SimpleScriptsid Profile picture
Mar 31, 2022 762 tweets >60 min read Read on X
SEPAK SAWUT
Skenario Film
- A Thread -

#religi #bacaanreligi #dramareligi #sepaksawut #ramadhan2022 Image
Ext. Lapangan Bola - Malam

Layar hitam. Terdengar suara gendang ditabuh. Sekelompok remaja putri menyanyikan sholawat nabi, berpadu dengan gemuruh sorak-sorai.
Perlahan mulai terlibat sorak-sorai yang berasal dari para penonton yang sedang menonton suatu pertandingan di tepi lapangan bola. Kaum pria, pemuda dan anak-anak lelaki, berpakaian koko, sarung dan peci.
Kaum ibu, remaja putri dan anak-anak perempuan, berbusana muslim dan berjilbab.

Di antara penonton, terlihat UMMI dan SURI KECIL (6 tahun), yang hanya diam melihat anak-anak seusianya bersenda-gurau menyaksikan pertandingan.
Tiba-tiba lima orang anak lelaki berusia 6 tahun menyeruak di antara penonton, salah satunya INDRA KECIL yang dengan sengaja menyenggol seorang anak lelaki hingga jagung bakar yang dimakannya jatuh. Indra dan teman-temannya tertawa. Indra lalu berdiri di dekat Suri.
Suri memperhatikan Indra dan teman-temannya yang bersorak-sorai memberikan semangat. Sesekali terlihat kilatan cahaya api di wajah mereka.
Di tengah lapangan, dua tim sepak sawut putra bertanding, masing-masing memakai kaos olahraga ponpes (pondok pesantren) warna hitam dan coklet, sarung, tanpa alas kaki. Satu tim terdiri dari lima orang, dengan satu penjaga gawang.
Kedua tim saling berkejaran, mengoper dan memperebutkan bola api yang menyala cukup besar. Dengan lincah mereka memainkan bola api di bawah kakinya tanpa rasa takut.
Di sudut lain, seorang penjaga gawang tersiap siaga menghadapi serangan tanpa memakai sarung tangan dan juga alas kaki. Seorang wasit mengawasi pertandingan, melewati spanduk di tepi lapangan bola bertuliskan: Liga Sepak Sawut 2008.
Lapangan bola hanya diterangi sinar bulan dan obor di keempat sudutnya. Warga berjejalan di sekeliling lapangan. Tim hitam dan tim coklat saling memperebutkan bola api.
Suri cemas melihat pertandingan. Tangan kecilnya meremas-remas ujung baju Ummi. Di tengah lapangan, kedua tim bergerak cepat mengoper bola api kesana kemari, menimbulkan percikan bunga api dan jilatan api yang berkobar.
Saat seorang pemain tim hitam menggiring bola api menuju gawang lawan, tiba-tiba seorang pemain tim coklat menjegal kakinya sehingga pemain tim hitam tersungkur jatuh. Suri menjerit kecil, memalingkan wajahnya.
Wasit mengeluarkan kartu kuning untuk tim coklat, permainan kembali dilanjutkan. Indra melihat Suri dengan pandangan tidak suka, lalu kembali menyaksikan pertandingan.

CUT TO:
Takut, Suri menonton pertandingan dengan bersembunyi di belakang Ummi. Suri melihat penonton lain bersorak-sorai memberi semangat. Suaranya riuh rendah.
Saat bola api menuju gawang tim coklat, penjaga gawang dengan cepat menendang bola api ke tengah lapangan. Seorang pemain tim hitam kembali menendang bola api ke gawang,
namun segera ditendang dengan keras oleh seorang pemain tim coklat hingga bola api tanpa terduga meluncur keluar lapangan.

Suri terkejut melihat bola api tertuju ke arahnya dengan cepat.
Penonton lain di sekitarnya, termasuk Indra dan teman-temannya, berlari menghindari serbuan bola api. Ummi berusaha membawa Suri menghindari bola api, namun Suri berdiri tertegun.

UMMI
Suri..., Suri...
Suri tetap berdiri tertegun hingga bola api menyerempet kakinya. Seketika itu juga Suri berteriak histeris dan lari.

SURI KECIL
Aaaa....!!!

Tim sepak sawut mengejar bola api, membawanya kembali ke tengah lapangan, sedang Suri terus berlari menerobos kerumunan penonton.
Ummi terkejut melihat Suri histeris, berlari mendorong orang-orang yang menghalanginya. Ummi mengejar Suri, namun Suri menghilang di kerumuman penonton.
Suri berlari, mendorong orang-orang yang menghalanginya, tanpa disadari Suri mendorong Indra hingga nyaris terjatuh, ketika Indra dan teman-temannya hendak kembali ke lapangan. Indra kesal melihat kakinya tercebut di tanah becek.
INDRA KECIL
(Meneriaki Suri.)
Dasar anak perempuan penakut!.

Sari terkejut, lalu berlari sambil menangis.

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Halaman Masjid - Subuh

Opening Title Dan Credit Titles
10 tahun kemudian. 2018.
Matahari belum terbit. Suasana sekitar masjid masih gelap gulita. Dari balik jendela-jendela masjid yang terbuka lebar terlihat jamaah santri putra berdiri dengan mengangkat kedua tangannya membacakan doa Qunut dipimpin seorang Imam Masjid.
Kamera panning right jendela-jendela masjid yang terbuka hingga tampaklah dinding pemisah masjid antara jamaah santri putra dan jamaah santri putri. Selesai membaca doa Qunut, para jamaah santri putri melakukan sujud bersama-sama.

CUT TO:
Kamera track out dari sebuah jendela yang terbuka, hingga perlahan bangunan masjid semakin jelas terlihat. Dari dalam masjid terdengar para santri putra dan putri membaca kitab suci Al Quran (O.S.).

CUT TO:

Ext. Establishing Shot: Rumah Suri - Pagi

CUT TO:
Suri sudah rapih memakai seragam batik sekolah. Suri merapihkan jilbabnya, mengaca di cermin yang ditempeli foto-foto Suri sejak masih kecil hingga remaja. Suri lalu membawa tas sekolah, keluar dari kamarnya yang sederhana tapi nyaman.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Ruang Makan - Pagi

Keluar kamar, Suri ke ruang makan. Di dinding terdapat foto-foto Suri dan Ummi, foto tua Ummi dan Abbi saat menikah, foto tua Ummi sedang mengandung, juga foto Ummi sedang mengendong Suri yang masih bayi dan balita.
Foto-foto itu berada di bingkai sederhana.

Di meja makan terdapat 2 piring ketupat sayur, 2 gelas teh, dan setoples kerupuk. Suri duduk di samping Ummi. Meletakkan tas sekolahnya di bangku kosong. Suri dan Ummi berdoa bersama sebelum makan.
SURI
Ummi, Suri izin pulang sore. Abis pulang sekolah ada rapat OSIS siapin agenda Ramadhan. Kan bentar lagi puasa.
UMMI
Rapat OSIS kok enggak ada habisnya? Terus pelajaranmu gimana? Ummi enggak mau gara-gara kamu sibuk urusin OSIS, nilai pelajaranmu merosot. Biar kamu tetep dapet beasiswa.

SURI
Ummi tenang aja, Suri jamin pelajaran nomor satu!
Sesaat Ummi tertegun, matanya berkaca-kaca. Dengan sedih Ummi mengusap-usap wajah Suri. Suri jadi bingung.

SURI (CONT’D)
Ummi kenapa?

UMMI
(Menghela nafas)
Alm Abbi pasti senang liat kamu udah sebesar ini.

Suri tersenyum, merangkul Ummi.
SURI
Ummi jangan sedih gitu dong. Suri pasti bisa bahagiain Ummi. Buat alm. Abbi bangga.

Ummi merangkul Suri. Ummi tersenyum, menyeka matanya.

UMMI
Sudah-sudah, jangan sedih terus. Kata orang pamali sedih pagi-pagi. Bikin susah rezeki.
SURI
Yang bikin sedih duluan, kan Ummi.

UMMI
Iya, iya, Ummi minta maaf.

Suri merangkul Ummi yang mencium keningnya. Suri tersenyum.

CUT TO:

FLASHES
SEPAK SAWUT dapat juga dibaca di Wattpad Simple Script. Jangan lupa follow, vote, share & coment y

w.tt/3wVBZRM

#wattpad
#watpadskenariofilm
#skenario
#skenariofilm
#sepaksawut
#drama
#religi
#dramareligi
#pesantren
#ceritasantri
#alasantri
#Ramadhan
Ext. Jalan Pedesaan - Pagi

Suri mengayuh sepeda, bersama NAILA, sahabat Suri. Mereka bersepeda menyusuri jalan di antara rumah penduduk, dengan aktivitas warga di pagi hari. Santri lain pergi ke sekolah masing-masing, bersepeda maupun berjalan kaki.

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Jalanan - Pagi

Sepeda Suri dan Naila melewati lapangan bola.

CUT TO:

Ext. Jalan Desa - Perkebunan - Pagi

Suri dan Naila bersepeda di antara perkebunan.

CUT TO:

Ext. Pertigaan Jalan - Pagi
Dari arah belakang Indra dan empat timnya bersepeda mendahului Suri dan Naila. Mereka memakai seragam Ponpes At-Taqwa. Di pertigaan jalan terdapat papan petunjuk arah, lurus menuju Pondok Pesantren As-Salam, kanan menuju Pondok Pesantren Santri Putra At-Taqwa.
Indra dan timnya berbelok ke kanan.

CUT TO:

Ext. Pondok Pesantren (ponpes) As-salam - Gapura - Pagi

Dari gapura bertuliskan: “Pondok Pesantren As-Salam. MI, MTs, MA Pondok Pesantren As-salam”, para santri memasuki gerbang gapura, diikuti Suri dan Naila yang bersepeda.
CUT TO:

Ext. Kompleks Ponpes As-salam - Jalanan - Pagi

Sebuah masjid berdiri di antara gedung-gedung sekolah Pondok Pesanten As-Salam di kedua sisi jalan, yang terdiri dari gedung sekola MI, gedung sekolah MTs, dan gedung sekolah MA, asrama santri putra dan asrama santri putri
Sepeda Suri dan Naila menuju gedung sekolah MA Ponpes As-Salam, di antara santri lain menuju ke sekolah masing-masing.

CUT TO:

Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Depan - Pagi
Sepeda Suri dan Naila memasuki pintu gerbang yang ramai oleh para santri dengan kegiatan masing-masing sebelum jam pelajaran dimulai. Naila mengarahkan sepedanya ke tempat parkir sepeda, diikuti Suri di belakangnya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Tangga - Pagi

IRMA berjalan menaiki anak tangga. Tangannya menggenggam sebuah poster yang digulung rapih.

CUT TO:

Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Lantai Dua - Pagi
Irma menyusuri koridor yang ramai oleh para santri, melewati ruang-ruang kelas dimana para santri sibuk dengan kegiatan masing-masing. Irma berjalan menuju ruangan di ujung koridor.
Irma menghampiri Naila yang keluar dari balik pintu ruangan tersebut, lalu menyerahkan poster itu ke Naila. Naila membawa poster itu masuk ke dalam sedang Irma berbalik pergi. Di atas ruangan terdapat papan nama bertuliskan: Ruang OSIS.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Pagi

Di meja, di tengah ruangan, yang penuh dengan berbagai alat tulis dan peralatan lainnya, terlihat beberapa kertas karton mading berisi beberapa puisi dan cerpen kiriman santri, artikel koran tentang pendidikan dan agama,
dan jadwal mingguan MA Ponpes As-Salam.

Suri, ARIFIN, Naila dan HASNA berdiri mengitari meja, di sebuah ruangan yang penuh dengan rak-rak berisi berbagai piagam penghargaan dan trophy. Terbanyak dari tim sepak bola.
Naila meletakkan poster yang dibawanya di atas meja, lalu membentangkannya. Semua memperhatikan poster tersebut. Seketika Suri terkejut melihatnya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Lantai Dua - Pagi

Dari papan mading berisi berbagai puisi, cerpen, artikel, dan jadwal mingguan MA Ponpes As-Salam, juga terdapat poster bertuliskan: Liga Sepak Sawut 2018, Final ‘Malam Nuzulul Quran 1439 H’,
lengkap dengan berbagai info terkait liga tersebut, dengan background bola api.

Poster itu disambut antusias oleh para santri. Santri lain berdatangan melihat poster itu. Dengan semangat mereka membicarakannya satu sama lain.
Sesaat kemudian bel berbunyi (O.S.), para santri bergegas ke kelas masing-masing. CU langkah kaki para santri.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Pagi

CU kaki para santri yang sedang bermain sepak bola, hingga perlahan terlihat kegiatan para santri yang sedang berolahraga sepak bola, volly dan basket.
Sementara di tepi lapangan olahraga, para santri putri berlari mengelilingi lapangan olahraga. GURU OLAHRAGA menghitung kecepatan lari para santri putri dengan stopwatch.
Naila berlari dengan cepat dan berhasil mencapai garis finish lebih dulu, disusul beberapa satri putri lainnya. Guru Olahraga mencatat perolehan waktu para santri putri.
Di belakang mereka masih banyak santri putri yang berlari menuju garis finish. Naila melihat Suri yang kelelahan berlari diurutan paling belakang.

NAILA
(Teriak ke Suri)
Ayo, Suri yang cepat larinya. Lari, lari, lari ...
Guru Olahraga kesal, melirik Naila yang berdiri di dekatnya.
GURU OLAHRAGA
Naila, diam! Teriak-teriak! Ganggu yang lain.

NAILA
(Protes)
Tapi Pak...

GURU OLAHRAGA
Enggak pake tapi-tapian. Biar kamu semangati seperti apapun, Suri pasti sampainya tetap paling belakang.
Naila mendesah. Guru Olahraga kembali memperhatikan para santri putri yang tengah berlari menuju garis finish.

Satu per satu santri putri melewati garis finish. Tanpa bersuara, Naila menyemangati Suri yang tertinggal jauh dari santri putri lainnya.
Suri lari dengan nafas terengah-engah.

CUT TO:

Guru Olahraga menggelengkan kepala, menekan tombol stopwatch. Suri berdiri di depannya dengan nafas terengah-engah.
GURU OLAHRAGA
(Ke Suri)
Minggu depan kamu harus lari lebih cepat lagi. Kalau tidak, nilai olahragamu kebakaran! Ngerti kamu?

Suri menatap Guru Olahraga dengan wajah memelas. Guru Olahraga mencatatkan waktu untuk Suri dengan tinta merah, dengan waktu 58 menit, 59 detik.
Naila memberikan botol air mineral ke Suri. Baru meminumnya seteguk, Naila menepuk pundak Sari hingga membuatnya terkejut dan tersedak. Panik, Naila menepuk-nepuk tengkuk Suri.

SURI
Apa-apain, sih?
NAILA
Maaf, maaf, enggak sengaja! Maksudnya mau kasih kamu semangat!

Suri menatap Naila kesal. Naila tersenyum polos.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Jam menunjukkan pukul 2 siang. Arifin, Naila dan Hasna duduk, melihat Suri yang sedang menulis di whiteboard. Di samping tulisan susunan panitia kegiatan Ramadhan, Suri mencatat berbagai agenda kegiatan Ramadhan,
mulai dari bazar santri, lomba MTQ, lomba qoshidah, kultum, buka puasa bersama, juga penyaluran zakat dan infaq.

SURI
(Menggaris bawahi tulisannya.)
Ini rencana kegiatan kita. Ada saran? Arifin? Hasna? Kamu Naila? Udah nih, enggak ada? Usul juga boleh.
NAILA
Udah cukup. Biasanya juga gitu.

SURI
Kalo gitu aku usul. Gimana kita adain sahur on the road?

HASNA
Sahur on the road? Itukan kebiasaan orang kota. orang kampung, pesantren kayak kita, mana pantes?

SURI
Selama niatnya baik, kenapa enggak?
Suri berjalan, mengitari teman-temannya.

SURI (CONT’D)
Sekarang lihat, banyak generasi muda muslim salah maknai sahur on the road. Bukan bikin kegiatan positif, malah sebaliknya. Di tivi banyak kayak gitu. ujung-ujungnya tawuran.
Itukan mencederai kesucian dan kekhusyuan bulan suci Ramadhan.

SURI (CONT’D)
Nah, kita sebagai bagian dari sekolah, pesantren, harus bisa memaknai sahur on the road secara lebih positif. Kita bisa adain di panti asuhan, panti jompo, tempat kita bisa saling berbagi.
Intinya lewat kegiatan itu kita bisa berkontribusi bagi masyarakat.

ARIFIN
Sepertinya menarik. Aku setuju.

HASNA
Kita enggak keliling kampungkan? Pukul-pukul bedug?

SURI
Enggaklah, emang kamu mau dihukum Pak Kyai?

Naila dan Hasna saling berpandangan lalu mengangguk setuju.
SURI (CONT’D)
Oke, kalo enggak ada usul lain, hasil rapat ini kita ajukan ke Pak Kyai.

NAILA
Kalian berdua aja, ya?. Aku sama Hasna mau daftar Liga Sepak Sawut. Yang lain udah nunggu di bawah.

CUT TO:
Int. Rumah Kyai - Ruang Penerima Tamu - Siang

PAK KYAI duduk di lantai beralas karpet hijau. Di sekitarnya ada Suri, Arifin, dan beberapa orang santri putra dan putri dari pondok. Mereka duduk bersama.

PAK KYAI
Jadi itu rencana kalian?
SURI
Iya, Pak Kyai. Kami juga mau adain sahur on the road. Kami tau, sebelumnya kegiatan ini belum pernah diadakan. Kami mohon pertimbangannya.
(Ke Santri lainnya)
Kami juga mohon bantuan temen-temen pondok untuk kegiatan bazar santri.
PAK KYAI
Usul kalian sementara waktu diterima dulu. Nanti Pak Kyai bicarakan lagi sama Dewan Asatid.

SURI
Baik, Pak Kyai. Terima kasih. Kalau begitu kami mohon pamit dulu.
Suri, Arifin, dan santri lain berdiri sambil mencium tangan Pak Kyai dan memberi salam, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Dari pintu Pak Kyai melihat mereka pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai sepeda. Sesaat kemudian muncul MBAH KYAI berdiri di sampingnya.
MBAH KYAI
Mereka ada perlu apa?

PAK KYAI
Mbah Kyai? Tadi mereka ajukan kegiatan Ramadhan, ada usul mengadakan sahur on the road. Saya dengar juga mereka mau ikut Liga Sepak Sawut.
MBAH KYAI
(Tersenyum.)
Generasi muda seperti mereka penuh semangat, punya banyak harapan dan impian. Itu tugas dan tanggung jawabmu membimbing mereka.

Pak Kyai mengangguk pelan.

CUT TO:
Int. Sekretariat Liga Sepak Sawut - Lobby - Siang

Dari selembar poster Liga Sepak Sawut 2018 di dinding, terlihat keramaian tim sepak sawut yang hendak mendaftarkan diri. Mereka berbaris rapih di depan meja pendaftaran. Panitia pendaftaran melayani peserta yang mendaftar.
Naila, Hasna, Irma, FIRMAN, DIAH dan ODY memasuki lobby. Mereka terkejut melihat banyaknya tim sepak sawut yang mendaftar. Saat berjalan menuju meja pendaftaran yang ramai calon peserta,
mereka berpapasan dengan Indra dan timnya yang memakai jaket Ponpes At-Taqwa dan hendak beranjak keluar. Indra dan timnya berjalan dengan angkuh dan sombong.

CUT TO:

Ext. Jalan Pedesaan - Sore

Suri dan Arifin bersepeda menyurusi jalan.
SURI
Makasih, udah temeni aku ketemu Pak Kyai sama temen-temen dari pondok.

ARIFIN
Sama-sama, itu kan demi kelancaran kegiatan kita juga.
Suri tersenyum, terlihat sangat cantik. Arifin menundukkan pandangannya dari Suri. Namun tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, keduanya salah tingkah. Mereka berusaha tidak saling bertatap muka, namun sesekali Arifin melirik Suri.

CUT TO:
Ext. Perkebunan Kelapa - Sore

Tim Indra 1 memanjat pohon kelapa. Indra dan tim lainnya menunggu di bawah. Beberapa butir pohon kelapa tua berjatuhan di tanah. Dengan memakai golok, mereka mengupas kulit kelapa dan membuang isinya.
Beberapa butir sabuk kelapa mereka rendam di ember berisikan minyak tanah.

CUT TO:

Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Malam

Seminggu kemudian.
Jam dinding menunjukkan pukul 19:20 WIB. Sholat Isya telah selesai. Para santri putri melepaskan mukenanya, memasukkannya ke dalam tas. Di antaranya ada Suri, Naila dan Hasna. Irma, Diah dan LILI, sudah lebih dulu merapihkan mukena dan keluar dari masjid.

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Jalanan - Malam

Irma, Firman, Ody, Diah dan Lili berjalan ke asrama pondok bersama santri lain yang tinggal di asrama.
Di teras masjid, Arifin dan beberapa santri mengobrol santai. Saat Suri, Naila dan Hasna keluar dari dalam masjid,
diam-diam Arifin memperhatikan Suri.

Suri terlihat cantik bersahaja memakai busana muslim dibalut jaket almamater Ponpes As-Salam. Suri, Naila dan Hasna meninggalkan masjid, membawa tas mukena dan kitab kuning.

CUT TO:
Ext. Jalan Desa - Perkebunan Jagung - Malam

Suri, Naila dan Hasna berjalan berdampingan.

HASNA
Tau enggak, sejak poster Liga Sepak Sawut dipajang di mading, banyak santri ngomongin sepak sawut? Kira-kira tim kita menang enggak, ya? Udah 10 tahun pesantren kita enggak ikut.
Melihat wajah Suri berubah murung, Naila segera menyikut Hasna, dan cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

NAILA
Eh, Suri tadi siang gimana tanggapan Pak Kyai? Setuju?

Suri berhenti melangkah, berpaling ke Naila dan Hasna.
SURI
Kalo mau ngomong sepak sawut, ngomong aja. Aku enggak apa-apa kok. Aku emang enggak suka sepak sawut, tapi aku enggak punya hak larang orang bicara.

Suri meninggalkan Naila dan Hasna yang saling berpandangan. Hasna merasa bersalah kelepasan bicara.

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Malam

Dari beberapa sepeda yang ditambatkan di pinggir lapangan bola, terlihat di tengah lapangan Indra dan keempat timnya saling berlarian tanpa alas kaki, dengan seorang tim bertindak sebagai penjaga gawang.

INTERCUT:
Ext. Lapangan Bola - Jalanan - Malam

Dengan wajah murung, Suri berjalan dengan memeluk kitab kuning di dadanya, sambil membawa tas mukena.
Sementara itu di lapangan bola, langkah kaki Indra dan timnya semakin jelas terlihat mereka sedang mengejar bola api.
Naila dan Hasna mengikuti Suri yang berjalan beberapa meter di depannya.
Penuh semangat Indra dan timnya saling mengoper bola api.
Suri berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya.
Indra dan timnya saling memperebutkan bola api.
Suri terus berjalan. Kakinya terus melangkah.
Saat bola api bergulir, Indra dengan keras menendang bola api ke gawang. Tendangan Indra meleset. Bola api melewati tiang gawang. Dengan cepat meluncur keluar lapangan bola.
Suri terus melangkah, namun langkahnya terhenti saat melihat cahaya terang yang muncul secara tiba-tiba dari kegelapan, mendekat ke arahnya. Semakin lama cahaya itu semakin terang.
Indra dan timnya berlari mengejar bola api, menuju tepi lapangan bola.
Bola api meluncur ke arah Suri, dan jatuh tepat di depannya. Suri terkejut, tas mukena di tangannya jatuh. Dengan cemas Naila dan Hasna berlari menghampiri Suri.
Indra dan timnya berlari mendekati Suri yang mundur beberapa langkah, dan berhenti di depan saluran air yang memisahkan lapangan bola dengan jalanan. Indra dan timnya berdiri beberapa meter di depan Suri.

INDRA
Hei, kembalikan bolanya kemari?
Naila dan Hasna merangkul Suri dengan cemas. Suri memalingkan wajahnya, menghindari melihat bola api di depannya.

NAILA
Suri, kamu enggak apa-apa?

Naila mengambil tas mukena Suri.

INDRA
(Teriak)
Hei, kalian denger tidak? Balikin bolanya!
Sejenak Indra baru menyadari bila Suri ketakutan.

INDRA (CONT’D)
(Mencemooh)
Dasar perempuan penakut!

Perlahan Suri mengangkat wajahnya. Melihat jaket almamater yang dipakai Suri, Indra tersenyum mengejak.

INDRA (CONT’D)
Oh... pantes, Ponpes As-Salam?
Indra melirik timnya yang ikut tersenyum mengejek. Naila dan Hasna saling pandang dengan kesal.

INDRA (CONT’D)
Aku liat tim kalian ikut Liga Sepak Sawut. Udah, enggak usahlah. Tim cemen macam kalian mana bisa menang!
Tim Indra tertawa mengejek. Dengan marah Suri mengepal tangannya. Naila dan Hasna juga kesal.

SURI
(Emosional)
Emang kamu siapa? Liat nanti, tim siapa yang menang! Tim Ponpes As-Salam, atau tim kamu. Aku bersumpah tim kami yang menang! Aku sendiri yang akan kalahin kalian!
SARI (CONT'D)
Ingat itu baik-baik.

Indra dan timnya kesal. Tim Indra hendak maju, tapi Indra mencegahnya. Lalu Indra tersenyum sinis.

INDRA
Kalo gitu, bisa tendang bolanya kemari?
Tim Indra tersenyum. Naila dan Hasna jadi cemas. Suri menatap bola api di depannya. Melihat tukang bakso mangkal di pinggir jalan, Suri berjalan kesana. Naila, Hasna, Indra dan timnya bingung melihat Suri.

CUT TO:
Suri mengambil ember air yang biasa digunakan untuk mencuci mangkok. Tukang Bakso yang sibuk melayani pembeli dan pelanggan bakso yang sedang makan, bingung.

CUT TO:

SURI
Kalian mau bola ini?
Dengan kesal Suri menyiram bola api dengan seember air. Indra dan timnya terkejut.

INDRA
(Teriak)
Hei, jangan!!!...

Naila dan Hasna tersenyum melihat aksi Suri yang tak terduga.
Dengan cepat Indra dan timnya melompati saluran air, dan mengerumuni bongkahan sabuk kelapa yang sudah padam dan gosong. Mereka menatap Suri dengan kesal.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Malam

Suri kesal memeluk bantal. Menangis. Naila duduk di dekatnya.

SURI
Kenapa sih mereka kayak gitu?

NAILA
Ya, namanya juga cowok, suka banget ledekin cewek.
Suri dengan geram memukul bantal.

SURI
Iya..., tapi dia bukan cuma ledekin aku, tapi juga pesantren kita? Gimana aku enggak kesal coba?
(Bingung)
Sekarang gimana ini?

NAILA
Apanya yang gimana?
SURI
Sepak sawut? Aku harus main sepak sawut! Pesantren kita harus menang Liga Sepak Sawut! Orang sombong kayak gitu harus dikasih pelajaran!.

Suri langsung menutup wajahnya dengan bantal. Menangis.

NAILA
Udah deh, jangan dipikirin. Kamu kan cuma emosi.
Suri membuka bantalnya.

SURI
Mereka bisa ngejek aku sepanjang sejarah hidup mereka kalo aku cuma diam aja!

NAILA
Terus kamu mau ngapain?

SURI
Kamu kan tau aku takut sepak sawut.

NAILA
Udah tau, semua orang juga udah tau. Terus kamu mau ngapain?
SURI
(Emosional)
Aku harus....,
(Bingung)
Aku harus...

Naila diam menunggu kata-kata Suri selanjutnya.

SURI (CONT’D)
(Kesal)
Kita harus lawan mereka! Demi harga diri pesantren!. Harga diri tim sepak sawut!.
NAILA
Suri sudah, ngapain sih kamu paksain. Besok juga lupa! Lagian kamu kan bukan tim sepak sawut?

SURI
Justru itu...

NAILA
Suri...

SURI
Oke, enggak apa mereka ledekin aku, tapi aku enggak terima mereka ledikin pesantren kita.
(Geram)
Mereka keterlaluan!
NAILA
Kan sudah kamu bales. Aku rasa sudah cukup! Tenang deh, besok semua pasti baik-baik saja. Oke?

Suri menatap Naila dengan bimbang.

NAILA (CONT’D)
Oke?

Suri terdiam sejenak lalu mengangguk ragu.
NAILA (CONT’D)
Gitu dong, Allah itu senang sama orang-orang yang sabar.

Naila merangkul bahu Suri.

CUT TO:

FORWARD:
Ext. Lapangan Bola - Malam

Layar hitam. Sayup-sayup terdengar suara riuhrendah orang-orang berteriak yang semakin lama semakin jelas (O.S.). Perlahan gambar menjadi jelas. Di depan gawang berdiri seseorang yang sedang menjaga gawang. Semakin jelas terlihat orang itu adalah Suri
Suri berdiri di depan gawang dengan wajah harap-harap cemas. Kedua tangannya bersiap-siap menangkap bola. Lalu tiba-tiba terdengar suara peluit panjang yang sangat keras (O.S.).

FORWARD BERAKHIR:

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Subuh

Di atas tempat tidur, alarm ponsel Suri berdering nyaring. Tangan Suri dengan cepat mematikannya.

CUT TO:

Ext. Pesantren Suri - Pintu Gerbang - Pagi
Dari kejauhan, sepeda Suri dan Naila melaju menuju pintu gerbang pesantren, di antara santri lain yang juga menuju ke pesantren dengan berjalan kaki ataupun naik sepeda.
Saat melihat kehadiran Suri dan Naila, pandangan para santri langsung tertuju ke Suri sambil berbisik-bisik, namun Suri tidak menyadarinya.

Sepeda Suri dan Naila terus melaju. Santri yang bersepeda juga memperhatikan Suri, sambil memberi isyarat ke santri lain yang bersepeda.
Santri-santri yang sedang berdiri di pintu gerbang pun memperhatikan Suri ketika sepedanya bersama Naila, meemasuki pintu gerbang. Tanpa sengaja Suri lihat salah satu di antara mereka yang terus memperhatikannya. Suri jadi bingung.

CUT TO:
Ext. Pesantren Suri - Halaman Depan - Pagi

Suri dan Naila membawa sepeda mereka ke tempat parkir sepeda. Seorang santri yang baru memarkirkan sepeda, menatap Suri sambil berbisik dengan teman di dekatnya.
Suri dan Naila turun dari sepeda, memarkirkan sepedanya di tempat yang kosong.

SURI
Naila, kamu sadar enggak, perasaan dari tadi anak-anak liatin aku?

Suri menatap dua santri yang melirik kepadanya sambil bisik-bisik, lalu berlalu pergi.
NAILA
Masa, sih? Jangan ngerasa sok ngartis gitu, deh!

Suri melirik Naila dengan sebal. Lalu bel berbunyi (O.S.).

CUT TO:
Ext. Pesantren As-salam - Koridor - Siang

TIMELAPS dari keramaian santri yang masuk ke kelas masing-masing, ke sesi jam pelajaran dimulai hingga kemudian terdengar lagi suara bel berbunyi (O.S.), lalu para santri keluar dari kelas masing-masing tanda jam istirahat.

CUT TO:
Suri dan Naila menyusuri koridor yang ramai, tiba-tiba Lasmi datang menghampiri dan langsung menarik tangan Suri untuk ikut bersamanya. Saat berjalan, beberapa Santi memperhatikan Suri. Suri merasa ada yang tidak beres.

SURI
Lasmi, ada apa sih? Buru-buru banget.
LASMI
Pokoknya gawat! Gawat!

SURI
Apanya yang gawat?

LASMI
Irma sama Firman cariin kamu!

Suri, Naila dan Lasmi berjalan menuju ke lapangan olahraga.

CUT TO:
Ext. Pesantren As-salam - Lapangan Olahraga-Siang

Suri, Naila dan Lasmi berdiri di depan tim sepak sawut yang terdiri dari Irma, Lili, Diah, Firman, Ody, Heru, Akbar, dan Sugeng. Wajah mereka menunjukkan sikap tidak bersahabat.

SURI
Irma? Firman? Ada apa?
IRMA
(Ketus)
Menurutmu?

SURI
Mana aku tahu? Lasmi narik-narik aku kesini. Kalian kan sudah daftar Liga Sepak Sawut, terus apa lagi?

FIRMAN
Ya, itu masalahnya. Se-pak sa-wut!

Suri bingung.
SURI
Aku bener-bener enggak ngerti. Tim kalian sudah lengkap. Naila sama Lasmi juga ikut tim kalian.

Irma dan Firman saling berpandangan.

IRMA
(Sinis)
Dari pagi kamu enggak dengar, berita santer yang bikin heboh pesantren ini?

Suri melirik Naila dan Lasmi.
SURI
Aku enggak suka dengerin gosip! Itu sama saja ghibah!

IRMA
(Ketus)
Ini bukan gosip, apalagi ghibah! Ini fakta!

Suri makin bingung dan merasa tidak enak.

SURI
Oke, jadi apa masalahnya?
IRMA
Jangan karena kamu Ketua OSIS, kamu bisa ikut campur semua urusan. Urusan tim sepak sawut itu urusan aku, Firman sama Kak Faris. Kapten tim dan pelatih tim ini. Itu urusan kami. Bukan urusan kamu!

SURI
Sebenarnya ada apa?
IRMA
(Sinis)
Aku denger ada srikandi yang tiba-tiba datang dari antah berantah, yang tiba-tiba ingin bela tim kami?

Suri terhenyak. Sejenak terdiam, baru menyadari permasalahan yang ada. Suri melirik ke Naila dan Lasmi.
LASMI
Bukan aku. Aku bukan tukang gibah. Aku enggak pernah ngomong apa-apa.

Suri terdiam, semua hening.
Irma berjalan mendekati Suri.

IRMA
Kamu tau, sama siapa kamu sok jagoan semalam? Itu Indra, kapten tim sepak sawut Ponpes At-Taqwa. Tim juara bertahan Liga Sepak Sawut!.
Suri terkejut, wajahnya tertunduk merasa bersalah. Tidak berani menatap mata Irma yang tajam melihatnya.

IRMA (CONT’D)
(Sinis)
Lalu dengan apa srikandi kita ini akan nolong kita?

Naila menghampiri Irma.

NAILA
Irma, hentikan! Satu-satunya penolong itu hanya Allah.
FIRMAN
Kalo tim kita enggak lolos, itu sama saja mencoreng nama baik tim dan pesantren ini, yang sudah sesumbar sebelum bertanding. Lalu siapa yang tanggung-jawab? Kamu?
Setetes airmata mengalir di pipi Suri yang tertunduk. Perlahan Suri mengangkat kepalanya, menatap Irma lalu Firman.

SURI
(Dengan suara bergetar)
Aku..., aku minta maaf. Meski begitu kalian seharusnya tidak perlu merasa kalah sebelum bertanding!
Selesai bicara Suri langsung lari meninggalkan lapangan sambil menangis. Irma dan Firman kesal melihat kepergian Suri.

NAILA
(Kesal ke Irma dan Firman)
Kalian keterlaluan. Semalam dia cuma emosi. Dia hanya ingin membela tim ini. Pesantren ini! Enggak ada maksud lain.
Naila menyusul Suri. Lasmi, Irma, Firman dan anggota tim sepak sawut melihat kepergian mereka yang semakin menjauh.

CUT TO:
Ext. Puncak Bukit - Siang

Suri berdiri di puncak bukit landai, kemudian Naila muncul di dekatnya. Sepanjang mata memandang yang terlihat hamparan sawah pertanian dan rumah penduduk.
Di puncak bukit terdapat pohon rindang dengan sebuah ayunan kayu di salah satu sisinya. Di puncak bukit juga terdapat sebatang pohon tua yang sudah tumbang. Suri memandang kejauhan dengan mata berkaca-kaca.

NAILA
Suri!
SURI
Apa? Kamu mau bilang aku si mulut besar yang tidak bisa membuktikan ucapannya?
(Menangis.)
Naila...., aku enggak nyangka bakal jadi seperti ini.

Naila merangkul Suri yang menangis di bahunya.

CUT TO:
Ext. Pesantren As-salam - Halaman Asrama Putri - Pagi

Beberapa hari kemudian. Minggu pagi.
Suasana pagi di asrama putri. Terlihat para santri putri sibuk dengan kegiatan mingguan mereka. Ada yang mencuci, menjemur pakaian, menyapu, ataupun menyiram bunga.
Mereka beraktifitas sambil mengobrol satu sama yang lain, tanpa menyadari Suri masuk dari pintu gerbang menyusuri koridor menuju tangga yang berada di tengah-tengah gedung.
SANTRI PUTRI 1
(Saambil menjemur baju)
Tadi pas aku beli sabun di jalan aku denger anak-anak kampung pada taruhan sepak sawut.

SANTRI PUTRI 2
Iya, aku juga denger pas ke warung tadi pagi. Mereka taruhan, tim kita enggak akan lolos Liga Sepak Sawut, apalagi menang!
SANTRI PUTRI 3
Ini gara-gara Suri! Mentang-mentang ketua OSIS sok ngomong sembarangan. Berani-beraninya dia nantang Ponpes At-Taqwa. Emang dia enggak tahu apa Ponpes At-Taqwa itu siapa?
SANTRI PUTRI 2
Iya, sekarang yang kena batunya tim sepak sawut. Mereka harus berjuang biar bisa lolos kualifikasi Liga Sepak Sawut. Gak kebayang kalau sampai gagal tapi Suri udah ngomong sembarangan. Yang malu bukan cuma tim sepak sawut, tapi juga pondok pesantren kita.
Mendengar pembicaraan itu Suri hanya diam sambil mempercepat langkahnya.

SANTRI PUTRI 1
Tapi aku kok bingung, ya?

SANTRI PUTRI 3
Bingung kenapa?

SANTRI PUTRI 1
Alm. ayah Suri kan kapten tim sepak sawut, tapi kenapa Suri takut banget sama sepak sawut, ya?
Mendengar pertanyaan polos itu, para santri putri tertawa. Suri menundukkan kepala, berjalan lebih cepat lalu tiba-tiba dari anak tangga muncul Naila.

NAILA
Suri? Ayo, naik...
Santri putri yang semula tertawa mendadak diam. Saling sikut, melihat ke arah Suri dan Naila yang naik ke atas tangga. Kamera tilt-up mengikuti pergerakan Suri dan Naila yang menaiki tangga hinggu mereka muncul di lantai paling atas. Mereka berdiri bersebelahan.
SURI
Semua ngomongin sepak sawut! Semua ngomongin aku! Bukan cuma disini. Di pondok lain juga sama. Di jalan, di warung. Naila, aku harus gimana?

Naila merangkul Suri yang sedih dan bingung.

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Teras - Malam

Suri duduk termangu di bangku teras. Di atas meja tergeletak beberapa buku pelajaran dan alat tulis. Suri tidak memperhatikan buku pelajaran yang terbuka di depannya. Ummi muncul dari balik pintu, menghampirinya.
UMMI
Ummi kira belajar, enggak taunya ngelamun.

Seakan baru sadar, Suri berpaling ke Ummi.

UMMI (CONT’D)
Enggak pantas anak gadis melamun sendirian di depan rumah. Kata orang pamali. Nanti digigit kuda.
Suri hanya diam. Ummi duduk di samping Suri.

UMMI (CONT’D)
Ada apa? Dari tadi Ummi liat kamu ngelamun terus.

Suri diam sejenak.

SURI
Ummi, pemimpin yang baik itu harusnya seperti apa?

Ummi menghela nafas, berpikir sejenak.
UMMI
Yang Ummi denger dari ceramah-ceramah di pengajian, pemimpin itu harus shidiq, amanah, fathonah, tabligh, harus adil. Harus berani bertanggung-jawab atas semua perbuatan dan ucapannya. Kamu juga harus begitu. Karena masing-masing orang, pemimpin bagi dirinya sendiri.
SURI
Kalo ada yang menghina kita, apa kita boleh membela diri?

UMMI
Boleh membela diri, asal jangan melampaui batas. Allah tidak suka orang-orang yang melampaui batas. Rasulullah aja tidak pernah marah tuh sama orang yang menghinanya.

SURI
Tidak marah?
UMMI
Iya, tidak boleh emosi. Pikiran dan hati harus tetap tenang dan dingin.

SPLIT SCREEN:

- (EXT. LAPANGAN - JALANAN - MALAM). Dengan kesal Suri menyiram bola api dengan seember air.

CUT TO:
Sambil cemberut, Suri buru-buru merapikan alat-alas tulis dan bukunya, lalu berdiri dan bergegas masuk ke dalam rumah, meninggalkan Ummi yang kebingungan.
UMMI (CONT’D)
Loh Ndok, kok malah pergi? Katanya minta dinasehatin. Oalah...anak zaman sekarang, minta dinasehati, tapi pas dinasehati malah mabur...

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Malam

Suri terlentang di atas tempat tidur. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar. Perlahan Suri memejamkan matanya.

SPLIT SCREEN:

FLASH BACK
- (INT. RUMAH SURI - KAMAR SURI - MALAM). Suri kecil, 6 tahun, merebahkan kepalanya di pangkuan Ummi, yang dengan lembut membelai-belai kepala Suri.

UMMI
Ummi tau kamu takut sepak sawut. Tapi suatu saat nanti kamu harus belajar berani melawan rasa takutmu itu.
Mata Suri sudah agak mengantuk, berkedip-kedip.

UMMI (CONT’D)
Bukan cuma melawan rasa takutmu sama sepak sawut saja, tapi juga yang lain, sebab perjalanan manusia itu tidak mudah.
UMMI (CONT'D)
Tapi Ummi yakin suatu saat nanti kamu pasti berani, selama kamu yakin Allah memberi Suri kemudahan, keberanian. Ummi disini akan terus menemanimu.

FLASHBACK BERAKHIR

CUT TO:

Perlahan Suri membuka matanya.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Ruang Makan - Pagi

Suri sudah rapi berpakaian ketika Ummi masih sibuk membereskan meja makan untuk sarapan.

UMMI
Tumben sudah rapih.

Ummi membuka bungkus nasi uduk dan meletakkannya di piring makan Suri. Suri duduk lalu menyantap nasi uduk.
Ummi meletakkan segelas teh di dekat Suri.

SURI
Ummi..., Ummi suka sama alm. Abbi, apa karena alm. Abbi pemain sepak sawut?

Ummi meletakkan sebungkus kerupuk di atas meja.

UMMI
Kenapa kamu tiba-tiba nanya alm. Abbi sama sepak sawut?
SURI
(Sambil mengambil kerupuk)
Cuma mau tau aja.

Ummi duduk di samping Suri. Ummi terdiam sejenak, menatap foto-foto yang terpajang di dinding, seolah-olah mengenang masa lalu.
UMMI
Alm. Abbi sangat gagah, sangat berani saat main sepak sawut. Jadi setiap Alm. Abbi bertanding, pasti menang. Waktu itu tim sepak sawut Pesantren As-Salam sangat berjaya. Lagi hebat-hebatnya.
(Menghela nafas dalam)
Tapi bukan itu aja yang buat Ummi suka.

SURI
Terus?
UMMI
Alm. Abbi seorang pria yang baik, yang sholeh, seorang pria yang bertanggung-jawab. Itu yang membuat Ummi sangat mencintai alm. Abbi.
(Ke Suri)
Ada apa kamu tanya itu?

SURI
Suri mau belajar berani seperti alm. Abbi. Seperti yang pernah Ummi nasehati ke Suri.
UMMI
Belajar berani gimana?

SURI
Suri mau belajar melawan trauma Suri. Mulai hari ini Suri akan menghadapinya.

Ummi belum memahami maksud pembicaraan Suri.
SURI (CONT’D)
Hari ini Suri mau daftar jadi anggota tim sepak sawut. Suri akan mengembalikan masa kejayaan tim sepak sawut Pesantren As-Salam, seperti yang pernah alm. Abbi lakukan.

Ummi terkejut. Suri tampak yakin dengan ucapannya.

CUT TO:
Ext. Puncak Bukit Landai - Pagi

Suri berdiri di puncak bukit dengan tangan direntangkan. Angin berhembus meniup jilbab yang dikenakannya. Suri menghela nafas dalam lalu berteriak lantang.
SURI
Hari ini, aku akan melawan ketakutanku. Aku yakin aku menang. Allah bersamaku. Allahu akbar, Allahu akbar. Allahu akbar.

Suri memandang hamparan sawah dan rumah penduduk di kejauhan. Tangannya terbuka lebar.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Pagi

Naila menempelkan timeline latihan sepak sawut di dinding. Lalu Suri masuk, duduk di samping Naila, sejenak terdiam, seakan ragu untuk bicara.

SURI
Naila, bisa bantu aku masuk tim sepak sawut?
Naila terkejut, menatap Suri dengan sungguh-sungguh.

NAILA
Suri? Kamu serius? Aku kira kamu udah lupa sama kejadian di lapangan itu? Suri, ayolah, lupain kejadian koyol itu, anggap saja enggak pernah terjadi. Gampangkan?
SURI
Gimana bisa lupa, semua orang ngomongin itu? Sekarang aku harus berani menghadapinya! Sebagai Ketua OSIS, aku harus bertanggung-jawab atas semua ucapanku. Selain itu...
NAILA
Sudah cukup! Kalo kamu ikut sepak sawut, siapa yang ngurus OSIS? Terus persiapan Ramadhan gimana? Mau bikin semuanya berantakan?
NAILA (CONT'D)
(Jeda)
Suri terkadang kita harus realistis tentang diri kita sendiri. Setiap orang punya kekurangan sama kelebihan. Itu wajar. Kamu enggak perlu merasa hebat dengan melawan rasa takutmu itu. Maaf, aku enggak bisa membantu.
NAILA
Suri, maaf ya. Ini semua untuk kebaikanmu. Kebaikan kita. Kebaikan tim sepak sawut. Kebaikan Pesantren As-Salam.

Suri kecewa melihat Naila yang pergi meninggalkannya.

CUT TO:
Image
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang

Di tengah lapangan olahraga, tim sepak sawut sedang berlatih. Baik tim putra maupun tim putri. FARIS, pelatih tim sepak sawut, mengawasi jalannya latihan.
Firman, Ody, HERU, AKBAR dan SUGENG, saling memperebutkan bola, begitu juga Naila, Hasna, Irma, Diah dan LILI.
Di kejauhan, Suri memperhatikan tim sepak sawut berlatih.

FARIS
Firman, Irma, kalian terus latihan ya, Kak Faris beli minuman dulu.
FIRMAN, IRMA
(Bersamaan)
Iya, Kak Faris.

Faris meninggalkan tim sepak sawut. Setelah Faris cukup jauh, Suri mendekati tim sepak sawut. Melihat kedatangan Suri, Irma menahan bola yang dioper kepadanya. Naila melihat ke arah pandangan Irma, diikuti Hasna, Diah dan Lili.
Suri mendekati tim sepak sawut putri. Tim sepak sawut putra yang juga melihat kedatangan Suri, sejenak berhenti berlatih. Suri berdiri di depan Irma dan tim sepak sawut lain.

IRMA
(Ketus)
Ada apa?

SURI
Aku mau daftar jadi anggota tim sepak sawut.
IRMA
Sudah telat! Pendaftaran sudah lama tutup.
(Ke tim sepak sawut putri.)
Ok, kita lanjutin lagi latihannya.

Ketika Irma hendak mengoper bola, Suri menahannya.

SURI
Aku sungguh-sungguh.

Irma dan lainnya kembali menatap Suri.
IRMA
Aku juga...
(Ke timnya)
Kembali latihan.
SURI
Setiap siswa dan santri disini punya kesempatan dan hak yang sama untuk ikut kegiatan ekstrakulikuler yang disukainya.

IRMA
Oh, ya? Sejak kapan kamu suka sepak sawut? Selama ini kamu takut. Trauma!. Jangankan main, liat pertandingan sepak sawut saja kamu takut.
IRMA (CONT'D)
(Ke anggota tim.)
Ayo, ayo, latihan lagi. Waktu kita bukan cuma buat ngobrol. Kita harus latihan keras buat lawan Ponpses At-Taqwa.

Suri terdiam melihat semua anggota tim sepak sawut mengacuhkannya, dan kembali melanjutkan latihan.
Dengan kesal dan sedih Suri meninggalkan tim sepak sawut. Faris melihat kepergian Suri dari kejauhan.

CUT TO:

FLASHES

Int. Ma Ponpes As-salam - Pagi

Terlihat beberapa kegiatan Suri sehari-hari di Pesantren.
- (INT. MA PONPES AS-SALAM - KELAS SURI - PAGI). Suri, Naila dan para santri mengikuti kegiatan belajar. Seorang Guru menulis beberapa kalimat dalam bahasa Inggris di papan tulis.
- (INT. MA PONPES AS-SALAM - PERPUSTAKAAN - SIANG). Suri, Naila, Hasna dan beberapa santriwati lainnya sedang berdiskusi di perpustakaan.
- (INT. MASJID PESANTREN PONPES AS-SALAM - RUANG SHOLAT PUTRI- SORE). Suri, Naila dan santri putri lainnya dengan khusyu membaca kitab suci Al-Quran.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Suri, Arifin, Naila dan Hasna duduk bersama mendiskusikan kegiatan Ramadhan.

NAILA
Mbah Kyai sudah setuju jadi penceramah di kegiatan Ramadhan kita?
SURI
Sudah. Kita juga udah undang kyai dan ulama lain.

Hasna melirik ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 13:52. Hasna segera mengemasi alat-alat tulisnya.

SURI (CONT’D)
Buru-buru. Mau kemana?
HASNA
Udah selesaikan rapatnya?. Aku sama Naila mau latihan sepak sawut. Udah telat, nih!

Hasna segera berdiri, begitu juga dengan Naila.

NAILA
Sorry ya, kita duluan.

Naila dan Hasna berjalan menuju pintu keluar.
ARIFIN
Semangat ya, latihannya!

Naila membuka pintu sambil mengacungkan ibu jarinya. Lalu keduanya menghilang di balik pintu. Suri segera merapihkan alat-alat tulisnya, begitu juga dengan Arifin.

CUT TO:

Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang
Naila, Hasna, Irma, Diah, Lili, Firman, Ody, Heru, Akbar, dan Sugeng, dengan semangat berlatih sepak sawut. Tim putra berdiri berhadapan dengan tim putri, mereka saling menendang bongkahan sabuk kelapa sebagai bola. Faris memperhatikan mereka berlatih dengan serius.
FARIS
Sabuk kelapa ini, bola kalian. Kalian harus fokus sama bola kalian. Jangan sampai bola kalian lepas dari kaki kalian.

Tim putra dan putri terus berlatih dengan saling menendang sabuk kelapa dengan lawan main di depan mereka.
Dari ujung koridor Suri muncul, berjalan menyusuri koridor.
Semula Suri berjalan tanpa mengacuhkan sekitarnya yang sudah sepi, namun ketika semakin mendekati tempat tim sepak sawut berlatih. Suara-suara mereka semakin jelas terdengar.
Sambil terus berjalan Suri melirik tim sepak sawut yang sedang berlatih. Terlihat sekali kekompakkan di antara mereka, dan semangat berlatih terlihat jelas di wajah para anggota tim. Faris terus memperhatikan gerak-gerik tim asuahannya,
menunjukkan kepeduliannya terhadap tim asuhannya.
Suri terus melirik tim sepak sawut. Ada kegundahan di wajahnya. Suri lalu mengalihkan pandangannya, dan terus melangkah meninggalkan tim sepak sawut yang terus berlatih. Di belakang Suri, Arifin memperhatikan Suri.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Malam

Suri duduk di meja belajar. Beberapa buku terbuka di atas meja. Suri termangu dengan kedua tangan menopang wajahnya. Melamun, tidak memperhatikan buku pelajaran di depannya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Lantai Dua - Siang

Suri dan Arifin berjalan di koridor yang sepi. Ruang kelas juga sudah kosong semua.

ARIFIN
Kemarin aku ke Panti Asuhan, minta izin ngadain sahur on the road di sana.

SURI
Terus, tanggapan mereka gimana?
Belum sempat Arifin menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan keras yang mengagetkan mereka.

FIRMAN (O.S.)
Gooolll!!!

Terkejut, Suri dan Arifin menghampiri teras koridor dan melongok ke bawah. Terlihat Firman bersorak-sorai kegirangan, diikuti timnya yang lain.
Mereka tertawa bersuka-ria.
Suri termangu melihat ke lapangan olahraga saat Firman dikejar-kejar teman-teman setimnya. Arifin yang hendak melanjutkan perjalanan, berpaling ke Suri yang masih terdiam melihat ke bawah. Ke arah tim sepak sawut yang bersenda-gurau.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang

Faris menghampiri anggota timnya yang sedang bersenda-gurau, saling berebut bola sabuk kelapa.

FARIS
Sudah, sudah, latihan hari sudah cukup.

Irma mengambil bola yang berada di bawah kakinya.
FIRMAN
Ya, masih seru nih, Kak Faris!

FARIS
Besok kita lanjutin lagi.

Faris berjalan menuju bangku yang berada di pinggir lapangan. Anggota tim lainnya mengikuti.

CUT TO:
Satu persatu anggota tim sepak sawut berpamitan dengan Faris yang duduk di bangku. Sambil berjalan mereka melambaikan tangan ke Faris yang dibalasnya dengan senyum.
Melihat semua anggota tim sudah pergi, Faris tersenyum, lalu mengemasi barang-barangnya ke dalam tas ransel. Saat hendak beranjak Faris melihat Suri yang berdiri di depannya.
FARIS (CONT’D)
Suri? Belom pulang?

SURI
Ini baru mau pulang.

FARIS
Ya, sudah, kalo gitu kita bareng aja.

Faris berjalan lebih dulu, Suri mengikuti langkahnya.

FARIS (CONT’D)
Lagi siapin apa jam segini baru pulang? Kayaknya sibuk banget.

SURI
Siapin agenda bulan puasa kak.
FARIS
Oh, bagus dong kalo gitu.

Dengan ragu, Suri memberanikan diri berjalan mendahului Faris dan berdiri di depannya, hingga membuat Faris agak heran.

FARIS (CONT’D)
Ada apa?

Suri menatap Faris dengan serius.
SURI
(Ragu)
Kak Faris, aku mau gabung tim sepak sawut. Izinkan aku masuk.

Faris terdiam sejenak.

FARIS
Tadi kamu lihat kami latihan?

SURI
Iya!

FARIS
Kamu tau berapa jumlah pemain tim sepak sawut?

SURI
Lima!

FARIS
Bukan dengan begitu tim kami sudah cukup?
SURI
Tapi aku ingin sekali jadi pemain sepak sawut!

Faris memandang Suri yang menatapnya dengan sungguh-sungguh. Lalu Faris membuka tas ransel yang dibawanya, dan mengeluarkan bola tendang dari dalam tas ransel.
Suri melihat bola yang kini berada di bawah kaki Faris. Faris menendang bola itu ke lapangan bola.

FARIS
Kalo gitu bisa tolong ambil bolanya?

SURI
(Bingung)
Apa?

Faris meninggalkan Suri yang masih bingung, sedang bola terus menggelinding semakin menjauh.
Tangan kanan Suri terkepal, wajahnya serius memandang bola yang terus bergulir. Lalu Suri mengejar bola itu, sedang Faris terus berjalan meninggalkan Suri.
Suri mengejar bola hingga terjatuh. Bola baru berhenti ketika menyentuh tembok. Suri bangkit berdiri, berlari ke arah bola.
CUT TO:

Suri mengambil bola, saat Suri berpaling ke lapangan, sudah tidak ada seorangpun di sana. Tangan Suri gemetar memegang bola di tangannya.

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Teras - Malam

Ummi yang sedang duduk menunggu di bangku teras segera berdiri ketika melihat Suri berjalan memasuki halaman rumah.

UMMI
Suri, kamu dari mana?
Dengan wajah lunglai Suri terus berjalan tanpa memperhatikan Ummi yang sudah menunggunya. Ummi makin bingung melihat Suri berjalan dengan membawa bola di tangannya.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Kamar Suri - Malam

Suri berbaring di atas tempat tidur. Pandangannya tertuju pada bola di dekapannya hingga akhirnya Suri tertidur dengan mendekap bola tersebut.

CUT TO:
Ext. Puncak Bukit Landai - Pagi

Suri meletakkan bola tepat di bawah kakinya. Suri memandang bola di bawahnya, lalu pandangannya tertuju lurus ke depan. Hamparan tanah dan rerumputan membentang di puncak bukit.
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, Suri menendang bola. Tanpa diduga, bola meluncur jauh. Suri terkejut ketika bola itu terus menggelinding. Dengan cemas Suri berlari mengejar bola. Suri panik, bola menggelinding menuruni jalan setapak.

SURI
Astagfirullah, bolanya!
Suri mengejar bola yang semakin cepat menuruni jalan setapak. Suri terjatuh, namun segera bangkit kembali. Telapak tangan dan celana trainingnya penuh tanah. Sedang bola terus meluncur ke bawah. Suri kembali mengejar bola.

SURI (CONT’D)
Ya, Allah tolong hentikan bolanya.
CUT TO:

Ext. Kaki Bukit Landai - Jalanan - Pagi

Di tepi jalan, sekumpulan bebek berjalan menyusuri jalan dengan digembala seorang Peternak Bebek. Bola melaju menuju kerumunan bebek yang sedang berjalan. Bola bergulir tak tentu arah ditabrak bebek-bebek yang berjalan.
Sampai di tepi jalan Suri bingung melihat bolanya di antara bebek. Lalu Suri melihat ke Peternak Bebek.

SURI
Pak tolong, Pak! Bola saya!

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Teras - Siang

Saat sedang menyapu, Ummi heran melihat Suri datang membawa bola dengan celana training, baju dan tangan penuh tanah.

CUT TO:

Suri duduk di bangku. Dengan penuh perhatian Ummi mengobati luka di tangan Suri dengan obat antiseptik dan kapas.
UMMI
Latihan bola mbok yang bener! Masa latihan bola udah kayak latihan militer gini?

Suri menarik tangannya sambil cemberut.

UMMI (CONT’D)
Gitu aja ngambek!
SURI
Abis Ummi enggak peka! Anak lagi sakit mbok ya, diledek!

Ummi kembali mengambil tangan Suri yang terluka, lalu meniupkan tangan Suri, mengoleskannya dengan kapas yang sudah ada antiseptiknya. Suri merintih kesakitan.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Arifin menunjukkan foto anak-anak kecil di smarthponenya, yang berada di pantai asuhan kepada Suri, Naila dan Hasna, yang dengan serius memperhatikan foto-foto tersebut.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Belakang - Siang

Dengan masih memakai rok panjang sekolah, Suri berlari mengejar bola yang menggelinding jauh di depannya. Suri berhenti berlari, nafasnya terengah-engah. Sesaat kemudian Suri kembali mengejar bola.
Tanpa Suri sadari, dari arah koridor Arifin melangkah menuju ke halaman belakang. Arifin heran melihat Suri berlari mmengejar bola yang jatuh ke selokan.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Dapur - Pagi

Dari Ummi yang sedang memotong sayuran menghadap jendela dapur yang terbuka, kamera track out ke halaman belakang.

INTERCUT:
Ext. Rumah Suri - Halaman Belakang - Pagi

Di halaman belakang Suri berdiri menghadap tembok rumah, wajahnya serius. Suri menatap bola yang ada di hadapannya.
Suri bersiap-siap menendang bola, dan dengan sekuat tenaga Suri mengayuhkan kaki kanannya dengan kencang.
CU bola yang masih berada di tempatnya.
Suri bingung, belum menyadari bila bola tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya berada, menatap heran ke tembok.
CU sandal melayang tinggi di udara.
Suri terkejut melihat sandalnya melayang, sedang bola masih berada di tempatnya, dan sandal di kaki kanannya hilang.

SURI
Astagrifullah!

Sandal melayang semakin tinggi.
Ummi sedang mencuci sayur di panci.
Suri terperanjat melihatnya.
Sandal melayang ke jendela dapur, dan jatuh tepat di panci yang dipegang Ummi. Ummi kaget.

UMMI
Astagfirullah!

Panci yang dipegang Ummi jatuh, dengan sandal Suri berada di dalamnya.

UMMI (CONT’D)
(Teriak)
Suri!!!

SURI
(Teriak)
Maaf Ummiii... Enggak sengaja...

CUT TO:
Ext. Puncak Bukit Landai - Siang

Dengan murung Suri duduk di batang kayu tua. Frustasi melihat bola di depannya. Suara Faris seakan terdengar lagi.

FARIS (O.S.)
Kalo gitu bisa tolong ambil bolanya?

Suri menghela nafas berat.

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Halaman Depan - Sore

Ummi mengangkat jemuran yang sudah kering dan memasukkannya ke dalam keranjang. Suri masuk halaman dengan langkah lunglai. Ummi melirik bola yang dipegang Suri. Dengan cemas Ummi cepat-cepat mengangkat semua jemurannya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Belakang - Sore

Bola menggelinding dengan cepat. Suri mengejar bola yang jauh tertinggal di depannya. Kelelahan, Suri berhenti, nafasnya tersengal-sengal, wajahnya tertunduk lemas.
Tanpa Suri sadari, seseorang menghentikan bola tersebut dengan kakinya, lalu menggiring bola itu ke Suri.
Melihat seseorang berdiri di depannya, dengan bola di kakinya, Suri mengangkat wajahnya, dan melihat Arifin berdiri di depannya. Dengan santai Arifin memainkan bola.
SURI
Balikin bolanya!

ARIFIN
Boleh, coba ambil kalo bisa!

Arifin menggiring bola ke tengah lapangan. Dengan ragu Suri mengejar Arifin dan berusaha mengambil bola. Arifin terus mengecoh Suri. Suri tidak bisa merebut bola dari kaki Arifin.
Arifin menendang bola ke atas, dan menangkapnya dengan tangan. Suri berhenti, kelelahan.

ARIFIN (CONT’D)
Gimana mau ikut sepak sawut, rebut bola aja enggak bisa?. Apa lagi bolanya bola api?
SURI
Apa urusanmu? Mau aku bisa ato enggak. Mau bola api ato bukan, gimanapun caranya, aku harus bisa!

ARIFIN
Serius?

SURI
Kamu pikir aku becanda?. Udah balikin bolanya sini!

ARIFIN
Ehm..., semangatnya boleh juga. Oke, aku bantu kamu belajar main bola!

SURI
Serius?
Arifin berlagak sombong, menatap Suri dengan gaya sok hebat.

ARIFIN
Serius ini. Tapi jangan senang dulu. Jadi anak buahku itu enggak gampang! Ada syaratnya! Siap?

SURI
Siapa takut?
ARIFIN
Pertama kamu harus siap latihan ekstra keras, disiplin ekstra tinggi, pantang menyerah, dan satu lagi, enggak boleh ngeluh.

Suri berdiri tegak menghadap Arifin, lalu memberi hormat.

SURI
Siap Pelatih!

ARIFIN
Jangan seneng dulu. Masih ada satu syarat lagi.
SURI
Banyak banget?

ARIFIN
Itu baru empat!. Mau dilatih enggak?

SURI
Iya, iya..., apa lagi syaratnya?

ARIFIN
Ini syarat yang paling penting, yang tidak boleh dilanggar. Kamu harus buktiin, kamu bisa, kamu mampu! Setuju?
SURI
(Memberi hormat)
Siap Pelatih!

ARIFIN
Mulai sekarang kamu jadi anak buahku!

SURI
(Memberi hormat)
Siap Pelatih!

Suri menatap Arifin dengan mimik lucu, Arifin tersenyum, lalu keduanya tertawa lepas.

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Subuh

Suri, Naila dan santri putri lain duduk melingkar, berkelompok sambil membacakan kitab suci Al Qur’an.

CUT TO:

Ext. Rumah Suri - Jalanan Depan Rumah - Subuh
Suri berlari keluar dari rumah, melewati halaman depan yang cukup lapang. Tiba di jalanan, Suri melihat Arifin berlari menghampirinya. Suri tersenyum, lalu bersama Arifin mereka berlari menyusuri jalan kampung yang masih sepi dan gelap.

CUT TO:
Ext. Jembatan Irigasi - Pagi

Suri dan Arifin berlari di tepi sungai kecil.

SURI
Kamu enggak takut diledek?

ARIFIN
Emang kenapa?

SURI
Ya, karena latih aku main bola. Semua orang ngomongin aku. Di pondok, di warkop, pasar, sekolah.
ARIFIN
Jangan terlalu sering dengerin omongan orang. Enggak baik.

SURI
Terus kenapa mau latih aku?

ARIFIN
Aku sering liat kamu latihan sendiri. Kamu bukan gadis biasa yang pantang menyerah sama keadaan. Itu yang buat aku kagum. Semangat itu yang harus dimiliki semua atlet.
SURI
Jadi kamu sering liatin aku, ya?

Arifin berhenti lari, langsung batuk-batuk. Wajahnya memerah.

ARIFIN
Sembarangan!. Aku kebetulan lewat!.

SURI
Iya, udah, enggak usah dibahas!

Setelah agak tenang, Arifin dan Suri kembali berlari.
SURI (CONT’D)
Oh ya, ngomong-ngomong soal sepak sawut, kamu tahu, waktu orangtua kita masih muda, tim sepak sawut Ponpes As-Salah tim tangguh yang enggak bisa dikalahkan, bahkan selalu menang Liga Sepak Sawut?.
SURI (CONT'D)
Aku ingin sekali tim sepak sawut kita kembali berjaya seperti dulu. Seperti waktu orangtua kita masih muda.

ARIFIN
Ya, semangat itu sepertinya harus ada lagi untuk mengembalikan masa kejayaan tim sepak sawut Ponpes As-Salam.
SURI
Kamu yakin kita bisa?

ARIFIN
Pasti, selama kita masih punya semangat dan terus berlatih.

SURI
Kamu enggak berpikirkan kalo aku bakal masuk tim sepak sawut?. Mereka semua nolak aku.

ARIFIN
Iya, aku tau.
Suri berhenti berlari, Arifin terus berlari tidak menyadarinya. Suri menarik nafas dalam dan mulai berlari lebih cepat.
Arifin terkejut ketika Suri berlari mendahuluinya menuju jembatan irigasi.
Suri terus berlari, ketika sampai di ujung jembatan irigasi Suri berpaling ke belakang. Menantang Arifin mengejarnya.
Arifin berlari lebih cepat, mengejar Suri yang berlari menyusuri aliran sungai. Mereka berlari menyusuri jalan setapak dengan panorama indah leleng perbukitan.
CUT TO:

Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Sore

Naila, Hasna, Irma, Lili, Diah, Firman, Ody, Heru, Akbar, dan Sugeng, berlatih sepak sawut dengan menggunakan sebongkah sabuk kelapa.
Satu per satu mereka menendang bola ke gawang yang dijaga Firman, yang berusaha menangkap bola, lalu menendangnya kembali ke anggota tim yang mendapat giliran. Faris memperhatikan timnya yang tengah berlatih.

CUT TO:
Ext. Waduk - Sore

Suri berdiri berhadapan dengan Arifin yang membawa stopwatch, pluit, papan catatan dan pulpen. Keduanya memakai baju olahraga dan sepatu kets.

ARIFIN
Oke, siap, ya? Hari ini kita latihan lari keliling waduk.
Suri mengerutkan dahinya, melihat waduk yang cukup luas.

SURI
Apa? Keliling waduk? Yang bener aja?

ARIFIN
Inget syarat yang pernah aku kasih tau? Jangan pernah ngeluh!
(Melihat stopwatch)
Ok, dimulai dari sekarang.
(Meniup peluit)
Mulaiii...
Dengan kesal Suri mulai berlari.

ARIFIN (CONT’D)
(Teriak ke Suri)
Hei, larinya jangan kayak keong!. Mau main sepak sawut larinya kayak keong gitu!. Yang kencang larinya! Cepat!!!

Dengan kesal Suri mempercepat larinya mengelilingi waduk.

CUT TO:

FLASHES
Ext. Pegunungan - Jalan Setapak - Subuh

Kegiatan Suri berlatih lari dengan Arifin, menunjukkan kemampuan Suri yang semakin meningkat. Arifin meniup pluit ketika Suri mulai berlari menyusuri jalan setapak berlatar belakang matahari yang mulai terbit di balik pegunungan.
- (EXT. PERBUKITAN - PAGI). Arifin melihat stowatch saat Suri berlari di antara rimbunnya pepohonan.
- (EXT. PERKEBUNAN SAYUR - SIANG). Suri berlari menyusuri jalan di antara perkebunan sayur di kedua sisinya. Arifin menekan tombol stopwatch ketika Suri melewatinya.
- (EXT. WADUK - SORE). Arifin mencatat waktu yang diperoleh Suri, yang terus berlari mengitari waduk.

CUT TO:

Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang

Bermula dari stopwatch dan lembar catatan para santri putri yang dipegang Guru Olahraga,
di lapangan olahraga terlihat langkah kaki seorang santi putri yang berlari cepat dan berhasil mencapai garis finish lebih dulu. Guru Olahraga mencatat waktu yang dicapai Naila, 23 menit, 12 detik.
Sementara di lapangan olahraga masih terlihat beberapa langkah kaki Santri putri yang berlari menuju garis finish, di antara mereka ada langkah kaki lain yang berada diurutan paling depan.
Langkah kaki itu terus berlari cepat mendahului yang lain, menuju garis finish dan berhasil mencapainya.
Guru Olahraga menuliskan waktu yang berhasil dicapai Suri dengan catatan waktu 25 menit, 39 detik.
Para santri putri yang telah mencapai garis finish segera mengerumuni Suri. Mereka kagum dan heran melihat keberhasilan Suri mencapai garis finish.

TEMAN SURI 1
Suri, kamu kok larinya bisa cepet gitu? Gimana ceritanya?
Naila melirik Suri yang tersenyum dikerumuni satri putri yang mengaguminya.

TEMAN SURI 2
Kamu latihan sama siapa?

TEMAN SURI 3
Latihan dimana? Ikut donk...

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Siang

Sebuah bola berada di antara Suri dan Arifin.

ARIFIN
Latihan lari kita sudah cukup. Mulai hari ini kita mulai latihan nendang bola.

Suri tersenyum gembira.
ARIFIN (CONT’D)
Sepak bola sama sepak sawut itu hampir sama. Peraturan maupun permainannya. Cuma sepak bola, bolanya dari karet, sepak sawut bolanya dari sabuk kelapa.
ARIFIN (CONT’D)
Tapi sepak sawut lebih bahaya karena bolanya disundut api, jadilah bola api. Dan kita harus bermain dengan bola api itu.

Sejenak Suri memejamkan matanya, terbersit rasa takut di wajahnya. Arifin memperhatikan kecemasan Suri.
ARIFIN (CONT’D)
Ok, sekarang kita fokus ke bola ini dulu. Aku akan melatihmu cara main bola yang baik dan benar.

Suri mengangguk mantap.
ARIFIN (CONT’D)
Tahap awal ini aku akan melatihmu cara nendang bola.Kalo kamu sudah bisa menguasai teknik ini, kamu bisa lebih mudah menguasai teknik lainnya.Ini adalah teknik dasar bagi setiap pemain bola, yaitu nendang bola.Setiap pemain bola harus bisa nendang bola. Ingat itu
Arifin menendang bola di depannya ke Suri, Suri lalu mengembalikan bola itu ke Arifin. Arifin kembali menendang bola ke Suri, Suri kembali menendang bola ke Arifin. Arifin dan Suri terus berlatih menendang bola di antara mereka, berulang-ulang kali.

CUT TO:
Ext. Jalan Desa - Perkebunan Jagung - Pagi

Dengan membawa tas sekolah punggung, Suri berlari kecil sambil belajar menendang bola. Para santri yang juga hendak ke sekolah melihat Suri dengan heran. Suri tidak peduli, terus saja berlatih menendang bola.
Jauh di belakang Suri, Indra dan timnya bersepeda ke arah Suri. Mereka heran melihat seorang gadis berlatih menendang bola beberapa meter di depannya. Setelah dekat, Indra dan timnya baru mengetahui bila gadis itu adalah Suri.
Suri berhenti menendang bola ketika bola itu menabrak roda sepeda Indra yang berdiri menghalanginya.

INDRA
Belajar main bola?. Percuma, tim cemen seperti kalian sebaiknya ngaku kalah aja!

SURI
Maaf ya, kami bukan tim cemen apalagi pengecut, yang ngaku kalah sebelum bertanding
INDRA
Kita lihat, apa tim kalian bisa lolos babak kualifikasi? Tapi sepertinya enggak.

Indra tersenyum sinis, lalu pergi meninggalkan Suri bersama timnya dengan bersepeda.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Jam dinding menunjukkan pukul 13:47. Naila dan Hasna duduk dengan bosan. Hasna berdiri, mengambil tasnya bermaksud hendak pergi. Lalu Suri dan Arifin masuk. Langsung duduk di bangku yang kosong.

SURI
Maaf telat.
HASNA
Maaf?. Kamu tau dari tadi kita nungguin? Sebenernya kita jadi enggak diskusi kegiatan Ramadhan, jam segini baru dateng?. Kita jugakan ada latihan sepak sawut, yang ada kita telat latihan gara-gara nungguin kalian.

SURI
Aku kan sudah minta maaf.
Naila melihat bola yang dibawa Suri di tas jaringnya.

NAILA
Latihan bola? Suri, aku kan udah bilang, enggak usah mikirin sepak sawut. Yang ada kamu jadi enggak fokus sama kegiatan Ramadhan. Sebenernya yang kamu utamain itu yang mana? Sepak sawut ato kegiatan Ramadhan?.
SURI
Udah deh, jangan dibesar-besarin. Kenapa sih ributin masalah kecil?.

ARIFIN
Sudah, sudah, jangan berantem. Rapatnya dimulai aja.

Suri dan Naila terdiam. Hasna kembali duduk di bangkunya.

CUT TO:
Di whiteboard terlihat berubahan susunan panitia kegiatan Ramadhan. Suri banyak mengalihkan tugasnya ke Naila, Hasna dan Arifin. Suri hanya bertugas sebagai PIC konsumsi.
HASNA
Suri, jobdesk bukannya udah kita bicarain dari awal? Kenapa sekarang dirubah? Selama ini kan udah berjalan. Enggak bisa donk, di tengah jalan tiba-tiba kamu lempar gitu aja. Sama aja enggak bertanggung-jawab.
SURI
Sejak kapan kamu tau soal tanggung-jawab? Selama ini sebagaian besar tugas aku yang ngerjain. Aku enggak ngeluh. Mulai saat ini kita bagi tugas secara adil.

HASNA
Adil? Apanya yang adil? Sekarang semua tugas itu kamu lempar gitu aja.
SURI
Itu karena selama ini tugas itu aku yang ngerjain.

Dengan kesal Suri mengambil tasnya, dan bergegas meninggalkan ruangan. Arifin, Naila dan Hasna terkejut melihat kepergian Suri.

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Halaman Belakang - Malam

Suri berlatih menendang bola dengan memantulkannya ke tembok rumah. Kemudian pintu halaman belakang terbuka, Ummi muncul dari balik pintu, dan melihat Suri masih terus latihan bola.

UMMI
Sudah malem, tidur.

SURI
Bentar lagi Ummi.
UMMI
Iya, tapi sudah malam, nanti sekolahmu gimana?

SURI
Iya, Ummi, sebentaaar lagi...

UMMI
Ya, sudah kalo cape, cepet tidur. Jangan lupa kunci pintunya.

Ummi menutup pintu, sedang Suri terus berlatih bola.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Kelas Suri - Pagi

Seorang guru memberikan materi pelajaran bahasa Arab di papan tulis, sambil menjelaskannya kepada para santri yang sibuk mencatat penjelasan dari sang guru.
Di bangku siswa, Suri sesekali menguap. Matanya sesekali terpejam. Ketika rasa kantuk tidak tertahan lagi, kepala Suri rebah di meja. Naila yang duduk di samping Suri terkejut, begitu juga guru dan santri lain.

CUT TO:
Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Sore

Para santri putri duduk di depan Nyai Putri sambil membacakan kitab kuning. Suara mereka terdengar khusyu dan syahdu.

CUT TO:

Seusai wetonan, para santri putri menyalami Nyai Putri, sambil bergegas meninggalkan masjid.
Naila menghampiri Suri di sudut ruangan, sementara Hasna, Irma, Diah dan Lili sudah lebih dulu keluar dari dalam masjid.

NAILA
Buruan. Nanti telat.

SURI
Bentar, kamu aja duluan.

Naila bergegas meninggalkan Suri yang sibuk melipat mukena.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Sore

Arifin, Naila, Hasna dan seorang pria calon donatur, berpakaian batik duduk gelisah menungguh di meja ruang OSIS. Merasa tidak enak, Naila menyeret Arifin menjauh.
NAILA
(Berbisik)
Suri kemana? Liat tuh, dari tadi calon donatur buat Ramadhan udah nunggu.

ARIFIN
Bukan weton bareng kamu?

NAILA
Iya, tapi pas diajak kesini dia bilang nanti dulu.

ARIFIN
Coba telepon!

Naila mencoba menelepon Suri. Tapi tidak ada jawaban.
NAILA
(Ke Arifin)
Enggak diangkat.

CUT TO:

Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Sore

Ruangan sudah sangat sepi, namun di sudut ruangan terlihat seorang gadis tertidur pulas. Gadis itu adalah Suri.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Sore

Naila mendesah kesal, berusaha tersenyum kepada pria calon donatur kegiatan Ramadhan.

NAILA
Bentar ya, Pak. Saya coba telepon lagi.
Calon donatur itu hanya diam. Wajahnya terlihat jenuh, beberapa kali melihat jam tangannya. Dengan canggung Naila kembali mencoba menghubungi Suri.

CUT TO:

Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Sore
Suri terbangun dari tidurnya, terkejut melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 16:31.

SURI
Astagrifullah. Mati aku!

Panik, Suri langsung menyambar tas mukena dan kitab kuningnya, dan bergegas lari keluar dari dalam masjid.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor - Sore

Dari pintu masuk, Suri berlari menyusuri koridor sepi, dan kelas-kelas kosong, menuju tangga lalu menaiki tangga.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Lantai Dua - Sore

Suri muncul dari anak tangga, lalu berlari menyusuri koridor menuju ruang OSIS yang berada di ujung koridor.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Depan Ruang Osis - Sore

Sampai di depan pintu ruang OSIS, Suri menarik gagang pintu, namun pintu terkunci. Suri cemas, nafasnya terengah-engah.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Kelas Suri - Pagi

Seorang guru berjalan di antara bangku para santri yang sibuk menyelesaikan soal ulangan. Suri tampak bingung menyelesaikan soal-soal tersebut. Mata Suri sayu, terlihat mengantuk. Suri mengucek-ngucek matanya mengusir kantuk.
Terdengar bel berbunyi (O.S.). Para santri mengembalikan soal ulangan ke meja Guru. Suri masih duduk di bangkunya. Soal ulangannya masih banyak kosong. Suri lalu memberi tanda silang di kertas jawaban yang masih kosong.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Pagi

Naila dan Hasna sedang duduk merapihkan berkas-berkas. Ketika Suri masuk, Naila dan Hasna cepat-cepat merapihkan berkas lalu pergi meninggalkan ruangan tanpa bicara sepatah katapun pada Suri.
Suri hanya terdiam melihat keduanya pergi. Meletakkan berkas yang dibawanya di atas meja. Sesaat kemudian pintu terbuka. Dari balik pintu Santri Putri 1 menyampaikan sesuatu.

SANTRI PUTRI 1
Suri, kamu dipanggil Guru BP, tuh!

Suri tertegun, merasa khawatir.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Guru Bp - Pagi

Dengan cemas Suri berdiri di depan GURU BP yang duduk di meja kerja, yang tidak mempersilahkan Suri duduk seperti biasanya.
GURU BP
Suri, bapak dapat info dari calon donatur kegiatan Ramadhan, katanya kamu tidak datang saat rapat agenda Ramadhan, padahal para donatur dan anggota OSIS lain hadir dan mereka menunggumu.

Suri merunduk tidak berani menatap Guru BP.
SURI
Maaf Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu.

GURU BP
Jadi maksudmu bagaimana?
(Menyelidik)
Ada yang bilang saat itu kamu tidur di masjid? Apa benar?

Suri diam, tak berani menjawab.
GURU BP (CONT’D)
Ayo jawab. Kamu kan ketua OSIS, harus berani bicara. Harus berani bertanggung-jawab. Sekarang coba terangkan sama bapak kenapa bisa seperti itu?

Sari terdiam. Matanya berkaca-kaca merasa bersalah.

SURI
Saya minta maaf Pak. Itu kesalahan dan kelalaian saya.
GURU BP
Suri, apa yang membuatmu seperti ini?. Bapak baru liat sikapmu ceroboh seperti ini. Kamu tahu, kamu sudah mencoreng nama baik sekolah dan pesantren ini dihadapan para donatur?
GURU BP (CONT'D)
Sekarang coba jelaskan. Bapak minta pertanggung-jawabanmu sebagai ketua OSIS dan juga ketua agenda Ramadhan.

Tanpa dapat dibendung, airmata Suri jatuh perlahan di pipinya. Suri buru-buru menghapusnya.
SURI
(Terbata-bata)
Ma.., maaf kan saya, Pak. Itu karena saya ingin....
(Menghela nafas dalam. Memberanikan diri)
Saya ingin jadi tim sepak sawut... Ingin pesantren kita menjuarai Liga Sepak Sawut. Karena itu saya berlatih bola. Kemarin saya sangat lelah...,
SURI (CONT'D)
(Jeda)
Saya tidak sadar sudah melewati rapat agenda Ramadhan. Iya, saya tidur. Saya mohon maaf. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi.

GURU BP
Apa karena itu juga nilai-nilaimu sekarang turun?

Suri menghela nafas dalam, menangis.

SURI
Saya minta maaf.
GURU BP
Bapak pikir kamu orang yang amanah, bisa dipercaya, bertanggung-jawab. Karena itulah para siswa di sini mempercayai kamu jadi ketua OSIS. Guru-guru dan para kyai pun percaya sama kamu.

Suri menyeka airmatanya.

SURI
Saya benar-benar minta maaf.
Guru BP menghela nafas dalam.

GURU BP
Baik, tapi bapak minta pertanggung-jawabanmu. Sekarang bapak tanya. Apa kamu benar-benar ingin jadi anggota tim sepak sawut?

Suri mengangguk pelan.

SURI
Iya, Pak!

GURU BP
Ingin pesantren kita juara Liga Sepak Sawut?
Suri kembali mengangguk pelan.

SURI
Iya, Pak!

GURU BP
Kalau gitu buktikan sama bapak kalau kamu bisa masuk tim sepak sawut, dan tim sepak sawut bisa menjuarai Liga Sepak Sawut. Kamu harus bisa pastikan agenda Ramadhan berjalan baik sebagaimana mestinya.
GURU BP (CONT'D)
Bapak tidak mau kamu mengecewakan donatur yang sudah bekerjasama sama kita. Itu yang utama.
(Jeda)
Terakhir, kamu harus menjaga nilaimu tidak turun lagi. Kalau tidak, tim sepak sawut akan bapak bubarkan dan beasiswamu bapak cabut.
GURU BP (CONT'D)
Dan kamu akan bapak berhentikan sebagai ketua OSIS.

Suri terkejut.

SURI
Tapi, Pak?

GURU BP
Kalau kamu keberatan, kamu bisa berhenti latihan bola dan masuk tim sepak sawut sekarang juga!. Jadi kamu bisa fokus sama kegiatan OSIS dan agenda Ramadhan. Bagaimana?
Suri diam. Meremas roknya dengan kuat. Menatap Guru BP dengan sungguh-sungguh sedang airmata sudah mengering di pipinya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Belakang - Siang

Dengan menggunakan dua buah bola, Arifin melatih Suri teknik menggiring bola jarak dekat. Arifin menggiring bola dengan jarak tidak lebih dari satu meter di depannya (closer dribbling).
Suri berusaha mengikuti Arifin dalam menggiring bola, namun setiap kali menendang, bola itu selalu melenceng dari arah yang dituju, hingga Suri harus mengejar bola dan mengembalikannya agar bisa tetap searah dengan Arifin.
ARIFIN
Nendang bolanya yang bener dong, yang fokus, jangan asal nendang, jadi bolanya enggak lari kemana-mana.

Kesal, Suri menendang bola dengan keras hingga bola bergulir cepat tak tentu arah. Arifin terkejut melihat sikap Suri.
SURI
(Ketus)
Kamu aja yang emang enggak bisa ngelatih orang.

Dengan kesal Suri berpaling, bergegas meninggalkannya Arifin.

ARIFIN
Suri, kamu kenapa? Kok, tiba-tiba marah gitu?

SURI
Sudah! Aku enggak mau lagi latihan sama kamu.
Arifin berlari mengejar Suri, menarik tangannya, namun Suri segera menepisnya.

ARIFIN
(Tegas)
Apa sebatas ini keinginanmu kembalikan masa kejayaan tim sepak sawut?.

Arifin melihat mata Suri berkaca-kaca. Suri terdiam, wajahnya tertunduk, menangis di depan Arifin.

CUT TO:
FLASHES

Ext. Jalan Pedesaan - Pagi

Aktivitas Suri berlatih bola bersama Arifin, yang menunjukkan kemampuan Suri bermain bola semakin baik.
Dengan menggunakan dua buah bola, Suri dan Arifin berlatih menggiring bola dengan jarak-jarak pendek. Suri dan Arifin menggiring bola sepanjang jalan pedesaan.
- (EXT. LAPANGAN BOLA - SIANG). Arifin mengajarkan Suri teknik menggiring bola cepat. Suri menendang bola dengan kencang, dan berlari mengejarnya.
Setelah bola di kakinya, Suri kembali menendangnya kencang dan kembali mengejarnya. Suri melakukannya berkali-kali, mengitari lapangan bola.

ARIFIN
Ingat, saat ngumpan bola jangan terlalu keras, juga jangan terlalu lemah.
ARIFIN (CONT'D)
Kalo terlalu keras, yang ada tim kita jadi susah ngejar bolanya. Kalo terlalu lemah, bola bisa dipotong tim lawan.

- (EXT. MA PONPES AS-SALAM - HALAMAN BELAKANG - SORE). Bayang-bayang Suri dan Arifin yang bekejaran memperebutkan bola.

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Siang

Tampak Suri sudah selesai berlatih, menggiring bola ke tempat Arifin berada. Lalu keduanya duduk di tepi lapangan bola.

ARIFIN
Permainanmu sekarang sudah bagus. Sepertinya bakat alm. Abbi main bola mengalir di darahmu.
SURI
Aku belum pernah liat alm. Abbi main bola, apalagi main sepak sawut. Alm. Abbi meninggal sebelum aku lahir. Kalo Alm. Abbi masih ada, pasti Alm Abbi yang ajarin aku main bola. Main sepak sawut.
Melihat Suri sedih, tangan Arifin bergerak ingin memegang tangan Suri, namun Arifin tidak jadi melakukannya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Depan - Sore

Tim sepak sawut putra dan putri sudah selesai berlatih. Mereka berjalan menuju tempat parkir sepeda. Di antara mereka juga ada Faris yang sedang berbicara dengan Firman dan Irma sambil terus berjalan.
Saat mereka berjalan, dari pinggir halaman menggelinding dengan cepat sebuah bola menuju ke arah Faris.
Faris dan tim sepak sawut lainnya tidak menyadari hal itu dan terus saja berjalan sampai ketika bola itu menyentuh kakinya.
Faris berhenti melangkah. Melihat bola miliknya yang kini berada tepat di bawah kakinya.
Faris melihat ke arah bola itu berasal, lalu muncul langkah kaki Suri yang berjalan menghampirinya. Di saat itu tim sepak sawut yang lain baru menyadari kehadiran Suri.
Mereka bingung dan heran melihat kehadirannya.
Faris mengambil bola di kakinya, tersenyum.

FARIS
Terima kasih bolanya sudah dibalikin.

SURI
Iya, Kak. Bolanya aku balikin karena aku ingin masuk tim sepak sawut.
Tim sepak sawut saling berpandangan. Firman dan Irma tidak senang dengan kehadiran Suri.

FARIS
Bukan aku sudah bilang, tim ini sudah cukup?

Lalu Arifin muncul di samping Suri.

ARIFIN
Aku juga mau gabung.

Semua pandangan tim sepak sawut kini beralih ke Arifin.
SURI
Boleh pinjam bolanya sebentar?

Faris melirik bola di tangannya, lalu melempar bola itu ke Suri. Suri fokus menatap bola yang tertuju ke arahnya. Suri berlari ke arah bola itu dan menendangnya tepat ke arah sasaran. Bola itu berbalik ke arah Faris dengan cepat.
Naila, Hasna, Irma, Firman dan tim sepak sawut lain terkejut melihat aksi Suri. Naila menatap Arifin yang tersenyum.
Faris menangkap bola dengan kakinya. Ketika Firman bermaksud mengambil bola itu dari kaki Faris, Faris mencegahnya.
Faris menggiring bola ke tengah lapangan. Suri mengikuti langkah kaki Faris dan berusaha merebut bola itu dari kaki Faris namun selalu gagal tapi Suri terus berusaha.
Naila, Arifin, Hasna, Irma, Firman dan tim sepak sawut lainnya memperhatikan permainan bola yang dilakukan antara Suri dan Faris.
Suri berhasil mengambil alih bola dan menggiringnya, namun Faris berhasil merebutnya dengan cepat.
Suri berusaha merebut bola itu dari Faris, dan berhasil menguasainya. Ketika Faris berhasil merebut kembali bola itu, saat itulah pandangan Suri fokus ke arah bola yang berada di kaki Faris, lalu dengan kekuatan penuh Suri menendang bola di kaki Faris.
Sekali tendang, bola itu meluncur dengan cepat. Naila, Arifin, Hasna, Irma, Firman, Faris dan tim sepak sawut lain terkejut melihatnya. Mereka memandang bola yang terus berputar cepat di udara.
Bola meluncur dengan cepat ke arah deretan sepeda yang di parkir di tepi halaman.
Dengan keras bola menghantam sepeda. Tanpa ampun sepeda itu jatuh dan mengenai sepeda lain di sampingnya, hingga terjadi runtutan sepeda yang berjatuhan sampai diurutan sepeda terakhir. Semua terdiam. Hening.

IRMA
Suri dengar ya, main bola enggak sama kayak main sepak sawut!
Irma menatap Suri dengan emosi.

IRMA (CONT’D)
Sepak sawut lebih berbahaya dari main bola. Kamu pikir dengan berhasil merobohkan semua sepeda berarti kamu bisa masuk tim sepak sawut? Ini sepak sawut, sepak bola api!
Image
Dengan kesal Suri menatap Irma, lalu beralih ke Faris mengharapkan kejelasan dari sang pelatih. Melihat arah pandangan Suri, Irma lalu melirik Faris yang berada beberapa meter di dekatnya.
IRMA (CONT’D)
Kak Faris, tim sepak sawut pesantren As-Salam sudah lama enggak ikut Liga Sepak Sawut. Aku sama Firman membentuk tim ini karena kami sangat mencintai sepak sawut.
IRMA (CONT'D)
Meski tim ini baru dibentuk, sebagai kapten tim kami ingin tim ini jadi tim yang terbaik, yang tidak bisa diremehkan tim lain, demi nama baik tim ini, juga pesantren kita. Karena itu kami minta Kak Faris jadi pelatih kami.
Faris menatap Irma.

FIRMAN
Iya, Kak! Kami enggak mau tim ini jadi tim lemah, meski kami sadar tim kami belum tangguh.
IRMA
Satu-satunya alasan kenapa Suri ingin masuk tim sepak sawut karena dia ingin balas dendam sama orang yang sudah meledeknya, lalu mengaitkannya dengan pesantren kita dan sepak sawut. Benarkan, Suri?

Suri terdiam, wajahnya cemas begitu juga dengan Arifin.
FARIS
Suri, apa benar begitu? Bisa jelaskan sebenarnya alasanmu ingin masuk tim sepak sawut itu apa?
Suri mengalihkan pandangannya dari Faris ke Irma dan Firman, lalu menatap Arifin. Sejenak Suri terdiam.

CUT TO:

FLASH BACK
(EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN BOLA - PAGI). Para santri putri berlari mengelilingi lapangan olahraga.
Satu per satu santri putri melewati garis finish.
Suri berlari diurutan paling belakang.
Suri lari dengan nafas terengah-engah.
SURI (V.O.)
Irma benar, semua berawal karena aku sangat kesal, semua orang menganggap aku sangat lemah dan penakut, meski itu benar.

CUT TO:
(EXT. LAPANGAN BOLA - JALANAN - MALAM). Bola api meluncur ke arah Suri, dan jatuh tepat di depannya. Suri terkejut, tas mukena di tangannya jatuh.
Indra dan timnya tertawa mengejek.
Dengan kesal Suri menyiram bola api dengan seember air.
SURI (V.O.)
Aku makin kesal ketika semua kelemahan dan ketakutanku dikaitkan sama pesantren kita, sama tim sepak sawut. Tanpa sadar aku emosi, aku marah, mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dikatakan.

CUT TO:

FLASHBACK BERAKHIR
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Depan - Sore

Suri menatap Faris dengan sungguh-sungguh.

SURI
Namun semuanya lebih dari itu.

CUT TO:

FLASH BACK
(SC. 02 EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM). Layar hitam, perlahan tampak sorak-sorai penonton yang memberi semangat pada tim yang bertanding.
Kedua tim saling berkejaran, mengoper dan memperebutkan bola api yang menyala cukup besar.
Suri cemas, meremas-remas ujung baju Ummi.
SURI (V.O.)
(Sendu)
Aku ingin melawan traumaku. Traumaku pada sepak sawut.

Seorang pemain tim abu-abu menendang bola api hingga meluncur ke luar lapangan. Suri terkejut melihat bola api tertuju ke arahnya dengan cepat.
Suri berdiri tertegun sampai bola api menyerempet kakinya. Seketika itu juga Suri berteriak histeris dan lari.
Suri berlari, mendorong orang-orang yang menghalanginya.

SURI (VO)
Sekarang aku ingin belajar menghadapinya. Menghadapi ketakutanku, traumaku. Meski aku tau itu sulit.
CUT TO:

FLASHBACK BERAKHIR

Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Depan - Sore

Faris menatap mata Suri yang berkaca-kaca.

SURI
Lagi pula sebagai ketua OSIS aku harus bertanggung-jawab atas semua ucapanku. Bukan hanya demi harga diriku, tapi juga pesantren ini, tim sepak sawut.
SURI (CONT'D)
Aku enggak akan biarkan tim lain, pesantren lain meremehkan tim kita, pesantren kita, apapun alasannya, apapun resikonya.

SURI (CONT’D)
(Menangis)
Aku ingin mengembalikan masa kejayaan tim sepak sawut, seperti masa alm. Abbi dulu.

Irma tersenyum sinis.
IRMA
Sudah cukup mengenang masa lalunya? Sekarang bukan saatnya lagi mengenang masa lalu saat pertandingan makin dekat!

Faris melirik Irma, lalu memandang Suri.

FARIS
Baik, selama kamu bisa buktikan kamu layak bergabung dengan tim ini, kamu diterima.
IRMA
Kak Faris?

Firman terdiam, begitu juga Suri, Arifin dan Naila. Tim sepak sawut lain saling berpandangan tidak setuju.

IRMA (CONT’D)
Suri mungkin sudah hebat main bola, tapi bukan berarti dia bisa main sepak sawut?. Kak Faris tau sendiri, Suri trauma sepak sawut!
FARIS
Karena itu aku menerimanya. Perjuangan seseorang tidak boleh dipatahkan, tidak boleh dihambat, dihalangi, diabaikan, apalagi dimanfaatkan. Biar dia sendiri yang tentukan nasibnya, apakah dia seorang pejuang atau bukan? Apa dia layak mendapatkannya atau tidak?
Irma, Firman, Hasna dan tim sepak sawut lainnya tidak puas atas penjelasan Faris.

FIRMAN
Tapi Kak?

FARIS
Cukup! Aku tidak ingin ada perdebatan lagi. Sekarang begini saja.
FARIS (CONT'D)
Bulan depan kita adakan pertandingan pemanasan antara Irma dan Suri sebelum pertandingan sebenarnya dengan tim lawan. Masing-masing tim tiga orang.

Irma dan Firman sangat kesal dan kecewa.
FARIS (CONT’D)
Bila Suri menang, dia dan Arifin bisa masuk tim sepak sawut. Sebaliknya bila kalah, mereka berdua tidak diizinkan lagi bergabung dengan alasan apapun.
Suri dan Arifin terkejut sekaligus senang. Irma, Firman, Hasna dan tim sepak sawut lainnya cukup lega sebab yakin Suri tidak bisa mengalahkan Irma. Hanya Naila yang terdiam.

IRMA
Baik. Siapa yang mau jadi tim aku?
Hasna, Lili dan Diah segera mendekati Irma. Naila masih diam di tempatnya. Naila dan Arifin saling pandangan.
Faris melihat Irma dengan tim sepak sawut putri yang siap mendampinginya melawan Suri. Faris lalu menatap Naila. Naila lalu berjalan untuk menentukan tim pilihannya.
Hasna, Lili dan Diah berharap Naila bergabung dengannya. Irma memandangnya tanpa ekspresi. Naila berjalan melewati tim Irma, dan terus melangkah menuju ke Suri, lalu berdiri di samping Suri. Suri menatap Naila penuh haru, tersenyum simpul, namun Naila hanya diam saja.
Arifin sedikit lega, tapi masih cemas karena tidak ada lagi yang mau bergabung dengan tim Suri. Faris menatap Hasna, Lili dan Diah, yang menghindari pandangannya, tidak berani menatapnya, dan tidak ada yang mau pindah ke tim Suri.
FARIS
Baiklah kalo gitu yang satunya Kak Faris yang pilih.

Hasna, Lili dan Diah mendesah cemas.

FARIS (CONT’D)
Hasna, kamu gabung ke tim Suri!

Hasna terkejut, menunjukkan wajah protes.

HASNA
Tapi Kak?
Faris tidak memperdulikan Hasna, dan langsung pergi menuju tempat parkir sepeda. Mengambil bolanya, lalu mengangkat sepedanya yang jatuh. Suri, Naila Arifin, Hasna, Irma, Firman,
dan tim sepak sawut lain memandang Faris yang bersepeda meninggalkan sekolah dan sepeda lain yang masih tergeletak jatuh.

CUT TO:

Ext. Puncak Bukit Landai - Sore
Suri, Naila dan Arifin duduk di batang pohon tumbang menghadap ke perkebunan yang terhampar indah di di bawah bukit, juga lereng-lereng gunung.

SURI
Naila, terima kasih udah milihku. Kamu juga Arifin.

Arifin dan Naila tersenyum.
NAILA
Kak Faris benar. Semua orang punya hak mendapat kesempatan yang sama, tidak peduli siapa mereka.

SURI
Kalian memang sahabat terbaikku.

Suri tidak menyadari Arifin agak kecewa mendengarnya.
NAILA
Pertandingan kita sama Irma sebulan lagi, berarti sehari sebelum puasa. Mungkin pertandinganya setelah selesai sholat tarawih.

SURI
Jadi kapan kita mulai latihan sepak sawut?
ARIFIN
Seminggu lagi. Bolanya aku siapin dulu. Kita punya waktu tiga minggu buat latihan sepak sawut. Seminggu ini kita latihan bola seperti biasa.
Suri, Naila dan Arifin terus bercakap-cakap sambil bersenda-gurau. Di kejauhan matahari terbenam di antara puncak-puncak bukit. Memberi nuansa indah khas pegunungan menjelang senja.

CUT TO:
Int. Asrama Putri Ponpes As-salam - Kamar Hasna - Sore

Seminggu kemudian.
Naila dan Hasna duduk di lantai. Hasna sibuk menyetrika beberapa potong baju.

NAILA
Abis sholat Isya kita ada latihan sepak sawut sama Suri.

HASNA
Aku enggak mau ikut.
NAILA
Kenapa?

HASNA
(Ketus)
Buat apa?

CUT TO:

Ext. Lapangan Bola - Malam

Dua buah botol air mineral berisi air dan minyak sayur, tiga buah gelas plastik dan sebongkah sabuk kelapa tergeletak di atas tanah.
Suri, Arifin dan Naila mengelilinginya. Arifin khusyu membaca doa, Suri dan Naila tampak khidmat. Selesai berdoa Arifin menuangkan air ke dalam gelas plastik lalu menyerahkannya ke Suri dan Naila, lalu meminum air doa itu.
Suri, Arifin dan Naila melumuri kaki dan tangan mereka dengan minyak sayur.

SURI
Hasna kenapa belum dateng?

NAILA
Katanya lagi banyak PR.
Sejenak Suri cemas melihat sabuk kelapa di depannya. Naila dan Arifin melihat kecemasan Suri.

ARIFIN
Tenang, ini aman kok. Sampai sekarang belom ada orang yang terluka karena main sepak sawut. Aku nyalakan ya, apinya?

Arifin mengambil korek api dari saku celananya.
NAILA
Suri, ini enggak seseram yang kamu bayangin, kok!

Suri bimbang dan ragu.

ARIFIN
Tangan sama kaki kita sudah pake minyak sayur, jadi aman selama kita main sepak sawut. Kalo minyaknya udah kering lumurin lagi biar kulit enggak terbakar. Oke, dinyalahin ya, sabuk kelapanya?
ARIFIN (CONT'D)
Liat baik-baik. Jangan pejamkan mata. Ini saatnya kamu belajar berani melawan ketakutanmu. Oke?

Suri masih bimbang dan ragu. Naila lalu meraih tangan Suri, dan menggenggamnya. Suri menatap Naila yang tersenyum kecil, Suri berusaha tersenyum.
Arifin menyalakan korek api. Suri menggenggam tangan Naila dengan erat, wajahnya cemas ketika batang korek api yang menyala mendekati sabuk kelapa. Tersundut api, seketika sabuk kelapa terbakar api.
Suri terkejut, mundur beberapa langkah, namun tangan Naila yang menggenggam tangannya menahan Suri untuk terus mundur.

NAILA
Suri tenang.

Ketakutan, Suri segera memalingkan wajahnya, dan berusaha menarik tangannya dari Naila.

NAILA (CONT’D)
Suri...
Dengan kuat Suri menepis tangan Naila, lalu berlari menjauhi bola api. Arifin dan Naila mengejar Suri.

ARIFIN
Suri...!!!

Suri berhenti berlari, wajahnya ketakutan dan menangis.
ARIFIN (CONT’D)
Suri, dengarkan aku! Kamu tahu? Kamu gadis hebat yang pernah aku temui. Aku kagum atas keinginanmu melawan trauma. Aku tahu itu enggak mudah, tapi kamu harus berusaha, harus berani.
ARIFIN (CONT’D)
Aku sama Naila menemanimu. Ini bukan hanya tentang sepak sawut. Tapi juga tentang dirimu. Tentang kejayaan pesantren kita. Pesantren As-Salam. Inget itu. Sekarang saatnya kamu harus berani. Aku yakin kamu bisa!. Ayolah...
Naila merangkul Suri dari belakang. Merasa belum sanggup melawan traumanya, Suri menggelengkan kepala, melepasan pelukan Naila dan berlari pergi sambil menangis meninggalkan Arifin dan Naila yang sedih melihat kepergiannya.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Suri, Arifin, Naila dan Hasna sibuk mempersiapkan name tag terkait kegiatan Ramadhan di meja ruang tengah OSIS. Semua terdiam, tidak ada yang bicara, terlihat canggung dan kaku.
Arifin menulis nama para peserta lomba di kartu name tag, Naila yang memasukkan kartu name tag itu ke plastis name tag, sedang Hasna sibuk memasukkan tali ke lubang plastik name tag, dan membuatnya seperti kalung.
Suri memisahkan name tag itu berdasarkan jenis lomba yang diikuti para peserta.

SURI
Aku minta maaf atas kejadian semalam. Aku benar-benar minta maaf.

Arifin, Naila dan Hasna tidak ada yang menanggapi, semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Suri kembali terdiam.
CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Sore

Faris berdiri di depan tim sepak sawut yang kini berjumlah 12 orang. Di depan mereka ada sebongkah sabuk kelapa yang akan dijadikan bola.
FARIS
Sore ini latihan kita dibagi jadi dua group. Per group terdiri dari tiga putra dan tiga putri. Satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan. Group yang paling banyak mencetak gol itulah pemenangnya.
Tim sepak sawut putra dan putri kesal melihat ke Suri. Hanya Naila dan Arifin yang bersikap biasa saja.

FARIS (CONT’D)
Firman, kamu di tim kanan, kamu satu tim sama Arifin, Ody, Hasna, Naila sama Lili. Yang lain di tim kiri.
Firman, Arifin, Ody, Naila, Hasna dan Lili berjalan ke sebelah kanan. Sementara itu Suri berjalan seorang di ke sebelah kiri, sedang Irma, Diah, Heru, Akbar dan Sugeng enggan mengikuti. Melihatnya Faris jadi heran.

FARIS (CONT’D)
Kenapa masih diam?
Dengan enggan, Irma, Diah, Heru, Akbar dan Sugeng berjalan ke sisi kiri, mengikuti Suri.

Masing-masing sudah berada di posisinya, saling berhadapan. Lalu Faris meniup peluit panjang.
Firman dengan cepat menguasai bola, lalu kedua tim berusaha saling kejar dan saling mengoper bola, namun Suri tidak pernah diberi kesempatan membawa bola, dan tidak ada yang memberikan bola ke Suri meski itu teman satu timnya, terlebih Irma.

CUT TO:
Int. Rumah Suri - Ruang Tamu - Malam

Suri duduk melamun di sofa saat Ummi datang menghampirinya.

UMMI
Malam ini, kamu bukan mau latihan sepak sawut?

Suri hanya diam, tampak enggan untuk beranjak.
UMMI (CONT’D)
Ada apa? Kenapa jadi merengut? Kan kamu sendiri yang mau masuk tim sepak sawut? Sekarang sudah masuk, kenapa jadi enggak semangat gitu?

SURI
Aku memang masuk tim sepak sawut, tapi mereka semua menolakku.

UMMI
Terus?
SURI
Terus apa lagi? Aku masih takut sepak sawut. Aku belom berani nendang bola api! Aku bener-bener pengecut! Apa yang mereka katakan sama benar!

UMMI
Sayang, kalo semuanya mudah, itu namanya bukan perjuangan. Kamu harus belajar sedikit demi sedikit.
UMMI (CONT'D)
Tidak ada seorangpun yang baru belajar berdiri langsung bisa lari.

Ummi mengelus bahu Suri dengan lembut.

UMMI (CONT’D)
Ummi yakin, sedikit demi sedikit kamu pasti bisa melawan traumamu. Kamu harus yakin sama Ummi.
UMMI (CONT'D)
Yakin sama diri sendiri. Lebih dari itu kamu harus yakin sama Allah.

SURI
Ummi!

Suri memeluk Ummi, yang dengan lembut membelai kepalanya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang

Naila duduk bersama Hasna di tepi lapangan olahraga. Hasna terus cemberut. Tidak tertarik pembicaraan Naila.

NAILA
Ayo dong, Hasna, bantu Suri. Bantu aku sama Arifin juga.
HASNA
Percuma! Suri pasti enggak berani. Aku males latihan kayak gitu.

NAILA
Kita coba dulu nanti malem. Kita latihan bareng sama Suri. Kamu tau kan tujuan Suri apa?. Menghilangkan traumanya. Menjadikan Ponpes As-Salam jadi juara! Sebagai teman, kita harus saling dukung!
HASNA
(Mendengus kesal)
Ok, sekali ini aja. Kalo Suri enggak berani main sepak sawut, aku enggak mau ikut latihan lagi sama kalian. Aku gak yakin Suri bisa bikin tim kita jadi juara liga sepak sawut!

Hasna dengan kesal berjalan cepat meninggalkan Naila.

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Malam

Naila dan Hasna menghampiri Suri dan Arifin yang sedang duduk menunggunya. Arifin membawa sebongkah sabuk kelapa.
Suri, Naila, Arifin dan Hasna melepas sandal yang mereka pakai dan meletakkannya di pinggir lapangan. Mereka lalu meminum air putih dan melumuri kaki mereka dengan minyak sayur.
Arifin membawa sabuk kelapa ke tengah lapangan diikuti dengan Suri, Naila dan Hasna. Arifin mengambil korek api di saku celananya, lalu melihat Suri yang mulai cemas, Nailapun melihat kecemasan Suri.

NAILA
(Berbisik)
Relex saja, enggak apa-apa, kok.
Suri mengangguk. Hasna kesal melihat Suri cemas. Arifin lalu meyulut korek api ke sabuk kelapa, seketika sabuk kelapa menjadi bola api yang menyala. Suri terkejut dan takut.

ARIFIN
Ok, kita mulai permainannya.
Arifin menendang bola api ke Naila, Naila menendang bola api ke Hasna, Hasna membiarkan bola api itu diam di depannya. Hasna menatap Suri yang ketakutan dengan kesal.

HASNA
Liatkan?. Belum main belum apa, dia udah takut setengah mati!. Gimana mau main sepak sawut?
Naila dan Arifin melihat ke Suri.

NAILA
Ayo, Suri, kamu pasti bisa!

Suri terdiam. Wajahnya takut melihat bola api di depan Hasna. Hasna lalu menendang bola api itu ke Suri. Suri terkejut dan takut, mundur beberapa langkah menghindari bola api tersebut. Arifin dan Naila kecewa.
NAILA (CONT’D)
Ayo, Suri, tendang bolanya!

Suri ketakutan, terus mundur beberapa langkah. Hasna jadi kesal karena Suri tidak kunjung berani menendang bola api.

HASNA
(Ke Naila)
Tuh kan, aku juga bilang apa? Percuma aja!

NAILA
Suri, ayo, tunjukkan keberanianmu.
HASNA
(Kesal ke Suri)
Sejak awal seharusnya kamu enggak usah capek-capek maksain diri masuk tim sepak sawut. Kamu tahu Liga Sepak Sawut tinggal sebentar lagi? Kamu pikir itu permainan apa?
HASNA (CONT’D)
Tim sepak sawut berlatih keras menghadapi pertandingan itu demi kehormatan dan nama baik pesantren. Bukan ketakutan seperti kamu. Sekarang apa? Tiba-tiba kamu datang dan mengacaukan segalanya! Gara-gara kamu tim sepak sawut jadi berantakan!
Dengan kesal Hasna meninggalkan lapangan. Naila dan Arifin melihat kepergian Hasna. Mata Suri berkaca-kaca, ucapan Hasna sangat menyakitkan hatinya.

ARIFIN
Suri, kamu ingat nabi Ibrahim? Nabi Ibrahim enggak mempan dibakar api, karena nabi Ibrahim yakin akan pertolongan Allah.
ARIFIN (CONT'D)
Hanya dengan keyakinan seperti nabi Ibrahim, kamu pasti berani nendang bola api. Hanya dengan keyakinan seperti Nabi Ibrahim kamu pasti punya kekuatan melawan ketakutanmu. Traumamu. Hanya dengan itu kamu bisa.
Suri terdiam, pandangannya tertuju ke bola api. Arifin dan Naila terkejut ketika tiba-tiba Suri menendang bola api di depannya.

SURI
(Teriak)
Allahu Akbar!
Bola api meluncur ke arah Hasna, yang terkejut melihat bola api melayang ke arahnya, dan berhenti tepat di depannya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Sore

Tim sepak sawut sedang berlatih bersama. Mereka menggiring bola dan mengopernya ke tim yang lain. Arifin, Naila dan Hasna secara bergantian mengoper bola itu ke Suri. Sementara itu Faris terus memperhatikan mereka.

CUT TO:
Ext. Puncak Bukit Landai - Malam

Dari api unggun yang menyala, Suri mengambil sebatang ranting kering yang terbakar api lalu menyulutkannya ke sabuk kelapa hingga menjadi bola api.
Suri menendang bola api itu ke Naila yang berada di antara Arifin dan Hasna. Naila mengoper bola api ke Hasna. Hasna mengoper ke Arifin, Arifin mengoper bola api ke Suri. Mereka bermain sepak sawut dengan api unggun yang menerangi malam.
Suri menendang bola api dengan kencang. Bola api meluncur ke arah api unggun. Ketika bola api itu jatuh di atas api unggun, api unggun berkobar semakin besar.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Siang

Suri, Arifin, Naila dan Hasna, duduk di meja tengah ruang OSIS. Di atas meja terlihat berbagai macam brosur UMKM. Mereka melihat beberapa brosur tersebut.

NAILA
Jadi ini UMKM yang mau ikut bazar santri?
ARIFIN
Iya, orang pondok yang kasih.

HASNA
Konsumsi gimana?

SURI
Tenang, konsumsi urusan gampang. Undangan gimana? Sudah beres?

NAILA
Sudah, aku sama Arifin yang kirim.

HASNA
Seharusnya kamu juga.
ARIFIN
Sudah, sudah, jangan mulai lagi. Dari pada ribut, mending besok kita lihat Gebyar Labuhan. Gimana?

Suri, Naila dan Hasna saling pandang, tersenyum semangat.

CUT TO:
Ext. Telaga Sarangan - Jalan Tepi Telaga - Pagi

Suri, Arifin, Naila dan Hasna berdesakan dengan warga lain di pinggir jalan, melihat parade Gebyar Labuhan. Suara musik tradisional mengiringi langkah kaki para penari dan juga parade baju tradisional.
Dengan memakai smartphone dan juga kamera, Suri, Arifin, Naila dan Hasna mengabadikan berbagai atraksi menarik selama parade berlangsung, mulai dari iring-iringan prajurit berkuda, tumpeng raksasa dan iringan hasil bumi yang diusung beberapa lelaki,
juga para gadis berpakaian tradisional yang menabur bunga sepanjang jalan.

Suri, Arifin, Naila dan Hasna mengikuti parade, di antara warga yang berbaris di sepanjang pinggir jalan.
Mereka terlihat ceria, bersenda gurau, sesekali memotret iringan parade, juga selfie bersama dengan para penari.

CUT TO:
Ext. Telaga Sarangan - Pagi

Suri, Arifin, Naila dan Hasna naik di atas speedboard yang melaju di antara speedboard lain yang ramai meninggalkan tepi telaga. Speedboard-speedboard itu ada yang membawa tumpeng raksasa, juga hasil bumi, melaju ke tengah-tengah telaga.
Suri, Arifin, Naila dan Hasna dengan antusias memotret berbagai aktivitas di sekitar mereka selama perjalanan. Speadboard melaju berlatar belakang pulau kecil di tengah telaga, dan juga lereng bukit di kejauhan, juga deretan hotel-hotel di perbukitan.
Sampai di tengah-tengah telaga, speedboard-speedboard itu berhenti, lalu berbagai hasil bumi dan juga tumpeng raksasa dilarung di telaga. Suri, Arifin, Naila dan Hasna, dan warga lain sibuk memotret kegiatan unik tersebut.

CUT TO:
Ext. Rumah Suri - Teras - Malam

Dari bulan yang bersinar terang di langit malam, rumah Suri yang terlihat asri diterangi rembulan. Ummi sudah rapi dengan membawa tas mukenanya, berdiri menunggu Suri.
UMMI
Suri cepetan, ini hari pertama tarawih. Masji bisa penuh. Kita duluan biar kebagian tempat di dalam masjid.

SURI (O.S.)
Iya, Ummi, bentar.

Suri tergesah keluar dengan membawa tas mukena, lalu bersama Ummi berjalan meninggalkan rumah.

CUT TO:
Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putra - Malam

Para makmum berbaris rapi memenuhi ruang sholat. Seorang Imam berdiri membelakangi makmum, membacakan kitab suci Al Qur’an.

CUT TO:
Int. Masjid Ponpes As-salam - Ruang Sholat Putri - Malam

Imam (O.S.) masih membacakan kitab suci Al Qur’an. Para jamaah perempuan yang memenuhi ruang sholat tampak khusus mendengarkan bacaan Al Qur’an.

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Halaman Masjid - Malam

Ummi bersama ibu-ibu lain keluar dari dalam masjid lalu bersama-sama pergi meninggalkan masjid. Menyusul Suri, Naila dan Hasna keluar dari dalam masjid.

NAILA
(Ke Suri)
Gimana, siap tanding sepak sawut lawan Irma?
SURI
Insya Allah dengan bantuan Allah juga kalian, aku pasti bisa.

HASNA
Kita harus menang! Jangan sampai bikin Arifin mulu! Mau taruh mukanya dimana nanti? Masa kapten tim sepak bola enggak bisa masuk tim sepak sawut?

Suri berusaha tersenyum, memantapkan hatinya.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Malam

Arifin, Firman, Faris, Ody, Heru, Akbar, dan Sugeng berdiri di pinggir lapangan menyaksikan pertandingan antara tim Suri dangan tim Irma.
FARIS (V.O.)
Sepak sawut bukan permainan magis, apalagi supranatural. Yang dibutuhkan setiap pemain adalah keyakinan dan keberanian.

Suri, Naila dan Hasna bermain kompak, namun Irma, Lili dan Diah bukan lawan yang mudah, mereka terus menguasai bola api.
FARIS (V.O.)
Harus fokus. Kerjasama antar tim harus kompak. kita tidak bisa lama-lama menguasai bola api, karena itu berbahaya. Bola harus secepatnya dioper untuk menghindari luka dan panas api sambil terus berusaha mencetak gol.
Irma, Lili dan Diah saling mengoper bola api di antara mereka dan berusaha mendekati gawang Suri walau berhasil dicegah Naila dan Hasna.

FARIS (V.O.)
Emosi harus ditaklukkan. Ketakutan harus dikalahkan dengan keberanian karena itulah inti dari permainan sepak sawut.
Suri masih belum mampu menguasai pertandingan, hingga ketika Naila berhasil merebut bola api dari Irma dan mengopernya ke Suri, Suri jadi bingung dan salah menendang bola api ke Diah. Naila dan Hasna mendesah kecewa.
Arifin melihat pertandingan dengan serius, Firman dan teman-temannya tertawa melihat kesalahan Suri. Faris mengamati pertandingan dengan tenang.
Irma, Lili dan Diah tersenyum berhasil menggiring bola api. Hasna berusaha merebut bola api. Sambil mengejar bola api Naila mendekati Suri.

NAILA
(Ke Suri)
Suri, fokus, inget waktu kita latihan, oke?
Suri mengangguk, berusaha mengejar bola api yang kini berada di kaki Lili. Lili mengoper bola api ke Irma. Irma tersenyum mengejek saat Suri berusaha mengejarnya, Irma mengoper bola api ke Diah yang berada beberapa meter dari gawang Suri.
Di pinggir lapangan Arifin cemas, sedang Naila dan Hasna berusaha merebut bola api dari Diah.
Diah mengumpan bola api ke Irma. Dengan penuh emosi Irma menendang bola api ke gawang Suri, namun tendangan itu meleset dan bola api berhasil dikuasai Suri.
Suri dengan cepat menendang bola api ke Hasna. Irma terkejut.
Hasna mengoper bola api ke Naila. Dengan kesal Irma berusaha merebut kembali bola api.
Irma yang emosi jadi lengah, hingga ketika hendak menendang bola api, Irma terjatuh, dan bola api berhasil direbut Hasna yang langsung mengopernya ke Naila.
Naila lalu mengoper bola api ke Suri yang berada dekat di gawang Irma. Dengan pandangan fokus ke bola api, Suri menendang bola api itu sekuat tenaga ke arah gawang. Bola api meluncur cepat ke gawang, dan berhasil masuk gawang. Sontak Arifin melonjak kegirangan.
ARIFIN
(Bersorak kegirangan)
Yeeehhh!!! Goalll!!!

Naila, Irma, Hasna, Firman dan tim sepak sawut lain terkejut. Suri tidak percaya telah berhasil mencetak gol. Faris tersenyum melihat Naila dan Hasna yang langsung memeluk Suri dengan penuh kegembiraan, bersorak-sorai.
Dengan kesal Irma memukul tanah. Lalu Suri menghampiri Irma, dan mengulurkan tangannya. Irma tertegun menatap Suri yang berdiri mengulurkan tangan kepadanya. Naila, Arifin, Hasna, Firman, Faris dan tim sepak sawut lain menatap Suri dan Irma.
Irma menunduk, lalu tersenyum simpul, meraih tangan Suri. Suri membantu Irma berdiri. Arifin, Naila, Hasna dan Faris tersenyum. Lalu tim sepak sawut yang lain menghampiri Suri dan Irma, mereka lalu saling berangkulan, berpelukan erat.

CUT TO:
Image
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Lantai Dua - Pagi

Suri, Arifin, Naila dan Hasna, menempelkan mading di papan pengumuman berisi puisi, cerpen, artikel, dan jadwal mingguan MA Ponpes As-Salam, juga informasi tentang jadwal kegiatan lomba MTQ, lomba qoshidah, kultum dan
buka puasa bersama, sahur on the road, serta penerimaan zakat dan infaq. Para santri berkerumun melihat berbagai informasi tersebut.

CUT TO:
Ext. Lapangan Bola - Sore

Sebuah bola menggelinding di lapangan bola, lalu seseorang menginjak bola tersebut. Ternyata bola itu diinjak Naila. Naila melihat Suri dan Arifin yang berjarak beberapa meter di depannya dengan kesal.
NAILA
Dari tadi kalian disini? Inget enggak ada technical meeting Ramadhan?

Suri dan Arifin saling pandang dan baru ingat.

SURI
Naila maaf, aku bener-bener lupa!
NAILA
Ya, enggak apa-apa. Lagi juga Hasna udah balik ke pondok. Sepertinya kita emang enggak perlu lagi technical meeting.

Naila menendang bola ke Suri, lalu pergi meninggalkan Suri dan Arifin. Suri mengejar Naila.

SURI
Naila, tunggu...
Naila terus berjalan menuju tempat sepedanya berada, meninggalkan Suri yang berusaha mengejarnya. Suri berhenti mengejar Naila ketika sepeda Naila semakin jauh.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Malam

Suri, Naila, Hasna, Irma, Arifin, Firman dan tim sepak sawut lainnya berdiri di depan Faris. Bola api berkobar di hadapan mereka.
FARIS
Waktu pertandingan semakin dekat. Latihan kita akan semakin intensif, semakin keras, semakin semangat. Kita tunjukkan kita tim yang tangguh, tim yang solid.

Faris menatap satu per satu anggota tim sepak sawut.

FARIS (CONT’D)
Kalian siap?
TIM SEPAK SAWUT
(Teriak serempak)
Siaaap!!!

Faris menendang bola api dengan keras hingga melesat ke tengah lapangan. Anggota tim sepak sawut segera mengejar bola api itu, lalu mulai bermain sepak sawut.

CUT TO:
Ext. Establishing Shot: Stadion Olahraga Kabupaten - Malam

CUT TO:
Image
Ext. Stadion Olahraga Kabupaten - Lapangan Bola - Malam

Dari sepanduk bertuliskan: Liga Sepak Sawut 2022, di sudut lapangan bola. Di papan pengumuman terlihat daftar nama-nama pesantren yang mengikuti pertandingan,
yang dibagi menjadi beberapa group, terdiri dari babak penyisihan, Perempat final, semi final dan final.

Keramaian terlihat di setiap sudut lapangan. Para santri dari berbagai pesantren memakai seragam pesantren masing-masing, berbaur dengan penonton lain.
Sayup-sayup terdengar suara tabuhan bedug dan salawat nabi yang dinyanyikan santri putri, berbaur dengan sorak-sorai penonton yang memberikan semangat bagi tim yang bertanding.
Tim sepak sawut Pesantren As-Salam duduk di pinggir lapangan menunggu giliran bertanding. Arifin melihat Suri gugup duduk di samping Naila. Naila merangkul Suri, berusaha menenangkannya. Suri berusaha tersenyum.
Dari arah pintu masuk, tim sepak sawut Indra berjalan ke pinggir lapangan, melihat Suri dan tim sepak sawutnya, Indra tersenyum sinis. Tim sepak sawut Pesantren As-Salam hanya diam. Dengan angkuh Indra dan timnya berjalan menuju sisi lain pinggiran lapangan bola.
FIRMAN
Huh, lagaknya udah kayak juara aja! Kita harus kasih mereka pelajaran!

ARIFIN
Tenang! Kita liat aja nanti.

CUT TO:

Di lapangan tim sepak sawut putra Pesantren As-Salam bertanding melawan tim putra dari pesantren lain. Pertandingan berjalan dengan seru.
Suri, Naila, Arifin, Hasna, Irma, Faris, Lili dan Diah, melihat pertandingan dengan serius.

FARIS
(Ke Suri dan Arifin)
Untuk sementara kalian di bangku cadangan. Kita lihat dulu perkembangan selanjutnya.

Suri dan Arifin mengangguk.
Tim sepak sawut lawan berusaha mengejar Firman yang menggiring bola api menuju gawang, namun Firman terus melaju. Saat gawang lawan semakin dekat, Firman langsung menendang bola api ke gawang lawan, dan berhasil mencetak gol.
Suri, Naila, Arifin, Faris dan tim sepak sawut lain bersorak gembira, begitu juga dengan para penonton.

Di papan pengumuman tertulis Pesantren As-Salam dan Pesantren At-Taqwa lolos babak penyisihan, bersama dua Pesantren lainnya, dari tim putra dan tim putri.

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Teras Masjid - Malam

Para santri putra duduk melingkar, dengan khidmat membacakan Utawen secara bersama-sama diiring tabuhan bedug dan kentongan yang ditabuh Arifin dan Firman mengiringi lantunan Utawen yang dibacara para santri.
Suri, Naila, Irma, santri putri lain dan juga warga desa menyaksikan tradisi Utawen dengan penuh antusias. Sesekali memotret tradisi unik tersebut dengan ponsel masing-masing.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Malam

Tim sepak sawut putra dan putri dipisah. Satu di sisi kanan lapangan, satunya di sisi kiri. Mereka bermain sepak sawut dengan bola apinya yang menyala. Faris dengan cermat memperhatikan permainan tersebut.
Suri menunjukkan perkembangannya dalam bermain sepak sawut. Suri tidak lagi takut menendang bola api. Suri terlihat giat dan bersemangat berlatih bersama tim putri. Suri sudah bisa menendang, menggiring maupun mengoper bola api.
Kini tim sepak sawut putri terlihat solid dan kompak.

Sementara itu Arifin semakin menunjukkan kecakapannya bermain sepak sawut. Arifin berhasil mengecoh tim putra lainnya, dan berhasil mencetak gol. Arifin dan Firman bersaing ketat dalam setiap latihan.

CUT TO:
Ext. Stadion Olahraga Kabupaten-Lapangan Bola - Malam

Di tengah lapangan, tim sepak sawut putri Pesantren As-Salam bertanding melawan tim putri lain. Mereka saling mengejar dan memperebutkan bola api.
Suri, Arifin, Firman, Faris dan tim putra menyaksikan pertandingan tersebut.
Naila, Irma, Hasna, Lili dan Diah terus berusaha mengusai bola, sedang tim lawan berusaha untuk merebut bola. Saat gawang lawan semakin dekat, Irma mengoper bola api ke Naila yang berada lebih dekat dengan gawang lawan,
tanpa buang waktu Naila langsung menendang bola api ke gawang dan berhasil mencetak gol.

Suri, Arifin, Firman, Faris dan tim putra bersorak gembira, begitu juga dengan penonton yang menyaksikan pertandingan.

CUT TO:
Di atas papan pengumuman, tertulis tim sepak sawut Pesantren As-Salam Putri lolos ke semi final.

CUT TO:

Kini di lapangan bola tim sepak sawut Pesantren As-Salam Putra berlaga menghadapi tim dari pesantren lain.
Mereka bersaing sangat sengit dan berusaha saling mengusai bola api.

Suri, Arifin dan Faris memperhatikan pertandingan itu, begitu juga dengan Naila, Hasna, Irma, Lili dan Diah. Jam timer menunjukkan waktu tersisa tinggal 5 menit lagi.
Sementara kedudukan pertandingan kedua tim masih 0-0. Sampai tiba-tiba seseorang menjegal kaki Ody yang sedang menggiring bola ke gawang lawan. Ody tersungkur jatuh. Wasit mengeluarkan kartu kuning ke pemain tersebut.
Firman kesal menatap orang yang menjegal Ody, Heru yang berdiri di dekat Ody mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, tapi Ody kesakitan, memegang kakinya yang terkilir.
Firman, Heru, Akbar dan Sugeng menghampiri Ody, lalu seorang tim medis memasuki lapangan. Tim medis membopong Ody keluar dari lapangan dengan tandu.
Dengan cemas Suri dan tim putri menghampiri Ody di pinggir lapangan. Sementara Faris dengan cepat mengisyaratkan agar Arifin masuk ke lapangan menggantikan Ody.
Dengan sigap Arifin berlari masuk ke lapangan disambut oleh Firman, Heru, Akbar dan Sugeng yang seolah mendapat semangat baru.

Peluit berbunyi dan pertandingan kembali di mulai. Perpaduan antara Arifin dan Firman membuat tim semakin kuat dan solid.
Mereka terus berhasil mendesak tim lawan, hingga sebelum waktu pertanding berakhir dalam waktu 27 detik, Firman berhasil mencetak gol dari umpan yang berikan Arifin.
Suara gagap gempita terdengar riuh-rendah, diikuti peluit panjang Wasit yang menandakan berakhirnya pertandingan
Firman dan Arifin adu toss. Faris tersenyum senang. Suri, tim putri dan juga Ody bersorak gembira atas kemenangan tersebut, namun karena terlalu semangat Ody meringis kesakitan. Suri, Naila dan tim putri tertawa melihat Ody kesakitan.

CUT TO:
Di papan pengumuman tercatat tim sepak sawut Pesantren As-Salam, Pesantren At-Taqwa berhasil lolos ke semi final.

CUT TO:
Usai pertandingan, tim sepak sawut Pesantren As-Salam bersiap-siap merapihkan barang-barang yang mereka bawa ke dalam tas. Suri duduk menunggu tim sepak sawut selesai berkemas.
Dari pinggir lapangan bola, Indra dan timnya menghampiri Suri dan berdiri di depannya, dengan gaya angkuh dan sombong. Indra menatap Suri dengan senyum mengejek dan merendahkan.
INDRA
Oh, ternyata yang mau bela Ponpes As-Salam menang Liga Sepak Sawut cuma pemain cadangan?. Pantes baru liat bola api aja udah ketakutan setengah mati kayak orang liat hantu.

Indra dan timnya tersenyum mengejek. Suri hanya diam berusaha tidak peduli.
INDRA (CONT’D)
Denger-denger, kamu juga ya, yang mau balikin kejayaan Ponpes As-Salam?. Hahaha... Kebanyakan mimpi dia... Halu.

Indra dan timnya tertawa.
Saat sedang berkemas, Arifin melihat Indra berdiri di depan Suri dengan sikap mengintimidasi. Arifin segera menutup risleting tasnya dan berjalan menghampiri Suri dan Indra.

INDRA (CONT’D)
Udahlah enggak usah sok jadi pahlawan kesiangan!
Suri dengan kesal menatap Indra. Arifin menghampiri Suri dan berdiri di sampingnya.

ARIFIN
Ada apa ini?. Siapa yang pahlawan kesiangan?.

Indra dengan sinis berpaling ke Arifin.

INDRA
Mau belain dia?

ARIFIN
Kalo iya, kenapa?
Suri dengan cemas menarik tangan Arifin, tapi Arifin enggan beranjak pergi.

SURI
Sudah, sudah, kita pergi saja. Percuma ladenin orang kayak gitu.

INDRA
(Ke Suri)
Ternyata kamu belom berubah juga. Masih penakut seperti dulu.
Tiba-tiba Arifin menonjok Indra. Tidak terima Indra membalas menonjok Arifin, lalu keduanya terlibat dalam perkelahian. Suri terkejut berusaha mererainya namun tidak bisa. Keduanya sangat emosi dan terus berkelahi.
Tim Pesantren As-salam dan Tim Pesantren At-Taqwa terkejut melihat perkelahian tersebut. Kedua tim berusaha mererai Arifin dan Indra yang berkelahi dengan sengit.
Suri dan tim putri cemas dan takut melihat perkelahian antara Arifin dan Indra. Mereka saling adu tonjok, tendang dan pukul.
Melihat keributan, Faris segera datang dan mererai perkelahian. Faris menahan Arifin menyerang Indra, memegangi Arifin dengan kuat dari belakang hingga Arifin tidak bisa bergerak. Sementara tim Indra berusaha menahan Indra.
FARIS
Ada apa ini?

ARIFIN
(Marah ke Indra)
Kamu liat nanti, aku yang akan melawanmu di final. Aku yang akan mengalahkanmu, bukan Suri!

CUT TO:
Ext. Masjid Ponpes As-salam - Halaman Masjid - Siang

Para santri keluar dari dalam masjid dengan membawa kitab kuning, berjalan menuju ke tempat masing-masing.
Sementara di halaman masjid, seorang santri berdiri seorang diri dengan membaca kitab kuning yang dipegangnya. Santri lain mengacuhkannya karena tahu santri itu sedang dihukum.

CUT TO:
Ext. Pesantren As-salam - Lapangan Olahraga - Malam

Dengan kaki dibalut perban, Ody duduk di pinggir lapangan, di temani Faris yang berdiri di dekatnya, melihat latihan yang dilakukan tim sepak sawut putra dan putri di tengah lapangan.
Latihan ini menunjukkan tim mereka semakin solid dan semakin bisa bekerjasama antar anggota tim. Ody memperhatikan Suri yang kini tidak lagi takut mengejar dan menendang bola api. Suri dan tim lainnya terlihat seru bermain bola api.
ODY
Bener-bener enggak nyangka, Suri berani main sepak sawut!.

Faris tersenyum sambil terus menyaksikan jalannya latihan.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Siang

Stand-stand bazar santri berdiri di sepanjang tepi lapangan olahraga yang ramai dikunjungi oleh para santri dan warga yang melihat berbagai aneka produk kerajinan dan olahan UMKM para alumni Santri.
Penjaga stand dengan antusias melayani para santri dan warga yang berkunjung.
Di sisi lain lapangan bola terlihat sebuah panggung dan dekorasi yang indah, dengan bangku-bangku berjejer rapi menghadap panggung, yang ramai oleh para santri dan warga yang duduk mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur’an yang dibacakan seorang peserta lomba MTQ.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Kepala Sekolah - Sore

PAK IMRON, kepala sekolah, Guru BP dan Guru Olahraga berdiri menyambut kehadiran Mbah Kyai, Pak Kyai, Ulama dan tamu undangan lain. Mempersilahkan mereka duduk di sofa.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Lapangan Olahraga - Sore

Sinar matahari semakin redup menyinari lapangan olahraga. Stand-stand bazar santri masih ramai dikunjungi para santri dan warga dengan yang datang.
Di depan panggung, para santri dan warga semakin ramai memenuhi bangku-bangku yang tersedia, bahkan ada yang berdiri melihat lomba qoshidah di atas panggung. Suara merdu peserta lomba qoshidah terdengar syahdu diiringi musik rabbana.
Mbah Kyai, Pak Kyai, Pak Imron, Guru BP, Guru Olahraga, para ulama, dan tamu undangan lain, duduk dibangku paling depan.
Dengan memakai kamera, Arifin sibuk memotret group qoshidah dan tamu undangan yang datang, sedang Hasna menjadi MC, berdiri di pinggir panggung dengan membawa microphone.

CUT TO:
Int. Ma Ponpes As-salam - Ruang Osis - Sore

Suri sibuk menyiapkan sertifikat lomba MTQ dan lomba qoshidah, lalu Naila masuk dan menghampirinya.

NAILA
Suri, konsumsi gimana? Mbah Kyai sama Pak Kyai udah dateng. Ulama sama tamu undangan juga udah pada dateng.
SURI
(Terkejut)
Astagfirullah, Naila, aku lupa!.

NAILA
Astagfirullah, Suri, apanya yang lupa?

SURI
(Panik)
Takjil! Sepertinya masih kurang.
NAILA
(Kesal)
Takjil? Terus gimana? Ini gara-gara kamu sibuk urusin sepak sawut, jadi program Ramadhan enggak kepegang. Benerkan yang aku bilang?
SURI
Iya, aku salah. Aku minta maaf. Tapi sekarang bukan saatnya berdebat! Tolong aku ya! Aku butuh bantuan kamu sama teman-teman agar acara ini berjalan baik.

Naila melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 17:03.
NAILA (CONT’D)
Kita cuma ada waktu sejam buat siapin takjil.

Suri segera merapihkan sertifikat lomba dan menyambar tasnya.

SURI
(Terburu-buru ke Naila)
Ikut aku!

NAILA
Kemana?

Suri menarik tangan Naila lalu bergegas keluar.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Halaman Depan - Sore

Suri, Naila, Irma, Diah dan Lili, memakai helm. Masing-masing naik ke atas motor Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus. Mereka lalu mengendarai motor meninggalkan halaman sekolah.
Hasna dan Ody yang kakinya masih dibalut perban, tetap di sekolah. Ody memegang kamera. Mereka cemas, melihat rombongan motor semakin menjauh.

CUT TO:
Ext. Jalan Pedesaan - Sore

Dengan mengendarai motor, Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus, menyusuri jalanan yang berkelok, menuruni tikungan tajam, dan melewati jalan dengan tepi jurang di sisinya.

CUT TO:
Ext. Pasar - Sore

Suasana pasar di pinggiran jalan raya sangat ramai dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya, yang menjual aneka makanan khas berbuka puasa.
Arifin, Firman dan lainnya menghentikan motor di pinggir jalan, lalu Suri, Naila, Irma, Diah dan Lili segera turun sambil melepas helm.
Mereka bergegas mendatangi para pedagang makanan berbuka berupa aneka kue dan kolak, dan memborong makanan tersebut. Para pedagang memasukkan makanan itu ke kantong plastik.
Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus menempatkan kantong plastik berisikan makanan berbuka ke atas motor. Setelah motor penuh, mereka bergegas naik ke motor. Masing-masing lalu memakai helm. Motorpun meninggalkan kesibukan pasar.

CUT TO:
Ext. Ma Ponpes As-salam - Koridor Sekolah - Sore

Dengan cepat Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus, membawa kantong plastik berisi takjil menuju aula sekolah.
MBAH KYAI (O.S.)
Semua orang pasti pernah merasakan takut, tidak terkecuali junjungan kita Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa salam.

INTERCUT:
EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - SORE

Mbah Kyai duduk di panggung, di depan para guru, ulama, santri, dan warga yang dengan khitmad mendengarkan ceramah.
MBAH KYAI
Rasa takut dalam diri manusia itu wajar. Tapi rasa takut Rasulullah tidak sama seperti rasa takut dari kebanyakan manusia. Manusia cenderung lebih takut pada orang yang lebih kuat, lebih berkuasa, lebih terhormat, lebih kaya,
MBAH KYAI (CONT'D)
atau takut pada usahanya, takut pada jabatannya, takut miskin, takut gagal, namun tidak demikian dengan Rasulullah. Rasa takut Rasulullah hanya satu, yaitu takut kepada Allah ta’ala.

INTERCUT:
INT. MA PONPES AS-SALAM - AULA - SORE

Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus, meletakkan kantong plastik berisi makanan berbuka di lantai. Suri, Naila, Irma, Diah dan Lili lalu mengeluarkan nasi kotak dari dalam pastik.
NAILA
Yang datang banyak sekali. Sepertinya nasi kotaknya kurang.

SURI
Kita pisahkan dulu makanan berbuka buat Mbah Kyai, guru, ulama sama tamu undangan lain. Untuk santri, kita gunakan cara ala santri!

Semua terdiam, memandang ke Suri.

INTERCUT:
EXT. KEBUN PISANG - SORE

Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus, dengan memakai pisau, mereka sibuk memotong daun-daun pisang.
MBAH KYAI (O.S.)
Al-Quran menyebutkan, Allah akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Namun berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

INTERCUT:
EXT. MASJID PONPES AS-SALAM - TEMPAT WUDHU PUTRI - SORE

Suri, Naila, Irma, Diah dan Lili, sibuk mencuci tumpukkan daun-daun pisang dari keran air yang mengalir.
MBAH KYAI (O.S.)
Cara menghadapi rasa takut itu adalah dengan sabar dan sholat sebab Allah bersama orang-orang yang sabar dan sholat.
MBAH KYAI (O.S) (CONT'D)
Allah menyebut dalam surat Al Imran ayat 160 yang berbunyi: In yanshurkumu allaahu falaa ghaaliba lakum wa-in yakhdzulkum faman dzaa alladzii yanshurukum min ba'dihi wa'alaa allaahi falyatawakkali almu'minuuna.

INTERCUT:
INT. MA PONPES AS-SALAM - AULA - SORE

Suri, Naila, Irma, Diah dan Lili, mengeringkan daun-daun pisang yang basah dengan lap kering. Arifin, Firman, Hadi, Sugeng dan Agus, dengan segara menyusun daun-daun pisang itu berjajar rapi membentuk barisan di lantai aula.
MBAH KYAI (O.S.)
Jika Allah menolongmu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkanmu. Jika Allah membiarkanmu, tidak menolongmu, maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu selain dari Allah? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.

CUT TO:
EXT. ESTABLISHING SHOT: MASJID PONPES AS-SALAM - MALAM

CUT TO:

EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - MALAM

Sayup-sayup terdengar suara adzan maghrib berkumandang (O.S.). Stand-stand yang berada di lapangan bola sepi. Begitu juga dengan panggung.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG KEPALA SEKOLAH - MALAM

Pak Imrom, Mbah Kyai, Pak Kyai, Guru BP, Guru Olahraga, ulama dan tamu undangan duduk di bangku yang tersedia, menikmati makanan berbuka dari nasi kotak yang tersedia.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - AULA - MALAM

Para santri putra dan putri duduk terpisah. Dengan penuh khidmat dan khusyu menyantap nasi dan lauk pauk yang beralaskan lembaran daun pisang. Irma, Diah, Lili, Firman, Hadi, Sugeng, Agus dan Ody, duduk di antara mereka.

CUT TO:
Di depan pintu aula, Suri, Arifin, Naila dan Hasna berdiri sambil memberikan kurma dan air mineral kepada para santri yang mengantri masuk ke dalam aula.

CUT TO:

EXT. ESTABLISHING SHOT: PEGUNUNGAN - SUBUH

CUT TO:

EXT. ESTABLISHING SHOT: MA PONPES AS-SALAM - PAGI

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG KEPALA SEKOLAH - PAGI

Pak Imron melempar proposal Kegiatan Ramadhan di atas meja. Wajahnya terlihat marah menatap Suri yang berdiri di depannya dengan wajah tertunduk sedih.
PAK IMRON
Baru kali ini buka puasa bersama di pesantren kita makanannya kurang!. Dimana tugas dan tanggung-jawabmu sebagai ketua OSIS?. Bapak sebagai kepala sekolah sangat malu hal ini sampai terjadi di depan para ulama dan tamu undangan.

Suri terdiam, matanya berkaca-kaca.
PAK IMRON (CONT’D)
Bapak dapat laporan dari Guru BP, belakangan ini kamu sering lalai tugas sama tanggung-jawabmu sebagai ketua OSIS karena sibuk sepak sawut. Benar begitu?

SURI
Maafkan saya, Pak.

PAK IMRON
Nilai pelajaranmu juga terus turun.
SURI
Semua salah saya. Saya minta maaf.

PAK IMRON
Baik, karena itu Bapak terpaksa memberhentikanmu sebagai ketua OSIS dan mencabut beasiswamu.

Suri terkejut, menangis.

SURI
Tapi Pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi.
PAK IMRON
Tentu saja, sebab kalau sampai kamu ulangi lagi, kamu bukan hanya dikeluarkan dari sekolah ini, tapi juga dari pesantren ini. Apa itu sudah cukup jelas?

Airmata Suri makin deras membasahi pipinya.
PAK IMRON (CONT’D)
Bapak juga akan bubarkan tim sepak sawut. Bapak dengar ada keributan selesai pertandingan, dan itu karena kamu!

SURI
Pak...

PAK IMRON
(Tegas)
Sudah cukup. Kamu tidak perlu lagi banyak alasan.
PAK IMRON (CONT’D)
(Jeda. Melunak)
Suri, Bapak tidak tau apa yang menyebabkanmu sampai seperti ini. Kamu siswa cerdas dan berbakat. Terus terang Bapak sangat kecewa. Bapak harap kamu memperhatikan apa yang telah terjadi.
PAK IMRON (CONT’D)
(Menghela nafas)
Sekarang kamu boleh keluar. Jaga sikap dan pribadimu. Orang akan menilaimu dari situ.

Suri menangis, berusaha menghapus airmatanya.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG OSIS - SIANG

Suasana terlihat sangat canggung dari biasanya. Suri, Naila, Hasna dan Arifin, duduk terdiam. Sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Suri merapihkan barang-barangnya, tanpa sengaja Suri melihat timeline latihan sepak sawut di dinding.
Pintu terbuka, Irma dan Firman masuk dan langsung menghampiri Suri.

IRMA
Benar tim sepak sawut mau dibubarin?

Suri terdiam. Naila, Hasna dan Arifin terkejut.

IRMA (CONT’D)
Cepat jawab!
IRMA (CONT’D)
(Kesal)
Ini semua pasti gara-gara kamu! Aku enggak terima tim sepak sawut dibubarin gara-gara kesalahanmu. Kamu tau, gimana perjuangan kami biar bisa ikut Liga Sepak Sawut?
FIRMAN
Pokoknya aku enggak peduli gimana caranya, kamu harus tanggung-jawab jangan sampai tim sepak sawut dibubarin!

Irma dan Firman bergegas pergi. Naila lalu menghampiri Suri.
NAILA
Benerkan yang aku bilang?. Sekarang terserah, aku enggak peduli lagi.

Naila meninggalkan Suri, diikuti Hasna. Di ruangan itu kini hanya ada Suri dan Arifin. Arifin lalu menghampiri Suri.
ARIFIN
Kamu tahu kenapa aku mau melatihmu? Aku pikir kamu gadis hebat, yang bisa bertanggung-jawab atas semua ucapan dan perbuatanmu. Aku pikir kamu bisa, ternyata tidak.

Suri terdiam, wajahnya tertunduk sedih. Matanya berkaca-kaca.
ARIFIN (CONT’D)
Sepertinya aku salah menilai orang.

Arifin pergi meninggalkan Suri. Pintu ruang OSIS tertutup, Suri berdiri seorang diri. Kemudian Suri menangis, duduk di bangku dengan wajah tertunduk sedih.

CUT TO:

FLASHES
EXT. TELAGA SARANGAN - SIANG

Suri menyusuri telaga, wajahnya sedih melihat hamparan telaga yang terbentang luas di depannya.

- (SC.151 B EXT. AIR TERJUN TIRTASARI - SORE). Suri menyusuri jalan setapak yang dipenuhi pepohonan rimbun.
Suri berjalan menaiki anak tangga menuju puncak air terjun. Suri berdiri di jembatan berlatar-belakang air terjun, menatap lembah dan pegunungan yang terhampar di hadapannya.
- (SC.151 C EXT. ALUN-ALUN KOTA - MALAM). Suri duduk termangu seorang diri di antara keramaian orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Lampu-lampu taman menerangi keindahan alun-alun.
Melihat anak-anak muda bercengkrama dengan teman-temannya, Suri merasa sangat sedih, berpaling mengalihkan pandangannya.

CUT TO:
EXT. RUMAH SURI - TERAS - MALAM

Dari halaman, Suri berjalan menuju teras rumah, dan melihat Ummi berdiri menunggunya. Wajah Ummi terlihat sedih. Suri hanya terdiam, menghindari tatapan Ummi, dan hendak segera masuk ke dalam rumah.
UMMI
Tadi Ummi dipanggil ke sekolah. Mereka bilang beasiswamu dicabut.

Suri terdiam, berhenti melangkah. Menundukkan kepalanya.
UMMI (CONT’D)
Ummi sangat kecewa. Suri, kamu satu-satunya harapan Ummi. Ummi selalu berharap yang terbaik buat kamu.

Airmata menetes di pipi Suri.
UMMI (CONT’D)
Ummi harap, ini bisa jadi pelajaran berharga buatmu ke depan.

Ummi kemudian masuk ke dalam rumah. Airmata Suri makin deras membasahi pipinya.

CUT TO:
INT. RUMAH SURI - KAMAR SURI - MALAM

Suri duduk di meja belajar, menghapus airmata yang mengalir di pipinya. Suri mengambil sebuah buku, dan mulai menulis sebuah surat. Suri menulis sambil sesekali menyeka airmatanya.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG OSIS - PAGI

Arifin, Naila dan Hasna yang sibuk membuat mading, seketika terdiam ketika melihat Suri masuk. Suri mendekati mereka, lalu meyodorkan amplop putih yang diambil dari dalam tasnya ke atas meja.
SURI
Ini surat pengunduran diriku. Sebelumnya aku mohon maaf. Terima kasih karena selama ini kalian sudah menjadi sahabat, teman dan tim terbaikku.
Arifin, Naila dan Hasna melihat Suri, yang meninggalkan ruangan, meninggalkan sepucuk surat di meja.

CUT TO:
EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - SIANG

Suri berjalan mendekati tim sepak sawut yang sedang berlatih. Melihat kedatangannya, tim sepak sawut berhenti berlatih, mereka terlihat kesal dan tidak suka kehadiran Suri.
IRMA
Mau apa lagi kesini?

SURI
Aku mau minta maaf. Aku tau aku salah. Aku ingin mengundurkan diri dari tim sepak sawut. Sebelum keluar, aku mau minta maaf.

IRMA
Bagus, setelah tim ini terancam dibubarkan. Terus?
Mata Suri berkaca-kaca.

SURI
Irma, aku akan berusaha agar tim sepak sawut tidak dibubarkan. Hanya itu yang bisa aku coba. Mohon maaf, mengecewakan kalian semua.
Suri berpaling, meninggalkan tim sepak sawut yang melihat kepergiannya. Suri berjalan sambil menghapus airmatanya.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG KEPALA SEKOLAH - SIANG

Suri berdiri di depan Pak Imron yang duduk di meja kerja.

SURI
Pak, aku sudah mengundur diri jadi Ketua OSIS, juga dari tim sepak sawut. Sebagai tanggung-jawab aku sebagai siswa di sekolah, dan pesantren ini. Semua salahku
SURI (CONT'D)
Untuk itu aku mohon kebijaksanaan Bapak untuk tidak membubarkan tim sepak sawut. Tim sepak sawut tidak patut menerima hukuman dari kesalahanku. Bila Bapak ingin menghukum, hukumlah aku, jangan hukum tim sepak sawut.
SURI (CONT’D)
Saat ini mereka sedang berjuang menghadapi Liga Sepak Sawut. Pertandingan ini sangat penting buat mereka. Bukan untuk menang atau kalah. Bukan sekedar untuk nama baik tim sepak sawut, nama baik pesantren ini.
SURI (CONT'D)
Tapi untuk semangat bertanding, semangata berlatih, semangat juang, yang ada pada diri mereka. Para santri, siswa sekolah ini yang patut diperjuangkan. Apa jadinya bila tim sepak sawut dibubarkan?.

CUT TO:
INT. RUMAH SURI - RUANG TAMU - SORE

Ummi memeluk Suri yang menangis di pelukkannya.
UMMI
Sudah, jangan menangis. Ummi sudah maafkan sebelum kamu minta maaf.

CUT TO:
EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - MALAM

Tim sepak sawut berlatih. Tim putra melawan tim putri. Mereka berkejaran saling memperebutkan bola.
Faris memperhatikan timnya yang sedang berlatih. Ody yang masih dibalut perban, duduk melihat teman-temannya yang sedang berlatih.

ODY
Seandainya Suri di sini. Tim kita akan semakin lengkap.

Faris melihat Ody yang duduk di dekatnya.

CUT TO:
EXT. STADION OLAHRAGA KABUPATEN - LAPANGAN BOLA - MALAM

Arifin, Naila, Hasna, Irma, Firman, Faris dan tim sepak sawut lainnya duduk di pinggir lapangan bola, melihat Indra dan timnya memasuki lapangan, beriringan dengan tim lawan dari pesantren yang lain.
Saat berjalan menuju ke tengah lapangan, Indra melirik ke tempat tim Ponpes As-Salam, dan dia tidak melihat Suri di antara mereka, Indra tersenyum.

CUT TO:
Indra berlari mengejar bola api, diikuti timnya dan tim lawan namun Indra berhasil lebih dulu membawa bola api itu di kakinya. Indra menggiring bola api itu menuju gawang lawan. Ketika ada tim lawan yang menghadangnya, Indra segara mengoper bola api itu ke timnnya yang lain.
Tim Indra terus bergerak maju mendesak pertahanan lawan, mereka berhasil menguasai bola api. Tim lawan berusaha menghalangi laju tim Indra tapi sering kali gagal.
Ketika Indra mendapat kesempatan menendang bola api ke gawang lawan, Indra langsung menendangnya dengan keras. Bola meluncur ke gawang dan berhasil mencetak gol. Indra dan timnnya bersorak gembira. Penonton berteriak riuh rendah.

CUT TO:
Di lapangan, Hasna berhasil merebut bola, lalu mengopernya ke Naila. Dengan cepat Naila mengoper bola ke Irma yang berada dekat dengan gawang lawan, dan sekali tendang bola api menerobos gawang lawan.

Arifin, Firman, Faris, Ody, Hadi, Sugeng, dan Agus bersorak gembira.
Penuh kegembiraan Naila, Irma, Hasna, Lili dan Diah saling berpelukan. Melihat tim putra bersorak-sorai, tim putri seakan melihat Suri turut bersorak-sorai di antara mereka.

SPLIT SCREEN:

FLASHBACK
-(SC. 108 EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN BOLA - SORE). Arifin, Naila dan Hasna secara bergantian mengoper bola ke Suri.

-(SC. 117 EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN BOLA - MALAM). Irma terjatuh. Irma meraih tangan Suri.
-(SC. 123 EXT. STADION OLAHRAGA KABUPATEN - LAPANGAN BOLA - MALAM). Suri, Naila, Arifin, Faris dan tim sepak sawut lain bersorak gembira.

-(SC. 125 EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - MALAM). Suri terlihat giat dan bersemangat berlatih bersama tim putri.

CUT TO:
Tim putra Pesantren As-Salam dan tim lawan berjalan memasuki lapangan. Ketika mereka tiba di tengah lapangan, sabuk kelapa disundut pakai api obor. Sabuk kelapapun berubah menjadi bola api dan langsung diperebutkan oleh para pemain.
Naila, Hasna, Irma dan tim sepak sawut putri, menyemangati pertandingan yang berlangsung seru antara kedua tim.

CUT TO:
Di papan pengumuman tertulis tim sepak sawut putri dan putra Pesantren As-Salam lolos ke final bersama tim Pesantren At-Taqwa dan satu tim putri dari Pesantren Nurul Quran.

CUT TO:

Dengan geram Indra yang mengambil tasnya dan pergi meninggalkan stadion diikuti timnya.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG OSIS - PAGI

Arifin, Naila dan Hasna duduk dengan bosan.

NAILA
Prepare sahur on the road, sudah sampai mana?

HASNA
Enggak tau. Yang usulkan Suri.

ARIFIN
Kita enggak mungkin batalin, kita uda ngomong sama yayasan.

Naila dan Hasna terdiam.
NAILA
Gimana kalo Suri kita masukin lagi jadi panitia?

HASNA
Buat apa?. Liat, gara-gara dia acara buka puasa jadi berantakan. Mending kita cari anggota lain.
NAILA
Yang kita butuhkan sekarang pemimpin yang bisa jalani kegiatan ini. Kita udah enggak ada waktu buat cari pengganti Suri, atau anggota baru.
NAILA (CONT'D)
(Menghela nafas)
Satu-satunya orang yang paling tau tentang sahur on the road cuma Suri. Dia udah minta maaf. Kenapa kita enggak kasih Suri kesempatan menyelesaikan apa yang sudah dia mulai? Dengan apa yang sudah terjadi, aku rasa Suri bakal lebih hati-hati.
Arifin dan Hasna saling berpandangan, bimbang dan ragu.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - RUANG KEPALA SEKOLAH - PAGI

Arifin, Naila dan Hasna duduk di sofa, di hadapan Pak Imron.

PAK IMRON
Jadi seperti itu permasalahannya?
NAILA
Iya, Pak. Lagi pula kami anggota tim sepak sawut. Saat ini kami akan menghadapi final Liga Sepak Sawut. Kami sangat sulit mengatur kegiatan ini bila tiba-tiba ada panitia yang mengundurkan diri dalam waktu secepat ini, sedang banyak kegiatan yang akan kami jalankan.
ARIFIN
Kami juga mohon Pak, jangan bubarkan tim sepak sawut. Beri kami kesempatan. Kami janji akan melakukan yang terbaik. Kami ingin mengembalikan kejayaan tim sepak sawut!. Itu yang aku dan Suri inginkan. Yang kami inginkan.
NAILA
Kami kira Suri tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang sudah terjadi sebelumnya. Mohon Bapak pertimbangkan.

Pak Imron menarik nafas berat.
PAK IMRON
Baiklah, karena kalian sendiri yang minta, Bapak izinkan. Dengan syarat Suri hanya membantu selama kegiatan Ramadhan, dan tim sepak sawut kembali berjaya.

Arifin, Naila dan Hasna mengangguk setuju.

CUT TO:
INT. MA PONPES AS-SALAM - KELAS SURI - SIANG

Sambil membaca buku, Suri mencatat di buku tulisnya. Arifin, Naila dan Hasna datang menghampiri Suri dengan agak ragu.

NAILA
Suri bisa kami minta bantu sesuatu?

SURI
(Sambil tetap menulis)
Apa?
Naila melirik Arifin dan Hasna sebelum melanjutkan perkataannya.

NAILA
Kami mau kamu kembali ke OSIS, siapkan sahur on the road.

SURI
Maaf, aku kan bukan anggota OSIS lagi. Aku enggak mau lagi kecewain OSIS ataupun pesantren.
ARIFIN
Sahur on the road itu usulmu. Tidak mungkin tiba-tiba dibatalkan di tengah jalan.

Suri terdiam, tidak lagi mencatat di bukunya.

SURI
Terus kenapa?. Bukan berarti aku harus ikut, kan?.
HASNA
Kamu tenang aja, kami sudah bicara sama Pak Imron, dan Pak Imron setuju.

Suri terkejut menatap Hasna.

CUT TO:
EXT. PERTIGAAN JALAN - SORE

Suri bersepeda menuju ke pertigaan jalan. Dari arah Pesantren As-Salam, muncul Arifin, Naila, Irma dan Firman, yang juga bersepeda. Melihat Suri, Naila menghentikan sepedanya, diikuti yang lain, begitu juga dengan Suri.
NAILA
Suri, kamu mau kemana?

SURI
Pesantren At-Taqwa.

NAILA
Buat apa kesana?

SURI
Aku mau minta maaf sama Indra.

Naila melirik teman-temannya.

NAILA
(Penasaran dan bingung)
Iya, tapi buat apa?
SURI
Aku enggak mau lagi ada masalah antara Pesantren As-Salam dan Pesantren At-Taqwa terus berlanjut. Semua salahku. Sudah sepatutnya aku minta maaf. Semua udah cukup. Aku enggak mau masalahanku sama Indra sampai libatkan tim sepak sawut, apalagi pesantren.
Firman kesal, turun dari sepeda.

FIRMAN
Maksudmu, kita ngaku kalah? Yang ada mereka kira kita tim pengecut! Tim pecundang!.
SURI
Aku enggak mau lagi ada perselisihan. Kalaupun nanti kalian bertanding, itu adalah pertandingan kalian sebagai tim sepak sawut, bukan karena masalah lain.

IRMA
Kita sudah berjalan sejauh ini. Mengaku kalah sekarang percuma.
SURI
Aku datang bukan buat ngaku kalah. Aku datang buat minta maaf.
IRMA
(Menghela nafas)
Iya, tapi mereka akan berpikir seperti itu. Bagaimanapun kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan, siapapun lawan kita. Menang atau kalah itu soal lain. Tapi aku gak mau tim sepak sawut dianggap kalah sebelum bertanding.
NAILA
Irma benar. Kita harus hadapi apapun yang akan terjadi. Masalahmu sama Indra, kita selesaikan setelah Liga Sepak Sawut.
ARIFIN
Sudah, sudah, sudah! Sekarang bukan saatnya berdebat. Liga terus berjalan. Kita harus tetap solid. Aku rasa Suri sebaiknya kembali masuk di tim sepak sawut.
Irma dan Firman menatap Arifin kurang setuju.

IRMA
Apa?. Dia sendiri yang mau keluar!. Aku enggak mau menerimanya lagi, apa lagi setelah tim kita mau dibubarin!
ARIFIN
Anggota tim kita sangat terbatas. Kita tidak punya pemain cadangan. Kalau ada yang cape, cedera, siapa yang ganti?

Irma dan Firman terdiam.
ARIFIN (CONT’D)
Kita sudah masuk babak final. Tim kita akan menghadapi tim Iqbal, tim juara bertahan. Kita enggak bisa cuma andalkan emosi aja. Tapi juga logika, solidaritas dan kebersamaan.

Tim sepak sawut menatap Suri yang sejenak terdiam.
SURI
Maaf, aku enggak mau lagi masuk tim sepak sawut. Aku enggak mau lagi kecewain kalian.
Suri naik ke sepeda, dan berbalik arah, meninggalkan Arifin, Naila, Irma dan Firman. Suri mengayuh sepeda dan menangis. Suri segera menghapus airmatanya. Sepedanya semakin jauh meninggalkan teman-temannya.

CUT TO:
INT. RUMAH KYAI - RUANG PENERIMA TAMU - SORE

Suri, Pak Kyai dan Mbah Kyai duduk di lantai beralas tikar. Suri diam, menundukkan wajahnya. Pak Kyai dan Mbah Kyai melihat Suri dengan penuh keprihatinan.

MBAH KYAI
Mbah Kyai sudah dengar semuanya.
SURI
Maafkan saya, Mbah Kyai. Saya...

MBAH KYAI
Sudah, sudah. Mbah Kyai tau apa yang kamu pikirkan.
MBAH KYAI (CONT’D)
Tim sepak sawut sudah masuk final. Sedikit banyak itu karenamu. Tanpa kamu sadari kamu sudah membakar semangat tim sepak sawut bertanding.
MBAH KYAI (CONT’D)
Sepertinya sikap kerasmu itu sama seperti alm. Abbimu saat dia masih muda dulu. Saat dia jadi kapten tim sepak sawut.
Suri terdiam, menatap Mbah Kyai dengan sedih.

SURI
Maksud Mbah Kyai apa?

CUT TO:

FLASH BACK
EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM

ABBI SURI saat usia muda, berlari di antara pemain sepak sawut lainnya. Mereka berkejaran memperebutkan bola api.
MBAH KYAI (O.S.)
Abbimu sangat pandai main sepak sawut. Tidak sedikitpun terlihat ketakutan apa lagi keraguan di wajahnya setiap kali menendang bola api. Hatinya penuh keyakinan. Itulah yang membawanya menjuarai banyak pertandingan.

CUT TO:
EXT. JALAN RAYA - SORE

Abbi Suri mengendarai motor menyusuri jalan berliku. Di tikungan yang menurun tajam, tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang dari arah yang berlawanan menabrak motor yang dikendarainya.
Abbi Suri jatuh dari motor, tubuhnya terpental di jalanan, dan kepalanya membentur trotroar. Abbi Suri tergeletak bersimbah darah.
MBAH KYAI (O.S)
Saat itu Abbimu baru saja pulang dari kerja. Sebelum kecelakaan itu terjadi, sebenarnya dia ingin mengikuti pertandingan final Liga Sepak Sawut.

CUT TO:
EXT. JALAN PEDESAAN - PAGI (GERIMIS)

Sebuah tandu jenazah dibopong oleh beberapa orang, diiringi para santri dan pelayat. Ummi yang tengah hamil muda dituntut berjalan mengiringi tandu jenazah, dengan wajah penuh kesedihan.
MBAH KYAI (O.S.)
Kepergiannya bukan hanya membawa duka bagi keluarga yang ditinggalkannya. Tapi juga pesantren ini, dan tim sepak sawut.
MBAH KYAI (O.S.) (CONT'D)
(Menghela nafas)
Kepergiannya yang tiba-tiba membuat tim sepak sawut yang sedang menghadapi laga final Liga Sepak Sawut goyah, hingga mengalami kekalahan. Sejak itu, pamor tim sepak sawut Pesantren As-Salam meredup.

CUT TO:

FLASHBACK BERAKHIR
INT. RUMAH KYAI - RUANG PENERIMA TAMU - SORE

Suri menangis mendengar cerita Mbah Kyai.

MBAH KYAI
Mbah Kyai percaya, Abbimu ingin tim sepak sawut menang. Sekarang Abbimu sudah tidak ada. Mbah Kyai harap kamu bisa meneruskan perjuangannya.
Mbah Kyai memberikan sebuah foto tua saat Abbi Suri dengan gembira menerima trophy Liga Sepak Sawut. Suri menangis, menatap foto itu.

CUT TO:

INT. RUMAH SURI - RUANG TAMU - MALAM
Suri memasukkan foto pemberian Mbah Kyai di dalam bingkai. Suri melihat foto-foto alm Abbi. Saat alm Abbi masih muda, mengikuti berbagai pertandingan sepak sawut. Saat Abbi dikerumuni teman-temannya. Juga foto-foto Abbi bersama Ummi. Tak terasa Suri menangis.

CUT TO:
EXT. MA PONPES AS-SALAM - LAPANGAN OLAHRAGA - SIANG

Arifin, Naila, Hasna, Irma, Firman dan tim sepak sawut lainnya, sedang melakukan pemanasan ketika Suri datang menghampiri mereka.
Melihat kehadirannya, Naila dan Hasna langsung memeluk Suri, lalu mengajak Suri bersama-sama melakukan pemanasan. Irma, Firman dan tim sepak sawut lainnya tersenyum melihat Suri, begitu juga dengan Faris. Arifin tersenyum melihat Suri yang kembali semangat berlatih.

CUT TO:
EXT. ESTABLISHING SHOT: YAYASAN PANTI ASUHAN DARUSSALAM - DINI HARI

CUT TO:

INT. YAYASAN PANTI ASUHAN DARUSSALAM - AULA - DINI HARI
Jam dinding menunjukkan pukul 03:30. Di sebuah ruangan yang cukup lapang, anak-anak duduk rapi dan tertib. Di sebuah meja panjang terdapat nasi kotak, kue, kurma dan air mineral, bergejer rapi. Di depan anak-anak, Pak Kyai memberikan ceramah, yang didengarkan dengan khidmat.
Seusai ceramah, Suri, Arifin, Naila dan Hasna, membagikan nasi kotak, kue, kurma dan air mineral kepada anak-anak tersebut. Mereka menyantapnya dengan gembira.
Suri, Arifin, Naila dan Hasna, tersenyum melihat tingkah anak-anak itu saat menyantap makan sahur.

CUT TO:
INT. RUMAH SURI - DAPUR - MALAM

Di atas meja terdapat beberapa sisir pisang kepok. Ummi memotong pisang dan menempatkannya di wadah plastik. Suri ikut membantu dengan kurang bersemangat.
SURI
(Bergumam)
Besok malam final Liga Sepak Sawut. Sampai sekarang Suri belum pernah masuk lapangan. Sepertinya Suri memang belom bisa main sepak sawut.
UMMI
Apapun yang terjadi, Ummi tetap bangga sama kamu. Jangan berkecil hati. Liat kamu sekarang. Dulu kamu tidak bisa main bola, sekarang bisa. Dulu takut sepak sawut, sekarang berani. Bagi Ummi itu sudah lebih dari cukup.
Suri menatap Ummi dengan sungguh-sungguh.

SURI
Ummi tidak kecewa?

Ummi tersenyum, merangkul Suri.

UMMI
Sayang, kamu selalu membuat Ummi bangga.

Suri merebahkan kepalanya di bahu Ummi.

CUT TO:

EXT. STADION OLAHRAGA KABUPATEN - LAPANGAN BOLA - MALAM
Dari papan pengumuman tertulis: Final Liga Sepak Sawut 2018. Tim Putra: Pesantren As-Salam vs Pesantren At-Taqwa. Tim Putri: Pesantren As-Salam vs Pesantren Nurul Qur’an, terlihat keramaian warga yang ingin menyaksikan pertandingan final.
Warga berbondong-bondong datang. Suara tabuhan bedug dan shalawat nabi yang dinyanyikan remaja putri berbaur dengan sorak-sorak penonton di pinggir lapangan.
Dengan lagak angkuh dan sombong, Indra dan timnya berjalan menuju ke tepi lapangan bola, di saat itulah Indra melihat dari arah berlawanan Suri datang bersama timnya. Bertemu saling berhadapan, kedua tim hanya diam, lalu masing-masing berjalan ke tempat yang dituju.
Sementara itu di antara penonton terlihat Ummi, Mbah Kyai, Pak Kyai, Pak Imron, Guru BP, Guru Olahraga dan para santri dari pesantren As-Salam hadir memberikan semangat, begitu juga santri dari Pesantren At-Taqwa dan Pesantren Nurul Quran. Mereka berbaur dengan warga.
Di pinggir lapangan, Suri dan timnya duduk melingkar, mereka dengan khusyu berdoa yang dipimpin oleh Faris. Indra dan timnya pun berdoa dipimpin seorang Kyai. Usai berdoa, mereka meminum air doa yang dituang dari botol air meneral ke dalam gelas-gelas plastik.
Usai minum air doa, mereka membasuh kaki mereka dengan minyak sayur.

CUT TO:

Dari sabuk kelapa yang disundut api obor, sabuk kelapa seketika berubah menjadi bola api yang menyala besar. Saat itulah terdengar pluit panjang (O.S.) tanda permainan di mulai.
Bola api segera diperebuatkan oleh masing-masing tim yang bertanding, antara tim putri Pesantren As-Salam dengan tim putri Pesantren Nurul Quran.
Perebutan bola api antara kedua tim berlangsung seru. Naila, Irma, Hasna, Lili dan Diah berusaha memperebutkan bola api bersaing dengan tim lawan.
Di antara suara riuh-rendah penonton, Suri, Arifin, Faris, Firman dan tim putra lainnya memperhatikan pertandingan dengan serius. Mereka cemas ketika beberapa kali Diah yang terlihat sudah sangat lelah, gagal menerima bola atau pun memberi umpan sehingga sering direbut tim lawan
Wasit membunyikan peluit, tanda istirahat.
Irma menghampiri Diah yang bersama timnya menuju pinggir lapangan bola, tempat Suri, Faris dan tim sepak sawut putra berada.

IRMA
(Heran)
Diah, kamu ini kenapa?
Diah hanya diam dengan wajah lelah. Mereka lalu berdiri di depan Faris, bersama tim lainnya. Faris menatap Diah yang tertunduk lelah.

FARIS
Diah, kamu keluar lapangan. Kamu sudah sangat lelah. Tidak mungkin meneruskan permainan.
(Ke Suri)
Suri, kamu gantiin Diah.
Suri terkejut begitu juga dengan anggota tim yang lain, sedang Arifin dan Naila tersenyum senang.

SURI
(Ragu)
Tapi Kak Faris, aku belom pernah bertanding.
FARIS
Kalo gitu ini yang pertama. Ingat jangan pernah ragu. Ini langkah awalmu main sepak sawut. Tunjukkan dan buktikan keberanianmu. Bukan hanya melawan tim sepak sawut atau bola api, tapi melawan dirimu sendiri. Itu yang lebih penting.
Semua mata tertuju ke Suri dengan penuh harap cemas.

CUT TO:
Tim putri memasuki lapangan. Naila, Hasna, Irma dan Lili masuk lebih dulu, lalu diikuti Suri.
Suri melihat sekelilingnya. Terlihat penonton yang bersorak-sorai, tim penabuh bedug, kaum remaja putri yang membacakan salawat nabi.
Suri juga melihat Indra yang tersenyum mengejek ke arahnya. Sejenak Suri merasa ragu. Kemudian Suri melihat Ummi berdiri menyemangatinya di antara penonton.

UMMI
(Teriak)
Allahu akbar!

Suri mengangguk, tersenyum.

SURI
(Pelan)
Allahu akbar!
Pertandingan dimulai. Tim putri sepak sawut Pesantren Nurul Quran yang lebih dulu menguasai bola. Tim putri Pesantren As-Salam berusaha mengambil alih.
Suri belum mampu bermain maksimal, Suri berusaha menyesuaikan diri menghadapi lawan dan bekerjasama dengan anggota tim lainnya. Suri masih terlihat kikuk dan bingung.
Arifin, Firman, dan tim sepak sawut lain cemas melihat keadaan itu. Sedang Faris terlihat tenang.
Suri berlari mengejar bola api yang ditendang oleh tim lawan.

INSERT:

FLASH BACK
-(SC.02 EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM). Kedua tim saling berkejaran, mengoper dan memperebutkan bola api yang menyala cukup besar.
Suri, tangan kecilnya meremas-remas ujung baju Ummi.

FLASHBACK BERAKHIR

CUT TO:
EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM

Irma berhasil merebut bola api dan mengopernya ke Suri, namun Suri gagal menangkapnya hingga ditendang tim lawan. Naila segera mengejar bola api tersebut.
Kerumuman warga berteriak-teriak memberikan dukungannya. Suaranya menggema.
Naila berusaha kembali merebut bola api namun tim lawan berhasil mengopernya ke teman satu timnya. Naila, Irma dan Hasna berusaha mempersempit gerakan tim lawan hingga saat tersudut Hasna berhasil merebut bola api dan membawanya mendekati gawang tim lawan.

INSERT:

FLASH BACK
-(SC.02 EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM). Seorang pemain tim abu-abu yang dengan sangat kuat dan kencang menendang bola api.
Suri, terkejut melihat bola api tertuju ke arahnya dengan cepat.

FLASHBACK BERAKHIR

CUT TO:
EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM

Saat bola api bergulir di depannya, Suri segera berlari mengejarnya, dan berhasil menggiring bola api tersebut.
Naila, Hasna, Irma dan Lili berusaha mendekati Suri agar Suri mudah mengoper bola api. Sedang tim lawan berusaha mengejar bola api dari Suri yang mendekati gawang mereka.

INSERT:

FLASH BACK
-(SC. 06 EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM). Bola api menyerempet kaki Suri. Suri berteriak histeris dan lari.

FLASHBACK BERAKHIR

CUT TO:
EXT. LAPANGAN BOLA - MALAM

Suri menggiring bola api, lalu mengopernya ke Lili yang berada di dekatnya.
Tim lawan beralih mengejar Lili, namun Lili segera mengoper bola api itu kembali ke Suri.
Naila, Hasna, dan Irma berlari berusaha mendekati Suri semakin dekat ke gawang lawan
Suri mengoper bola api ke Naila, yang lalu mengopernya lagi ke Hasna. Bola api terus bergulir di tengah lapangan. Kedua tim berusaha merebut bola api itu.
Suri dan tim lawan yang berada di dekat bola api berusaha mengejarnya sekuat tenaga hingga akhirnya mereka sama-sama menendang bola api, namun tendangan Surilah yang berhasil mendepak bola api ke arah Irma.
Dengan sigap Irma menendang bola api ke gawang tim lawan, bola api melesat cepat ke gawang dan menebus gawang lawan.
Suri dan teman-temannya bersorak-sorai, begitu juga warga. Suara tabuhan bedug dan salawat nabi semakin keras terdengar menyambut bola api yang masuk ke gawang.
Terdengar peluit berbunyi (O.S.) tanda pertandingan usai. Tim sepak sawut Pesantren As-Salam Putri sebagai juara.
Suri, Naila, Hasna, Irma dan Lili berlari menuju tepi lapangan bola. Diah dan tim sepak sawut putra menyambutnya dengan penuh kegembiraan.
Tim putri saling berpelukan, begitu juga dengan Diah. Suri tersenyum bahagia melihat Ummi yang berada di kejauhan yang tersenyum penuh kegembiraan. Suri lalu melihat Arifin yang mengacungkan kedua ibu jari kepada Suri. Suri tersenyum.

CUT TO:
Image
Usai pertandingan tim putri, kini giliran tim sepak sawut putra antara tim Pesantren As-Salam melawan Pesantren At-Taqwa. Kedua tim terlihat sangat tangguh, masing-masing menunjukkan kekuatannya. Berusaha saling merebut dan mengusai bola api.
Suri dan tim sepak sawut putri melihat pertandingan itu dengan semangat, termasuk Ody dan juga Faris. Suara gemuruh penonton yang memberikan dukungan membahana.
Arifin, Firman dan tim sepak sawut terus berusaha melakukan perlawanan terbaik. Mereka saling serang, berusaha saling mengecoh lawan.
Di saat tertentu gawang tim Firman dalam keadaan bahaya karena Indra & timnya mengusai bola api & semakin mendekati gawang, namun diwaktu lain tim Firman berhasil membalikkan keadaan, mereka jadi lebih mendominasi bola api & melakukan serangan balik ke daerah rawan tim Indra.
Melalui umpan-umpan yang diberikan Arifin, Firman dan antar sesama tim, mereka terus bergerak maju, sedang Indra dan timnya berusaha menghalangi tim Arifin mendekati gawang.
Faris mengamati pertandingan itu dan beberapa kali memberikan isyarat untuk bertahan atau pun menyerang balik. Suri dan tim sepak sawut putri berteriak-teriak memberikan semangat.
Sugeng berhasil merebut bola api dari Indra dan mengopernya ke Akbar yang dengan cepat berusaha mencetak gol, dengan segera menendangnya ke gawang lawan.
Bola api bergerak cepat dan dengan keras menabrak tiang gawang hingga kembali memantul ke tengah lapangan.
Arifin, Firman dan tim Indra berusaha mengejar bola api, namun Firman berhasil mendapatkannya lebih dulu dan menendangnya ke Arifin.
Dengan penuh kekuatan dan perhitungan, Arifin menendang bola api ke gawang, seketika itu juga bola melesat cepat menerebos para pemain yang berusaha mengejarnya namun bola api terus bergulir dan dengan cepat menembus gawang lawan.
Sontak gol yang dicetak Arifin, membuat semua tim sepak sawut Pesantren As-Salam bersorak histeris. Begitu juga dengan warga yang menyaksikan pertandingan. Sedang Indra dan timnya terlihat kecewa dan kesal.
Pertandingan terus berjalan. Tim Indra sudah kehilangan semangat, namun tetap berusaha bertahan dari serangan-serangan yang dilakukan tim Firman, hingga peluit berbunyi (O.S.) tanda pertandingan selesai, tim Indra belum berhasil mencetak gol.
Suri, Naila, Hasna, Irma, dan tim sepak sawut lainnya berhamburan ke tengah lapangan dengan penuh kegembiraan, menyambut kemenangan tim putra Pesantren As-Salam. Faris tersenyum bahagia melihat kegembiraan tersebut.
Penonton turun ke lapangan, memberikan selamat kepada tim sepak sawut Pesantren As-Salam, baik tim putra maupun tim putri.
Ummi, Mbah Kyai, Pak Kyai, Pak Imron, Guru BP, Guru Olahraga dan santri lain dari Pesantren As-Salam menyalami tim sepak sawut putra dan putri yang telah berhasil jadi juara.
Image
Usai pertandingan tim putri, kini giliran tim sepak sawut putra antara tim Pesantren As-Salam melawan Pesantren At-Taqwa. Kedua tim terlihat sangat tangguh, masing-masing menunjukkan kekuatannya. Berusaha saling merebut dan mengusai bola api.
Suri dan tim sepak sawut putri melihat pertandingan itu dengan semangat, termasuk Ody dan juga Faris. Suara gemuruh penonton yang memberikan dukungan membahana.
Arifin, Firman dan tim sepak sawut terus berusaha melakukan perlawanan terbaik. Mereka saling serang, berusaha saling mengecoh lawan.
Di saat tertentu gawang tim Firman dalam keadaan bahaya karena Indra & timnya mengusai bola api & semakin mendekati gawang, namun diwaktu lain tim Firman berhasil membalikkan keadaan, mereka jadi lebih mendominasi bola api & melakukan serangan balik ke daerah rawan tim Indra.
Melalui umpan-umpan yang diberikan Arifin, Firman dan antar sesama tim, mereka terus bergerak maju, sedang Indra dan timnya berusaha menghalangi tim Arifin mendekati gawang.
Faris mengamati pertandingan itu dan beberapa kali memberikan isyarat untuk bertahan atau pun menyerang balik. Suri dan tim sepak sawut putri berteriak-teriak memberikan semangat.
Sugeng berhasil merebut bola api dari Indra dan mengopernya ke Akbar yang dengan cepat berusaha mencetak gol, dengan segera menendangnya ke gawang lawan.
Bola api bergerak cepat dan dengan keras menabrak tiang gawang hingga kembali memantul ke tengah lapangan.
Arifin, Firman dan tim Indra berusaha mengejar bola api, namun Firman berhasil mendapatkannya lebih dulu dan menendangnya ke Arifin.
Dengan penuh kekuatan dan perhitungan, Arifin menendang bola api ke gawang, seketika itu juga bola melesat cepat menerebos para pemain yang berusaha mengejarnya namun bola api terus bergulir dan dengan cepat menembus gawang lawan.
Sontak gol yang dicetak Arifin, membuat semua tim sepak sawut Pesantren As-Salam bersorak histeris. Begitu juga dengan warga yang menyaksikan pertandingan. Sedang Indra dan timnya terlihat kecewa dan kesal.
Pertandingan terus berjalan. Tim Indra sudah kehilangan semangat, namun tetap berusaha bertahan dari serangan-serangan yang dilakukan tim Firman, hingga peluit berbunyi (O.S.) tanda pertandingan selesai, tim Indra belum berhasil mencetak gol.
Suri, Naila, Hasna, Irma, dan tim sepak sawut lainnya berhamburan ke tengah lapangan dengan penuh kegembiraan, menyambut kemenangan tim putra Pesantren As-Salam. Faris tersenyum bahagia melihat kegembiraan tersebut.
Penonton turun ke lapangan, memberikan selamat kepada tim sepak sawut Pesantren As-Salam, baik tim putra maupun tim putri.
Ummi, Mbah Kyai, Pak Kyai, Pak Imron, Guru BP, Guru Olahraga dan santri lain dari Pesantren As-Salam menyalami tim sepak sawut putra dan putri yang telah berhasil jadi juara.
Suri lalu menghampiri Indra, dan mengulurkan tangannya. Sejenak ragu, Indra membalas menjabat tangan Suri. Arifin, Firman, Irma, dan tim sepak sawut lain lalu menyalami Indra dan timnya. Mereka saling berjabatan tangan sambil tersenyum.

CUT TO:
Berawal dari dua buah trophy yang dijunjung tinggi oleh Firman dan Irma, tim sepak sawut dan para santri Pesantren As-Salam bersorak sorai penuh kegembiraan.

CUT TO:
Suri lalu menghampiri Indra, dan mengulurkan tangannya. Sejenak ragu, Indra membalas menjabat tangan Suri. Arifin, Firman, Irma, dan tim sepak sawut lain lalu menyalami Indra dan timnya. Mereka saling berjabatan tangan sambil tersenyum.

CUT TO:
Berawal dari dua buah trophy yang dijunjung tinggi oleh Firman dan Irma, tim sepak sawut dan para santri Pesantren As-Salam bersorak sorai penuh kegembiraan.

CUT TO:
EXT. MASJID PONPES AS-SALAM - HALAMAN - PAGI

Idul Fitri, 1443 Hijriyah. 2 Mei 2022.
Suara takbir terdengar berkumandang (O.S.). Warga datang berbondong-bondong menuju masjid dengan berbusana muslim, baik pria maupun wanita.
Mereka datang dari berbagai penjuru, berjalan memasuki halaman masjid yang semakin lama semakin penuh oleh jamaah yang hendak mendirikan sholat Idul Fitri.

CUT TO:
INT. RUMAH SURI - RUANG TAMU - PAGI

Ummi ke luar dari kamarnya dan tanpak sudah memakai mukena. Ummi lalu menengok ke kamar Suri.

UMMI
Suri buruan..., nanti sholat Id-nya telat.

SURI (O.S.)
Iya, Ummi...
Sesaat kemudian Suri ke luar dari kamar dengan sudah memakai mukena, lalu bersama Ummi Suri bergegas menuju pintu rumah. Setelah ke luar Suri menutup pintu.

CUT TO:
INT. MASJID PONPES AS-SALAM - RUANG SHOLAT PUTRA & PUTRI - PAGI

Berada di belakang Imam, Arifin, Faris, Firman, Ody, Heru, Akbar, Sugeng dan jamaah lain, bersama-sama mengikuti bacaan takbir sebanyak tujuh kali yang dibacakan oleh Imam.
IMAM
Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar.

CUT TO:
Imam membaca surat Al Fatiha (O.S.). Suri, Ummi, Naila, Hasna, Irma, Lili, Diah dan jamaah perempuan lainnya, dengan khusus sholat berjamaah.

SURI (O.S.)
Hari ini umat Islam merayakan kemenangan.

CUT TO:
EXT. MASJID PONPES AS-SALAM - HALAMAN - PAGI

Dari pintu yang terbuka, para santri keluar dari dalam masjid, termasuk Arifin, Faris, Firman, Ody, dan tim sepak sawut putra lainnya. Lalu mereka saling bersalaman.

SURI (O.S.)
Tiada yang mudah dalam setiap perjuangan.
Dari ruang sholat putri, Suri, Naila, Hasna dan tim sepak sawut putri lainnya ke luar dan saling bersalaman satu sama lain dengan penuh kegembiraan.

SURI (O.S.)
Dan setiap perjuangan harus dimulai dengan keberanian.
Arifin menghampiri Suri, lalu mereka saling bersalaman. Keduanya tersenyum gembira.

SURI (O.S.)
Meski kadang kala rasa takut itu menyelimuti.

CUT TO:
INT. RUMAH SURI - RUANG TAMU - PAGI

Dengan memakai busana muslim sederhana, Ummi duduk di bangku. Suri yang terlihat cantik dengan busana muslimnya, dengan khidmat berlutut di hadapan Ummi.

SURI (O.S.)
Namun setiap perjuangan tiadalah sia-sia.
Suri mengangkat kepalanya, lalu memandang foto Abbi yang terpajang di dinding, di belakang Ummi duduk.

CUT TO:

EXT. PEMAKAMAN UMUM - KUBURAN ABBI - PAGI
Suri dan Ummi menaburkan bunga di atas kuburan Abbi. Bunga berjatuhan di atas tanah.

SURI (O.S.)
Maka mulai hari ini tegakkanlah kepala. Tepis keraguan.

Suri dan Ummi berjalan meninggalkan kuburan.

CUT TO:

Ext. Masjid Ponpes As-salam - Halaman Masjid - Subuh
Di sebuah tenda yang tertata rapih, terlihat kerumunan para santri dan santriwati berbaris rapih. Suri, Arifin dan santri lain satu persatu menyalami Mbah Kyai dan Pak Kyai, yang berbaur dengan warga lain memberikan ucapan selama Idul Fitri.
SURI (O.S.)
Di pesantren inilah aku belajar arti sebuah perjuangan.

Kamera perlahan menjauh dari kerumunan santri dan warga yang saling bersilaturahmi di halaman masjid.

SURI (O.S.)
Karena setiap insan adalah juara.

CUT TO:
Ext. Pondok Pesantren (ponpes) As-salam - Gapura - Pagi

Kamera semakin menjauh hingga tampaklah gapura Pondok Pesantren As-Salam yang di bawahnya terlihat kerumunan santri dan warga yang hilir mudik dengan busana-busana muslim yang indah dan bagus.
Kamera semakin menjauh hingga terlihatlah Pondok Pesantres A-Salam dengan berlatarkan Gunung Lawu yang indah.

THE END

Freezed.
Catatan Penulis:

Assalammualaikum wr wb.
Hallo para pembaca Wattpad, dan juga para pembaca thread Twitter yang budiman.
Alhamdulillah cerita/thread ‘Sepak Sawut’ sudah selesai diupload.
Sebuah #ceritareligi Islami #alasantri bersetting di pondok pesantren.
Sebelumnya terima kasih pada para pembaca, yang sudah dengan setia membaca cerita ini hingga selesai.
Bersama ini saya ingin berbagi cerita alasan saya mengupload #ceritareligi ini, ‘Sepak Sawut’, di Wattpad dan juga Twitter.
Disini aku gak berbagi cerita tentang proses kreatif penulisan cerita #sepaksawut. Tapi lebih ke apa sih sepak sawut itu, dan harapan aku sebagai penulis. Tuk proses kreatifnya mungkin nanti ada waktunya.
Karena proses kreatif penulisan #sepaksawut cukup panjang, bahkan masih tetap direvisi sebelum diupload, tapi aku sangat exciting selama proses kreatif tersebut karena cerita ini sangat menarik buat aku pribadi.
Selain itu sepertinya belum banyak yang tau juga #sepaksawut itu apa. Jadi disini aku coba jelaskan.

#SepakSawut adalah sebuah permainan tradisional #sepakbolaapi yang berasal dari Kalimantan Tengah. #SepakSawut merupakan permainan tradisional masyarakat adat Dayak Ngaju.
Permainan ini biasa dimainkan di malam hari saat para petani membuka ladang baru atau setelah masa panen tiba. Juga dimainkan saat upacara kematian bagi masyarakat adat Dayak penganut agama Kaharingan.
Selain di Kalimantan Tengah, permainan tradisional #sepaksawut juga biasa dimainkan saat perayaan Hari Besar Islam di sejumlah pondok pesantren, khususnya di Pulau Jawa. Disini #sepaksawut lebih dikenal dengan sebutan #sepakbolaapi.
Aku belum jelas #sepaksawut itu berasal dari bahasa apa, apakah Jawa?. Sawut sepertinya itu batok kelapa atau sabut kelapa. Sepak ya, menendang. Jadi #sepaksawut itu menendang/menyepak sabut kelapa, yang sudah direndam minyak tanah/bensin, dan dinyalakan saat pertandingan.
Karena itulah disebut juga #sepakbolaapi.

Kenapa sih aku excited sekali nulis cerita ini?.
Aku suka cerita yang bisa mengangkat budaya dan kearifan lokal.
Indonesia itu sangat kaya akan budaya dan kearifan lokal.
Sayang sekali belum banyak cerita yang angkat budaya dan kearifan lokal, baik itu cerita novel ataupun film.
BTW cerita yang aku tulis ini formatnya skenario film ya, guys...., bukan novel.
Aduh, aku tuh gak bisa banget nulis novel. Sumpah. Mentok.
Alhamdulilah kalo nulis skenario lebih mudah. Bingung juga kenapa...

Sejak awal aku sangat semangat sekali nulis cerita #sepaksawut. Secara visual, pertandingan atau permainan #sepaksawut itu sangat menarik, menantang, dan pacu andrenalin.
Sepertinya perlu keberanian lebih untuk bisa main #sepaksawut. Pemain #sepaksawut sudah pasti bisa main bola, tapi belum tentu pemain bola bisa main #sepaksawut. Karena itu aku sangat semangat.
Aku nulis cerita ini, #sepaksawut, untuk lebih memperkenalkan #sepaksawut ke masyarakat yang lebih luas, karena seperti yang sudah aku sampaikan sepertinya belum banyak yang tau permainan ini. Lewat cerita ini aku ingin memperkenalkan #sepaksawut, #sepakbolaapi.
Aku ingin masyarakat Indonesia bangga akan permainan tradisional ini, dan ingin mempopulerkan #sepaksawut. Menurutku itu sangat penting, kenapa?
Indonesia itu kaya akan budaya dan kearifan lokal. Dan seperti yang aku sebutkan sebelumnya, belum banyak orang yang tau akan hal itu.
Termasuk aku. Salah satu sebabnya mungkin belum banyak yang angkat itu ke masyarakat, hingga masyarakat itu tidak tahu. Selain itu masyarakat Indonesia lebih suka segala sesuatu yang berbau import, hingga budaya dan kearifan lokal tersingkir dan dipandang sebelah mata.
Namun akan sangat marah ketika ada pihak lain, negara lain, yang klaim seni budaya dan kearifan lokal nusantara, Indonesia, sedang kita tidak berusaha melestarikannya.
Aku merasa #sepaksawut punya potensi besar untuk maju dan berkembang, bahkan bisa disukai banyak orang di berbagai belahan dunia. Kenapa? Karena permainan ini sangat memacu andrenalin, lebih dari sekedar sepak bola biasa.
Sepak bola aja sudah seru, apa lagi sepak bola yang ada apinya, #sepaksawut, #sepakbolaapi.

Harapannya #sepaksawut ini bisa ada laga sekelas piala dunia meski untuk saat ini pertandingan #sepaksawut lebih banyak dimainkan di pondok pesantren tradisional di kampung,
yang hanya melibatkan antar santri. Besyukur saat ini sudah ada liga sepak bola api di Magetan, Jawa Timur. Semoga bisa tetap konsisten menjalankan liga sepak bola api ini, yang sudah diikuti berbagai pondok pesantren di Magetan. Semoga bisa dikembangkan. Menurutku kenapa tidak?
#SepakSawut bisa dikemas sebagai atraksi budaya, yang bisa mendongkrak pariwisata Indonesia sebab disitu ada uniqueness. Turis-turis asing mancanegara sangat suka hal-hal yang unik di negara-negara tujuannya. Sebagai atraksi budaya #sepaksawut bisa dikemas secara menarik.
Mungkin ada yang tanya, ini kan ditulis dengan format penulisan skenario, apa akan diproduksi atau sudah ada PH yang mau produksi? Alhamdulillah sampai catatan penulis ini dibuat, belom ada PH yang mau produksi #sepaksawut.
Aku sih berpikir daripada #ceritareligi #sepaksawut ini hanya disimpen di laptop, alangkah lebih baik bila bisa berbagi cerita. Semoga saja dengan dipublikasikannya #SepakSawut, cerita ini akan menemukan pembacanya, syukur-syukur ada PH yang mau produksi.
Oh ya, perlu diingat ini bukan format penulisan skenario standard ya. Kalo ikutin standard penulisan skenario sangat sulit sekali nulisnya di Wattpad apalagi Twitter, di word aja susah karena penulisan skenario itu ada format standarnya.
Mudah-mudahan gak bingung sama istilah-istilah penulisan skenario. Fokus ke ceritanya aja ya...🤣

Itu sih yang buat aku sangat excited nulis #ceritareligi ini, #sepaksawut.
Semoga teman-teman juga excited sama cerita ini. Senang bisa berbagi cerita dengan kalian.
Karena itu aku berharap teman-teman bekenan membaca cerita ini sampai tuntas. Jangan lupa yang punya akun Wattpad atau Twitter bisa follow Simple Scripts untuk terus update cerita-cerita seru lainnya dari Simple Scripts.
Bila ada saran ataupun kritik dari #ceritareligi #sepaksawut ini, baik dari sisi cerita ataupun penulisan skenarionya silahkan.
Akhir kata, wassalam. Selamat membaca #ceritareligi Islami #alasantri pondok pesantren #SepakSawut. Semoga suka ceritanya. Jangan lupa vote/like, share sama komennya ya, guys, biar penulis semangat nulis dan upload cerita lainnya.
Sampai jumpa dicerita-cerita #SimpleScripts berikutnya.

Link #ceritareligi #SepakSawut:

Wattpad
w.tt/3wVBZRM

Twitter
bit.ly/tweetskenariof…

Thread
bit.ly/threadskenario…

Wassalam,
Simple Scripts
Sampai jumpa dicerita/thread berikutnya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with SimpleScriptsid

SimpleScriptsid Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @simplescripts22

Mar 30, 2022
PERJALANAN KENANGAN
Skenario Film
- A Thread - Image
Title Card

Layar hitam, tertulis judul sebuah puisi: Pujangga Cinta.

Flashes:

Rangkaian adegan melatar-belakangi credit title. Image
-(Ext. Pantai - Pagi). Dari laut tenang di lepas pantai, berlatar-belakang gunung dengan awan putih berarak di atasnya.

AURA (V.O.)
Jika pujangga cinta memanggilmu. Datanglah. Cinta akan membawamu mendaki gunung.
Read 153 tweets
Mar 6, 2022
PERJALANAN KENANGAN
Skenario Film
-Thread-
@threadreaderapp Image
Title Card
Layar hitam, tertulis judul sebuah puisi: Pujangga Cinta
Flashes: Image
Rangkaian adegan melatar-belakangi credit title
-(Ext. Pantai-Pagi). Dari laut tenang di lepas pantai, berlatar-belakang gunung dengan awan putih berarak di atasnya.
AURA (V.O.)
Jika pujangga cinta memanggilmu. Datanglah. Cinta akan membawamu mendaki gunung.
Read 21 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(