnya meninggal dunia, dengan semua cacar anehnya yang terkelupas mengeluarkan darah dan nanah yang membekas di sprei.
Perut ayahnya pun membesar, dan ketika jenazah di mandikan isi perutnya yang berupa cairan berwarna kuning kemerahan berbau sangat busuk itu keluar begitu saja, hingga membuat bingung dan kaget para pemandi jenazah.
"Cairan yang keluar tidak juga berhenti. Kalau menunggu bisa2 sampai nanti tidak selesai2 pak." Ujar salah satu bapak2 yang ikut memandikan jenazah ayahnya Putra

"Ya sudah, coba di tekan pelan2 bagian perutnya."
Saat di tekan cairan itu keluar sangat banyak / mandalasak, bau nya yang sangat busuk membuat beberapa bapak2 yang lain nya sampai muntah2.

Setelah perutnya sudah mulai mengempis, mereka pun melanjutkan kembali pemandian Jenazah yang tertunda.
Namun lagi2 kejadian aneh muncul, bagian perut Jenazah yang tadinya sudah mengempis malah sekarang terlihat seperti ada sesuatu yang bergerak2 di dalam nya.
Bapak2 yang memandikan jenazah itu sontak saling pandang satu sama lain, dari tatapan nya tentu mereka kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Seumur2 baru kali ini melihat jenazah seaneh ini."

"Husstt.. Tidak boleh membicarakan mayit." Potong bapak2 yang lain nya
"Sudah2 jangan pada ribut. Tugas kita disini itu untuk membersihkan/memandikan jenazah, bukan untuk membahas hal yang tidak penting."

Semua orang yang berada disitu tertunduk.
Mereka kembali melanjutkan pemandian Jenazah ayah Putra meski yang bergerak2 di dalam perutnya itu masih terlihat sangat aktif.
Baru saja akan di kafani, seekor ular lapak catur (berbelang hitam putih) yang cukup besar keluar dari lubang d***r nya.

"Astagfirullah.." Sontak orang2 yang mengkafani langsung berlarian

(Gambar hanya ilustrasi yang di ambil dari Google) Image
Dan ketika Putra memeriksa keadaan Jenazah ayahnya ia tak mendapati ular atau apapun yang aneh pada jenazah ayahnya

"Tidak ada apapun pak." Ujar Putra
Setelah yakin kalau ular yang tadi mereka lihat sudah pergi, bapak2 yang mengkafani pun kembali melanjutkan tugasnya.

Setelah selesai dan keranda pun sudah siap, mereka pun pergi ke masjid untuk menyolatkan Jenazah untuk yang terakhir kalinya.
Setelah sampai pekuburan, terlihat beberapa orang keluarga jauh Putra yang baru saja selesai menggali lubang makam yang akan di gunakan untuk menguburkan jenazah ayahnya.
"Sabar ya Put. Sekarang tugasmu menjaga ibu dan saudara2 mu." Ucap paman nya sembari memeluk erat pemuda tersebut

"InsyaAllah mang."

Saat jenazah akan di masukkan ke dalam liang lahat, terlihat bercak2 merah di kain bagian kepala jenazah
"Darah! Kepala nya berdarah. Bagaimana ini pak??"

"Kain kafan di rumah tadi masih ada??"

"Tidak ada pak, sisanya hanya sedikit. Tidak akan cukup."

"Kalau kain kafan di masjid?"

"Iya itu pak, yang tadi di gunakan untuk mengkafani jenazah ini."
"Ya sudah kalau memang tidak ada lagi kain kafan yang bisa di gunakan, makamkan saja seperti itu." Ujar bapak2 yang lain pasrah dan langsung di setujui oleh orang2 yang berada di pemakaman
Ibunya Putra menangis tersedu2, sedih sudah tentu.
Dan semakin bertambah sedih lagi ketika melihat suaminya di makamkan dengan keadaan seperti itu.
----
Menjelang maniga hari(acara 3 harian), ibunya Putra jatuh sakit. Badan nya gemetar dan tak henti2nya mengeluarkan keringat dingin.
Bagian perut ibunya pun juga terlihat lebih besar dari sebelumnya, padahal selama 3 hari ini beliau tidak teratur makan.

"Putra." Ucap ibunya pelan dan hampir tak terdengar
"Iya ma. Putra ada disini ma."

Putra menggenggam erat tangan ibunya dengan perasaan was2 tak karuan

"Perutku sakit put."

"Sakit kah ma. Ya Allah. Putra panggilkan dokter saja ya ma?"

"Uhuukk.. Tidak usah put, jangan. Tolong kamu oleskan dengan minyak kayu putih saja ya nak.
"Kata ibunya lirih

Putra menghela nafas, lalu ia meraih botol minyak kayu putih yang berada di dekat bantal ibunya.

Perlahann2 Putra mulai mengolesi perut ibunya dengan minyak kayu putih. Putra terdiam ketika merasakan perut ibunya sangat keras seperti orang sedang hamil.
"Ma, ini perutnya keras sekali. Apa mungkin sedang masuk angin ya?"

Ibunya tak menjawab pertanyaan Putra.

"Kak, kak Putra.. Aziz muntah darah kak." Ujar adik bungsunya
Putra langsung bergegas keluar kamar ibunya dan mendapati Aziz yang sudah tergeletak lemas tak berdaya di lantai.

Di saat yang bersamaan paman nya Putra datang.

"Ya Allah, ini kenapa adikmu Putra??!" Tanya paman nya sembari
Mengecek pergelangan tangan Aziz, untuk memastikan kalau anak itu masih hidup

"Saya juga tidak tau mang, tadi saya di dalam kamar uma, karena uma sedang sakit perut. Lalu Rony memanggil saya memberitahukan kalau Aziz muntah darah, dan saat saya kesini Aziz sudah
Seperti itu keadaan nya."

"Ada yang tidak beres ini Put. Ada yang tidak beres." Ujar paman nya sembari berusaha mengangkat tubuh Aziz, meski penasaran Putra mengurungkan niatnya untuk bertanya dan lebih memilih untuk membantu mengangkat tubuh Adiknya menuju ke dalan kamar
"Cepat ambil kan air putih." Perintah sang paman pada Putra

Dengan sigap Putra berlari ke arah dapur dan mengambil segelas air untuk paman nya.
Kemudian sang paman terlihat mendoakan air tersebut lalu meniupnya, setelah itu beliau meminumkan air itu pada Aziz. Dan sisa airnya di gunakan untuk memupuk/malapai bagian kepala hingga perut.
Beberapa saat kemudian Aziz mulai tersadar.

"Uhuuuukkkk.." Aziz terbatuk

"Apa yang kamu rasakan?" Tanya paman sembari mengelus2 kepala keponakan nya tersebut
"Tenggorokan saya rasanya sakit sekali mang, perut saya juga mulas tak berhenti sejak subuh tadi." Keluh Aziz pelan

Paman langsung menatap Putra,
Dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kau jaga ibu dan adik2mu Put. Amang akan ke desa sebelah, ke rumahnya pak Sabirin. Sebentar lagi ucu/acil (bibi) mu akan datang bersama keluarga yang lain. Jadi kau tunggu di rumah saja." Ujar sang paman, sebelum pergi beliau memberikan sebuah buntalan
Kain kuning berukuran kecil kepada Putra

"Jangan berhenti berdoa Nak, jaga ibu dan adik2mu. Dan ini simpan untuk jaga2 bila nanti terjadi sesuatu yang buruk pada ibu dan adik2mu."

"Ini apa mang? Lalu di apakan?"
"Kalau misal nanti amang pergi dan terjadi sesuatu pada ibu juga adikmu, kau rendam benda ini lalu beri minum pada mereka."pesan paman nya
Putra mengangguk, dalam hatinya terasa was2 dan tak karuan. Pesan terakhir dari paman nya tadi masih terngiang2, sampai kemudian terdengar suara rintihan dari dalam kamar sang ibu.
Ibunya terus merintih sambil memegangi perutnya yang semakin membesar dari sebelumnya.

Putra ternganga, takut dan bingung campur aduk ia rasakan.
Ibunya terus merintih dengan kepala ke kiri dan ke kanan.

"Aduuuhhhh.. Sakiiiitt.."

"Ma, ini Putra ma.. Uma kenapa ma?" Isak Putra
Sesaat kemudian ia teringat akan buntalan yang di berikan oleh paman nya tadi.

Dengan sigap Putra mengambil segelas air putih dan membuka buntalan kain tersebut. Ada secarik kertas bertulisan huruf arab di dalam nya. Tanpa pikir panjang Putra lantas memasukkan
Kertas itu kedalam gelas. Dan kemudian meminumkan nya pada sang ibu yang masih nampak sangat kesakitan.

Setelah separo air itu berhasil di minum kan kepada ibunya, wanita itu mulai tenang kembali.
Ibunya kemudian tertidur dengan dengkuran yang cukup nyaring.
Putra memperhatikan perut sang ibu yang perlahan2 mulai mengempis. Dan dari bawah tapih(sarung) ibunya terlihat cairan, yang pada awalnya Putra kira ibunya mengompol.
Namun ketika Putra akan mengganti tapih ibunya, terlihat cairan itu rupanya bercampur dengan darah. Yang tentu saja bukan air kemih.
Baunya pun sangat busuk, berkali2 Putra mengganti tapih ibunya, namun cairan yang keluar itu tak kunjung berhenti.
"Kak.. Aziz.." Panggil Rony dari arah luar kamar

Putra tak serta merta keluar, ia menatap ibunya sebentar dan setelah memastikan ibunya baik2 saja, ia pun lantas berlari keluar menuju arah suara Rony berasal.
"Aziz kenapa lagi hah?" Tanya Putra kalut

"Tidak tau kak, dia muntah darah lagi. Terus ada paku kecil2 keluar dari mulutnya." Jawab Rony dengan suara bergetar
Tubuh Aziz terkulai lemas, beberapa kali Putra mengecek denyutan nadi adiknya tersebut, namun tak terasa apa2.

Nafas Putra semakin memburu, ia tau kalau adiknya sudah tidak ada lagi, tapi ia juga tak bisa menerima kepergian sang adik.
Lagi2 dari arah kamar ibunya terdengar suara rintihan kesakitan.

"Bangunkan Aziz Ron!!" Perintah Putra terdengar nyaris putus asa dengan keadaan yang ia hadapi saat itu
Rony yang tak terlalu mengerti dengan yang terjadi pada Aziz mencoba terus membangunkannya ketika Putra sudah keluar dari kamar tersebut.
Di dalam kamar sang ibu, Putra menyaksikan sendiri ibunya menggeliat2 kesakitan.
Bau busuk tercium memenuhi ruangan kamar.
"Aduuhhh... Sakiiitt... Toloong." Rintih ibunya membuat Putra semakin hancur

Di saat yang bersamaan bibinya Putra datang dengan beberapa keluarga lain nya membawa berbagai macam masakan untuk acara maniga hari.
"Cuuu... Tolong umakuh Cu.." Ucap Putra menahan tangis
(Bibi... Tolong ibuku bi..)

Saat bibinya masuk kedalam kamar, ia nampak mengerutkan kening menatap ibunya Putra.
"Sakitnya di mana? Sini biar ku coba pijatkan." Ucapnya seraya meraba2 bagian perut ibunya Putra yang sedari tadi dia pegangi terus, seakan2 sakitnya memang berasal dari bagian perut ya
Bibinya lalu menggantikan tapih yang sudah lukus(basah semua) dengan yang baru. Namun ia nampak terdiam ketika melihat ada sedikit kotoran(T*i) di tapih tersebut.

"Tahi jual sudah ini." Ujar bibinya Putra pelan menatap bergantian pada mereka yang tadi datang bersamanya
(Tahi/tai jual itu berwarna hitam, biasanya menjadi pertanda bahwa orang yang sudah mengeluarkan tai jual itu akan meninggal dalam kurun waktu yang tidak lama lagi.)

Jantung Putra seakan hancur berkeping2 mendengar perkataan bibinya,
Ia menggeleng2kan kepalanya. Putra terduduk, kakinya terasa sangat lemas seketika.

"Putra.." Lirih suara ibunya terdengar

"Iya ma, Putra ada di sini ma." Isaknya
"Ka mu, ja ga adik2 mu ya nak." Ucapnya seakan pasrah dan menyerah pada keadaan

"Kita sama2 jaga adik2 ma. Uma pasti sehat lagi. Ayo ma semangat ma. Uma pasti bisa melewati ini semua." Ucap Putra sesenggukan
Sang bibi membimbing ibunya Putra untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di detik2 terakhirnya itu.

"Kak Putra.. Aziz tidak mau bangun." Ujar Rony membuat salah satu bibinya penasaran dan akhirnya mengecek keadaan Aziz
Yang rupanya Aziz pun sudah meninggal dunia.

Hari itu terasa sangat buruk sekali bagi Putra. Kehilangan 2 orang yang sangat berharga di hidupnya dalam waktu yang hampir bersamaan.
"Aaaaaa..." Teriak ya putus asa

---
Putra yang masih menangis itu masih berusaha di tenangkan oleh bibinya, dan yang lain mulai membacakan Yasin di dekat jenazah ibunya dan Aziz yang sudah di tutup menggunakan bahalai(kain panjang)
Malam harinya, Paman nya datang bersama pak Sabirin dan di buat sangat terkejut dengan apa yang sudah terjadi dalam waktu yang lumayan singkat itu.
Pak Sabirin membuka penutup Jenazah, beliau mengangguk2 lalu menutup kembali kain Jenazah tersebut.

Lalu beliau mendekati Putra dan mengelus2 bahu pemuda tersebut.
----
Setelah puas menangis, akhirnya Putra tertidur di pangkuan sang paman.
Lelaki itu terus mengelus2 kepala Putra sampai Putra terlelap.
------
Setelah pemakaman ibu dan adiknya, Putra masih duduk bersimpuh di dekat pusara makam sang ibu.
Ia benar tak menyangka akan menjadi yatim piatu dalam kurun waktu yang secepat itu.
Saat Rony dan bibinya sudah pulang lebih dulu. Paman nya mengajak Putra untuk singgah sebentar di depan pos.

"Putra, Pak Sabirin mengatakan padaku. Kalau yang kalian hadapi ini sebenarnya adalah santet. Santet ini sebetulnya di tujukan untukmu, tapi karena kamu sudah
Mempunyai pelindung, makanya orang tua dan adikmu yang kena sasaran nya."

"Santet?? Siapa kira2 yang ingin menyantet saya mang?" Tanya Putra
"Kau tak merasa buat salah pada seseorang??" Ujar paman nya balik bertanya
Putra tertegun, ia memikirkan salah apa gerangan yang sudah ia perbuat sehingga menimbulkan dendam orang yang begitu besar padanya.
Tapi sekeras apapun ia berpikir dengan kondisinya yang masih di liputi kesedihan itu, Putra benar2 tak bisa memikirkan apapun tentang kepada siapa dia pernah berbuat salah.
"Kau ingat sesuatu??" Tanya paman nya memancing

Putra menggeleng,

"Nanti setelah sedikit tenang, cobalah kau ingat2 lagi, kepada siapa kau pernah berbuat salah. Amang hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu dan Rony Put."
-------
Setelah sebulan berlalu, Putra dan Rony kini tinggal bersama paman dan bibinya. Kehidupan mereka memang tidak sebahagia dulu, tapi dengan adanya paman dan bibinya sedikit mengurangi rasa sedih juga kesepian mereka.
"Mang, aku ingat sesuatu. Tapi entahlah aku juga kurang yakin, tapi yang aku ingat, aku hanya pernah berbuat salah pada satu orang itu mang." Ujar Putra di suatu hari ketika paman nya tengah duduk di teras rumah
"Siapa Put??"

Putra menghela nafas panjang, lalu kemudian menceritakan apa yang dulu ia pernah alami.

"Ceritamu sama persis dengan yang di ceritakan oleh pak Sabirin tempo hari." Gumam paman
"Lalu menurut amang, aku harus apa?" Tanya Putra

"Dendam tak akan menyelesaikan masalah Put. Yang terjadi pada orang tuamu itu memang sudah takdirnya. Lebih baik untuk menuntaskan semuanya, kamu pergilah minta maaf pada orang tersebut. Bagaimana pun juga
Kamu yang lebih dulu menabuh genderang. Jadi apa salahnya kalau kau juga yang lebih dulu meminta maaf." nasihat paman
"Hatiku rasanya sulit untuk memaafkan apalagi meminta maaf pada orang yang nyata2 sudah membunuh orang tua dan adik saya mang." Ucap Putra

Paman nya terdengar menghela nafas panjang,

"Pikirkan lah. Dan lakukan apa yang menurutmu paling baik." Ujar paman sebelum beranjak pergi
---------
Setelah hampir 2 minggu ia memikirkan perkataan paman nya itu, akhirnya Putra memutuskan untuk meminta maaf pada suami Lentan, wanita pujaan hatinya tersebut.
Namun sesampainya di rumah orang tua Lentan, ia di sambut dengan acuh dan dingin sekali.

"Apa Lentan masih tinggal di rumah suaminya??" Tanya Putra pelan
"Mau apalagi kau hah??!" Bentak ayahnya Lentan

"Saya hanya ingin meminta maaf sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Lentan. Jujur saya memang sangat menyayangi putri bapak, bahkan karena cinta buta saya itu, kedua orang tua dan adik saya menjadi korban.
Dan saya kemari tidak ada maksud lain, kecuali meminta maaf agar masalah ini tidak berkepanjangan lagi."tutur Putra sedih
Ayah ya Lentan terdiam, kepalanya menunduk. Raut wajahnya nampak sangat sedih.

"Lentan sudah tidak ada. Dia mati tidak lama setelah kau pergi." Ucap lelaki itu bergetar
Bruuukkk... Putra terduduk lemas.

--
"Semenjak kau pergi, Lentan kemudian jatuh sakit. Sakitnya aneh dan sangat sulit di sembuhkan. Itulah yang ku takutkan dulu jika Lentan masih saja berhubungan denganmu, dan benar saja apa yang aku takutkan menjadi kenyataan sekarang.
Keluargamu. Lentan. Semuanya mati karena ulah laki2 itu."

Nafasnya bergemuruh, dadanya terasa nyeri. Sakit.

Akhirnya Putra mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada laki2 tersebut. Kini ia bertekad untuk menuntut balas atas kematian kedua orang tuanya, aziz dan Lentan
"Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk membalas dendam pada orang itu! Saya tak peduli berapa besar dosa yang akan saya tanggung!" Ujar Putra mantap dengan keputusan nya
Mendengar tekad Putra tentu ayahnya Lentan sangat mendukung.

"Lalu rencana mu bagaimana?" Tanya ayah Lentan

"Dengan cara apa dia membunuh orang2 yang saya sayangi, dengan cara itulah dia juga harus mati ! Dengan kata lain, saya akan menyantet balik laki2 setan itu!"
"Kalau dukun di daerah sini, tipis harapan mu bisa menyantet orang itu Put. Karena setau ku orang tersebut mengenal semua dukun di daerah ini." Ucap ayah Lentan
"Saya akan mencari ke tempat lain."

"Menginap lah di rumahku. Barang semalam." Pinta ayah Lentan ketika Putra bermaksud pergi
--
Malam itu Putra tidur dengan beralaskan kasur tipis bekas Lentan dulu.
Putra meraba dan mengelus kasur tersebut,

"Maafkan aku Lentan." Ucapnya dalam hati
Di luar rumah terdengar suara orang tua Lentan sedang berbicara dengan seseorang dalam bahasa dayak Maanyan yang tentu tak di mengerti oleh Putra.
Saat Putra terbangun di pagi hari, ia termenung mengingat mimpinya semalam.
Mimpi aneh yang tak biasa, membuat Putra bergidik ngeri.
"Putra.. Ini makanlah, tadi amah belikan di warung orang bakumpay(dayak bakumpay mayoritasnya muslim)." Ujar ayah Lentan mengejutkan Putra yang sedang melamun
"Terima kasih." Ucapnya

Saat Putra sedang makan, ayahnya Lentan menyerahkan buntalan kain berwarna hitam lusuh mirip kadut uang padanya.

"Apa ini?"

"Itu uang hasil penjualan babi ku semalam, memang tidak banyak tapi semoga bisa untuk membantu niatmu." Jawab ayah Lentan
"Sebenarnya tidak usah begini, juga tidak apa2. Saya masih ada uang." Ucap Putra tak enak hati

"Simpanlah, gunakan jika nanti kau perlu."
Mau tak mau Putra akhirnya menerima kadut berisi uang tersebut.

Setelah berpamitan pada keluarga Lentan, Putra pun melanjutkan perjalanan. Ia ingin pergi ke desa yang pernah ia dengar cerita mistis nya dari teman kuliah.
Perjalanan panjang pun di mulai.

4 hari telah berlalu, akhirnya Putra sampai di desa yang ia tuju. Kakinya terasa sangat lelah karena berjalan kaki selama 3 hari 3 malam.
"Haduh, sakitnya kakiku." Gumam Putra yang sedang duduk di sebuah teras rumah yang kondisinya gelap gulita

"Anak mau kemana malam2 begini??" Tanya seseorang yang kemungkinan adalah warga di desa kecil tersebut
"Saya mau mencari seseorang mang."

"Anak tau namanya?"

"Kalau tidak salah namanya amang Ciang." Jawab Putra ragu2
"Oohh.. Si Ciang. Sudah dekat sekali anak ini dengan rumahnya. Kamu tinggal jalan lurus 4 meter nanti belok kiri. Nah ada rumah satu2nya di sana, itulah rumah Ciang yang anak cari." Ujar orang itu sambil menunjukan arah rumah amang Ciang
"Terima kasih banyak ya mang. Kalau begitu saya langsung saja ke rumah beliau." Ucap Putra

"Ya silahkan."

Putra pun berjalan mengikuti arah yang di tunjukan oleh orang tadi dengan langkah yang penuh semangat.
Tok tok..
"Permisi.." Ujar Putra sembari terus mengetuk pintu rumah tersebut

Tapi sekian lama di ketuk2 tak ada orang pun yang keluar dari dalam.
Tapi setelah beberapa saat kemudian terdengar suara seseorang memanggil2 dari dalam rumah.

"Masuk saja.. Oy kau yang di luar, masuk saja."
"Permisi, saya masuk ya." Ucap Putra kemudian ia mendorong pintu tersebut pelan2

Di dalam sebuah kamar yang berisi banyak barang2 berharga seperti emas dan beberapa batu2 yang bersinar. Dan terlihat seseorang sedang berdiri dengan memegang sebuah patung kecil berwarna
Kuning keemasan.

"Tolong lepaskan tanganku dari benda ini." Ujarnya

"Hah?? Maksudnya bagaimana? Ini rumah amang Ciang kan?"

"Sudah, jangan banyak tanya. Cepat lepaskan tanganku dari patung ini!!" Ujar orang itu terdengar sedikit memaksa, bukan seperti meminta tolong
"Biarkan saja dia begitu sampai besok. Sesekali maling memang harus di kasih pelajaran." Ujar seseorang yang lain nya yang sudah berdiri tepat di belakang Putra
Putra terdiam sesaat, ia bingung dengan apa yang terjadi.

"Kau teman maling itu?" Tanya lelaki yang baru datang tadi pada Putra
"Bukan mang, bukan. Saya justru mau mencari amang Ciang kemari. Tadi di beritahu oleh salah satu warga kalau rumah amang Ciang itu disini. Sesampai nya saya disini, orang itu sudah dalam keadaan begitu."
"Mau mencariku? Ada apa? Rasanya aku tidak pernah mengenalmu."

Putra kemudian memperkenalkan diri, dan menceritakan niatnya bertemu amang Ciang.
Lelaki berusia 35 tahunan itu mengangguk, sambil tersenyum.

"Oh, jadi cerita tentangku sudah di kenal oleh anak sekolahan rupanya ya." Gumam nya sambil tersenyum
"Kau punya sesuatu yang di miliki orang itu?" Tanya mang Ciang

"Punya mang, bajunya, dan nama panjangnya juga saya tau." Jawab Putra antusias
"Bagus kalau begitu."

Sesaat kemudian amang Ciang berjalan kearah si lelaki tadi lalu kemudian ia melakukan sesuatu dan akhirnya si lelaki itupun bisa terbebas.
"Wow." Gumam Putra kagum

"Hebat.. Bagaimana bisa sepertu itu mang?" Tanya Putra

"Itu namanya Lantuk, di rumah ini sudah di penuhi dengan minyak Lantuk, jadi siapapun yang masuk dan berniat tidak baik tidak akan bisa bergerak/keluar dari dalam rumah ini sampai aku datang."
"Wow."

"Mari ikuti aku." Ajak mang Ciang pada Putra

Lelaki itu mengajaknya ke sebuah ruangan yang di penuhi dengan barang2 aneh.

"Mana bajunya? Dan tolong tulis namanya di kertas ini."
Setelah melakukan apa yang di suruh oleh mang Ciang, ia kemudian duduk berhadapan dengan laki2 tersebut.

Bau sengak kemenyan memenuhi ruangan kecil tersebut.
Aroma nya membuat Putra hampir pingsan,

"Kau punya sesuatu." Ujang mang ciang ketika melihat wajah Putra mulai berubah memerah setelah menghirup aroma kemenyan
Sebuah telur ayam di gulung di dalam baju tersebut. Lalu kemudian di bacakan sesuatu dan di asapi.

Tapi beberapa saat kemudian mang Ciang tajungkang kebelakang (maaf lupa om nya itu bahasa indonesianya apa)
Braaakk.. Telur di dalam baju itu pun pecah.

"Sialan.. Dia bukan orang biasa." Ujar mang Ciang berusaha bangkit sambil memegang bagian dadanya
"Maksudnya mang?"

"Dia sudah di lindungi. Tapi ini merupakan tantangan bagi seorang Ciang untuk bisa merusak perlindungan orang itu."
Putra menarik nafas panjang, takut akan kegagalan.

"Kau tak usah ragu! Aku adalah dukun hebat yang tak terkalahkan. Tadi aku hanya sedikit lengah dan terlalu meremehkan lawan." Ujar amang Ciang seakan tau apa yang di pikirkan oleh Putra
---
Seharian itu Amang Ciang mencari keperluan nya untuk ritual nya nanti malam.

Ia mengumpulkan banyak sekali benda2 aneh dari luar.

Seperti taring babi, tanduk rusa, bulu ayam hitam dan putih yang di gantung, bangkai kucing, kera dan juga semangkuk darah babi juga ayam.
Saat akan memulai ritualnya, mang ciang membelah jeruk nipis besar dan melumuri seluruh tubuhnya dengan air jeruk nipis tersebut.
Darah babi dan ayam itu di oleskan nya pada daun sawang berbentuk caping / tanda tambah.

"Bila nanti tubuhku bergetar hebat, tolong oleskan dengan darah ini di bagian punggung ku." Pesan mang Ciang membuat Putra was2
Ritual pun di mulai. Mng ciang membaca sesuatu hampir mirip seperti lantunan sebuah lagu.

Ruangan itu tiba2 terasa lain, di tambah lagi asap kemenyan seperti sedang meliuk2 aneh mengelilingi tubuh mang Ciang.
Sesaat kemudian mang ciang terdiam. Tubuhnya mulai di banjiri keringat. Perlahan2 keringa2 yang keluar itu berubah warna menjadi merah dan berbau amis darah.

Seketika tubuh mang Ciang bergetar hebat, membuat Putra panik dan takut, tapi ia tetap
Melakukan apa yang sudah di pesan oleh mang Ciang tadi.

Saat darah itu selesai di capingkan pada punggungnya, tubuh mang ciang pun berhenti bergetar.
Dan aneh nya daun sawang yang di pegang oleh mang ciang itu tiba2 saja robek dengan sendirinya.

Melihat hal itu, Putra memberanikan diri untuk mengganti daun sawang tersebut dengan yang baru dan lebih besar.
Sekitar hampir 1 jam setengah, mang ciang akhirnya tersadar. Tubuhnya lunglai dan terjatuh.
Keringat pun tak berhenti2 nya keluar, membuat Putra khawatir.
"Mang, amang tidak apa2?" Tanya Putra, tapi mang ciang seolah tak sadarkan diri

Semalaman Putra menunggui mang ciang, berharap laki2 itu sadar dan bisa memberitahukan apa yang sudah terjadi.
Menjelang pagi, barulah amang ciang bangun.

Tubuh nya gemetar, namun keringat nya sudah berhenti keluar.

"Mang," Panggil Putra pelan

"Mm.." Ucapnya Lirih
-----
3 hari kemudian, keadaan mang ciang sudah berangsur2 sehat.

"Laki2 itu sudah mati. Tapi aku juga terkena hantaman keras. Ketika berhasil merusak perlindunganya.
Andai bukan karena kau, aku tak akan mempertaruhkan nyawaku seperti ini." Ujar mang Ciang
Putra terharu dengan perkataan mang Ciang.

"Angkatlah aku menjadi anakmu mang. Aku sudah tak punya orang tua lagi." Ucap putra

"Datanglah lain kali kemari, biar aku bisa menyediakan pulut dan lain2 nya terlebih dulu untuk syarat mengangkatmu sebagai anakku."
Putra tersenyum. Dan setelah keadaan mang ciang benar2 sehat, Putra pun kembali pulang, tapi terlebih dulu ia singgah di kampung Ayahnya Lentan, untuk benar2 memastikan apakah betul laki2 itu sudah mati.
Sesampainya di rumah orang tua Lentan, Putra di sambut baik dan hangat oleh keluarga Lentan.

"Amah kira kau tak akan mampir kemari lagi, setelah berhasil membunuh laki2 itu." Ujar ayahnya Lentan
"Jadi dia benar2 sudah mati?" Tanya Putra seakan tak percaya

"Ya, dia sudah mati. Kalau dari yang ku dengar dia sakit, ia terus2an berteriak mengatakan kalau bagian perutnya berongga/berlubang sehingga membuat isi perutnya bisa merasakan
Hembusan angin."cerita ayahnya Lentan

"Meskipun anakku sudah mati dan tak bisa di hidupkan kembali, tapi setidaknya dia akan merasa senang karena orang yang membuat nya mati, kini juga sudah mati."
Putra mengangguk, ada rasa lega dan juga penyesalan setelah ia melakukan itu.

----Selesai----

Mohon saweran nya ponakan2, klik link ini untuk menyawer - saweria.co/donate/Omrasth…

Terima kasih om ucapkan untuk ponakan2 yang sudah menyawer🙏🙏🙏 semoga kalian semua sehat selalu
Dan di murah kan rejekinya, Aamiin🤲🤲🤲..

Saweran pulsa bisa di nomor ini - 0856 5403 7262

Terima kasih banyak🙏🙏🙏😊🙏🙏🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

May 3
GANTUNG JODOH

Cerita ini merupakan salah satu kiriman dari ponakan om rasth. Untuk nama dan tempat sudah disamarkan.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.

Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.
Read 80 tweets
Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 153 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(