OM RASTH Profile picture
Jan 30, 2022 142 tweets 19 min read Read on X
PERJALANAN TERAKHIR (Melawan Ganasnya Teluh Palasit Kambang Tunggal)

(Spesial Request, Panglima Dehen Dan Ni Wi)

@bacahorror
#bacahorror #teluhkalimantan

(Gambar hanya Ilustrasi) Image
Puk puk puk.. Suara bliyung(hampir mirip dengan kapak) yang beradu dengan kayu. Keringat nampak sudah membasahi baju lelaki paruh baya tersebut, Dia lah Amang Yansah (Ayah Om Rasth).
Di usianya yang tak lagi muda,
Beliau masih sangat kuat dan tak kalah dengan kita2 yang masih muda.

"Ije andau jida bagawian, kapehe asaiye kunge tuh. Sasar babakas sasar jida tau mamelay. (Sehari saja tidak ada kerjaan, badan rasanya sakit, semakin tua semakin tak bisa diam.)" Ucap beliau bila di suruh diam
Dan menikmati hasil kerja kerasnya

--
"En tuh mang, kaput gayap jadi ampin baun andau kau handak baduruh. Jida buli kah pian??(Gimana mang, langit sudah gelap mau hujan, tidak pulang kah?)" Tegur Anto, keponakan jauh mang Yansah
"Helu beh ikau to, isut beh hinday tuh. Tau beh kareh lamun hujan yaku bataduh si baner kayu jite. (Kau duluan saja to, sedikit lagi selesai. Kalau hujan nanti aku bisa berteduh di akar kayu besar itu.)" Kata mang Yansah sambil tersenyum dan kembali meneruskan pekerjaan nya
Beberapa orang yang 'manube'(meracuni ikan dengan bahan tradisional, biasanya menggunakan akar/bakah tube) itu pulang dengan langkah tergesa.

"Sadange kia ketuh kau, manube lauk si sungei jikau, danume bahanyut kan ngawa, buah ihup karen manusia,
Lauke injual ketuh, uluh kumaye tau karen karacunan. (Dasar kalian ini, meracuni ikan di sungai tersebut, sementara air nya mengalir ke hilir dan akan di minum warga. Belum lagi ikan yang akan kalian jual itu bisa membuat orang2 keracunan. Ckck..)" tegur mang Yansah kurang senang
dengan kelakuan orang itu

(Sebenarnya disini ada beberapa bahasa dayak yang berbeda, mulai dari murung siang, maanyan dan bakumpay, berhubung om rasth kalian ini kurang fasih berbahasa murung dan maanyan jadi om akan rangkum dalam satu bahasa saja)
"Ikau aweh?! Tempun sungei te kah?? (Kau siapa?! Pemilik sungai itukah??)" Ujar orang itu dengan nada tinggi

Mang Yansah tersenyum sambil menggeleng,

"Lamun ada cara ji bagus pada manube kilahikau, keleh bewey manggau lauk dengan cara jidada mambahaya uluh, Kilau malunta,
Marengge, mamasang karen pasuran atau mamisi. (Bila ada cara yang bagus untuk mendapatkan ikan, lebih baik menggunakan cara yang tidak membahayakan orang, seperti menjala, marengge(om tidak tau bahasa indonesianya untuk sebutan rengge), memasang pasuran atau memancing.)"
"Nyata lauke masih sigar dengan kawa langsung impakasak, jida salang imparasih ini itu, inambah karen rarampah. (Tentu ikan nya masih segar dan bisa langsung di masak, tidak perlu membersihkan nya dengan teliti 'membuang sisa2 racun tube' tidak perlu menambahkan bumbu2
Karena ikan nya sudah sangat manis dan segar.) " Lanjut mang Yansah seraya mencabuti lintah yang menempel di kakinya

'Ikan yang di racun akan cepat busuk ketimbang ikan hasil tangkapan menggunakan pancing dll'
"Cih, tai palat akam mang, kilau ikau jida piji beh manube!! (Cih, 'perkataan cukup kasar' macam kau tak pernah manube saja!!)" Umpat orang tersebut
Mang Yansah tertawa kecil,

Membuat kelima orang itu semakin bertambah emosi.

"Jaka jida bakas ikau te mang, yajar/ihajar kuh jadi baum kau.(andai kau bukan orang tua mang, sudah ku hajar kau.)" Ujar salh satu di antara ke lima orang tersebut
"Handak mahajar kih, ihajar beh, asal beh lamun ketuh kalah, ela mangadu dengan kepala adat(karena resikonya jipen(denda/ganti rugi, biasanya kasus pemukulan akan kena jipen 50 yang berarti sekali pukul kena denda 5 juta, itu pun tergantung dari segi mana pukulan nya.
Dan kalau tidak bisa membayar jipen dari keputusan kepala adat, maka akan di lanjutkan ke kepolisian.)

"Ela balecak mang, sama balasu jadi takuluk tuh.( jangan menantang/sok jago mang, kita sudah sama2 panas kepala.)" Ujar orang itu
Mang Yansah tertawa sekali lagi, lalu tanpa ragu2 melempar kayu 'tungkihan'(kayu yang sudah di potong) kearah orang yang baru saja selesai berbicara itu.

Perkelahian tak seimbang itu akhirnya terjadi, di bawah guyuran hujan di tengah himba(hutan) itu mereka saling
Bergantian menyerang mang Yansah yang sudah separuh baya.

Namun dalam beberapa saat saja dan hanya menggunakan 10 pukulan mematikan, 3 di antaranya terkapar.
Darah mengalir dari hidung dan telinganya.
Mang Yansah tersenyum,

"Bagaimana?? Apa kalian juga mau seperti mereka?"

"Sungei ji inube ketuh te, wadah iki uluh are tuh mihup, makanya te yaku mangahana ketuh manube sungei jite! Tapi ampie ketuh kau jida tau irawa. Makeng, lamun jida dengan kekerasan jida tambelan
Panderkuh te. Ketuh kau lamun sampai katahuan uluh lebu matei ketuh awi awen, pire kungan jadi anak uluhan babakasan ji matei karacunan libas mihup danum bihikau. yaku jida bahanyi kia manuduh ketuh manube ji helu2 te, tapi andau tuh
Yaku mite dengan matangkuh bahwa ketuh lime ji manube, tuh yaku ji marawa ketuh lime kau sebelum uluh are katawan, tapi ketuh malah sangit. Handak malawan amang ji bakas. (Asal kalian tau, sungai yang kalian racuni itu adalahsumber air yang kami(warga) konsumsi setiap hari.
Maka dari itu aku melarang kalian untuk meracuni air sungai tersebut. Tapi kalian tidak bisa di tegur baik2, membangkang. Kalau tidak menggunakan kekerasan kalian tidak akan mendengarkan omonganku. Kalian itu kalau sampai ketahuan para warga desa, habis kalian di bunuh mereka.
Mengingat sudah berapa orang anak kecil dan orang2 tua yang mati keracunan setelah meminum air sungai itu. Aku tidak berani menuduh kalian yang menebar racun tube di sungai2 itu sebelumnya. Tapi yang pasti hari ini aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kalian
Berlima yang sudah meracun sungai tersebut. Itu yang membuatku menegur kalian berlima sebelum di ketahui oleh orang2 desa. Tapi kalian malah marah dan melawan amang yang sudah tua ini.)"
"Iyuh mang, ampun iki mang. Jida hinday kia iki manube sungei jite mang ae. Tapi basumpah iki mang bahwa ji helu2 te beken iki mangai.(iya mang, kami minta ampun mang, tidak akan lagi kami meracun sungai itu mang. Tapi kami berani bersumpah kalau yang meracun dulu2 itu bukan kami
Ujar mereka

"Pulang, bawa teman2 kalian ini. Dan jangan pernah meracun ikan di sekitaran sini lagi." Ujar mang Yansah seraya berjalan meninggalkan kelima orang tersebut
---
Air hujan di dalam sampan sudah hampir menenggelamkan sampan kecil itu, lalu kemudian beliau 'malinggang' sampan itu agar airnya cepat keluar.
"Butuh bantuan pak tua?" Tegur seseorang dengan suara yang terdengar berat dari arah belakang membuat mang Yansah secara reflek langsung memasang gerakan menangkis
"Astaga.. Kau sungguh mengagetkan ku wi!"

"Kaget?? Atau memang karena kau tak terima ku panggil pak tua, Yansah??"

Mang Yansah menggeleng ia mulai menimba air di dalam sampan yang sudah mulai sedikit.
"Tapi aku sungguh tak menyangka kau akan bertindak seperti tadi terhadap orang2 itu." Celoteh Ni Wi

"Maksudmu??"

"Maksudku.. Aku pun tak bisa menjelaskan apa maksudku.."

"Kalau mereka tak di tegur seperti itu, mereka akan terus2an manube. Dan kau tau apa yang akan
Orang2 lakukan terhadap mereka bila sampai mereka ketahuan??
Masalah akan bertambah berbuntut panjang. Dan aku tidak mau seperti itu wi."

"Ya aku tau maksudmu Yansah, tapi semoga saja mereka tidak akan membalas dendam padamu ataupun pada anak cucumu."
Ucap Ni wi sebelum pergi

-----
Malam itu di rumah mang Yansah mereka menikmati sayur pucuk jawaw bekacak yang di campur dengan umbut suli dan umbut laos, serta goreng ikan pahi dan anak saluangan. Mereka nampak makan dengan lahap sekali setelah seharian di sibukkan
Dengan pekerjaan masing2.

"Bagaimana bah? Apa abah bertemu dengan orang2 itu??"

"Ya. Mereka tidak akan kembali lagi." Jawab mang Yansah singkat
Suasana hening dan sepi khas di desa kami menemani keluarga itu tidur.
Keesokan harinya, mang Yansah tak pergi kemana2. Dan sedari pagi beliau berada di luar rumah, seolah2 ada yang sedang beliau tunggu.
Sekitar pukul 11 siang, ada beberapa buah motor yang parkir di halaman rumah.

"Assalamualaikum mang.." Ucap saah satu di antara pengojek tersebut
"Waalaikumsalam.." Jawab mang Yansah seraya meletakkan telur2 ayam kampungnya di dalam wadah yang terbuat dari anyaman rotan

"Awen tuh tanau nah bainsek si simpangan(tempat pengojekan mangkal) kanih, wadah uluh ji tau batatambaan mang ae. Handak imbit ulun kan amang
Tember kanih tapi auh atak kau nah iye te kan kiwa katauye(khusus santet). Makanya te imbit iki kantuh, (Mereka ini tadi bertanya di mana ada orang yang bisa mengobati penyakit, saat kami sedang berada di pangkalan ojek, niatnya mau saya bawa ke rumah mang tember
Tapi kata atak, beliau cuma bisa ke kiri(ilmu santet) makanya itu mereka ini kami bawa kesini.)" Ujar salah satu pengojek yang memakai jaket berwarna hitam

"Itupun untung saja amang masih ada di rumah. (Sulit mencari ayah om ini berada di rumah, karena biasanya beliau
Suka menyendiri di hutan.)" Ujar yang lain nya menimpali

Mang Yansah menatap lekat kearah lelaki yang berpenampilan kusut dan seperti orang dalam gangguan jiwa tersebut.
Lalu kemudian beliau mengangguk,

"Masuklah kedalam." Ujarnya mempersilahkan tamu2 tersebut untuk masuk

Mereka sedikit sungkan ketika di suruh masuk,

Dan saat akan pembicaraan di mulai, lelaki berpenampilan kusut itu berteriak histeris. Ia mengamuk dan sebuah tamparan
Tepat mengenai kepala ibu2 yang menggandengnya sedari tadi.

Tukang ojek yang baru saja akan duduk itu langsung memegangi si lelaki agar tidak memukul orang2 di sekitarnya.
Mang Yansah berjalan ke arah dapur dan mengambil air putih, lalu mendoakan air tersebut sebelum di minum kan pada si lelaki.

Dengan sedikit paksaan akhirnya beberapa tetes air berhasil masuk. Membuatnya seketika menjadi tenang dan duduk kembali sambil memainkan bunga
Rumput liar.

"Apa dia selalu memainkan bunga seperti itu??" Tanya mang Yansah
"Iya. Setelah cuti dari pekerjaan nya, ia sering mengeluhkan kalau ada orang yang selalu memata2i dia. Dan dia selalu terbangun di tengah malam, karena mendengar suara seseorang yang memanggilnya. Dan semenjak itu dia berubah menjadi pendiam dan sering menyendiri
Sambil memainkan bunga2 liar."tutur wanita yang mengaku sebagai ibu dari si lelaki tersebut

Mang Yansah tertegun, selama perjalanan hidupnya yang terbilang sering mengobati berbagai macam santet dan teluh, tapi belum pernah ada kasus yang seperti ini.
"Kalau Rahi, tidak mungkin. Karena Rahi kambang hanya menyerang anak2(biasanya bila salah satu di antara pasangan suami istri terkena Rahi kambang, maka akan sangat sulit untuk bisa memiliki keturunan. Kalau tidak keguguran, anaknya akan meninggal di bawah usia 5 tahun)." Batin
Mang Yansah

"Anak kami ini, adalah anak yang sangat berbakti pada orang tua, dia juga merupakan anak yang taat. setiap minggu ia selalu pergi ke gereja, dan bila ada waktu luang ia selalu berkunjung ke rumah paman nya yang merupakan seorang pastur
Untuk bertanya seputaran tentang agama. Dia tidak pernah keluar rumah tanpa izin, dan setau saya dia tidak pernah berpacaran, seperti pemuda2 pada umumnya. Itulah yang membuat kami sangat merasakan kesedihan atas apa yang terjadi padanya."lanjut sang ibu
Mang Yansah mengangguk,

"Untuk malam ini dan selama masa penyembuhan, kalian boleh menginap di sini." Ucap mang Yansah

"Tapi, kami bukan bakumpay(bakumpay adalah suku dayak mayoritas muslim. dan itu merupakan bahasa halusnya mengatakan bahwa mereka berbeda agama)."
"Tidak masalah, mau itu bakumpay, maanyan, murung, siang. Kita tetap saudara. Saya pun banyak keluarga yang beragama hindu kaharingan ataupun katholik. Dan kami di sini tidak mempermasalahkan agama, mau agama apapun selagi orang itu baik, kenapa tidak?"
Mereka terlihat tersenyum dan mengangguk lega.

Menjelang sore, mang Yansah membuat api di halaman rumah untuk mengusir nyamuk.

Mereka makan bersama, duduk saling berhadapan. Makan nasi hangat dari beras hanyar dengan lauk dan lalap sederhana.
Selesai makan, Mang Yansah langsung masuk kedalam sebuah kamar yang khusus untuk menyimpan berbagai macam barang2 koleksinya.
Kemenyan yang di bakar, tercium begitu harum.
Angin dingin perlahan berhembus.

"Ada apa Yansah?? Apakah sudah tiba waktuku untuk menikmati hidangan lamang buatan mu?" Tanya halus Ni wi

(Lamang adalah ketan yang di bakar di dalam bambu)
"Wi, aku butuh bantuan mu." Ucap mang Yansah pelan dan serius

"Tentang anak laki2 itu?"

"Ya."

"Awalnya dia tidak seperti itu wi. Tapi semenjak dia libur dari pekerjaan nya, dia menjadi seperti itu. Bisakah kau memberitahuku ada apa sebenarnya??"
Ni Wi menatap Mang Yansah dengan wajah yang cukup serius.

"Gelap, hitam. Tak sedikitpun celah untuk melihatnya." Ujar Ni Wi kemudian

"Maksudmu??"

"Mataku tidak bisa menembusnya Yansah. Dan aku dapat merasakan sebuah kekuatan yang sangat jahat di sekitar laki2 itu.
Yang bisa kapan saja membunuhnya dan orang2 yang mencoba mengobati dia."

"Maksudmu sudah tidak ada harapan lagi?? Wi tolong, katakan apa yang bisa ku lakukan untuk menyembuhkan pemuda itu? Aku tidak tega Wi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika
Aku yang berada di posisi orang tuanya. Yang hanya bisa pasrah melihat anak semata wayangnya kesakitan."

"Tapi aku tidak akan pernah membiarkan hal buruk terjadi pada keluargamu Yansah." Ucap Nenek tua jelmaan macan putih tersebut
"Maka dari itu bantulah pemuda itu Wi. Bantu aku mengobatinya."

"Tapi aku tidak bisa Yansah."

Mang Yansah menghela nafas panjang,

Ni wi mengelus pelan bahu Mang Yansah, dengan ragu2 dia mengatakan : "tapi kita bisa meminta bantuan pada panglima Dehen. Aku yakin dia
Mengerti dengan apa yang terjadi pada anak laki2 itu."

"Alhamdulillah.. Apa aku harus menemuinya wi??"

"Tidak perlu, biar aku yang menemuinya. Dan semoga saja dia bersedia membantumu."
Kata Ni Wi

Saat Mang Yansah menoleh, Ni wi sudah menghilang.

Lalu dalam menjelang tengah malam, barulah Ni wi kembali bersama Panglima Dehen.
Wajah lelaki bangsa macan hitam itu masih sama tampan nya seperti yang Mang Yansah Lihat sewaktu masih Muda dulu. Dan dia tidak menua sedikitpun. Ni Wi memegang erat tangan Panglima Dehen, menuntun nya untuk berdiri di hadapan mang Yansah.
"Terima kasih sudah bersedia datang panglima.."

Panglima Dehen tersenyum,

"Aku tidak bisa menolak jika istriku yang cantik ini sudah memaksaku." Ucap panglima Dehen seraya menatap nenek tua Di sampingnya yang juga ikut tersenyum
(Ni wi sebenarnya adalah sosok macan putih yang sangat cantik, namun karena beberapa alasan dia selalu berwujud nenek tua bila menemui mang Yansah.)

"Ehm, jadi bagaimana dalam penglihatan mu tentang pemuda itu panglima??"

Panglima Dehen tak langsung menjawab,
Ia berjalan kearah pintu, dan berdiri di sana cukup lama dengan posisi sebagian badan nya menembus pintu.

"Palasit Kambang Tunggal.. Ku kira teluh itu sudah tidak ada lagi yang menggunakannya." Ujar panglima Dehen
Membuat Ni Wi dan Mang Yansah saling berpandangan.

"Teluh seperti apa itu??" Gumam Mang Yansah

"Yang aku tau teluh itu hanya di kuasai oleh 2 dukun di duniamu. Karena dulu aku juga pernah terlibat dengan salah satu dukun itu sewaktu aku masih jadi panglima Raja Tampoh."
"Palasit Kambang Tunggal, cara kerjanya cukup sederhana dan tergolong biasa namun begitu teluh itu sangat ganas dan berbahaya. Pertama2 dia akan membuat target kehilangan akal(kurang waras), merasakan sakit luar biasa di bagian2 tertentu tubuhnya, dan akan
Merusak pandangan target terhadap orang di sekitarnya. Teluh itu akan semakin kuat jika target selalu di biarkan mencium aroma2 bunga/kambang. Bila di sembuhkan tapi tak seurat, maka waktu kematian nya akan semakin cepat. Dan batas hidup nya setelah terkena teluh itu
Tidak kurang dan tidak lebih dari 111 hari. Tapi tadi ku lihat anak laki2 itu tidak akan bertahan dari 1 minggu lagi."ujar panglima Dehen
Nafas mang Yansah terdengar berat,

"Tapi apa panglima bisa membantuku mengobati pemuda itu??" Tanya mang Yansah penuh harap

"Resikonya besar."

"Apa resiko terburuknya?" Tanya Ni Wi
"Kematian."

Deg.. Jantung mang Yansah berdegup sangat kencang setelah mendengar jawaban singkat panglima Dehen.

"Kau sanggup menyandakan nyawamu demi anak laki2 yang bahkan belum sehari kau kenal itu Yansah??" Tanya panglima Dehen
Mang Yansah tertegun, ia diam seribu bahasa. Pikiran nya kacau, tapi keinginan nya untuk membantu pemuda itu masih sangat menggebu. Hingga kemudian mang Yansah memutuskan pilihan terburuknya.
Panglima Dehen tersenyum sinis,

"Jawaban mu sudah bisa ku tebak.
Tapi saran ku pikirkan ulang keputusanmu. Jangan sampai keluargamu menangis di samping jasadmu. Ingat Yansah, jangan pernah melabuh luka di hati anak dan istrimu hanya karena kau ingin membahagiakan orang lain."
Ujar panglima Dehen lalu kemudian Lenyap dari pandangan

Ni wi menepuk pelan pundak mang Yansah.

"Apapun keputusanmu besok, aku akan tetap bersama mu. Karena kita adalah sahabat yang tak boleh meninggalkan satu sama lain nya dalam masalah. Dan ku harap keputusanmu kali ini
Bijak." Ucap Ni Wi tersenyum

Mang Yansah mengangguk, lalu setelah itu ruangan tersebut menjadi hening. Hanya tarikan nafas dan suara lantai yang terdengar.
(Mohon maaf sebelumnya om mau menawarkan Madu Hutan asli, bukan ternakan ya ponakan2. Siapa tau ada yang berminat, om juga ada jual bajakah dan akar untuk mengobati sakit pinggang. Kalau berminat bisa langsung DM atau WA di - 0856 5403 7262 ImageImageImage
Atau mungkin ponakan2 ada yang sedang putus cinta, atau bermasalah dengan mertua, bos, dan pasangan. Om punya solusinya.
Dan om juga ada berbagai macam minyak kalimantan dengan berbagai macam ragam khasiat. Mulai dari penglaris, pagar diri/usaha/rumah. Pemikat lawan jenis
Penunduk lawan bicara, pembuka aura biar di senangi orang2 di sekitar. Untuk kewibawaan(bagus buat ponakan yang selalu di remehkan oleh bos ataupun bawahan) dan minyak Arjuna yang membuat kita akan mudah bergaul/mudah diterima oleh orang2 yang kalian inginkan.
Om juga melayani pemikat jarak jauh(khusus buat yang benar2 serius/siap nikah) kalau berminat dan Tanya2 silahkan hubungi om Rasth melalui DM atau WA di - 0856 5403 7262

Terima Kasih🙏🙏)

Hingga pagi tiba, barulah mang Yansah keluar dari dalam kamar tersebut dengan
Raut wajah sendu.

"Bagaimana mang?? anak kami bisa di sembuhkan??"
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa. Karena resikonya terlalu besar."

Ibu itu lantas menangis, ia terduduk lemas sambil memukuli kepalanya sendiri.
"Bagaimana aku bisa bertahan hidup kalau anak ku satu2nya akan terus seperti ini?? Aku mohon, lakukan sesuatu untuk anakku. Di akhir hidupku aku hanya ingin melihat anakku bahagia sembuh dari penyakit itu. Aku pun hidup sudah tidak lama lagi. Dan berapapun biayanya
Akan kami usahakan membayarnya. Tapi tolong setidaknya cobalah sekali saja untuk mengobatinya."

Mang Yansah terdiam ia tidak tega, dan itulah alasan nya beliau ingin berhenti dan melepaskan semuanya, Waktu itu. Tapi Ni wi, Ni wi melarangnya.
"Ku mohon berhentilah menangis. Aku akan usahakan yang terbaik yang ku bisa." Ucap mang Yansah

Hari itu setelah sarapan dengan singkong rebus dan secangkir kopi hitam, beliau pergi.
Setiap rumah kawan2nya dia datangi untuk meminjam barang2 yang mungkin akan di perlukan.

Setelah semua di rasa sudah lengkap, mang Yansah pulang.

Ia membawa barang2 itu kedalam ruangan khusus nya.
Kain hitam di bentangkan menyerupai kelambu, lalu kain putih berlapis
Kain kuning dan hitam di keliling kan membuat sebuah lingkaran di bawah kain hitam yang di bentang tersebut.

Daun sawang dan tamiyang di letakkan di lantai mengelilingi lingkaran kain itu.
Menjelang maghrib, amang tember dan beberapa orang lain nya datang. Mereka semua memakai celana dan baju serba hitam dengan kaki dan tangan memakai gelang yang bila bergerak akan mengeluarkan bunyi.
Malam itu suasana benar2 mencekam, hawa dingin dan panas menjadi satu.
Sejak tadi pemuda yang terkena teluh palasit kambang tunggal itu sudah mulai menunjukkan ketidak nyamanan nya.
Membuat mang Yansah merasa ada sedikit harapan untuk bisa keluar hidup2 dari perkelahian gaib yang akan segera di lakukan.
Sebelum memulai acara pengobatan itu, mereka lebih dulu memakan pulut hitam dan meminum kopi hitam yang di campur dengan jeruk nipis.

Setelah itu mereka pun berusaha membawa si pemuda ke dalam lingkaran kain tersebut.
Namun mahluk yang berada di dalam tubuhnya itu tentu tak tinggal diam. Pemuda tersebut mengamuk. Ia tertawa terbahak2 ketika salah satu di antara teman2 mang Yansah
Mulai mengerang kesakitan. Dan bersamaan dengan itu suara tabuhan agung (gong) mulai terdengar dari luar.

"Mereka sudah datang, serahkan saja dia kepada kami. Kau panggillah sahabatmu." Ujar mang Tember lalu mengunyah sirih dan meludahi wajah si pemuda yang langsung
Ambruk

Mereka lalu membawanya masuk kedalam lingkaran kain tersebut, dan membaringkan si pemuda.

Kemudian mang Tember dan teman2nya melumuri badan mereka dengan sesuatu yang mirip seperti minyak, namun berwarna hitam pekat.
Orang yang terluka tadi di suruh beristirahat keluar oleh mang Tember. Sementara itu mang Yansah juga mempersiapkan dirinya, kemudian setelah benar2 siap beliau lalu membakar kemenyan di perapin.
Angin dingin terasa menusuk kali ini. Kedatangan panglima Dehen benar2 membuat pasukan (mahluk gaib) yang di bawa oleh mang tembek dan teman2nya tadi menjadi riuh hingga menciptakan suara angin yang besar.. Wussshh. Wuuusshh..
"Aku sudah berusaha melarang mu tapi, aku tidak bisa mengubah keputusanmu. Dan aku ingin kau membuat janji padaku sebelum itu." Ujar panglima Dehen tegas
"Janji seperti apa itu panglima??"

"Janji bila kau tak mati, kau harus memberi kami semua makanan. Karena si rakus(Antang) juga ada di luar." Ujar panglima Dehen lagi
"Baik. Aku berjanji."

Panglima Dehen tersenyum, lalu memegang tangan Ni wi dan mengatakan : " Mari kita lakukan ini bersama."ucapnya
Sementara di luar, Antang, datu Birawaja dan datu Juking Murai sedang mengobrol dan sesekali saling menghina. Antang masih sama seperti dulu, dia tak bisa diam dan terus mengatakan apapun seenaknya.
"Parasmu yang sekarang itu sangat tidak sesuai dengan mulut busuk mu itu Antang!"

"Eiitt, mulutku yang busuk atau kau yang mudah tersinggung Juking Murai. Dasar buaya tua keriput." Ejek Antang
Datu Birawaja tertawa mendengar ocehan kedua sahabatnya itu.

"Kalian ini selalu saja ribut jika bertemu. Haruskah aku mengikat dan mengurung kalian berdua dalam satu ruangan setelah ini??" Ujar Panglima Dehen
"Heh, saudara kembar. Meskipun wajah kita itu mirip dan hampir tak bisa di beda kan, tapi aku tak pernah takut dengan ancaman mu itu. Karena bila kau marah, aku akan terbang dan kau pasti jauh tertinggal di bawah."
Panglima Dehen tersenyum,

"Aku harap dengan kebersamaan kita ini. Kita akan bisa melindungi Yansah dan menyembuhkan anak laki2 itu. Dan aku juga berharap setelah ini Yansah akan benar2 meninggalkan dunia pengobatan seperti ini." Ucap Panglima Dehen serius
Antang dan yang lain nya mengangguk.

"Kapan kita akan bergerak?? Aku sudah tak sabar ingin mengalahkan peliharaan2 dukun itu." Ujar Antang sesumbar
"Sebentar lagi. Dan jangan lengah karena musuh kita sangat berbahaya. Dukun yang mempunyai teluh palasit kambang tunggal itu sangat kuat dan sudah memerintah banyak bangsa gaib, jadi aku harap kalian harus selalu waspada." Kata panglima Dehen
Suara anjing menggema dari seberang sungai, nampaknya hewan itu melihat perkumpulan mereka saat itu.

Suara Agung yang di pukul semakin racap,

Panglima Dehen menatap mereka bergantian sambil mengangguk.

"Waktunya sudah tiba." Ujar panglima Dehen
Seluruh mahluk bawaan mang Tember dan teman2nya mulai bergerak.

"Hati hati.." Ucap panglima Dehen

"Kau juga." Balas Antang serius
Di dalam rumah, Ni Wi masih berada di samping mang Yansah yang tengah berdoa.

"Kau sudah siap?" Tanya Ni Wi yang di jawab dengan anggukan oleh mang Yansah
Sekali lagi mang Yansah menatap mang Tember dan yang lain nya satu persatu, mereka duduk mengelilingi kain yang terdapat si pemuda di dalamnya.

Mang Yansah duduk bersila, ia memejamkan mata.
Dan dalam sekejap saja mereka sudah berada di sebuah tempat yang cukup luas. Kabut tipis sedikit mengganggu penglihatan.
Namun mang Yansah bisa melihat kalau banyak sekali mahluk aneh yang berada di sekitarnya.
Tawar menawar pun di lakukan antara mang Yansah dan lelaki yang hampir sepantaran dengan nya tersebut, yang dapat di pastikan bahwa lelaki tua itu adalah dukun pengirim teluh pada si pemuda.
"Teluh, santet atau guna2 tidak akan kena bila orang itu tidak bersalah(melakukan kesalahan pada si pengirim). Kau tentu tau itukan?" Ujar dukun itu dengan suara sedikit parau
"Aku tau.."

"Lantas kenapa kau kemari membawa mahluk2 itu?? Bukan kah itu sama artinya bahwa kau ingin menantang ku." Ujar dukun itu memotong perkataan mang Yansah

"Percuma kau berbicara dengan manusia seperti ini, Yansah."
Ujar panglima Dehen yang baru saja muncul

"Oh.. Kucing besar ini pun rupanya ada.. Haha.."

Panglima Dehen menatap tajam ke arah si dukun, tak ada senyum sedikitpun di wajahnya.
"Aku tidak ingin perdebatan ini berakhir dengan perkelahian dan kekacauan. Tapi jika kau memang tak mau memenuhi keinginan temanku, maka aku dan dan yang lain tak akan tinggal diam!" Ujar panglima Dehen
"Haha.. Sombong sekali kau! Aku pun tak ingin berdamai apalagi sampai menuruti keinginan temanmu itu!!"

Mendengar jawaban dari si dukun tersebut, panglima Dehen tersenyum sinis.
"Antaaaang!!!" Teriaknya dan dalam sekejap saja perkelahian itu terjadi

Hingga pada akhirnya mang Yansah saling berhadapan dengan dukun itu.

Mereka saling tatap, dan akhirnya keduanya terlibat dalam perkelahian.
Beberapa serangan berhasil di hindari mang Yansah
Namun tidak lama kemudian ia terkena beberapa tikaman senjata(yang merupakan daun sawang, daun yang sama seperti senjata tajam di dunia perdukunan suku dayak).
Membuat mang Yansah terjatuh.

Namun beliau tak menyerah, ia kembali bangkit dan menyerang dukun tersebut.
Tapi lagi2 mang Yansah berhasil di buat terjatuh.
Sementara itu di rumah, tubuh mang Yansah di banjiri keringat dan tubuhnya juga bergetar hebat, menandakan kalau raga halus nya sedang tidak baik2 saja.
"Yansah! Tikam bagian terlemahnya." Ujar mang Tember berbisik di telinga mang Yansah kemudian mengganti daun sawang di tangan mang Yansah yang sudah robek
Mang Yansah bangkit untuk yang kesekian kalinya, wajahnya sudah terlihat pucat.

Syuuuuuttt..

Mang Yansah berhasil melukai bagian yang dianggap kelemahan dari dukun itu. Namun mang Yansah juga terkena tikaman lagi di bagian perutnya.
Membuat nya benar2 terkapar tak berdaya kali ini.

"YANSAAAAHHHH!!!!" Teriak Ni wi

Karena terfokus pada sahabatnya itu akhirnya membuat Ni wi juga terluka.
Saat terluka, Ni wi kembali ke bentuk macan putihnya.
Ia berlari ke arah mang Yansah yang sudah tak bergerak.

"Yansah!!! Ku mohon bangunn!!"

Suara lantang elang yang merupakan perubahan wujud dari Antang itu menyerang mahluk tinggi besar berwarna kemerahan yang
Sedikit lagi hampir melukai Ni wi dan mang Yansah yang terkapar.

Panglima Dehen marah karena Ni wi dan mang Yansah terluka, ia menyerang secara membabi buta, dan berhasil membuat sekarat si dukun tersebut.
Dan sekaratnya dukun itu membuat sekutunya mundur.

Panglima Dehen menyeret tubuh tua itu, membawanya kembali ke tempat di mana raga kasarnya berada.
Meski ia sedikit kesulitan menemukan raga kasar dari si dukun tersebut, akhirnya ia berhasil menemukan apa yang dia cari.
Panglima Dehen merusak semua peralatan yang di gunakan untuk media teluh palasit kambang tunggal itu, membuat seorang wanita yang berusia 35 tahunan itu kaget dan mundur menyaksikan satu persatu barang2 ritual itu pecah dan rusak dengan sendirinya.
Dan ketika ikatan boneka yang terbuat dari tangkai2 bunga itu di lepas, Si pemuda yang berada di rumah mang Yansah menjerit kesakitan.
Si wanita berusia 35 tahunan itu berusaha membangunkan si dukun, dan beberapa saat kemudian, dukun itu ambruk dan memuntahkan banyak sekali darah kental.
Panglima Dehen mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruangan, mencari2 tempat inti dari teluh palasit kambang tunggal itu di sembunyikan.
Dan beberapa saat kemudian matanya tertuju pada sebuah benda yang tergantung di antara tiang tunggal di tempat tersebut.
Panglima Dehen mencoba mengambilnya, namun benda itu tembus sentuhan. Tapi panglima Dehen tak kehabisan akal sehingga akhirnya ia berhasil membawa benda itu kembali ke rumah mang Yansah.
Antang dkk pun sudh berada di ruangan itu. Mang Yansah terbaring lemas, dengan darah yang terus2an keluar dari mulut dan lubang bawahnya.
Mang Tember langsung membakar benda yang di bawa oleh panglima Dehen itu, bersamaan berubahnya benda itu menjadi abu, si pemuda mengeluarkan keringat kekuningan dari pori2 tubuhnya.
Keadaan mereka berdua saat itu benar2 mengkhawatirkan.

Ni wi tak henti2nya memanggil nama mang Yansah. Sementara panglima Dehen berusaha untuk mengobati luka Ni Wi.
Mang Yansah yang masih terbaring lemas itu masih tak sadarkan diri. Beberapa orang menyebutnya tengah berada di ambang kematian.
Sementara si pemuda sudah sembuh dan walau masih banyak melamun.
Sampai kemudian, usul pengobatan badewa dari mang Tember pun di setujui oleh keluarga kami.

Lidahnya besar dan panjang seperti pengayuh/dayung, lalu orang yang memimpin acara pengobatan badewa itu menjilati seluruh tubuh mang Yansah.
Setelah 3 hari pengobatan, akhirnya mang Yansah terbangun dari tidur panjangnya. Namun untuk waktu sekian minggu ia masih belum bisa bergerak bebas karena rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya masih nyata terasa.
"Ulun kada handak lagi sudah malihat pian kaya ini abahnya ai. Tulung ampih2 pang batatambaan kaya itu. Amun pian kaini tarus baik ulun bulik kabanjar ja sudah. (Aku sudah tidak mau lagi melihat kamu seperti ini. Tolong berhenti mengobat2i orang seperti itu. Kalau
Kamu seperti ini terus lebih baik aku pulang ke banjar)" Ujar istri mang Yansah terisak

"Iya, aku berjanji akan berhenti dari dunia pengobatan seperti ini." Ucap mang Yansah setengah meringis karena perutnya masih terasa sakit
---
Akhirnya setelah itu Mang Yansah meniatkan bahwa akan menurunkan semua miliknya pada seseorang.
Ritual penurunan ilmu itu di lakukan dengan cara 'Manduy sipenda kunge' (mandi di bawah tubuh) artinya akan ada seseorang yang bersedia mandi bawah tubuh mang Yansah
Sebelum dia meninggal.

---
Keadaan pemuda yang terkena teluh palasit kambang tunggal itu sudah benar2 sembuh, dan ia juga kembali lagi ke rumah mang Yansah untuk melakukan ritual pengangkatan kuitan(dia menjadi anak angkat mang Yansah, biasanya kalau ada yang berobat
Dan sembuh, mereka akan di minta untuk melakukan ritual itu untuk mengeratkan hubungan antar keluarga dengan si orang yang menyembuhkan nya.)

----SELESAI----

Mohon saweran / donasi seikhlasnya bantu2 om rasth buat beli bensin nyari cerita😄🙏🙏.
Saweran pulsa bisa di nomor ini - 0856 5403 7262

Atau untuk saweran melalui Dana bisa di nomor ini - 0856 5403 7262

Dan bisa juga dengan klik link ini -> saweria.co/donate/Omrasth…

Terima kasih ponakan2 online om rasth semuanya. Semoga kalian di berikan rejeki yang berlimpah🤲🤲

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 153 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 22
PELET CELANA DALAM

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhorror
#kisahnyata

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Eh sum, bujurankah rumah kosong dihiga wadah ikam tu ada yang mandiami sudah?
(Eh sum, betulkah rumah kosong didekat rumahmu itu sudah ada yang menempati?)" tanya yayah pada isum yang pada saat itu mereka sedang berada
Disebuah rumah yang akan mengadakan acara pernikahan

"Iih pinanya, pang rami kamarian urang bahangkut parabut kasitu. (Sepertinya iya, karena kemarin ramai orang mengangkut barang kerumah itu." jawab isum
Read 149 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(