Setelah kemarin menulis 5 essays ttg cita2, nilai2 hidup & sejarah sosialnya, malam ini putriku menulis review Asian Science Camp, mulai Fisika Partikel, Materi Gelap, #Neurosains, Biokimia, Matematika dll.
Deadline besok jd gak bisa kutelp🤔
Menulis essays adalah ketrampilan yg harus dia kejar. Tak terlalu memprioritaskan itu selama di Jakarya. Untunglah kamp pelatihannya menyediakan porsi cukup banyak utk latihan menyusun essay yg utk kampus2 di AS sama pentingnya dgn mengerjakan test Matematika
Bahkan di beberapa kampus sains teknologi top di AS, tak ada wajib ikut test Matematika atau Sains..melainkan mencukupkan syarat pembuatan essay, wawancara, nilai sekolah saja serta kegiatan ekstrakurikuler
Alasannya karena pandemi
Tapi saya menilai bahwa pandemi jd momentum bagi kampus2 sains telnologi u/ menggali aspek non akademis (karakter & lingkungan sosial) si calon ilmuwan & teknolog didikan mereka kelak.
Pun tema Asian Acience Camp 2022 tentang Science for Society & Hummanity
Karakter itu hanya bisa diperoleh dengan membaca essays mereka serta wawancara ttg cita2 & nilai2 hidup mereka.
Putriku & teman2nya cukup kaget mendapati itu karena lahir dr tradisi test Sains & Matematika (beberapa juara Olimpiade Sains & Matematika)
Putriku cerita bahwa dia dkk mencoba hanya mau mendaftar kampus2 bagus yg tak mewajibkan essays tp hanya bergantung tes tertulis Sains & Matematika.
Kenyataannya: banyak kampus Sains top AS mewajibkan essays & menghilangkan test Sains & Matematika!
Menulis narasi besar lewat esay, berkolaborasi memecahkan masalah, mengemukakan cita2 hidup & nilai2 hidup mereka secara terbuka...itu kebiasaan yg memang tak terlalu dianggap pokok di sekolah2 di Indonesia
Saatnya membangun tradisi baru di dunia (juga Indonesia) bahwa memahami Sains Teknologi tanpa Filsafat & Sejarah adalah jalan menuju robotisasi manusia..
Anak2 harus kita ingatkan soal ini. Itu tugas mulia terakhir orang tuanya. Selebihnya percayai mereka
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dpt kabar duka wafatnya Fisikawan Teori, Prof. Pantur Silaban, dr ITB. Spt jg Fisikawan2 Teori, kebanyakan wafat sambil masih berupaya merujukkan Relativitas Umum & Mekanika Kuantum...Moga2 beroleh Teori Segalanya dlm keabadianmu, Prof fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?ceta…
Bagiku Fisikawan2 Teori itu seperti begawan2. Berdiri di depan tanpa kelihatan, berdiri di tengah tanpa bisa diraba, berdiri di belakang tanpa bisa dirasa. Hanya saat manusia menyempatkan diri merenung & berpikir, kita perlu berterimakasih pd mereka
Fisika Teori itu jalan sunyi..Pernah kubisikkan pd putriku, "Tempuh jalan sunyi itu.."
Dalam dunia yg bingung sebab kecerdasan manusia dilampaui mesin2 cerdas u/ kerja2 fisik & rutin, manusia butuh Filsafat. Filsafat yg ditopang Fisika Teori.
Saya tidak percaya ada 1 masyarakat yg sebagian besar masyarakatnya mengidap phobia pada identitas mayoritas masyarakat tsb. Misal: Islamphobia melanda mayoritas penduduk satu kota yg mayoritas penduduknya Muslim.
Tidak masuk akal. Mengada2
Jika mayoritas penduduk mengalami phobia (takut, ngeri & jijik) pd identitas mayoritasnya, SUDAH LAMA MASYARAKAT ITU BUBAR...(bahkan masyarakat itu tak pernah lahir...sejak awal sudah rusak unsur pembentuknya)
Dalam satu masyarakat yg mendengar adzan 5 kali sehari, sholat berjamaah besar2an seminggu sekali, identitas keIslaman tampil dominnan dalam kehidupan sehari2, jika masyarakat itu phobia maka pasti banyak orang histeris & stress karena mengidap phobia tsb
Kira2 wajar gak jika ada yg ngingatin kamu agar Liverpool tak gagal di UCL lagi dengan membandingkannya dgn salah kelola sebuah klub bola di kampungmu?
Bisa aja sbg pembicaraan pinggir jalan tp saran sebaik apapun tak kan berdampak apa2 krn gak njelasin apa2
Orang yg banyak baca & pengetahuan itu berbahaya...jika tak disertai kaidah2 berpikir analitis.
Mereka bisa membuat banyak orang terkesan dgn banyaknya pengetahuannya tp semua itu bukan jd jendela2 ilmu melainkan lorong2 kesesatan..
Pengalamanku ngobrol dgn anak usia 7 tahun beberapa hari lalu & dgn bocil 5 tahun (anaknya @amflife) td malam mengajariku berpikir filosofis & matematis. Tentang kesukaan orang u/ dibohongi & ttg geometri. Meski bacaan 2 bocil itu lbh sedikit dariku
Pagi ini putriku (sbg cloud engineer) & tim-nya (programmer & data supporter) sedang presentasi problem diagnosa stunting (gagal tumbuh) dgn memanfaatkan quantum on the cloud u/ prediksi bayi sejak dalam kandungan
Oleh mentor-nya, tim putriku diarahkan u/ memanfaatkan quantum cloud u/ riset awal diagnonsa dengan stem cell & gizi.
Prsentasi ini tak berkait dgn kegiatan bisnis melainkan lebih ke aspek teori (Matematika & Komputasi Kuantum Awan) & dampaknya ke masyarakat
Ada juga tim lain yg akan meriset pemanfaatan #blockchain & komputasi kuantum u/ distribusi produk2 pertanian dalam menghadapi krisis pangan global.
Anak2 usia 15 tahun hingga 17 tahun ini sdh peka pd tantangan & peluang jamannya..
Nemu foto 2004..bareng anak2 Indonesia di Cambridge (ada yg ambil Ekonomi, Komputer, Teknik Industri, Politik Internasional, Teknik Elektro, Zoologi & Hukum)
Kini mereka ada yg jd Direktur Riset BI (pernah jd stafsus ekonomi Wapres Budiono), programer komputer perusahan IT Inggris (tp kerja di Jakarta), pebisnis properti, lawyer, insinyur di perusahaan HP di Australia (tp jg ngurus sistem pengairan Bandung) dll
Artinya mereka kebanyakan pulang ke Indonesia karena ilmu yg mereka pelajari di awal abad 21 masih bisa diakomodasi dlm sistem industri Indonesia. Tp utk anak2 Indonesia lulusan @Cambridge_Uni 5 thn ini agak susah pulang ke Indonesia.
Kenapa?
Kita punya superkomputer supercepat klasik sebesar bola bumi pun kita tak akan bisa mensimulasikan bgm alam berkerja di level yg sangat kecil...(seukuran sub-atom)
Untuk itu manusia membuat #KomputeraKuantum agar kerja2 mensimulasikan alam yg bekerja di level yg sangat kecil bisa dilakukan sehingga produksi obat, sistem antisadap, keuangan, pangan, material2 baru, energi, prediksi bencana dll dilakukan dgn cepat tepat