SINGKATAN yang terdiri atas HURUF AWAL setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital TANPA tanda titik.
Guys, saya paling enggak bisa matematika. Asli! Saya bukan kayak Kak Butet, Kak Mira, Zahid, Aldian, atau yang lain — saya enggak suka (dan enggak bisa). Namun, karena saya mau masuk UI, saya harus hadapi matematika. Kenapa saya masuk UI? Karena saya hadapi “musuh” saya.
Itu namanya punya mental juara. Jadi kalau enggak bisa atau enggak suka dengan suatu subtes, jangan dihindari, hadapi! Saya harus bilang agak keras: Mana bisa masuk UI, UGM, ITB, ITS, Unpad, dan yang lain kalau kamu sudah menyerah dari sekarang gara-gara matematika, fisika, dll.?
Kamu mau masuk PTN tahun ini? Hadapi rasa takutmu. Hadapi “musuh-musuhmu” — jangan lari. Kamu lebih kuat dan hebat dari itu. Pikirkan dan resapi kata-kata ini dari sekarang.
Daripada kamu berpikir (dan merencanakan) subtes mana yang akan kamu “skip”, kenapa kamu enggak memikirkan subtes mana yang harus kamu isi semua dan harus benar semua?
HAH?! MANA MUNGKIN?
Loh, katanya mau lolos SBMPTN? Kenapa yang kamu pikirkan yang negatif terus?
Yang bikin enggak itu ya ... pikiran kamu sendiri. Kamu bangun tembok penghalang dalam pikiranmu. Kamu sugesti dirimu sendiri bahwa kamu enggak bisa, ya ... akhirnya enggak bisa betulan. Bukan karena kemampuanmu, melainkan karena pikiranmu sendiri.
Coba kamu dari sekarang targetkan, misalnya, PBM benar semua. Kenapa enggak? Ujian saja belum, memang enggak boleh kita buat target?
Masalah hari-H, itu masalah nanti. Jangan pikirkan dari sekarang “mau skip berapa subtes” — itu namanya sudah kalah dari sekarang. Jangan ada pikiran karena kamu merasa enggak bisa lantas mau lari dari situ. Karena kamu enggak bisa, kamu cari cara bagaimana supaya bisa.
Jangan malah berpikir nanti mau “skip” yang mana saja. Ingat, yang enggak bisa itu dihadapi, jangan malah dihindari. Katanya mau lolos SBMPTN? Buat rencana itu ya ... buat rencana bagaimana kita bisa menyelesaikan sesuatu, jangan malah berencana “kabur” dari kesulitan.
Iya, susah. Namun, kalau kamu berfokus pada kata susah, memang itu yang terjadi. Kamu enggak bisa melangkah maju karena dalam pikiran kamu, kamu merasa enggak bisa, kamu yang membangun tembok yang enggak bisa kamu tembus dalam alam bawah sadarmu sendiri.
Sejak 2020, saya selalu membagikan materi pagi-pagi, antara pukul 7.00—8.00. Itu salah satu cara supaya kalian siap sejak pagi. Kalau kalian lihat saya membagikan sesuatu pagi hari, artinya hari “sudah siang” dan itu artinya kalian sudah harus siap menjalani hari itu (belajar).
Membangun kebiasaan itu enggak bisa dengan sekali jentikan jari. Membangun kebiasaan harus secara bertahap. Karena itu, saya selalu kasih materi pagi hari supaya kalian ada perasaan “enggak mau ketinggalan, makanya harus langsung bangun” (karena yang lain pun sudah “standby”).
Mental kalian harus mental berkompetisi. Enggak bisa kita menang kalau malas-malasan. Saya selalu bilang, jangan salahkan rasa lelahnya, salahkan manajemen waktunya. Enggak peduli selarut apa tidur semalam, bangun pagi. Tidur larut itu pilihan, bangun pagi itu sikap (karakter).
Di sini enggak perlu tanda hubung (-) karena konteksnya sudah jelas. Kenapa? Karena “baru” di situ sebagai adverbia, bukan adjektiva. Jadi, “baru dilantik” sudah pasti direkturnya, bukan perusahaannya. 😮💨
“Direktur perusahaan yang baru dilantik itu” adalah satu unsur subjek.
Kecuali begini (“baru” sebagai adjektiva dan merupakan perluasan subjek):
Direktur-perusahaan yang baru masuk koran (yang masuk koran direkturnya baru, perusahaannya lama).
Direktur perusahaan-yang baru masuk koran (yang masuk korang direktur dari perusahaan yang baru).
Antar- merupakan bentuk terikat. Penulisannya harus serangkai: antarkota, antarnegara, antarbangsa, antarsaudara, antarteman, dst.