Pernah dengar pidato KH. Hasyim Asy'ari berjudul Muqaddimah Qonun Asasi @nahdlatululama ??
Nah, ini adl terjemahan yg dicetak pertama kali. Judulnya Ihya' Amalu-l-Fudlala.
Kitab tersebut dicetak di Surabaya (percetakan milik HBNO/ PBNU). Tapi, tercantum di sampul, penerbitan tersebut atas usaha dari Majelis Consul NU Malang.
Bagaimana ceritanya?
Dalam majalah Berita Nahdlatoel Oelama edisi nomor 9 & 10 Th 7, 1-15 Maret 38, ada informasi yg mengungkapkan upaya pencetakan karya yg diterjemahkan oleh KH. Machfudz Siddiq tersebut.
Pada majalah di atas dikabarkan ttg konferensi Majelis Consul NU Malang. Pada majelis ke-3, Rabu Malam, 30 Des 37, dibahas ttg upaya penerbitan tersebut. Lihat di voorstel 7 yg dikeluarkan oleh HBNO
Dalam voorstel tersebut diperkenankan mencetak Muqaddimah itu, termasuk dg maknanya berbahasa Jawa. Untuk biayanya, dikenakan ke masing-masing Cabang dan Consul. Masing-masing dikenakan besaran f.5 (Franco/ rupiah)
Pemesanan tersebut ditujukan ke Consul NU Jawa Timur II (Malang). Tepatnya di kediaman KH. Nachrowi Thohir, Jagalan, Gg. 2, Malang.
Meskipun demikian, lisensi penerbitan Muqaddimah itu, masih berada pada KH. Hasyim Asy'ari. Oleh karena itu, KH. Wahid Hasyim yg merupakan putra Kiai Hasyim sekaligus sekretaris Majelis Consul NU Malang, diamanati untuk mengurus izin dan penerbitannya. Pd 1938, karya itu terbit.
Jika tembus 200 like pada utas ini, Mimin bakal bagikan pdf kitab Ihya Amalu-l-Fudlala di atas. Ditunggu ya....
Karena sudah lebih dari 200 like, Mimin akan bagikan link pdf kitab Ihya Amalu-l-Fudlala terjemah Jawa dari Muqaddimah Qonun Asasi.
Artikel di laman @LigaPeradaban ini menarik. Sayangnya, lebih banyak hasil "ijtihad" ketimbang mengungkapkannya dengan berdasar pada fakta sejarah. Berikut beberapa catatan yang Mimin amati sepintas lalu.
Pertama, ttg penisbatan Kiai Shiddiq, ayahnya Kiai Machfudz, yg disebut sbg pengarang "Nadzam Safinah". Ini tak tepat. Yg benar adl Kiai Ahmad (Qusyairi) bin Shiddiq bin Abdullah, yg tak lain kakak Kiai Machfudz.
Mimin punya cetaknya edisi Maktabah Halaby Mesir @miftahuna
Kiai Machfudz dan Kiai Wahid Hasyim disebut mengurus majalah Swara Nahdlatoel Oelama?
Tidak. Memang pada Muktamar X NU kedua nama itu sempat dicalonkan menjadi redaktur SNO. Tapi, urung dilakukan.
Surat Para Raja Nusantara Beraksara Pegon Koleksi British Library
- sebuah utas
sebenarnya utas ini berangkat dari buku katalog yang disusun oleh @BLMalay dan Bernard Arps dalam sebuah pameran pada 1991 di Jakarta. Dari katalog ini, ada satu bagian yang menarik menurut kami. Yakni, penggunaan aksara Pegon dalam surat-surat para raja tersebut.
surat yang terbanyak adalah surat-surat yang ditujukan kepada Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles, baik saat bertugas di Jawa (1811-16) ataupun di Bengkulu (1818-24)
Pesawat Sriwijaya Jakarta-Pontianak dengan kode penerbangan SJ182, mengalami kecelakaan sore ini, mengingatkan pada peristiwa 64 tahun silam. Tepatnya 27 Desember 1956. Kecelakaan pesawat yang dialami oleh KH. Idham Chalid.
Pria kelahiran 27 Agustus 1922 di Setui, Kalimantan Selatan tersebut, mengalami kejadian mencekam tersebut, saat terbang dari Bandara Polonia, Medan. Ia yang kala itu menjabat Wakil Perdana Menteri Republik Indonesia usai menghadiri Muktamar ke-21 Nahdlatul Ulama.
Seusai Muktamar, pengurus NU dari Jawa pulang dengan mencarter kapal laut Tampomas yang legendaris karena berakhir dalam kondisi terbakar itu. Sedangkan Kiai Idham yang merupakan seorang pejabat tinggi masih bertahan di Sumatera Utara. Ia mengurus perihal gejolak politik di sana.
Pesantren Darul Ulum yang berdiri cukup besar di Dusun Gembolo, Desa Purwodadi, Gambiran, Banyuwangi ini, tak bisa terlepas dari KH. Syamsul Mu'in Kholid selaku pendirinya. Ada cerita panjang yang melatarinya. Tak serta merta lantas membesar sendiri.
Kiai kelahiran 13 Juni 1931, di Desa Wringinputih, Kec. Gambiran itu, merupakan putra dari Kiai Abdul Jalil. Orang tuanya tersebut merupakan perantauan dari Kediri yang mengadu nasib sebagai petani di Banyuwangi.
Buku "Mengislamkan Jawa" karya M.C Ricklefs yang diterbitkan oleh @serambi ini, ada sedikit kejanggalan. Angklung Banyuwangi didefinisikan seperti halnya angklung sunda.
Foto: google
Coba baca di footnote no.67 ini. Dalam teks yang dimaksud adl angklung dari Banyuwangi. Tapi, definisi di footnote "untuk memunculkan bunyi, angklung harus digoyangkan".
Padahal angklung Banyuwangi untuk membunyikannya harus dipukul seperti di video ini: