OM RASTH Profile picture
Jan 18, 2022 172 tweets 21 min read Read on X
HANTUEN 2

#bacahorror
@bacahorror

(Kisah ini di alami oleh salah seorang narsum yang merupakan seorang perantau. Bagi ponakan yang menyadari ciri2 tempat di dalam cerita harap jangan di ungkapkan untuk keamanan Narsum dan Om Rasth)

(Gambar ilustrasi) Image
--
Helaan nafas panjang terdengar ketika laki2 berusia 28 tahun itu hendak memulai ceritanya.
Nampak sekali ia merasa berat untuk menceritakan pengalaman horor nya tersebut, tapi kemudian..

"Saat itu kerjaku hanya bantu2 uwa ku yang merupakan tukang bangunan.
Upah yang ku terima pun terbilang murah dan ya memang sangat sesuai dengan pekerjaanku yang tak seberapa berat. Tapi tentunya itu tidak cukup untuk membiayai istriku, apalagi saat itu dia sedang hamil muda dan sudah pasti kami harus mempersiapkan tabungan untuk kelahiran
Anak kami nanti, disaat pikiran kami sedang kacau itulah salah seorang temanku yang baru pulang dari perantauan datang menawariku pekerjaan dengan hasil pendapatan yang lumayan besar. Setelah berunding dengan istriku ia pun menyetujuinya dengan senang hati.
Akhirnya kami pun berangkat. Istriku pun ikut serta waktu itu, karena temanku mengatakan bahwa di sana(di tempat kerja) sudah disediakan barak(kamar lengkap dengan dapur).
2 hari kemudian,
Setelah naik ojek sekitar 2 setengah jam, kami tiba di sebuah jalan yang berada di tengah2 jurang berbatu. Dan dari situ kami kemudian meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih 4-5 jam an lagi(waktu orang2 normal)
Sedangkan istriku sedang hamil dan sudah tentu perjalanan tidak akan secepat itu karena kami lebih sering singgah dan beristirahat." Ceritanya

----
"Kan aku sudah bilang, tinggal saja istrimu itu, tak usah di bawa. Kasian dia juga, tengah hamil harus jalan kaki selama berjam2."
Ujar Pito

Adi terdiam, ia tau jika istrinya di tinggal tak akan ada siapapun yang menjaganya. Terlebih lagi mereka saat itu tidak punya uang sepeserpun, bahkan orang tua dan saudara2 istrinya juga menyuruh untuk membawa serta perempuan yang di nikahi Adi beberapa
Bulan yang lalu itu merantau.

"Perutmu sakit??" Tanya Adi ketika melihat wajah istrinya yang seperti sedang menahan sakit

"Tidak, tidak apa2." Jawab istrinya cepat
"Kalau sakit bilang saja Ta, biar kita istirahat dan bermalam disini. Besok baru lanjut lagi." Ujar Pito tak tega

Rupita menatap Adi, suaminya.

"Kita istirahat di sini saja to." Kata Adi kemudian mewakili istrinya
Pito mengangguk, lalu ia meletakkan tasnya di dekat Adi dan Rupita. Pito berjalan kearah pinggir jalan yang banyak sekali terdapat pohon pisang hutan(atau orang2 hulu kebanyakan menyebutnya Bangkaran)
Saat kembali Pito membawa banyak sekali daun pisang, untuk membuat pondok sementara.

Adi juga membantu mencari tiang dan kayu2 kecil untuk penahan atapnya.
Tidak lama kemudian pondok itu sudah jadi, Pito menyuruh Adi untuk menemani istrinya di dalam, sementara ia sendiri menyalakan api untuk memasak air dan nasi.
---
Malam itu sangat gelap, sunyi, dingin dan sesekali terdengar suara binatang2 liar yang menggema dari kejauhan.

Ketika Rupita sudah tertidur lelap, Adi keluar dari pondok untuk kemudian duduk di dekat Pito yang tengah menikmati kopi hitamnya.
"Maafkan aku Ya pit, gara2 aku dan istriku, kau ikut sial. sebenarnya aku sendiri pun tidak tega untuk membawa anak istriku 'basasat sasat' (susah) seperti ini, tapi apalah daya, aku tak punya uang untuk meninggalkan nya sendirian di kampung." Ucap Adi pelan
"Tapi bukan nya di kampung keluargamu dan istrimu banyak?"

"Ya memang banyak, tapi tanpa adanya uang kita tidak akan di anggap bahkan oleh keluarga sendiri."

Pito menghela nafas, ia mengalihkan pandangan nya ke semak2 sekitaran tenda.
"Yakinlah kawan, kau akan sukses nantinya. Ibarat kata pepatah berakit rakit ke hulu, berenang renang ke tepian, bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian." Kata Pito seraya menyeruput kopinya yang tinggal sejari
----
Keesokan harinya. Selesai sarapan dengan bangkaran bakar, mereka bertiga melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa jam lagi.

Setelah 2 jam berjalan mereka akhirnya memasuki kawasan pertambangan emas lokal milik warga setempat.
Beberapa orang dengan tatapan aneh menatap lekat pada Rupita dari ujung rambut sampai kaki, namun rupanya orang2 itu adalah kenalan Pito.
Meski sedikit risih di tatap seperti itu, Rupita tak menceritakan apa2 pada suaminya. Ia juga mencoba bersikap biasa2 saja seperti tak ada hal yang aneh.
Saat tiba di barak, Rupita di tinggal sendirian di dalam barak yang di tempati oleh Pito. Sementara suaminya di ajak ke rumah yang punya barak, sekaligus
Yang membuka lowongan pekerjaan.

Rupita sedikit bergidik geli ketika melihat isi kamar Pito yang berantakan, kasur dan sampah menjadi satu, bahkan bau tak sedap muncul dari tumpukan piring2 kotor yang tak di cuci.
Karena tak tahan dengan keadaan kamar milik Pito, akhirnya Rupita keluar dan duduk di pelataran.

Kamar2 di sebelah2 Pito terlihat terkunci dengan keadaan yang hampir2 sama dengan milik Pito. Baju2 bekas keringat di gantung begitu saja di depan pintu.
Rupita berpikir, mungkin disini rata2 penghuninya adalah laki2 bujangan.

Pandangan nya kemudian teralihkan pada deretan WC di ujung sebelah kanan dari tempatnya duduk. Ada sekitar 4 buah WC/Kamar mandi disitu.
Rupita perlahan2 turun dari pelataran dan berjalan ke arah WC, ketika sedang asyik mengamati WC2 tersebut, tiba2 terdengar suara seseorang menyapanya pelan.

"Sedang apa kau di situ?" Ujar suara itu pelan namun sedikit serak

Ketika Rupita menoleh menoleh, ia melihat
Seorang nenek tua berambut putih yang di gelung menggunakan duri landak sebagai penahan rambutnya agar tak terurai.

Sesaat Rupita menatap si nenek dari ujung rambut hingga kaki, barulah ia menyadari bahwa si nenek tak menggunakan alas kaki/sendal.
"Oh.. Kau rupanya sedang hamil muda ya." Ucapnya sambil tersenyum, tapi entah mengapa Rupita merasa janggal dengan senyuman nenek tersebut
"Dari mana nini tau??" Tanya Rupita bingung

Si nenek melebarkan senyum nya, hingga gigi2nya yang berwarna hitam terlihat sangat jelas. Walau begitu ia masih sangat cantik.

"Pasti nini ini adalah perempuan yang sangat cantik dulu nya." Batin Rupita
"Ketahuan dari lehermu.. 'Racap'." Ujar si nenek sembari menunjuk kearah leher bawah Rupita

Rupita mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti dengan apa yang di katakan si nenek.
"Detakan pernafasan mu lebih sering/racap, jelas sekali terlihat tanda2nya cu." Ujar si nenek yang seakan tau apa yang di pikirkan Rupita

"Ohh.." Ujarnya meski ia masih tak paham
"Kau sedang apa disini?" Ulang si nenek bertanya

"Sedang menunggu suami saya ni, dia melamar pekerjaan di sini." Jawab Rupita
"Merantau?"

"Iya ni."

"Memangnya kau tak punya keluarga??"

"Punya ni, di kampung." Jawab Rupita mulai risih dengan berbagai pertanyaan si nenek
Si nenek menghela nafas panjang, matanya menatap kearah deretan WC,

"Kau tau, perempuan yang tengah hamil itu sebenarnya tidak boleh ke mana2, apalagi ketempat2 baru seperti ini. Bahaya." Kata si nenek menatap Rupita serius
Rupita hanya tersenyum menanggapi perkataan si nenek, ia tak ingin bertanya apapun yang bisa membuat si nenek lebih lama lagi berada di dekatnya.

"Kalau dari pengalamanku, orang hamil sama seperti buah durian, harum, wangi. Bagi mereka yang menyukainya."
"Makanya perempuan hamil di daerah sini selalu di pakaikan gelang bakah tube (gelang yang terbuat dari akar tube, tube merupakan akar yang sering di gunakan untuk meracun ikan oleh sebagian masyarakat dayak pedalaman)
Dan di pintu/jendela rumah di gantungi dengan daun nanas terbalik. Di bawah tempat tidur biasanya di letak kan gunting, pecahan kaca, dan garam. Mencegah gangguan Hantuen." Lanjut si nenek
"Hantuen?" Tanya Rupita penasaran dengan sosok yang di sebutkan oleh si nenek

"Ya, Hantuen itu menyukai darah perempuan hamil, ataupun darah bayi yang baru dilahirkan." Jawab si nenek
"Ohh.." Rupita mengangguk

Saat Adi dan Pito datang, Rupita bergegas berjalan kearah suaminya.

"Siapa nini itu?" Tanya Adi

"Tidak tau." Jawab Rupita sembari menoleh kearah si nenek yang sudah berjalan menjauh
"Itu nini2 yang sering kali datang kemari, kadang2 meletakkan semacam makanan dan darah2 ayam(hanya perkiraan, karena Pito sendiripun tidak tau darah apa yang sering nenek itu letakkan) di salah satu wc yang di sana itu. Katanya sih ada penunggunya. Tapi entah." Ujar Pito
Menjelaskan

Setelah itu, Adi mengajak istrinya untuk beristirahat kedalam sebuah barak(kamar) yang terletak tidak begitu jauh dari WC. Rupanya itu adalah kamar kosong yang akan di tinggali mereka berdua selama Adi bekerja di situ.
Saat pintu terbuka, terlihat banyak sekali lipas(kecoa) lari berhamburan dan juga beberapa ekor tikus yang terlihat panik.
Bau apek debu membuat perut Rupita menjadi mual, hingga ia pun muntah.
Melihat istrinya seperti itu, Adi tak tega. Sehingga ia pun memutuskan untuk membersihkan tempat itu terlebih dulu untuk istrinya.

Saat Adi masih berada di dalam barak, terlihat seorang wanita berusia 40 tahunan yang membawa lanjung (semacam wadah dari rotan, mirip bakul
Cuma lebih tinggi dan mempunyai tali seperti tas punggung) yang berisi banyak macam sayuran.
Pito keluar dari dalam barak dan si wanita itu pun menghampirinya.
Rupanya wanita itu merupakan penjual sayur keliling di tempat tersebut.

Saat Pito asyik memilih2 sayuran, Wanita tersebut malah menatap Rupita dengan tatapan tajam seakan2 hendak melumatnya.
Risih di tatap demikian, Rupita memilih untuk masuk kedalam barak.

---
Malam harinya, karena lelah, Adi tertidur lebih dulu. Sementara Rupita, merasakan perasaan was2 yang entah kenapa muncul sejak tadi sore. Tepatnya setelah ia selesai mandi.
Saat akan memejamkan matanya, Rupita di kagetkan dengan suara hantaman benda keras di dinding barak(kamar) yang bersebelahan dengan WC kosong tersebut.
"Hey, bangun. Kau dengar kah tidak?" Ujar Rupita membangunkan suaminya

Tapi Adi yang ngantuk berat itu hanya melenguh sebentar lalu tidur lagi.
Rupita yang takut kalau2 itu merupakan orang jahat, lantas turun dari tempat tidur. Ia berjalan kearah pintu untuk memastikan apa yang terjadi di luar.
"Jangan buka pintunya.." Suara bisikan terdengar jelas di telinga Rupita membuatnya kaget dan menjerit

Rupita yang sudah berada di sebelah suaminya langsung menutup seluruh badan nya dengan selimut lusuh yang mereka bawa.
---
Keesokan harinya Adi dan Pito pagi2 sekali sudah berangkat ke tempat kerjanya. Dan tinggalah Rupita sendirian di area barak tersebut.
Namun baru sebentar ia duduk di pelataran, Nenek2 kemarin datang lagi dengan membawa wadah kecil berisi gelas penuh cairan berwarna merah
Dan beberapa kue seperti cucur, apam dan juga serabi.

"Apa itu ni?" Tanya Rupita

"Ini makanan dan minuman untuk penghuni kamar sebelah mu." Jawab si nenek di iringi tawa yang aneh
Rupita mengurungkan pertanyaan nya pada si nenek yang nampak berjalan ke arah WC kosong tersebut. Meski tak jelas, namun Rupita masih bisa mendengar suara si nenek yang seperti orang sedang bercakap2 dengan seseorang.
----
Sudah hampir seminggu Adi dan Rupita tinggal di sana. Dan hari itu merupakan hari pertama mereka menikmati uang upah suaminya yang di bayarkan perminggu.
Tidak banyak, namun sangat berarti bagi mereka saat itu.

Rupita menyisihkan sebagian uang gaji suaminya untuk tabungan melahirkan, lalu sisanya untuk membeli keperluan dapur seperti lauk pauk dan juga beras.
"Sayurnya.." Panggil Rupita pada wanita penjual sayur tempo hari

Wanita itu tersenyum seraya berjalan mendekat kearah Rupita.

"Beli sayurnya kak." Ujar Rupita setelah wanita itu mendekat

"Silahkan, ada bayam, pucuk singkong, tebu hanteluh, terong asam, terong nasi,
Terong pipit, cabe, labu siam, dan ini ada ikan asin titipan tetangga."

"Saya mau, pucuk singkong nya 'sebabat' (seikat) cabenya juga dan terong nasi."

Si wanita itu lalu mengambilkan sayur2 yang di sebutkan oleh Rupita tadi sambil mengajak Rupita mengobrol ke sana kemari.
"Sudah berapa bulan?" Tanya si wanita sembari menunjuk kearah perut Rupita

Rupita hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan itu.
"Kuat juga kamu menempuh perjalanan panjang ke tempat ini. Tentu bukan hal yang mudah. Aku pun dulu sering sekali turun naik gunung, keluar masuk hutan untuk mencari rotan, durian dan apapun yang bisa untuk di jual." Ujar si wanita
"Iya kak, dan untungnya kandungan saya tidak kenapa2 di jalan."

Dan hari itu adalah awal kedekatan antara Rupita dan si wanita penjual sayur. Setiap sore wanita itu selalu singgah di barak milik Rupita untuk menjual sayur2nya.
"Besok tolong bersihkan barak ku ya. Sudah kotor sekali." Ujar Pito di suatu sore pada si wanita penjual sayur yang langsung di tanggapi dengan anggukan

"Oh, jadi kakak yang membersihkan kamar2 mereka?" Tanya Rupita

"Iya dik, ya hitung2 untuk uang tambahan. Lumayan."
Rupita mengangguk, matanya melihat ke arah leher si wanita yang memiliki semacam bekas luka berwarna hitam melingkar.

Namun Rupita tak enak hati untuk bertanya, tentang bekas luka hitam tersebut.
--
Esok harinya, pagi2 sekali sebelum Adi dan Pito berangkat, Si wanita sudah datang dengan membawa perlengkapan bebersih nya yang ia letakkan di dalam lanjung.
Adi mencium perut istrinya beberapa kali di iringi dengan elusan lembut, membuat Rupita berbunga2.

"Hati hati.." Ucap Rupita seraya melambaikan tangan kearah suaminya
Setelah Adi dan Pito menghilang dari pandangan, barulah Rupita berjalan kearah kamar Pito yang sedang di bersihkan oleh wanita tersebut.

"Memang kotor sekali kamarnya ya kak."

"Iya, biasalah laki2, sibuk pula. Mana sempat dia membersihkan barak ini."
Rupita mengangguk mengiyakan, dari kejauhan terlihat nenek2 itu datang lagi.
Kali ini membawa lanjung yang entah apa isinya.
"kemari.." Panggil si nenek pada Rupita

Dengan langkah enggan, Rupita melangkah mendekati si nenek.

"Sini.." Panggilnya lagi
"Ada apa ni?" Tanya Rupita

"Aku membawakan sesuatu untukmu, untuk menjaga janin mu." Ujar si nenek seraya menurunkan lanjungnya
"Ini bakah tube, nanti pasang di kaki dan tanganmu, di gelangkan. Lalu yang ini di gantung di atas2 pintu/jendela. Nanti besok aku bawakan duri limaunya." Kata si nenek seraya mengeluarkan semua isi lanjungnya
"Ingat ya cu, ini nanti di gantung." Ulang nenek sebelum pergi kearah WC

"Siapa dik?" Tanya si wanita penjual sayur setelah si nenek tak terlihat lagi
"Nini yang katanya sering menaruh darah di wc kosong itu kak." Jawab Rupita seraya meletakkan benda2 itu ke pinggir
"Apa katanya?"

"Entah, dia hanya mengatakan gantung ini untuk keselamatan janinku."

"Ah, nini itu memang aneh, suka mengada2. Tak usah lah segala menggantung2 daun2 nanas seperti ini. Kalau kena kepala tidak mustahil bisa menimbulkan luka.
Iya kalau memang betul untuk penangkal, tapi macam mana kalau itu malah untuk mendekatkan marabahaya. Hiihh.."ujar si wanita bergidik

"Kakak tak memakai ini?"

"Haha, tidak. Aku tidak percaya dengan hal2 macam ini dik."
Tiba2 saja si nenek muncul dan berbicara dalam bahasa daerah yang tak di mengerti sedikitpun oleh Rupita. Tapi ia menyimpulkan dari nadanya, kalau si nenek sedang memarahi si wanita.
"Tidak semua orang bisa kau percaya cu, dan tidak semua perkataan orang harus kau turuti, tapi aku tau, semenjak kau bertemu perempuan ini, pasti tidur malam mu terganggu bukan?? Dia ini anak keturunan Hantuen. Hantu pelepas kepala yang di kampung lain di sebut kuyang!!"
Ujar si nenek

"Dasar orang tua gila, mengada2." Gerutu Wanita tersebut dengan wajah yang merah padam menahan emosi

Rupita terdiam seribu bahasa, hanya bola mata nya yang bergerak menatap kedua orang itu secara bergantian
Lalu dengan kesal si wanita tersebut melemparkan sesuatu kearah si nenek sebelum ia pergi.

"Ssttt.. Duduk, duduk. Tak apa, tak apa. Perempuan itu memiliki darah keturunan Hantuen cu, di kampung ini sebenarnya banyak sekali orang2 keturunan Hantuen.
Dan mereka berbaur dengan manusia biasa. Jadi tolong, untuk keselamatan kau dan anakmu, pakailah gelang bakah tube ini, turuti saja nasihatku, aku tidak mau ada lagi korban hantuen2 itu." Ujar si nenek dengan suara bergetar

(Om rasth numpang iklan bentar ya ponakan2🙏
Siapa tau ada yang berminat madu hutan, atau bajakah(bisa mengobati kanker, tumor, stroke) dan juga akar2 untuk kejantanan pria(mengobati sakit pinggang dan memperkuat kejantanan) ImageImageImage
Dan mungkin ada yang berminat dengan minyak-minyak asli kalimantan nya, Om rasth ada mulai dari Pelet pangkanang, Raja pemikat, Raja penunduk, Perkasih, Saluang mudik, Minyak rejeki, Minyak untuk kewibawaan, Minyak Melati pembuka aura, 7 bidadari dan pengasihan 3 khasiat. Image
Pemikat lawan jenis, penunduk lawan bicara(cocok untuk kalian yang omongan nya jarang di dengarkan), pemagar diri/tempat usaha dan rumah, penglaris, dan untuk membuka aura serta meningkatkan ke wibawaan. Kalau berminat silahkan Tanya2 melalui DM atau WA - 0856 5403 7262 Image
Rupita menghela nafas panjang kemudian dia mengangguk. Karena memang benar apa yang di katakan si nenek tadi, sejak awal melihat perempuan itu, ia menjadi susah tidur di malam hari.
"Baik ni, nanti daun nanas ini akan saya gantung di jendela atau pintu." Ucap Rupita

"Bagus, lebih cepat lebih baik cu."

Setelah si nenek pulang, Rupita lantas masuk kedalam barak. Ia berbaring di atas kasur tipis yang di penuhi 'lilih'(kitu kasur) tersebut.
Pikiran Rupita menerawang jauh, terlintas kembali kejadian beberapa hari yang lalu, saat itu ia tengah buang air besar di wc, dan ia melihat sebuah cahaya merah seperti turun naik dan tak terlalu laju. Apa itu Hantuen??
Tok tok tok.. Suara ketukan dari dinding barak yang bersebelahan dengan wc kosong.

Rupita bangun dari kasurnya, dan mendengarkan suara itu lebih dekat lagi. Tiba2 terdengar suara seorang anak kecil menegurnya.
"Mau kah kakak bermain denganku??"

"Astaga.!" Jerit Rupita kaget

"Siapa itu di sana??" Tanya Rupita sedikit menjauh dari dinding
"Hihi.." Suara tawa khas anak kecil terdengar dari balik dinding, membuat bulu kuduk merinding

"Adik.. Adik jangan macam2 ya!" Ujar Rupita mengancam
Hening.. Tak ada lagi suara tawa atau ketukan dari balik dinding barak.

--
Sekitar pukul 5 sore Adi dan Pito datang dengan raut muka masam.
Rupanya mereka terpaksa harus menggantikan dua rekan kerjanya yang libur malam itu.
"Hah?? Jadi aku sendirian disini?" Tanya Rupita tak terima

"Tidak, Ijul dan Ramli ada di kamar sebelah, kau akan aman, tenanglah." Bujuk Adi
"Tapi aku tidak dengar ada aktivitas di kamar mereka. Melihat mereka pulang saja, tidak." Ujar Rupita bersikukuh tak mau di tinggal sendirian
"Memangnya kau tega meninggalkan aku seorang diri di dalam barak yang sejejeran nya ini kosong??"

"Aku pun sebenarnya tak mau. Tapi bagaimana lagi, ini tanggung jawab aku dan Pito."
Setelah berdebat panjang, akhirnya Rupita mengalah.

Malam itu tak seperti biasanya, suara2 kodok yang biasanya ramai bersahut2an malah tak terdengar bunyi.
Rupita 'balikuhai'(semacam hadap kiri kanan) mencari rasa nyaman untuk memejamkan matanya, tapi tak bisa.

"Kakak, kita main yuk.." Suara itu lagi terdengar sayup2 namun dapat di rasa kehadiran nya
"Tolonglah jangan ganggu aku." Ucap Rupita dari balik selimut

Tiba2 terasa seperti ada sebuah tangan mungil menyentuh perutnya lembut.
Tetapi setelah selimutnya di buka, Rupita tak melihat siapapun di sekitarnya.

Lampu pelita yang tergantung di dinding tiba2 saja mati.
Menjadikan kamar itu gelap gulita. Dalam pencahayaan yang sama2, Rupita melihat seorang anak kecil dengan kepala yang sangat besar tengah berdiri di dekatnya.
Menyadari ada sosok lain di dalam kamarnya, Rupita lantas bangun, mencari2 sesuatu di dekatnya yang bisa ia gunakan sebagai senjata.
"Aku tidak jahat kak." Ucap suara itu terdengar lirih

Nafas Rupita terdengar berat, ia tak tau pasti mahluk apa yang berada di dalam kegelapan tersebut.
Tanpa menghiraukan suara dari sosok itu, Rupita dengan tangan yang gemetar berusaha mencari2 korek api yang tadi ia letakkan di atas rak tempat menaruh minyak kayu putih.
Namun sekian menit mencari, Rupita tak menemukan korek api itu, tapi tiba2 saja sebuah tangan yang sangat dingin menyentuhnya, memberikan sebuah korek api yang ia cari. Creeess..
Ketika korek api menyala, Rupita bisa melihat sosok itu dengan sangat jelas di hadapan nya.

Kepalanya sangat besar, dan memiliki kaki yang kecil. Wajahnya pucat dan saat itu ia tengah menyeringai menatap Rupita.
"Astaga." Rupita memejamkan mata karena takut melihat penampakan mahluk aneh itu

Di saat yang bersamaan, terdengar suara benda jatuh dari atas atap membuat Rupita kaget setengah mati.
"Itu Hantuen! Mereka mengincar adik." Ujar suara itu terdengar lagi namun kali ini suara itu seperti tengah menahan takut

Mendengar nama Hantuen, Rupita semakin ketakutan. Benarkah yang di katakan sosok itu??
Bisakah dirinya percaya dengan sosok yang sama2 tak jelas ujudnya??
Saat Rupita ingin keluar rumah untuk mengambil daun2 nanas yang di berikan oleh si nenek, suara anak kecil itu lagi2 mencegahnya.

Tapi Rupita tak menghiraukan suara itu, ia tetap berjalan kearah pintu dengan korek yang menerangi jalan nya.
Saat pintu terbuka, Rupita bisa melihat dari jarak beberapa meter ada sesuatu yang melayang2 dengan cahaya'garabayan'(tidak terang dan terkesan redup berjatuhan) cahaya aneh itu tidak hanya satu, tapi ada sekitar 2 atau 3 bahkan lebih.
Setelah Rupita berhasil meraih daun nanas itu ia lantas memeluknya, tak terasa lagi sakit nya tertusuk duri2 kecil di daun tersebut. Rupita tak peduli, yang ia pikirkan saat itu hanyalah bisa selamat dari mahluk2 itu.
Braakk.. Pintu tertutup dengan sangat keras, Rupita menangis sesenggukan dengan masih memeluk erat daun nanas itu.

Malam itu merupakan pengalaman pertamanya melihat Hantuen, apalagi dengan jarak yang sedekat itu.
"Jangan sentuh aku..!!" Teriak Rupita ketika sebuah tangan mungil yang dingin menyentuh pundaknya

"Kakak takut?? Kakak jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Nini bilang aku baik, aku tidak jahat." Ucap mahluk berkepala besar itu lirih
"Siapa kau sebenarnya hah?? Bagaimana bisa kau masuk kedalam kamarku?!!"

Hening tak terdengar jawaban dari sosok itu.
Rupita duduk, perutnya terasa kram dan sakit.
Akhirnya Rupita terbaring di depan pintu, tubuhnya seketika terserang demam tinggi.

Antara sadar dan tidak, Rupita merasakan sebuah belaian lembut di kepalanya, hingga kemudian ia terbangun di pagi hari, ketika suaminya baru pulang dari tempat kerja.
"Ya Tuhan, kenapa kamu tidur disini? Astaga, badanmu panas sekali."

Rupita menggigil, demam nya pun semakin tinggi.
Membuat Adi mau tak mau harus izin libur untuk mengurus istrinya.
Sekitar pukul 2 siang, si nenek itu datang ke barak yang di tinggali Rupita. Beliau membawa beberapa ranting pohon kayu nipis yang masih terdapat duri dan daun nya.
"Bagaimana keadaan istrimu??" Tanya si nenek

"Tubuhnya panas ni, sejak saya datang tadi ia sudah meracau tak karuan." Jawab Adi
Mendengar jawaban Adi, Si nenek mengangguk, lalu kemudian beliau menyuruh Adi untuk menggantung duri limau nipis dan daun nanas di atas pintu dan jendela barak.
Meski Adi tak terlalu yakin, tapi sebagai pendatang yang baik ia menuruti saja perkataan2 si nenek, lagi pula
Ia pikir itu sama sekali tidak merugikan dirinya dan Rupita.

"Letakkan Garam dalam piring putih, lalu serpihan kaca, dan gunting di dekat tempat tidur kalian. Agar Hantuen itu tidak berani mendekat." Ujar si nenek
Setelah semua apa yang dia perintahkan tadi sudah di laksanakan Adi, si nenek nampak mencari2 sesuatu di kaki dan tangan Rupita.
"Mana gelang bakah tube itu??" Tanya si nenek

"Sebentar, bakah tube itu apa? Dan seperti apa bentuk gelangnya? Karena saya tidak pernah Rupita memakai gelang apapun."
Si nenek terdengar menarik nafas panjang, ia mengedarkan pandangan ke ruangan tersebut, namun sejauh itu mata tuanya sama sekali tak melihat keberadaan bakah tube yang ia cari.
"Kalau kau mau bekerja, berangkatlah, biar aku yang akan menjaga istrimu." Ujar si nenek akhirnya

"Tidak ni, saya sudah izin pada bos tadi." Ucap Adi

Si nenek mengangguk,

"Baiklah, kalau memang begitu, aku sebaiknya pulang dulu untuk mandi dan bertukar baju.
Nanti aku akan kemari lagi."kata Si nenek sebelum pergi

"Terima kasih ni." Ucap Adi

"Jangan menyalah artikan kebaikanku ya cu, aku hanya tidak ingin apa yang menimpa orang lain sebelumnya terulang lagi pada kalian berdua."
Ucap si nenek dengan bibir tersenyum kecut

Adi mengangguk,

---
Sampai larut malam Adi menunggu kedatangan si nenek, tapi beliau tak juga muncul.

"Mungkin dia lupa, maklum kan sudah tua, pastilah ada sedikit pikun2nya." Gumam Adi ketika akan mengunci pintu kamar
Malam itu tak ada apapun yang terjadi, suasana barak nampak tenang, meski beberapa kali terdengar gedoran dari dinding kamar.
Keesokan harinya, Pito yang baru akan berangkat kerja itu di kagetkan oleh kabar kematian dari warga.

"Iya benar, nini itu mati dengan bagian perut yang sudah robek. Mengerikan sekali." Ujar salah ijul

"Kapan mayatnya di temukan??" Tanya Pito
Mendengar ada yang ribut2 di luar, Adi lantas ikut mendengarkan apa yang di bicarakan oleh orng2 tersebut.

"Ada apa pit??" Tanya Adi pelan

"Nini yang sering kemari itu meninggal." Jawab Pito

"Hah??" Ujar Adi kaget

"Mayat nya di temukan di jalan, sepertinya
Dia saat itu akan pergi. Tapi entah pergi kemana."ujar Ijul

Adi terduduk lemas, ia menutup mulutnya dengan tangan. Adi terlihat nampak sangat syok dengan berita itu.
"Kasian, padahal walaupun ia selalu bersikap aneh, tapi beliau orang yang baik sekali." Ujar Burhan

Adi melangkah masuk kedalam kamar, ia melihat istrinya yang masih terbaring sakit.
Ia menatap ulang daun2 nanas dan duri jeruk nipis yang tergantung.

"Aku izin ikut gali kuburan sama Pito dan yang lain nya ya." Ucap Adi
"Siapa yang meninggal?" Tanya Rupita masih terdengar lemas

"Salah satu warga. Aku pergi dulu ya." Ucap Adi sengaja tak mengatakan yang sebenarnya
----
Malam itu, Adi sudah harus masuk kerja. Sementara Pito masih belum kembali dari rumah salah satu warga.

Rupita yang masih lemas, hanya bisa menangis ketika sosok anak kecil berkepala besar itu muncul dan berdiri tepat di dekat tempat tidurnya.
"Aku mohon jangan ganggu aku." Isak Rupita

Sosok anak kecil tersebut mengelus perut Rupita dengan sangat lembut sekali.
"Adik laki2." Ucap sosok itu membuat Rupita yang tadinya takut menjadi sedikit berani

"Kamu suka adik ini??" Tanya Rupita menunjuk perutnya

"Suka."
"Kalau kamu suka adik ini, bisakah kamu menjaganya dari apapun yang ingin mencelakainya?"

Sosok itu menggeleng,

"Kenapa??"

"Aku takut." Ucapnya lalu menghilang dari pandangan Rupita
Hening..

Tok tok.. Suara ketukan di pintu.

"Siapa??" Tanya Rupita

"Aku Pito.. Kamu baik2 saja kah?? Ku dengar tadi kau berbicara. Berbicara dengan siapa??" Tanya Pito dari luar
"Ya aku baik2 saja." Jawab Rupita singkat

-----
Berbulan2 kemudian, semuanya nampak aman dan tenang setelah jendela dan pintu di gantungi dengan daun nanas dan duri limau nipis pemberian si nenek.
Namun pada hari itu, Adi berniat untuk mengganti daun dan duri itu dari gantungan nya dengan yang baru dan masih segar.
Meski awalnya Rupita menentang hal tersebut, tapi Adi tetap bersikeras karena menurutnya daun dan duri itu sudah tak berfungsi lagi sebagai penangkal karena sudah layu dan kering.
Kehamilan Rupita pun sudah sangat besar kala itu, ia juga sudah mulai sakit pinggang dan sering buang air kecil.

----
Malam itu Adi datang dengan wajah muram, karena rupanya ia tak menemukan apa yang di carinya, sementara daun nanas dan duri limau yang sudah kering
Tadi dia buang entah kemana.

Rupita was2 malam itu, ia takut kejadian beberapa bulan yang lalu kembali terulang lagi.
Sekitar pukul 11 malam, terdengar bunyi sesuatu terjatuh dari atap, dan ketika di cek, Adi malah berteriak dan kemudian suara nya menghilang.
Rupita yang cemas dan khawatir dengan keadaan suaminya lantas ikut keluar dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Adi sudah terbaring tak sadarkan diri di atas tanah.
Beberapa cahaya garabayan aneh muncul dan bergerak pelan di atas mereka berdua.

Beberapa kali Rupita berteriak meminta tolong dengan tetangga baraknya, namun tak ada yang membuka pintu.
Untung saja di saat yang tepat, muncul si wanita penjual sayur dengan membawa obor mengusir cahaya2 aneh tersebut.

"Mereka sudah pergi, tenang, tenang. Kau aman sekarang." Ucap si wanita penjual sayur
Rupita sangat ketakutan, ia menangis. Wajahnya sudah pucat pasi.

-----
"Maaf ya kak, aku sudah salah paham padamu." Ucap Rupita pelan pada si wanita penjual sayur
Wanita itu tersenyum dan mengangguk,

"Tidak mengapa, aku paham." Ucapnya

Tiba2 saja, Rupita mengeluhkan sakit di perutnya.
Adi yang masih demam itupun mau tak mau harus memaksakan diri ke rumah dukun beranak,
"Sakiiitt.." Rintih Rupita

Anehnya si wanita penjual sayur itu bukan nya membantu dan menenangkan, dia malam mengunci pintu. Saat si wanita mendekat, Rupita melihat matanya sudah mulai memerah dan bibirnya nampak menyeringai mengerikan.
Ia masuk kedalam sarung yang di gunakan Rupita, memaksa agar wanita itu mengangkang, Rupita yang kesakitan dan tak bisa untuk lari itu hanya bisa berteriak lirih.

"Jangan kak, sakit kak.."
Ketika merasakan tangan wanita penjual sayur itu mulai mengorek2 ke dalam kel*min nya. Cairan yang keluar dari dalam terasa seperti di seruput oleh wanita Hantuen tersebut.
Perih dan sakitnya Rupita rasakan, namun ia masih cukup kuat untuk tetap sadar meski rasa sakitnya sungguh luar biasa.
Tangan itu lagi2 masuk kedalam kel*min Rupita, dan saat tangan tersebut sudah menemukan anak yang akan di lahirkan Rupita, tangan itu menariknya hingga membuat Rupita berteriak kesakitan. Suara teriakan nya mengundang perhatian dari Pito dan Ijul yang baru saja pulang.
"Rupita..!! Rupita!!" Panggil keduanya berusaha mendobrak pintu

"Asuu!! Hantuen!! Adi mana adi!!" Teriak Ijul ketika mengintip pada salah satu celah yang mengarah ke dalam
Pito dan Ijul terus berusaha mendobrak pintu, sementara Suara rintihan kesakitan dari Rupita sudah mulai melemah. Braaaakkkk...

Pintu itu terbuka, palang kayu itu patah.

Saat Ijul mengejar si wanita penjual sayur yang wajahnya sudah berubah mengerikan itu keluar melalui
Pintu dapur, Pito langsung menyuruh Rupita untuk mengejan dengan sisa2 tenaganya.

"Aku tidak kuat." Ucap Rupita Lirih dan lemas
Mendengar perkataan Rupita, Mau tak mau Pito langsung 'maulur papan' (bantuan mendorong bayi untuk keluar, biasanya si pendorong akan mendorong dari luar perut)

Pito terus mendorong bayi yang separuh masih berada di dalam perut tersebut dengan sesekali menyuruh Rupita untuk
Mengejan.

Bruuusshh..

Akhirnya anak Rupita dan Adi berhasil lahir, dan Tugas Pito belum selesai, ia harus terus menahan dorongan nya pada perut Rupita agar 'tambuni'(ari2) tidak naik yang kan menyebabkan kematian.
"Juuuullll... Anjiiing!! Kemana kau bangsaaatt!!!" Teriak Pito

Ijul datang dengan tangan yang berlumuran darah.

"Apaaa Suuuu??!!" Jawab Ijul tak kalah gusarnya
"Tambuninya sulit keluar!! Cepat lepaskan kutang yang di pakai Rupita!!"

"Hah???" Ujar Ijul melongo

"Dasar mesum!! Orang kesakitan malah masih sempat2nya memikirkan kutang!! Bajingan kau!!" Semprot Ijul tak kalah sengit
"Lakukan saja bangsaaattt!!! Ibuku dukun beranak!! Aku tau apa yang harus di lakukan!!" Bentak Pito emosi, karena melihat Rupita sudah hampir tak sadarkan diri
Dengan terpaksa ijul melepaskan kutang yang di kenakan Rupita dengan mata yang tertutup separo.

"Kemarikan!!" Perintah Pito

Setelah itu Pito lantas seperti membacakan sesuatu dan kemudian melemparkan kutang itu ke tengah2 kaki Rupita.
Dan anehnya beriringan dengan itu, Tambuni tersebut berhasil keluar.

Pito menghela nafas lega.

Sementara Ijul masih melongo, antara bingung, takjub dan takut kalau2 Adi akan marah pada mereka berdua.
"Astaga! Aa anak ini bayi ini, mana tangan nya??!!" Ujar Ijul setelah melihat keadaan bayi Rupita

Bahkan mata bayi itu sudah pecah tak berbentuk lagi.
"Rupita!!" Panggil Pito berusaha menyadarkan perempuan itu

Pito berlari kearah dapur, untuk mencari apapun yang bisa di bakar untuk mencegah datangnya mahluk yang akan membahayakan Rupita.
Tidak berapa lama setelah perapin hidup, Adi dan seorang dukun beranak muncul.
Adi yang tak tau apa2 itu langsung marah pada Pito dan Ijul ketika melihat keadaan anak dan istrinya.
"Sudah!! Jangan berkelahi! Ini bukan ulah manusia!! Ini ulah Hantuen!!" Ujar dukun beranak tersebut

"Ini dia pasti masih berwujud manusia ketika melakukan ini. Tolong ambilkan air panas dan layi habang(jahe merah)" Ujar si dukun beranak
Pito lantas keluar dan muncul lagi dengan termos air yang masih penuh berisi air panas dan jahe merah.

Si dukun beranak mengambil segumpal darah yang terlihat seperti berdenyut itu lalu merendam nya kedalam air panas berisi jahe merah.
"Lihat dalam 3 hari ke depan, bila ada orang yang rambutnya rontok parah(gundul tiba2), berarti dia adalah Hantuen nya."
Adi menangis histeris, ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri karena tak bisa menyelamatkan anak pertama mereka.

4 hari telah berlalu, Rupita sudah mulai sedikit membaik, meski ia masih tak mau berbicara kepada siapapun.
Kecewa, sedih, sakit yang berkepanjangan membuatnya hampir hilang kewarasan.

"Minum dulu air rebusan tabat barito ini." Ujar dukun beranak yang masih lagi mengurus Rupita
---
Setelah keadaan Rupita benar2 pulih, Adi memutuskan mengajak istrinya itu untuk pulang ke daerah asal mereka.
Sementara Pito dan ijul sudah menemukan manusia jadi2an Hantuen yang hampir membunuh Rupita pada malam itu.
Dan benar saja orangnya adalah si wanita penjual sayur tersebut.

Ia sengaja menakut2i Adi dan Rupita agar bisa masuk kedalam rumah itu dan mendapatkan kembali kepercayaan dari Rupita dan Adi. Yang membunuh si nenek pun
Adalah wanita itu. Karena si nenek yang merupakan bekas dukun beranak itu sudah mulai ikut campur.

---
Adi menyapu air matanya, ia menghela nafas panjang, lalu..

"Semenjak kejadian itu, Istriku tidak bisa hamil lagi." Ucapnya Lirih penuh dengan kesedihan dan penyesalan
"Aku benar2 menyesal, karena ambisi sialanku ini, anak istriku menjadi korban. Aku menyesal. Semoga tidak ada lagi orang2 bodoh sepertiku di luar sana. Mengejar dan berharap mendapatkan banyak harta tapi rela mengorbankan keluarga. Dan baru aku sadari, kalau
Ternyata hartaku yang sangat berharga dan satu2nya di dunia ini tidak lain tidak bukan adalah keluargaku, anak istriku."ucapnya mengakhiri cerita kelam yang sangat menyedihkan tersebut
----SELESAI----

Mohon saweran nya ponakan, seikhlasnya saja -> saweria.co/donate/Omrasth…

Atau saweran berupa pulsa bisa di nomor ini - 0856 5403 7262

Buat yang sudah nyawer om ucapkan terima kasih banyak, semoga rejekinya makin lancar dan sehat selalu🤲🤲🤲🙏🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

May 3
GANTUNG JODOH

Cerita ini merupakan salah satu kiriman dari ponakan om rasth. Untuk nama dan tempat sudah disamarkan.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.

Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.
Read 80 tweets
Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 153 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(