butoable Profile picture
Jun 9, 2022 124 tweets 16 min read Read on X
sebuah kisah dari seorang mantan sopir pengantar barang, cerita yang lama, namun bisa diambil hikmah dari perjalanannya. ini lah #Mysthread Episode. Carteran

Horror Story
#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic
Saat itu kejadian tahun 2001. Aku sudah kuliah. Banyak kejadian yang tidak mengenakkan terjadi. Aku sering kesurupan juga sering sekali berkelahi saat itu. Tapi aku tidak pernah cerita Bapakku. Aku dan Bapakku dekat walau beliau agak keras saat aku masih kecil.
Mungkin wejangan dari alm kakek buyut membuat bapak berubah. Kehidupan kami juga berangsur membaik. Walau dari segi ekonomi terkadang masih kekurangan, bapak melarangku kuliah sambil bekerja. Aku harus fokus kuliah.
Tapi kadang kadang aku mencari pekerjaan walau menjadi kuli bangunan saat liburan. Tapi bapak marah dan melarangku.
Anyway, walau demikian, aku masih selalu telat membayar SPP. Jadi cara satu satunya adalah mencari beasiswa. Aku sebenarnya dapat semacam dispensasi di kampusku saat itu. Tapi kalau aku bisa mendapat beasiswa juga, aku bisa mendapat uang jajan. Cuma itu caraku.
Uang sakuku cuma untuk sekali naik angkot. Jadi cara apapun kutempuh supaya bisa mendapat beasiswa. Termasuk cara curang. Tapi bukan itu yang aku bahas di sini.
Saat kami kekurangan, ternyata ada seorang paman yang membuka pabrik furnitur di pinggiran kota besar. Bapak bertugas mengantarkan furnitur yang sudah jadi karena paman belum memiliki kendaraan saat itu. Dan bapak memiliki pick up hijet 1000. Lumayan membantu ekonomi kami.
Akhirnya, berangsur aku berhenti melakukan kecurangan saat ujian akhir semester. Ini beberapa kisahku saat membantu bapak mengantarkan barang.
Suatu hari, bapak bertugas mengantarkan meja dan kursi ke sebuah apartemen. Apartemen ini tidak diketahui bapak di mana tempatnya. Jadi, ada karyawan paman yang memakai motor untuk menunjukkan jalannya. Selain beberapa orang yang naik bak belakang. Aku bersama Bapakku di depan.
Sambil mendengarkan lagu lagu favorit bapak di tape mobil, kami meluncur. Perjalanan menyenangkan karena ini tender besar. Bapak juga dapat uang besar walau mengantar saja.
Setelah sampai, kami diarahkan satpam menuju sebuah parkiran bawah tanah. Dan parahnya, karena ini apartemen baru, parkiran ini hanya beberapa lampu yang menyala. Bapak parkir dekat lift barang. Tempat yang agak gelap.
Berbekal penerangan mobil dan senter, bapak dan seluruh karyawan mengangkut furnitur ke lift. Untunglah daerah dekat lift ada lampu. Jadi bisa mengecek furniturnya di dekat lift.
Dan kejadian ini, dimulai karena bapak tidak mengijinkanku ikut naik. Aku jaga mobil bapak. Aku membuka walkmanku dan memasukkan kaset lagu favoritku. Beberapa kompilasi lagu lokal. Sebagian lagu milik Slank, Sheila On 7 dan Jamrud dll. Lumayan untuk mengusir jenuh.
Tapi satu side kaset aku dengarkan, bapak belum juga turun. Aku lelah juga menunggu bapak. Tapi aku lelah juga mendengarkan musik. Aku mulai mematikan walkmanku.
Aku mulai jenuh sampai akhirnya aku dengar suara lift terbuka. Aku pikir karyawan paman keluar. Atau bapak mungkin. Tapi saat lift barang mulai terbuka lebar, tidak ada siapa siapa di sana. Sampai lift tertutup kembali. Seakan akan lift itu membawa sesuatu yang tak terlihat.
Ah untungnya penglihatanku tidak aktif saat ini. Aku tidak mau tau apa yang keluar dari lift. Aku mendengar suara langkah kaki berjalan cepat. Gelap sih, karena tidak ada lampu sama sekali di daerah mobil bapak parkir. Hanya lampu dari dekat lift saja.
Aku ingin tau siapa yang lewat. Langkah kaki itu semakin cepat dan cepat mendekati mobilku.
Aku sadar, kalau ini pencuri mobil, bisa gawat aku. Langkah kakinya berat. Laki laki sepertinya. Aku mengambil kunci ban di dekat kaki dengan meraba raba. Aku menemukannya.
Saat langkah kaki sangat dekat dengan mobil, tangan kananku menyembunyikan benda keras itu di balik punggung. Langkah kaki itu berhenti. Berhenti sebelah kanan depan mobil. Jantungku berdetak kencang. Ah sial siapa dia? Mau apa dia? Hatiku berkecamuk antara bingung dan marah.
Sedikit marah karena jika ini manusia, "cari kerjaan sana. Jangan kriminil". Kalau bukan... Hell shit... Tapi aku beruntung langkah kaki itu meneruskan jalannya.
Agak lama, aku melihat cahaya senter. Ah satpam sepertinya. Dia mendekatiku dan mengetuk kaca.
"Mas, saya pikir nggak ada mobil parkir disini. " katanya.
"Kan saya yang antar furnitur tadi pak. Bapak sendiri yang arahin ke sini. " jawabku.
"Tau gitu saya nyalakan lampunya mas. " kata satpamnya dengan logat Jawa yang kental.
"Iya pak nyalakan saja. Jenuh soalnya. Ambil barang nggak kelihatan apa apa. " sahutku
Setelah berbincang agak lama masalah lain, satpam tersebut pamit dan menyalakan lampu. Ini sebuah kesalahan. Aku mendengar langkah kaki lagi. Dari tempat yang tanpa penerangan. Saat langkah kaki mendekat, aku tidak melihat siapa-siapa. TAPI AKU MENDENGAR LANGKAH KAKINYA.
Telingaku ada masalah setelah memakai headset? Agak lama... Aku mendengar suara langkah kaki yang berlari. Ternyata sama. Tidak ada siapa siapa juga. Yang aku syukuri, saat itu penglihatanku tidak aktif. Tidak apa-apa lah. Lalu ada satpam lagi yang datang.
Yang kali ini agak gemuk. Bajunya jelas seperti seragam satpam tadi. Mungkin dia mengecek tempat parkir.
Saat mendekati mobil, aku segera beristighfar. Wajah satpam tersebut hancur ternyata. Aku baru saja senang karena gak bisa melihat. Sempat satpam itu melihat mobil bapak. Aku memegang erat lagi kunci ban ini. Dia mendekati mobil.
Tapi entah kenapa tiba-tiba dia meneruskan jalannya. Padahal sempat mendekati mobil. Lalu seseorang menepuk bahuku. Aku kaget dan reflek hampir menghantarkan kunci ban.
Ah ternyata temanku. Jani. Teman gaibku ini duduk di belakang setir.
"Ngapain di tempat gelap seperti ini? " tanyanya. Kami waktu itu sudah bisa berkomunikasi tanpa berbicara. Sebelumnya sih kalu ngobrol dilihat orang lain aku kayak orang gila. Ngomong sendiri.
"Aku bantu bapak. Lumayan uang lebih. Bisa buat bayar sekolah. " jawabku.
"Lebih baik kamu keluar saja. Disini tidak aman. " katanya.
"Iya sih. Posisi sore gini di luar lebih terang. Tapi ya jalannya gelap. Mana mobilnya di tengah.
Kalau kesandung atau ada mobil lain masuk malah bahaya" jawabku.
Kami berdua cuma duduk duduk saja setelahnya. Mau cerita apa juga bingung. Toh dia tau aku di kuliah gimana. Di rumah juga gimana.
Tidak lama, ada yang berjalan mendekati lift. Aku lihat ada wanita tua. Pakaiannya compang camping. Dia seperti mencari sesuatu di tempat sampah. Kasihan sekali... Aku pernah di posisi seperti itu. Di sakuku ada uang saku sedikit. Seribu rupiah.
Kala itu bisa membeli satu porsi makanan. Tapi saat aku mau membuka pintu, temanku melarangku.
"Jangan. Dia bukan manusia. " kata Jani.
"Ha? Kayaknya pemulung aja. Kasihan dia cari makan di tempat sampah. " kataku.
"Lihat dengan jelas. Wajahnya sepertinya agak hancur. " kata Jani.
Aku tidak bisa melihatnya karena terlalu jauh. Tidak lama.. Wanita itu menoleh ke arah kami. Lalu pergi.
"Kamu ingin lihat apa yang dia makan di sana? " tanya Jani.
"Jelas lah. Aku ingin tau apa yang dia jilati di tempat sampah tadi. " sahutku.
Jani menutup mata sebentar lalu menyuruhku keluar. Aku membiarkan mobil terbuka supaya dia ikut keluar. Kami mendekati tempat sampah. Sebelumnya kami melihat kanan kiri. Siapa tau ada mobil lewat. Karena sebagian jalan masih gelap. Lalu aku menengok ke dalam tong sampah.
Aku mengumpat sejadi jadinya. Oh sial... Tidak ada makanan atau minuman di tempat sampah ini. Isinya potongan kayu sisa material dan pembalut bekas. Masih berlumur darah.
Aku tidak jijik sih. Cuma aku kaget saja. Makhluk tadi menjilati benda ini tadi? Jijik sumpah. Ak menyuruh Jani masuk mobil dulu. Ladies first. Baru aku masuk.
"Kok bisa ya? Dia jilatin begituan. " aku bergumam heran.
"Beberapa makhluk memiliki makanan yang berbeda. Ada yang makan rasa takutmu, ada menjilati sisa kotoranmu, ada juga yang suka darahmu. Ada yang menjilati tulang. Ada juga yang menjilati handukmu. Beda beda. " kata Jani.
"Kalau kamu, makan apa? " tanyaku.
Dia cuma senyum menyeringai. Tidak menjawab.
"Gak seram tau! Gak apa apa kalau gak mau jawab. " kataku. Yah mereka tidak punya fisik sih. Jadi mungkin makannya sesuatu yang tidak memiliki fisik juga.
Lalu semuanya agak menyenangkan. Tidak tegang lagi. Kami bermain tebak tebakan. Jika ada langkah kaki yang lewat, itu manusia apa bukan. Kebanyakan sih bukan. Tapi aku masih agak shock dengan suara langkah kaki. Aku menebaknya satpam.
Ternyata yang datang satpam wajah hancur itu lagi. Mana posisi sudah maghrib. Semakin lama semakin banyak langkah kaki yang terdengar. Aku agak jenuh lalu menyalakan walkman lagi. Jani sepertinya dengar juga walau tidak memakai headset. Dia menyuruhku memutar lagu favoritnya.
Shepia-nya Sheila On 7.
Sampai agak lama, lift terbuka. Kali ini yang keluar bapak dan karyawan karyawan paman. Jam 6 lebih kami meluncur pulang. Tapi itu bukan furnitur yang terakhir kami antar.
"Kamu mau ikut bapak gak, nanti siang? Mumpung liburan. " tanya bapak.
"Kirim kemana pa? " aku balik nanya.
"Kirim lemari ke apartemen. " jawab bapak.
"Apartemen kayak dulu? " aku tanya bapak lagi agak khawatir.
"Enggak. Beda apartemen. Tapi kali ini berat. Karena lemari ukiran. " kata bapak.
Aku iyain aja. Toh sudah siapin banyak batre charge buat walkman. Sekalian bawa 3 kaset jebolan lagu lagu AMI. Lanjut berangkat ke pabrik furnitur milik paman. Ternyata barangnya besar banget.
Paman sudah nyewa pick up lain juga buat bawa lemari. Kalau yang aku bawa entah apa. Ukirannya banyak. Lemari juga tapi lebih kecil. Akhirnya setelah kami selesai menaikkan furnitur ke atas mobil, kami meluncur.
Di jalan, aku tidak menyalakan walkman. Aku yakin bakalan lama. Karena banyak sekali yang harus dirakit nanti. Tapi salah satu karyawan paman, meminjam walkman. Aku tidak perbolehkan. Hemat baterai lah. Akhirnya, bapak memperbolehkan dia memasang kaset di tape mobil.
Ada 3 kaset milikku yang dipegang dia. Yang satu dari band Naif, yang satu lupa Godbless atau Ada Band, yang satu kompilasi lagu lagu Cinta. Malah yang disetel Andy Liani. Sanggupkah. Mana disetel kencang volumenya. Waktu itu pas dimainkan "Sanggupkah".
"Wah, gila... Pak anaknya lagu omongan kotor. Cak cuk tok isinya. " kata karyawan paman. Aku tidak kenal namanya karena aku jarang ngobrol dengan karyawan karyawan paman.
"Ya maklum. Anak muda. " kata bapak.
"Ganti aja. " dia ngambil kaset kompilasi lagu Cinta.
Waktu itu yang dimainkan "Syair Kehidupan" punya Ahmad Albar.
"Wah lagu gak jelas semua. berisik. " kata dia.
Aku agak kesal karena mindset manusia zaman dulu, kalau nggak paham dibilang berisik nggak jelas. Dia yang gak belajar melodi lagu, yang disalahin lagunya. Judulnya aja sudah ada di kaset.
"Anakku memang pinginnya kerja di luar. Makanya kasetnya nggak ada yang dangdut. " kata bapak
Akhirnya tape dimatikan juga. Memilih ngobrol bareng bapak. Jujur aku agak kesal. Walau banyak sepupuku yang kayak gini juga, aku masih belum terbiasa.
Waktu sampai apartemen, perasaanku jadi tambah nggak enak.
Kali ini aku yakin bakal kejadian lagi seperti di apartemen sebelumnya. Gimana gak kejadian, ini apartemen baru jadi kayaknya... Tahap pembangunannya baru selesai dan jalan saja masih belum tahap finishing. Apalagi parkirannya.
Setelah menurunkan barang, bapak membantu karyawan paman. Dan benar saja. Aku ditinggal sendirian di parkiran. Tapi kali ini nasibku beruntung. Aku ditemani 2 temanku. Tidak hanya Jani. Tina juga ikut.
Saat karyawan paman dan bapak masuk lift barang, aku duduk ke tengah. Dekat tuas kopling pick up. Jani di belakang kemudi dan Tina di sebelah kiri. Aku masih belum menyalakan walkman. Aku memilih ngobrol bersama mereka. Agak risih juga ni mulut.
Karena sepanjang perjalanan aku memilih diam. Apalagi agak jelek nih "mood" ku. Karena sejak awal nggak mau nemenin bapak. Karena kejadian terakhir aku disuruh jaga mobil. Dan sekarang kejadian lagi. Setelah muatan diturunkan, bapak memarkir mobilnya ke seberang lift barang.
Dengan kaca depan menghadap lift barang lagi.
Aku masih ngobrol sekitaran masalah kuliah. Ada masalah yang saat itu agak susah. Non fisik juga. Tapi tidak bisa diceritakan di sini. Belum satu jam kami mengobrol, lift barang terbuka.
Karyawan paman, sebut saja namanya parman (aku gak kenal namanya) turun dari lift dan jalan mendekatiku. Dia membuka pintu dan menyuruhku geser ke belakang kemudi. Aku jadi dongkol karena kedua temanku pindah ke belakang lagi. Ini orang agak ganggu.
Kenapa gak buka pintu satunya saja. Yang di belakang kemudi.
"Aku disuruh bapakmu nemenin kamu. " katanya. Gak mungkin lah. Ni karyawan senior mau mangkir dari kerjaan kayaknya. Nggak salah dugaanku. Ni orang milih tidur sambil duduk. Aku akhirnya memainkan walkmanku. Ada Band aku setel lagi jadinya.
Tapi biasa, ni cewek cewek minta ganti lagu favoritnya. Karena aku malas memencet flash forward, aku mainkan dulu lagu lainnya. Yah.. Walkman nggak seperti mp3. Tinggal pencet dah ganti lagu. Cuma herannya aku yang pakai headset tapi mereka bisa dengar juga? Nggak paham juga aku.
Satu side lagu habis si parman tiba tiba bangun. Pas aku memutar kasetku ke side lain. Dia menanyakan ja berapa lalu mengajak ngobrol. Parahnya nih orang merokok juga. Ya aku masih Kuliah. Dan merokok juga. Tapi merokok dalam mobil bapak gak pernah. Karena kasihan bapak.
Bau rokok ganggu bapak nanti. Bapak bukan perokok. Tapi aku merokok dan bapak tau. Asal tidak di dalam mobil.
"Kuliah dimana? " tanya parman
"Kampus favorit lah. Satu rayon sama Kampus kakak dulu." jawabku.
"Sudah punya pacar ya. Kecil kecil pacaran paling. Lah kamu kayak bapakmu " kata parman.
"Iya lah. Memang bapak punya pacar? " tanyaku.
"Enggak sih. Tapi bapakmu banyak disukain cewek. Tapi bodoh. Gak mau ngambil. Lumayan, bisa punya ibu 2 kamu kalau bapakmu mau padahal. " kata parman. Jujur aku kira bercanda saat parman cerita. Ibu cerita pas aku sudah kuliah dan nikah kalau bapak pernah disukai banyak orang.
Bahkan ada pengusaha kaya yang meminta jadi istri kedua. Tapi Ibu gak mau.
Gak lama suasana berubah. Aku lihat jam sebelumnya, sudah jam 3. Setelah ashar. Ada suara langkah kaki. Tapi tidak ada wujudnya. Padahal lampu di parkiran ini nyala semua. Parman agak khawatir karena cuma beberapa mobil saja di sana. Dan parkirnya agak jauh semua dari mobil kami.
Aku juga agak khawatir. Awalnya langkah kaki ini jarang. Sampai agak lama, langkah kakinya semakin sering. Bahkan terkadang melewati mobil kami.
"Kamu dengar gak suaranya? " tanya parman.
"Denger. Kenapa pak? " tanyaku
"Enggak... Sepertinya ada yang jalan dari tadi. Kok nggak ada wujudnya" kata parman.
"Kapan hari juga gini pak. Apartemen apa sih ini namanya? " tanyaku.
"Nggak tau. " kata parman. Lalu tiba tiba aku melihat bayangan aneh di samping parman. Oh shit... Makhluk itu berwajah tidak jelas. Hancur sampai aku tidak tau dimana letak matanya. Dia mengetuk kaca di samping parman.
Parman menoleh dan berteriak. Makhluk itu sepertinya heran dengan kami berdua. Seketika mata parman yang ngantuk menjadi terbuka lebar. Saking kagetnya, dia melempar rokoknya ke arahku. Sialan ni orang. Saat jatuh, aku menginjak rokok itu.
Makhluk itu tiba tiba berhenti melihat kami. Dia melihat atas mobil. Ada sesuatu yang membuatnya pergi. Sepertinya Jani mengusirnya.
"Kamu lihat tadi? " tanya paan ke aku.
"Enggak. Lihat apa sih pak? " tanyaku pura pura nggak lihat.
"Kamu gak lihat tadi? Setan tadi? " tanya parman heran.
"Sampean ngantuk paling pak. Tidur lagi sana. " kataku.
"Wah gak beres ini. Aku balik lagi saja. " kata parman.
Dia melihat sekeliling mobil, lalu membuka pintu dan masuk ke lift barang. Sambil mengucek matanya. Dia naik lagi ke atas. Kali ini aku yang tidur di mobil sambil membuka sedikit jendela. Gerah sih. Tapi kalau jendela dibuka lebar bisa kejadian yang enggak enggak.
Tentu saja sambil dengerin musik. Setelah tertidur agak lama, baru sadar baterai walkman habis. Aku segera duduk dan mengganti baterai. Tapi perhatianku teralih saat mendengar suara langkah kaki mendekat.
Setelah lewat depan mobil, yang terlihat malah wanita yang berjalan dengan high heels. Pakaiannya sih agak minim. Rok pendek dan kaos agak ketat. Sayangnya seluruh tubuhnya berlumuran darah dari kepalanya. Darah itu mengalir ke wajah, leher lalu sampai ke badannya.
Dan tiba tiba ada tangan menyentuh pundakku. Aku terperanjat kaget. Ternyata Tina. Dia mengacungkan satu jari di depan mulut. Tanda diam. Aku masih agak ling lung karena bangun tidur jadi bingung. Ternyata tidak seberapa lama, parkiran ini banyak makhluk berlalu lalang.
Aku bahkan tidak jadi memutar kasetku lagi. Bahkan aku tidak jadi mengganti baterai. Aku cuma mengumpat dalam hati. Bapak belum juga datang. Padahal sudah maghrib. Makhluk makhluk berwajah tidak jelas seperti meleleh dan berbalut kain putih berjalan kesana kemari.
Kadang di samping mobilku juga. Kalau di sampingku tidak ada teman gaibku, mungkin agak jenuh juga berusaha diam berjam jam. Jani ada di bak belakang. Sepertinya dia bersiap siap untuk kemungkinan yang terburuk. Sampai lift barang terbuka... Aku agak lega.
Tapi yang keluar bukan Bapakku. Atau pegawai pamanku. Yang keluar makhluk lain. Sebagian berjalan normal. Bertubuh normal. Hanya saja selalu menunduk. Bajunya juga memakai pakaian kemeja. Sebagian merangkak.
Setelah agak lama, baru lift kembali tertutup. Dan berjalan. Entah ke lantai berapa. Aku cuma berharap, yang keluar dari lift ini manusia normal. Tapi sepertinya, lift berjalan lambat. Aku melihat wanita berbaju merah berjalan dari depan mendekati mobilku.
Aku kenal dia... Tapi aku tidak mau menyapanya saat ini.. Sampai di depan mobilku, dia hanya tersenyum dan memandangku. Dia sepertinya ingin berkata "aku menemukanmu" dari senyumannya. Lalu lift terbuka.
Kali ini aku agak tenang. Yang keluar bapak dan beberapa karyawan paman." Semoga saja ini bukan makhluk shapeshifter" pikirku. Dan benar saja. Bapak membuka pintu dan menancapkan kunci. Tina segera pindah ke belakang bak pick up.
"Tadi ada pegawai paman kesini ya? " tanya bapak menstarter mobil.
"Iya" jawabku singkat.
"Pegawai senior ya gitu. Berani mangkir. Tapi balik balik lari kayak habis lihat setan. " kata bapak.
"Kamu juga lihat setan tadi? " tanya bapak.
Aku mengangguk.
"Sebenarnya bapak ingin ajak kamu ke atas. Tapi nanti dikira bapak mempekerjakan anak di bawah umur" kata bapak.
Benar juga sih. Tapi seram juga sendirian di mobil. Tapi bapak kalau pulang melewati sebuah hutan kecil. Kalau sendirian bahaya dan kasihan juga. Bapak menjalankan mobilnya menembus malam. Sebagian karyawan paman ikut mobil bapak dan aku dengar, katanya liftnya aneh.
Masa' setiap lantai berhenti. Dan pintu terbuka seperti ada yang ikut masuk.
Aku berharap kalau mengirim barang, aku tidak sendirian di mobil lagi. Tapi bapak meninggalkanku di mobil seperti biasa. Tapi sepertinya pengalaman seperti itu tidak terjadi lagi. Bagus lah. Siapa juga yang mau melihat hal yang sebaiknya tidak terlihat.
Tapi kejadian aneh terjadi lagi di kota ini... Tapi aku selalu bersama bapak walau tersesat di kota ini.
Banyak kejadian yang kurang menyenangkan waktu antar furnitur. Terjebak di hujan yang dingin sampai es batu yang turun salah satunya. Yang paling ngeri, mobil mogok di hutan. Untuk pulang ke rumah memang lewat hutan hutan. Tapi sekarang sudah jadi perumahan.
Namanya juga pinggiran kota besar. Tapi alhamdulillah nggak ada kejadian mistis walau mogok di hutan. Cuma, seperti ada yang mengawasi saja.
Tapi ada kejadian yang tak bisa aku lupakan sampai saat ini. Tahun 2002 aku agak lupa. Tapi kejadian ini membuatku penasaran, kenapa terjadi pada kami. Kami mengantar barang seperti biasa. Tidak ada kejadian aneh juga di apartemen yang kami singgahi. Semua aman.
Mungkin 2 apartemen sebelumnya memang angker karena kawasan yang belum terjamah manusia sebelumnya. Setelah mengantar karyawan paman, kami pulang ke rumah. Perjalanan pulang ini sepertinya perjalanan pulang terpanjang di pengalaman kami.
Jam tangan baruku menunjukkan pukul 14.12 saat itu. Jam tangan hadiah dari pamanku yang bekerja di perusahaan milik negara. Bapak menyetel tape mobil dengan kompilasi lagu lagu lama, macam sarwana, kang ebiet, koes plus. Lumayan mengatasi rasa jenuh sepulang kerja.
"Nanti kita pulang sambil cari jalan ke rumah calon kakakmu ya" kata bapak saat mobil keluar dari kompleks pabrik furnitur paman.
"Bapak tau rumahnya dimana? " tanyaku.
"Tidak. Makanya kita telusuri jalan yang belum pernah kita lewatin. Besok antar barang kita telusuri lagi" kata bapak.
"Tapi katanya bapak pernah lewat semua jalan di sini?" tanyaku.
"Iya. Waktu itu masih tanah kosong sebagian. Sekarang jadi pemukiman. Katanya calon kakakmu rumahnya perumahan baru. " kata bapak.
Kami berkendara tanpa terburu-buru. Karena jarang tugas selesai sesiang ini.
"Kakakmu nggak mau kuliah. Kakakmu pinginnya nikah. Nanti kamu yang harus kuliah. " tutur bapak di perjalanan.
"Tapi, kalau kuliah.. Uangnya dari mana? " tanyaku heran.
"Bapak sudah punya tabungan sebenarnya. Untuk kamu kuliah. Tapi kakakmu bilang, buat apa sekolah tinggi tinggi kalau cuma jadi ibu rumah tangga saja" cerita bapak.
Aku cuma diam. Aku bingung, karena kuliah butuh uang yang gak sedikit.
Kami masuk ke sebuah gang. Besar sekali. Tapi tiba tiba menjadi rimbun oleh pepohonan. Sebagian pohon durian. Sebagian pohon apa aku kurang tau. Dan anehnya, jalan tiba tiba sempit sekali.
"Pak, sepertinya jalannya sempit. Nggak mungkin lewat sini sepertinya. " kataku.
"Bapak tau. Tapi putar balik kok tidak ada tempat ya? " bapak heran. Kanan kiri pohon pohon saja sepertinya. Karena bapak kenal tempat daerah sini. Dan kita tidak lewat jalur hutan.
Belum lama kami tegang karena jalanan gelap, tiba tiba kegelapan datang.
Suasana seperti hampir malam. Kabut menghalangi jalan kami. Belum jam 4 sore tapi suasana seperti ini. Kabut tipis ini sepertinya ingin menyembunyikan sesuatu. Dan ternyata kanan kiri kami hanya makam yang terlihat.
"Pak, ini area pemakaman sepertinya. Kita nggak di jalan ini. " kataku.
"Iya. Tapi mau putar balik, putar balik di mana? Bukan motor ini. Bisa putar balik mudah. " jawab bapak.
"Suasananya kok jadi kayak isya' gini ya?" tanya bapak.
Aku tidak menjawab. Aku yakin ada yang aneh saat kita masuk ke sini. Aku juga seperti merasakan ada yang aneh. Dari mataharinya yang tak terlihat, kabutnya, bahkan makamnya. Aku kira ini ada yang salah.
Aku melihat beberapa orang. Jarak mereka berjalan antara satu dengan yang lain agak jauh. Sepertinya mereka pulang dari sawah. Sepertinya... Karena mereka membawa celurit, parang, cangkul. Seperti keperluan bertani. Hanya saja, wajah mereka selalu menunduk.
Tidak ada yang mau mengangkat wajahnya. Yang perempuan mengikat kepalanya dengan kain. Yang laki laki memakai caping. Mereka pun berjalan pelan sekali. Setelah berpapasan dengan mereka, kadang aku melihat spion. Sepertinya mereka melihat mobil kami dengan heran.
"Pak, mereka kok kayaknya heran lihat mobil kita? Tiap kita lewatin, mereka berhenti untuk menengok. " kataku
"Kita segera tanya jalan kalau ketemu orang lagi" kata bapak sambil membuka kaca jendelanya.
Mobil berjalan pelan (memang susah medannya karena sempit dan tanahnya tidak layak untuk kendaraan). Bapak mencoba berhenti untuk menanyakan jalan setiap ada orang yang lewat. Tapi setiap kami mau berhenti, mereka mempercepat jalannya. Bapak cuma bisa geleng geleng.
Tapi mau bagaimana lagi. Jalan satu satunya ya kembali. Tapi putar balik juga susah buat mobil. Aku sempat melihat sedikit tempat yang tidak ada makamnya. Mungkin cukup untuk putar balik.
"Pak berhenti. Di sini bisa buat putar balik. " kataku.
"Sempit sih. Bisa lama putar balik di sini. Kita cari di depan. Siapa tau kita menemukan tempat lebih luas. " kata bapak.
Jalan sebentar, kita bertemu orang lain. Dia membawa cangkul dan wajahnya masih tertutup caping. Bapak segera membuka lebih lebar kaca mobilnya. Bapak bertanya dalam bahasa Jawa. Tapi aku terjemahkan bahasa Indonesia.
"Permisi pak, nuwun sewu" kata bapak sambil membuka pintu mobil. Tapi anehnya orang itu mendorong pintu mobil seakan tidak memperbolehkan bapak turun dari mobil.
"Pak, jalan menuju Hotel K****** lewat mana ya? " tanya bapak.
"Sampean bukan orang sini ya? " tanya orang tersebut sambil berusaha menutupi wajahnya dengan capingnya.
"Bukan pak. " jawab bapak.
"Kalian balik saja. Di depan tidak ada apa apa untuk kalian. Balik saja. " jawab orang tersebut.
Kami berdua berterima kasih. Tapi orang tersebut tak menghiraukan dan berjalan cepat. Hingga kabut menutupinya.
Bapak memilih memundurkan mobil. Dan dengan spasi yang kecil, di tempat yang sedikit kosong tadi, bapak mencoba memutar mobilnya. Sulit sekali. Butuh waktu agak lama supaya mobil bisa putar balik. Sampai akhirnya kita bisa putar balik, bapak memacu mobil agak cepat.
Yang aneh, kami seharusnya bertemu dengan orang orang yang berpapasan dengan kami tadi. Yang seperti pulang dari sawah. Tapi tidak kami temui sama sekali siapapun di jalan. Kecuali orang yang kami tanyai jalan tadi. Aku membuka jendela dan mengucapkan terima kasih.
Aku sempat memandang wajahnya. Gelap dan hitam. Seperti tak ada wajah di balik capingnya.
Saat kami keluar, adzan isya' berkumandang. Tapi jam tanganku menunjukkan sekitar setengah 4 sore. Jam ini tidak pernah rusak sebelum dan sesudah kejadian itu. Sampai jam itu hilang dicuri temanku pun beberapa tahun setelahnya, jam itu tidak rusak.
Aku tidak tau apa yang terjadi saat itu. Apakah kami berkendara di dimensi lain? Atau memang tersesat di kuburan? Kami tidak tau. Bapak sempat mencoba ke tempat itu lagi. Tidak ada pemakaman. Yang ada rumah rumah warga. Bapak dan aku tidak tau, apa yang kita lewati kemarin.
Di daerah tersebut ada 1 pemakaman besar. Tapi tidak mungkin kita tidak kenal jalannya karena dekat rumah paman (bukan pabrik furniturnya). Dan itu pun masuk ke tengah kota. Tempat tersebut aku coba kunjungi beberapa kali dengan temanku setelah aku memiliki motor sendiri.
Tapi tetap saja, perumahan warga. Dan tidak ada pemakaman seluas tempat kami berkendara.
Tidak ada kejadian aneh setelahnya saat mengantarkan barang. Dan, saat tahun 2002, mobil Bapakku terbakar saat di las. Kami terpaksa berhenti mengantarkan furnitur.
Aku hanya bertahan dengan beasiswa untuk kuliah. Dan bapak, tidak bekerja mengantarkan barang lagi. Tapi mengantarkan manusia. Terkadang yang masih bernafas. Terkadang tidak. Apapun kami lakukan asal mendapat rezeki halal.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with butoable

butoable Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @butoable

Jun 10, 2022
Kisah ini cukup klasik karena terjadi di rumah, ya meskipun terkesan klasik, inilah kisah nyata yang aku alami bertahun-tahun di rumah dan keseharianku. Ini lah #Mysthread Episode. Singid

Horror Story
#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic Image
BABAK 1 – PENGANTAR
Halo, Semuanya.
Berhubung di sini sudah banyak yang menceritakan kisah horrornya, ada yang karangan belaka maupun kisah nyata, disini aku mencoba berbagi cerita tentang kisah nyata yang aku alami.
Bisa dibilang kisah ini cukup klasik karena terjadi di rumah, ya meskipun terkesan klasik, inilah kisah nyata yang aku alami bertahun-tahun di rumah dan keseharian aku. Karena kalau dipikir-pikir, kenapa sutradara film horror sering menjadikan rumah sebagai seting utama,
Read 27 tweets
Jun 5, 2022
Bagaimana kelanjutan kisah Mala setelah dikejutkan dengan pengakuan Sari, bahwa Mala harus segera pindah?!

ini lah #Mysthread Episode Kontrakan Mala Bagian 2

#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic
oke, sebelumnya bag yang belum tahu kisah awal Kontrakan Mala, aku udah buatkan thread khusus mengenai bab-bab keseluruhan kontrakan mala, jadi kalian ga usah takut ketinggalan, semuanya udah ada di sini.

baik lah, sekarang aku akan lanjutin cerita tentang misteri Kontrakan Mala bagian 2.

selamat beraudensi.
Read 53 tweets
Jun 3, 2022
Kisah misteri rumah kontrakan, cerita ini sangat spesial karena diceritakan langsung sama orang yang pernah tinggal di sana berdasarkan kisah nyata. Ini lah horror story #Mysthread Episode. Kontrakan Mala Bagian 1
-----
#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic Image
Jadi waktu itu tahun 2015 bulan Juli, ceritanya ini aku merantau ke kota Malang yang dulunya aku itu juga hampir 4 tahun di sana sebagai Mahasiswi di kampus Almet biru, bukan sebagai pengangguran seperti sekarang, setelah wisuda tahun 2014 bulan April baru dapat ijazah bulan Mei.
Waktu itu aku bilang sama temenku wanita, Sebut saja namanya Tika.
Read 46 tweets
May 28, 2022
Cerita kali ini menurutku istimewa, karena ini berdasar dari kisah nyata dan pengalaman pribadi. sebuah cerita pengalaman seseorang ketika menyelami dunia klenik, di desa pesisir pantai selatan.
Ini lah #Mysthread Episode. Mira
___
#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic
Perkenalkan semuanya, panggil saja aku Mira, di sini aku akan bercerita mengenai kisahku, mungkin sangat "horor" yaa, jadi saya sebelumnya saya minta berdoa dulu sesuai dengan kepercayaan kalian.

selamat berinteraksi dan semoga tidak terjadi apa-apa
"Mira, kamu berbakat jadi dukun hebat," kata kakek suatu sore. Kata bernada pujian itu terlontar dari bibir kakek setelah sekian bulan. la memantau perkembangan murid-muridnya. Murid yang istimewa, karena semuanya memiliki pertalian darah.
Read 112 tweets
May 26, 2022
Cerita ini datang dari salah satu temanku yang berkuliah di Malang, cerita ini 'seru', karena ini adalah sebuah kisah yang ia alami bersama keluarganya, ini lah #Mysthread Episode. Jalan Pulang Mojokerto dan selamat membaca
---
#bacahorror @bacahorror @mwv_mystic @IDN_Horor
Sebelumnya aku sampaikan terima kasih kepada warga sekitar yang telah berkenan membaca ceritaku di #Mysthread ini, sebut saja namaku Wildan.

DISCLAIMER: Big Thank's buat yang udah Retweet
Malam menyelimuti puncak Malang. Tapi jalanan puncak Malang tak kunjung sepi. Masih ada saja pedagang yang menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan. Beberapa warung makan juga masih terlihat melayani pelanggan.
Read 81 tweets
May 24, 2022
Kali ini kita akan mendegarkan cerita dari salah satu narasumber yang telah sukarela bercerita kepadaku, karena menurutku ini adalah aib, maka mengenai nama aku samarkan.

Ini lah #Mysthread Episode. Kesiksan
---
Nuwun Sewu @bacahorror #bacahorror @IDN_Horor @mwv_mystic Image
Sebelumnya aku sampaikan terima kasih kepada warga sekitar yang telah berkenan membaca cerita saya di #Mysthread ini, sebut saja nama saya Fira, terima kasih juga sudah mendukung cerita-cerita #Mysthread

DISCLAIMER: Big Thank's buat yang udah Retweet
Ada suatu Hal yang tentu tidak disukai keluarga bundaku, hingga pernikahan mereka hanya bertahan sampai usiaku 4th. Kakak bundaku ini adalah pakdeku. Ajaibnya pakdeku mempunyai dua istri, dan kedua istrinya inipun tidak masalah akan hal itu.
Read 53 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(