Dunia sedang berebut SDM unggul. Td saya ngobrol dgn teman yg SMA di Singapore, S1 Teknologi Biomedik di John Hopkins University AS & Doktor di @UniofOxford (beasiswa dr AS). Dia memilih balik Indonesia, negeri yg ditinggalkannya sejak SMP.
Patriotic call
Keahliannya Brain Imaging & ikut tim Human Genom Project (memetakan genom manusia sedunia). Di Indonesia belum ada sarana & prasarananya secara meluas. Tp CARA BERPIKIRNYA (bukan isi pikirannya) yg saintifik, dia pakai di industri lain & u/ bangun ekosistem
Isi ilmunya mungkin saja belum bisa diterapkan tp cara berpikir ilmiahnya dibutuhkan bangsa ini..sepanjang masa.
Itulah manusia ilmiah, punya transferable skills (keahlian2 yg bisa dialihfungsikan ke sembarang bidang).
Hukum besi spesialisasi cuma u/ semut
Jd apapun ilmu yg kamu pelajari: meriset Lubang Hitam, riset koloni manusia & pertanian di Mars atau penambangan emas di asteroid, Alam Raya Holografik, #Neurosains Komputasional dll selalu ada ruang di negerimu sendiri.
Mengilmiahkan rakyat kampung halamanmu
Selama rakyat (SDM) di kampung sendiri tak dibentuk jd ekosistem berpikir & bekerja ilmiah, selama itu pula rakyat di kampung sendiri cuma jd juru kuncen SDA: nongkrongin pohon, serangga, minyak, emas dll u/ diproses di negeri lain & menguntungkan negeri lain
Jd ucapan "Jangan belajar ilmu aneh2..belum tentu kepakai di Indonesia..." atau "Ilmu yg kupelajari tak ada fasilitasnya di Indonesia" itu bukan ucapan yg memihak kemajuan.
Ia memihak status quo.
Bukan ilmumu tp cara berpikirmu yg dibutuhkan bangsamu u/ maju
Dalam bahasa geopolitik & geoekonomi strategis, ucapan2 "polos" tadi -sadar atau tidak- telah memihak pembagian kerja & pembagian berpikir yg timpang antarbangsa, di mana kerja bangsa kita cuma u/ jadi juru kuncen SDA (sumber daya alam) & paru-paru dunia...
Seorang WNI pakar Fisika Partikel yg berkiprah abadi di CERN & WNI pakar Komputer Kuantum yg kerja di PLN akan beda dampaknya u/ Indonesia. Orang cerdas di PLN ini akan menularkan cara berpikirnya ke Satpam kantornya & guru sekolah anaknya di Cjpete
Berharap MASYARAKAT Indonesia maju (serta membebaskannya dr ide2 konservatisme radikal) tapi terus membetot ilmuwan2 open minded-nya ke luar negeri (gak bergaul dgn manusia2 Indonesia) itu ibarat ingin sembuh dr sakit maag tp terus menerus sengaja telat makan
Tugas anak2 muda cerdas Indonesia yg menimba ilmu2 maju di luar negeri adalah mendorong #RenaisansIndonesia..Membawa zaman pencerahan di antara 270 juta manusia yg sedang ditakut-takuti "kiamat sudah dekat."
Bukan cuma membuat start up & ingin jd unicorn
Tugas anak2 muda cerdas Indonesia (sebagai patriotic call & sebagai scientific duty) adalah membangun inti plasma-inti plasma pengetahuan dari Sabang sampai Merauke..dari Miangas sampai pulau Rote.
Satyam Eva Jayate !!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dpt kabar duka wafatnya Fisikawan Teori, Prof. Pantur Silaban, dr ITB. Spt jg Fisikawan2 Teori, kebanyakan wafat sambil masih berupaya merujukkan Relativitas Umum & Mekanika Kuantum...Moga2 beroleh Teori Segalanya dlm keabadianmu, Prof fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?ceta…
Bagiku Fisikawan2 Teori itu seperti begawan2. Berdiri di depan tanpa kelihatan, berdiri di tengah tanpa bisa diraba, berdiri di belakang tanpa bisa dirasa. Hanya saat manusia menyempatkan diri merenung & berpikir, kita perlu berterimakasih pd mereka
Fisika Teori itu jalan sunyi..Pernah kubisikkan pd putriku, "Tempuh jalan sunyi itu.."
Dalam dunia yg bingung sebab kecerdasan manusia dilampaui mesin2 cerdas u/ kerja2 fisik & rutin, manusia butuh Filsafat. Filsafat yg ditopang Fisika Teori.
Setelah kemarin menulis 5 essays ttg cita2, nilai2 hidup & sejarah sosialnya, malam ini putriku menulis review Asian Science Camp, mulai Fisika Partikel, Materi Gelap, #Neurosains, Biokimia, Matematika dll.
Deadline besok jd gak bisa kutelp🤔
Menulis essays adalah ketrampilan yg harus dia kejar. Tak terlalu memprioritaskan itu selama di Jakarya. Untunglah kamp pelatihannya menyediakan porsi cukup banyak utk latihan menyusun essay yg utk kampus2 di AS sama pentingnya dgn mengerjakan test Matematika
Bahkan di beberapa kampus sains teknologi top di AS, tak ada wajib ikut test Matematika atau Sains..melainkan mencukupkan syarat pembuatan essay, wawancara, nilai sekolah saja serta kegiatan ekstrakurikuler
Saya tidak percaya ada 1 masyarakat yg sebagian besar masyarakatnya mengidap phobia pada identitas mayoritas masyarakat tsb. Misal: Islamphobia melanda mayoritas penduduk satu kota yg mayoritas penduduknya Muslim.
Tidak masuk akal. Mengada2
Jika mayoritas penduduk mengalami phobia (takut, ngeri & jijik) pd identitas mayoritasnya, SUDAH LAMA MASYARAKAT ITU BUBAR...(bahkan masyarakat itu tak pernah lahir...sejak awal sudah rusak unsur pembentuknya)
Dalam satu masyarakat yg mendengar adzan 5 kali sehari, sholat berjamaah besar2an seminggu sekali, identitas keIslaman tampil dominnan dalam kehidupan sehari2, jika masyarakat itu phobia maka pasti banyak orang histeris & stress karena mengidap phobia tsb
Kira2 wajar gak jika ada yg ngingatin kamu agar Liverpool tak gagal di UCL lagi dengan membandingkannya dgn salah kelola sebuah klub bola di kampungmu?
Bisa aja sbg pembicaraan pinggir jalan tp saran sebaik apapun tak kan berdampak apa2 krn gak njelasin apa2
Orang yg banyak baca & pengetahuan itu berbahaya...jika tak disertai kaidah2 berpikir analitis.
Mereka bisa membuat banyak orang terkesan dgn banyaknya pengetahuannya tp semua itu bukan jd jendela2 ilmu melainkan lorong2 kesesatan..
Pengalamanku ngobrol dgn anak usia 7 tahun beberapa hari lalu & dgn bocil 5 tahun (anaknya @amflife) td malam mengajariku berpikir filosofis & matematis. Tentang kesukaan orang u/ dibohongi & ttg geometri. Meski bacaan 2 bocil itu lbh sedikit dariku
Pagi ini putriku (sbg cloud engineer) & tim-nya (programmer & data supporter) sedang presentasi problem diagnosa stunting (gagal tumbuh) dgn memanfaatkan quantum on the cloud u/ prediksi bayi sejak dalam kandungan
Oleh mentor-nya, tim putriku diarahkan u/ memanfaatkan quantum cloud u/ riset awal diagnonsa dengan stem cell & gizi.
Prsentasi ini tak berkait dgn kegiatan bisnis melainkan lebih ke aspek teori (Matematika & Komputasi Kuantum Awan) & dampaknya ke masyarakat
Ada juga tim lain yg akan meriset pemanfaatan #blockchain & komputasi kuantum u/ distribusi produk2 pertanian dalam menghadapi krisis pangan global.
Anak2 usia 15 tahun hingga 17 tahun ini sdh peka pd tantangan & peluang jamannya..
Nemu foto 2004..bareng anak2 Indonesia di Cambridge (ada yg ambil Ekonomi, Komputer, Teknik Industri, Politik Internasional, Teknik Elektro, Zoologi & Hukum)
Kini mereka ada yg jd Direktur Riset BI (pernah jd stafsus ekonomi Wapres Budiono), programer komputer perusahan IT Inggris (tp kerja di Jakarta), pebisnis properti, lawyer, insinyur di perusahaan HP di Australia (tp jg ngurus sistem pengairan Bandung) dll
Artinya mereka kebanyakan pulang ke Indonesia karena ilmu yg mereka pelajari di awal abad 21 masih bisa diakomodasi dlm sistem industri Indonesia. Tp utk anak2 Indonesia lulusan @Cambridge_Uni 5 thn ini agak susah pulang ke Indonesia.
Kenapa?