Restu Wiraatmadja Profile picture
Oct 23, 2022 249 tweets >60 min read Read on X
PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT
(NGIPRI KETHEK)
PART-27 (Part akhir alas wingit)
@bacahorror @IDN_Horor #ceritapesugihan
#ceritaserem Image
Enaknya jam berapa?
Yang mau baca full part 1-27

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
BAGIAN XXVII
‘’MALAM BERDARAH ‘’
Hanya terdiam. Itulah yang bisa dilakukan oleh Raden Kuncoro di saat mendapati seseorang yang memiliki aura pembunuh yang mengerikan.
Sorotan matanya, wajahnya, cara dia menatap dan menggerakkan setiap bagian tubuhnya, semuanya benar-benar seperti bukan layaknya manusia.
Raden Kuncoro segera mencari alasan agar dirinya bisa selamat. Dia tidak tahu, apa yang akan terjadi jika tubuhnya diseret masuk ke dalam rumah tersebut.
‘’Mari, masuk.’’ Ucap pria itu sembari tersenyum
‘’Anu … aku hanya cuman mampir saja, mas. Aku ingin bertemu dengan Kang Didik.’’ Jelas Raden Kuncoro sembari menundukkan wajahnya.
Tiba-tiba, tangan dari pria itu mencekik leher Raden kuncoro. Sontak saja, raden kuncoro merasa kesakitan dengan cekikan yang amat kuat tersebut.
‘’Aku bisa mengetahui sesuatu yang tidak manusia biasa ketahui. Setiap kalimat yang berada di dalam pikiranmu, aku mengetahuinya.’’
Aura kematian dari pria tersebut meluas hingga membuat tubuh Raden Artonegoro dan juga Kang Waris terhenti sejenak.
‘’Aura ini … Raden Jogopati?’’ Tanya Bapak
‘’Sudah kuduga. Dia tertangkap.’’
‘’Cepat, kang. Kita harus selamatkan Raden Kuncoro sekarang!’’
‘’Tidak! Mereka semua ada di sana.’’
‘’Tapi, kang? Apa yang akan terjadi dengan Raden Kuncoro ketika mereka semua menangkapnya.’’
Kang Waris paham. Dengan kejadian semacam ini, ia harus lebih tenang dan bersabar. Karena, jika sampai salah langkah dan perkiraan, semuanya akan selesai.
‘’Kita menunggu sampai purnama datang.’’
‘’Purnama? Kang! Dia saudaraku! Dia bisa mati jika ditangkap oleh Raden Jogopati!”
Kang Waris segera menampar wajah Bapak dengan kencang. Saking kencangnya, tamparan itu membuat Bapak kaget.
‘’Prak!’’
Bapak memegangi pipinya sejenak. Ia kemudian menatap wajah Kang Waris. Belum paham, apa yang dilakukan oleh Kang Waris sampai-sampai dirinya tega menampar wajah Bapak.
‘’Sadarlah Arto! Kita harus tenang! Jika kita salah langkah saja, semua akan berakhir. Kita harus memikirkan hal ini secara bersama-sama. Jika tidak, semuanya akan selesai hanya dalam satu kesalahan saja.’’ Ucap Kang Waris
Memang benar. Apa yang dikatakan oleh Kang Waris benar-benar menggambarkan keadaan seperti ini. Semua berubah dengan cepat semenjak hal itu terjadi.
Sementara itu, raden kuncoro diseret masuk ke dalam rumah.
‘’Masuk! Cepat!’’ Teriak Raden Jogopati
Mereka yang berada di dalam rumah tersebut langsung terkejut saat mendapati orang lain yang sedang diseret paksa oleh Raden Jogopati ke dalam rumah.
‘’Ada apa ini, mas?’’ Tanya Raden Angkoro
‘’Dia adalah salah satu dari mereka.’’ Ucap Raden Jogopati kepada Raden Angkoro
Mbak Arumi dan juga Kang Didik terkejut saat melihat Raden Kuncoro tertangkap basah oleh Raden Jogopati.
‘’Arumi! Didik! Siapa orang ini?’’ Tanya Raden Jogopati kepada mereka berdua
Raden Kuncoro menatap wajah Mbak Arumi dan juga Kang Didik. Ia kemudian tersenyum kepada mereka berdua seolah-olah mendapati sebuah rahasia yang selama ini tertutupi dengan halus.
‘’Dia … ‘’ Ucap Mbak Arumi
‘’Aku Raden Kuncoro. Aku saudara dari Raden Artonegoro. Kalian terkejut kan mendengar hal ini? Kalian semua adalah para iblis yang berwujud manusia! Bajingan!’’ Ucap Raden Kuncoro dengan tegas
Tiba-tiba, wajah dari Pak Lingga, raden angkoro dan juga raden jogopati tersenyum lebar. Namun berbeda dengan empat orang yang lainnya yaitu Birawa, mbak arumi, kang didik dan juga teman dari Jaja. Mereka semua justru menyayangkan hal tersebut.
Dengan perlahan, pak lingga pun mendekati Raden Kuncoro lalu mengarahkan jarinya ke bagian dagu Raden Kuncoro sembari membisikkan sesuatu,
‘’Kamu salah masuk, mas. Ini adalah perkumpulan orang-orang yang ingin membunuh Raden Artonegoro. Kamu mau mati?’’ Ucapnya
Keringat dingin pun mulai bercucuran di wajah Raden Kuncoro. Ia tidak menyangka, jika omongannya itu berakibat fatal bagi dirinya sendiri.
Pak lingga masih tersenyum di hadapan Raden Kuncoro. Dia benar-benar menyukai gelagat dari Raden Kuncoro yang bisa dibilang sangat polos dan jelas-jelas berbeda dengan saudara kandungnya sendiri yaitu Raden Artonegoro.
‘’Bawa dia ke kamar!’’ Ucap Raden Jogopati
Teman dari Jaja pun menyeret Raden Kuncoro ke sebuah ruangan yang berada di rumah Mbak Arumi dan juga Kang Didik.
Sedangkan Mbak Arumi dan yang lainnya, mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti perintah yang diberikan oleh Raden Jogopati.
Namun, raden kuncoro menatap wajah Birawa yang terlihat tidak tega dengan penangkapan yang dilakukan oleh Raden Jogopati kepada dirinya.
Raden Kuncoro pun diikat di sebuah ruangan dan dijaga oleh teman dari Jaja. Ia hanya mengikuti perintah yang dilakukan oleh orang-orang yang mengekangnya selama ini.
‘’Kau masuk ke tempat yang salah, mas. Seharusnya, kau tidak ikut campur atas masalah ini. Ini bukanlah tempatmu.’’ Ucap Raden Kuncoro
Teman dari Jaja ini hanya terdiam. Ia mengikat dengan kencang kedua tangan dari Raden Kuncoro tersebut.
‘’Arghhhhhh!’’ Teriak Raden Kuncoro saat kedua tangannya diikat dengan sangat kencang oleh pria tersebut.
‘’Aku rasa, kau adalah manusia yang tidak memiliki pendirian. Kau hanya tunduk kepada orang-orang yang sengaja mengendalikanmu, kan? Apakah karena uang? Harta? Keselamatan? Atau jangan-jangan …. ‘’
‘’Diam!’’ Ucap pria itu dengan pelan
‘’Atau karena kau juga memiliki sebuah dendam kesumat terhadap seseorang?’’ Tanya Raden Kuncoro dengan senyuman jahatnya.
Pria itu langsung menampar wajah Raden Kuncoro hingga mengeluarkan bunyi suara yang keras.
‘’PRAKKKKKK!’’
Bersamaan dengan itu, bibir dari Raden Kuncoro pun terluka. Ternyata, tamparan yang di arahkan oleh pria tersebut benar-benar sangat kencang.
‘’Sejatinya, manusia itu membutuhkan kedamaian dan kebebasan. Selama diri kita masih dirongrong oleh yang namanya tekanan, kita bukanlah manusia seutuhnya.’’ Ucap Raden Kuncoro sembari menundukkan wajahnya
‘’Kau tahu apa tentang perjalanan hidup manusia? Semua manusia di dunia ini hanyalah gambaran orang-orang munafik!” Teriak pria itu
Raden Kuncoro yang mendengarkan hal itu hanya tertawa kecil. Lagi-lagi, ia melihat manusia bodoh yang dengan sadarnya ingin diperalat oleh orang-orang besar dan berkuasa darinya.
‘’Takdir adalah ketentuan hidup. Hidup dan matimu, semuanya sudah memiliki aturannya sendiri. Tapi, berbeda lagi jika kamu ingin jadikan takdir itu sebagai letak sebagai ketentuan dari pegangan orang-orang yang berkuasa.’’
Pria itu tersentak hatinya. Ia baru saja menerima tamparan hebat dari perkataan yang baru saja dilayangkan oleh Raden Kuncoro.
‘’Ada dua manusia yang hidup di dunia ini. Dia yang terus berjuang sampai menjadi pemenang dan dia yang menyerah hingga menjadi … ‘’ Potong Raden Kuncoro.
Ia pun kemudian menatap wajah pria itu dengan tatapan menyepelakan apa yang sedang terjadi kepada dirinya.
‘’Menjadi apa?’’ Tanya pria itu
‘’Menjadi pecundang!’’ Ucap Raden Kuncoro
Tidak berselang lama, pintu ruangan pun terbuka lebar. Pak Lingga segera masuk ke dalam kamar tersebut. Raden Kuncoro hanya bisa tersenyum di saat semua perkataannya telah usai untuk dibicarakan kepada pria labil itu.
‘’Ada apa ini?’’ Tanya Pak Lingga
‘’Maaf, pak. Saya baru saja menampar orang ini karena mengatakan hal yang ti- … ‘’
Belum juga selesai menjelaskan, tiba-tiba, pak lingga langsung berjalan ke arah pria tersebut lalu membisikkan sesuatu yang amat sangat mengerikan,
‘’Sekali lagi kau menampar pria ini, aku akan tarik lidahmu hingga putus.’’ Ucap Pak Lingga
Pria itu hanya terdiam. Keringat dinginnya bercucuran hebat. Entah mengapa, pak lingga benar-benar sangat mengerikan hingga ucapannya seperti peringatan dengan aura pembunuhnya yang cepat dirasakan hingga ke sekujur tubuh.
Pak Lingga pun berjalan ke arah pria tersebut. Ia kemudian membersihkan luka di bibir Raden Kuncoro dengan kain yang sering digunakannya untuk membersihkan debu di bajunya.
‘’Kamu itu adalah berlian bagi kami. Jangan mati dulu, ya. Kita belum tanya-tanya seputar keluargamu dan apa yang menjadi rahasia terbesar dari keluargamu ini.’’
Tertangkapnya Raden Kuncoro pun menjadikan pembahasan yang sangat panas di kalangan keluarga Raden Artonegoro.
Setelah Nyi Ratih dan juga Jaja kembali ke rumah, mereka berdua terkejut saat mendapati Raden Kuncoro tertangkap basah oleh kelompok Raden Angkoro.
‘’Apa yang harus kita lakukan?’’ Tanya Jaja
‘’Malam ini adalah malam purnama. Aku punya rencana untuk membebaskan mereka semua.’’ Jelas Kang Waris
Kang Waris pun menjelaskan rencana yang akan ia buat untuk menyelamatkan Raden Kuncoro dan menyerang balik Raden Angkoro dan yang lainnya.
Adapun rencana tersebut adalah rencana untuk menciptakan ‘’MALAM BERDARAH’’ yang bertujuan untuk membumi hanguskan kelompok Raden Angkoro.
Rencana tersebut antara lain:
1.Kang Waris bersama dengan Bapak akan berada di rumah tepat setelah waktu penyerangan itu dilakukan. Hal ini dikarenakan, raden jogopati dan yang lainnya akan mencari Ibu dan membunuh anak yang sedang dikandungnya.
2.Jaja dan Nyi Ratih, mereka berdua akan bertolak menuju rumah Mbak Arumi dan juga Kang Didik. Mereka akan berusaha untuk membebaskan Raden Kuncoro.
3.Jika benar apa yang dikatakan Kang Waris, maka, sistem penyerangan dari mereka akan berada dalam dua sisi. Sisi pertama berasal dari Siluman Kethek yang akan menggaungkan gamelan sebelum penyerangan itu berlangsung.
Lalu, birawa akan memanggil sekumpulan demit yang berasal dari alas wingit untuk menyerang kembali keluarga Raden Artonegoro.
4.Dan yang terakhir, semua tidak akan berakhir sebelum pertumpahan darah terulang kembali. Alas wingit adalah penentu dari keselamatan dan kematian mereka yang berada di dalamnya.
Jika Kang Waris dan yang lainnya kalah, maka, seluruh warga yang berada di alas wingit akan tunduk kepada Raden Angkoro. Dengan begitu, dia akan mengendalikan semuanya untuk membentuk keinginannya sendiri.
‘’Bagaimana? Apakah kalian mengerti?’’ Tanya Kang Waris kepada yang lainnya.
Nyi Ratih hanya terdiam. Ia menggenggam tangannya kuat-kuat. Sepertinya, nyi ratih benar-benar bertekad untuk menghabisi Mbak Arumi dan juga Kang Didik.
Karena keduanya adalah orang munafik yang menyamar sebagai warga desa hanya untuk mendapatkan apa yang tuannya inginkan yaitu Birawa.
‘’Beri aku senjata.’’ Ucap Nyi Ratih
Mendengar kalimat yang terucap oleh Nyi Ratih, semua orang yang berada di situ langsung terkejut.
‘’Kau tidak harus membunuh mereka.’’ Jelas Kang Waris kepada Nyi Ratih
‘’Apakah kau pernah merasakan rasanya rasa sakit hati yang tidak bisa diungkapkan dengan perkataan?’’ Tanya Nyi Ratih
Kang Waris hanya terdiam. Ia pun kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu yang nantinya akan digunakan sebagai senjata dari Nyi Ratih.
‘’Mbak … ‘’ Ucap Ibu
‘’Aku akan menyelamatkan suamiku bagaimana pun caranya. Jika malam berdarah ini adalah takdir dan akhir dari kehidupanku, aku ingin mati bersama dengan Raden Kuncoro!’’ Ucap Nyi Ratih dengan tegas
Tidak lama kemudian, kang waris pun keluar dari rumah. Ia mengambil sebilah pisau kecil yang ujungnya sangat lancip dan sudah dioleskan oleh racun.
‘’Senjata ini dulu digunakan untuk melawan orang-orang pemberontak di masa lalu. Lakukanlah jika kau ingin menyelamatkan suamimu.’’ Jelas Kang Waris
Nyi Ratih pun mengambil senjata tersebut. Kepercayaan dirinya kembali pulih. Darahnya benar-benar mengalir deras dan semangat untuk menghabisi orang-orang yang bersinggungan dengannya benar-benar terasa dari tatapan tajam mata Nyi Ratih.
‘’Ingat. Jika sudah menyelamatkan Raden Kuncoro, hindari pertumpahan darah.’’ Jelas Kang Waris
Bapak masih terdiam. Dia tahu, orang-orangnya sangat sedikit. Sangat mustahil untuk bisa lari dan dan selamat dari terkaman orang-orang yang ingin membunuhnya.
Akan tetapi, dengan misi menyelamatkan Raden Kuncoro, mereka semua seperti terbakar oleh api semangat untuk membunuh orang-orang yang selama ini terus menerus mengganggu kehidupannya.
Bagian Akhir Alas Wingit.
‘’MENYELAMATKAN RADEN KUNCORO’’

Istirahat dulu, ya. lanjut malam ...
Purnama telah terangkat ke atas langit. Cahayanya sangat cerah namun di sisi-sisinya terdapat awan merah yang menggambarkan sebuah tragedi yang akan terjadi di malam ini.
‘’Kami berangkat dulu.’’ Jelas Jaja
Jaja dan Nyi Ratih pun berangkat secara sembunyi-sembunyi menuju rumah Mbak Arumi dan juga Kang Didik.
Namun, sebelum mereka berangkat, mereka berdua mendengar sesuatu yang mengerikan yang berasal dari alas wingit.
‘’ARGHHHHHHHHHHHHH!’’
Suara itu seperti suara yang terdengar sebelum penyerangan pertama yang dilakukan oleh pria misterius ke rumah Bapak.
‘’Kang … ‘’ Ucap Bapak
‘’Kita mesti bersiap-siap.’’ Jelas Kang Waris
Jaja dan Nyi Ratih pun tetap melanjutkan perjalanan. Walaupun mereka berdua merasa takut dengan suara mengerikan itu, namun, mereka tidak memiliki pilihan lagi selain menyelamatkan Raden Kuncoro.
Kang Waris dan Bapak segera mengatur strategi untuk menghindari kesalahan yang sama saat mereka tidak bisa menyelamatkan Mbak Ina dan yang lainnya termasuk juga Mas Cipto, korban terakhir dari penyerangan yang dilakukan oleh Raden Angkoro dan juga Pak Lingga.
Mereka tidak ingin, pertumpahan darah terjadi kepada keluarga dan golongannya. Bapak juga meminta kepada Ibu untuk selalu bersembunyi bersama dengan Mas Rahardian sebelum semuanya selesai.
‘’Bu … Ibu di sini aja sama Mas Rahardian. Aku dan juga Kang Waris, kami berdua akan melindungi rumah ini dan mencegah mereka untuk masuk ke dalam rumah.’’ Jelas Bapak
‘’Pak … Aku takut.’’ Jelas Ibu
‘’Tenang. Semua akan berjalan sesuai rencana. Jangan keluar sebelum aba-aba dariku.’’ Jelas Bapak kepada Ibu
Ibu hanya mengangguk paham. Bapak pun kemudian menutup lemari dan menguncinya dari luar. Ia percaya, jika semua akan baik-baik saja selama semuanya berjalan sesuai dengan rencana.
Saat Bapak meninggalkan kamar, tiba-tiba, hal yang terjadi secara cepat. Suara gamelan langsung berbunyi di sekitaran rumah. Lampu rumah langsung mati dalam sekejap. Suara monyet-monyet mulai terdengar dari atap rumah.
Bapak pun berjaga-jaga. Dia tidak mau jika penyerangan itu lebih cepat jauh dari perkiraannya. Sembari mengeluarkan pisau yang telah lama diberikan oleh Kang Waris, bapak pun selalu mengarahkan pisau itu ke arah depan dengan tujuan untuk berjaga-jaga.
Akan tetapi, saat dirinya ingin keluar dari rumah, tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik tangannya hingga terjauh.
‘’Bruk!’’
Dan ternyata, orang yang menarik tangan Bapak adalah Kang Waris. Ia sengaja menarik tangan Bapak karena di depan rumah sudah berkumpul monyet-monyet yang siap untuk melakukan sebuah ritual.
‘’Kang Waris?’’ Tanya Bapak
‘’Hustt … Raden Jogopati ada di sini.’’ Jelas Kang Waris sambil menyuruh kepada Bapak untuk diam sejenak.
Tidak berselang lama, pintu depan tiba-tiba terbuka. Lalu, suara kincringan terdengar dengan jelas.
Bapak dan Kang Waris melihat dengan jelas sosok siluman monyet yang masuk ke dalam rumah. Sorot matanya menyala dan bersinar di dalam kegelapan ruangan tersebut.
Bulu-bulunya yang berwarna putih hingga taring di mulutnya yang besar seolah-olah menggambarkan bahwa sosok itu benar-benar sedang marah.
Sosok itu berjalan ke arah yang berbeda dari tempat dimana Ibu disembunyikan. Kang Waris dan juga Bapak masih cukup tenang karena sosok tersebut tidak berada di dekatnya.
Akan tetapi …
Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu. Bapak dan Kang Waris pun segera menuju ke ruangan Ibu.
Namun, mereka berdua langsung menghentikan langkahnya ketika Sosok siluman monyet itu sedang mengangkat tubuh Mas Rahardian hanya dengan satu tangan.
‘’RAHARDIAAANNNNN!’’ Teriak Bapak
Namun, sosok siluman monyet itu segera mengeluarkan suara yang begitu menyakitkan di telinga mereka semua.
‘’ARGHHHHHHHHHHHHHH.’’
Kang Waris mencoba untuk maju ke arah depan, namun, baru satu langkah saja ia maju, sosok siluman monyet itu menggertak seperti memberikan pantangan kepada Kang Waris agar tidak maju ke arah depan.
Bapak pun mulai kebingungan. Ia pun segera menanyakan kepada Kang Waris apa yang harus dilakukan untuk bisa menyelamatkan Mas Rahardian.
Tak berselang lama, dari dalam kamar itu terdengar suara wanita yang begitu mengerikan.
‘’Uculke putuku!’’
(Lepaskan cucuku!)
Wanita itu langsung muncul tepat di belakang sosok siluman monyet itu. Lalu, ia pun menjatuhkan Mas Rahardian dan menuju ke arah sosok wanita tersebut.
Lalu, sosok siluman monyet itu berteriak kencang hingga teriakannya membuat orang yang mendengarnya langsung menutup rapat-rapat telinganya.
‘’ARGHHHHHHHHHH!’’
Ibu pun segera mengambil kesempatan ini untuk segera mengambil Mas Rahardian yang sudah menangis kencang karena tangannya kesakitan.
‘’Kita semua harus keluar dari sini!’’ Teriak Kang Waris saat melihat kisruh antara sosok siluman monyet itu dengan sosok wanita misterius yang bisa jadi itu adalah khodam pendamping yang dimiliki oleh Mas Rahardian.
Sebelum mereka pergi, sosok wanita tersebut menyeret siluman monyet itu hingga menuju ke portal dimensi lain. Sepertinya, mereka berdua benar-benar sedang bertarung.
Akhirnya, mereka pun segera keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. Namun, saat mereka baru saja keluar dari pintu, tiba-tiba, ada seorang pria dengan menggunakan pakaian yang sering Bapak dan yang lainnya ketahui.
‘’Kau?’’ Tanya Bapak
Dia adalah pria misterius yang bernama Birawa. Entah mengapa, dirinya sudah berada di hadapan rumah Bapak.
‘’Aku tidak akan menyerang kalian.’’ Jelas Birawa
Bapak dan yang lainnya sempat tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Birawa. Namun, dengan ungkapan semacam itu, tampaknya, ada sesuatu yang merubah pikiran Birawa sampai-sampai dirinya dengan yakin tidak ingin melakukan penyerangan kepada Bapak.
‘’Saudaramu sedang ditawan di rumah Arumi. Aku sudah menyiapkan rencana penyelamatan untuk saudaramu. Akan tetapi, orang pemerintahan itu menjaganya dengan ketat.’’
Birawa pun menyuruh kepada mereka untuk segera menyelamatkan Raden Kuncoro sebelum Raden Kuncoro dibunuh oleh Pak Lingga dan yang lainnya.
Belum tahu, apa alasan Birawa sendiri merubah rencananya tersebut. Akan tetapi, kemungkinan besar, ada sesuatu yang terjadi pada diri Birawa hingga membuat dirinya melakukan perubahan pada rencananya.
Bapak masih teringat akan kanuragan yang dimiliki oleh Birawa. Kemungkinan besar, dia memiliki kanuragan yang sebanding dengan Raden Angkoro dan yang lainnya.
Akhirnya, bapak dan yang lainnya pun segera bertolak ke rumah Mbak Arumi. Misi mereka adalah menyelamatkan Raden Kuncoro dan kabur dari desa alas wingit.
Bersamaan dengan itu, jaja dan juga Nyi Ratih telah lebih dulu masuk ke rumah Mbak Arumi lewat pintu belakang.
Mereka berdua juga heran, mengapa pintu belakang rumah Mbak Arumi tidak terkunci sedangkan semua pintu lainnya benar-benar terkunci dengan rapat.
Nyi Ratih dan Jaja terus mencari keberadaan Raden Kuncoro. Namun, saat dimana dirinya sedang mencari keberadaan Raden Kuncoro, tiba-tiba, kaki dari Nyi Ratih ditarik oleh sesuatu hingga tubuhnya terjatuh dan diseret hingga ke sebuah ruangan.
‘’Nyi!!!’’ Teriak Jaja
‘’Jajaa!! Tolong akuuuu!’’
Nyi Ratih mencoba untuk menahan tarikan itu dengan memegangi cara memegangi daun pintu, namun, tiba-tiba,
‘’Bruk!!’’
Kepala Nyi Ratih ditimpuk sesuatu dari arah belakang. Ia pun pingsan dan perlahan tubuhnya menghilang di ruangan tersebut.
Jaja yang melihat hal itu tidakk bisa berbuat apa-apa. Kini, misi penyelamatan Raden Kuncoro benar-benar tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya.
Tidak berselang lama, dari ruangan tersebut keluar seseorang sembari menyeretkan kayu balok di lantai.
‘’Siapa kamu? Dimana Nyi Ratih? Raden Kuncoro? Dimana kamu menyembunyikan mereka berdua?" Tanya Jaja
Setelah sosok itu keluar dari ruangan itu, tatapan Jaja langsung tercengang di saat melihat orang yang berada di hadapannya sekarang ternyata adalah temannya sendiri yang berasal dari pabrik bawang tempat dulu Jaja bekerja.
‘’Masmo?’’ Ucap Jaja
‘’Gimana kabarmu, ja?’’ Ucap teman Jaja yang bernama Masmo itu.
Jaja masih tidak percaya jika dirinya akan bertemu dengan Masmo.
Namun, yang membuat dirinya benar-benar tidak yakin jika itu yaitu Masmo adalah orang yang memukul kepala Nyi Ratih dengan menggunakan balok tersebut.
‘’Tenang, ja. Sekarang, mereka berdua aman.’’ Jelas Masmo kepada Jaja
‘’Maksudmu?’’ Tanya Jaja
‘’Ada Pak Lingga yang sedang menjaganya.’’
Dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki yang berasal dari ruangan tersebut. Jaja merasakan ada yang tidak beres dengan suara langkah kaki tersebut.
‘’Si-siapa itu?” Teriak Jaja
Setelah suara langkah kaki itu terhenti tepat setelah keluar dari ruangan, barulah, tubuh Jaja langsung merinding seketika.
‘’Jadi? Kamu gak mau balik ke Pabrik?’’
Apakah Raden kuncoro, jaja dan nyi ratih akan selamat?
Karena part akhir masih panjang, jadi dilanjut besok, ya. Bagi yang mau baca duluan part akhir, bisa klik link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Oke. saya lanjutkan, ya
Sementara itu ….
Waktu semakin terus berjalan. Bapak dan yang lainnya segera mencari cara untuk bisa masuk ke dalam rumah tersebut.
Jika memang benar seperti apa yang dipikirkan Bapak, maka, birawa akan berhadapan dengan Raden Angkoro.
Kemungkinan besar juga, mbak arumi dan Kang Didik ikut serta dalam penyerangan tersebut untuk melindungi tuannya.
Itu berarti, di dalam rumah Mbak Arumi hanya tersisa Pak Lingga dan juga Raden Kuncoro.
Mereka pun bergegas untuk menuju ke dalam rumah Mbak Arumi.
Sesampainya di sana, kang waris meminta ke bapak untuk tidak masuk ke dalam rumah tersebut. Ia khawatir, jika di dalam rumah tersebut ada jebakan lain yang mungkin saja sudah direncanakan oleh Pak Lingga.
‘’Lebih baik, kalian berdua pergi dari sini. Jika kalian berdua sampai ditangkap, maka, semua akan selesai!’’ Jelas Kang Waris
Bapak dan Ibu pun segera pergi ke tempat lain untuk mencari perlindungan yang aman. Sedangkan Kang Waris, ia merasakan ada energi besar yang berada di dalam rumah tersebut.
Purnama semakin bersinar terang di atas langit alas wingit. Suara nafas dari Ibu terdengar jelas hingga membuat Bapak khawatir akan keadaannya,
‘’Bu? Ibu gak apa-apa?’’ Tanya Bapak
‘’Gak papa, pak. Kita mau kemana?’’
Saat Ibu menanyakan hal tersebut, ia melihat ada dua orang warga sedang melambai-lambaikan tangannya ke arah Bapak dan juga Ibu.
‘’Sini! Kemari!’’
Bapak dan Ibu pun segera menuju ke dua orang warga tersebut. Mereka berdua tidak mengenali, siapa dua orang warga tersebut.
‘’Mari masuk! Cepat!’’ Ucapnya
Ibu dan Bapak pun segera masuk ke dalam rumah warga tersebut.
‘’Pak! Tolong ambilkan minum.’’ Jelas Wanita yang sedang hamil itu.
Ternyata, dua orang warga tersebut adalah mereka yang ditemui oleh Jaja dan juga Nyi Ratih. Mereka berdua mendapatkan mandat dari seseorang untuk melindungi Bapak dan juga Ibu.
‘’Mbak Arumi menyuruh kami untuk melindungi kalian berdua.’’ Jelas wanita hamil itu
‘’Mbak Arumi?’’ Tanya Ibu
‘’Dia meminta kami berdua untuk melindungi kalian berdua karena kalian adalah kunci utama dari penyerangan di malam ini.’’ Jelas wanita hami itu
Ibu pun langsung menoleh ke arah Bapak. Seperti tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh wanita hamil tersebut.
‘’Pak?’’ Tanya Ibu dengan penuh keraguan
‘’Mengapa Mbak Arumi melakukan hal tersebut? Bukankah dia juga termasuk dalam bagian orang-orang yang membantu dalam penumbalan ini?’’ Tanya Bapak
Wanita hamil itu menatap ke arah suaminya. Ia seperti meminta bantuan kepada suaminya untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Mbak Arumi sebelum malam hari tiba,
‘’Sebelum waktu gelap datang, mbak arumi dan juga Kang Didik mendatangi rumah kami. Dia menjelaskan sesuatu terkait peristiwa yang akan terjadi di malam purnama nanti.’’ Jelas suami dari wanita hamil itu
Tidak bisa dibayangkan, ternyata, mbak arumi mengetahui apa yang akan terjadi beserta dengan langkah-langkah yang harus dia ambil untuk melindungi Bapak dan juga Ibu.
‘’Dia meminta kepada kami untuk melindungi kalian berdua karena kalian adalah incaran dari mereka semua. Terkhusus Raden Angkoro dan juga Raden Jogopati.’’
Memang benar. Bapak dan juga Ibu adalah incaran utama dalam penyerangan kali ini. Raden Angkoro dan juga Raden Jogopati benar-benar ingin membunuh keduanya karena telah menghalang-halangi ritual ngipri kethek itu sendiri.
Yang mana, tumbal terakhir yang harus ia bunuh adalah anak dari keturunan asli keluarga ningrat.
Jika misi itu berhasil dijalankan, maka, mereka semua akan mudah menciptakan ambisinya secara perlahan-lahan seringin berjalannya waktu.
‘’Kau Raden Artonegoro, kan?’’ Tanya wanita hamil itu kepada Bapak
‘’Benar. Aku Raden Artonegoro,’’ Jelas Bapak
‘’Mbak Arumi menjelaskan secara detail terkait kebaikan kalian berdua. Kalian benar-benar orang yang beruntung.’’ Jelas wanita hamil itu
Bapak masih belum, apa maksud dari rencana ini semua. Apakah benar apa yang dilakukan oleh Mbak Arumi? Namun, jika Mbak Arumi ingin menyelamatkan Bapak dan juga Ibu, lalu mengapa Raden Kuncoro ditawan di rumahnya?
Apakah ada sesuatu yang terjadi saat penangkapan Raden Kuncoro berlangsung. Atau jangan-jangan, …
‘’Apakah ini ada kaitannya juga dengan Pria Misterius tersebut?’’ Tanya Bapak
‘’Maksudmu Tuan Birawa?” Tanya balik wanita hamil itu kepada Bapak.
‘’Benar,’’
‘’Tuan Birawa memilih jalannya sendiri. Menurut Mbak Arumi, dia sengaja memanggil seluruh orang-orang yang pernah bekerja sama dengannya hanya untuk membalaskan dendam di masa lalu.’’ Jelas wanita hamil itu
‘’Dendam di masa lalu?’’
Wanita hamil itu hanya mengangguk paham. Ternyata, kedatangan dari Raden Angkoro dan yang lainnya ke desa alas wingit sudah diperhitungkan jauh-jauh hari.
Tidak ada jawaban yang terucap dari wanita hamil tersebut. Ia hanya terdiam sembari menunggu pembahasan lain yang mungkin saja tidak mengarah kepada hal ini.
‘’Kami tidak bisa menjawabnya.’’ Jelas wanita hamil tersebut kepada Bapak
Bapak hanya mengangguk paham. Ia sendiri hanya bisa menunggu waktu untuk bisa keluar dari ancaman semacam ini.
Sementara itu …
Tiga orang sudah tertangkap. Mereka semua ditutupi wajahnya menggunakan sebuah kain sembari kedua tangannya diikatkan di belakang kursi di sebuah ruangan.
‘’Arumi! Dimana tuanmu itu?’’ Tanya Raden Angkoro kepada Mbak Arumi
‘’Ma-maaf, mas. Tadi beliau keluar sebentar untuk menuju ke hutan alas wingit. Katanya, dia ingin memanggil Nyai,’’ Jelas Mbak Arumi
‘’Bagus! Sudah tiga tawanan yang kita tangkap. Kini, tinggal Arto dan isterinya saja yang belum tertangkap.’’ Jelas Raden Angkoro
Di ruangan tersebut, sudah berkumpul 5 orang yang kemungkinan besar ikut berkecimpung dalam penyerangan malam purnama.
Mereka adalah Mbak Arumi, kang didik, masmo, pak lingga dan juga Raden Angkoro. Kelimanya seperti menunggu sesuatu untuk diselesaikan secara bersama-sama.
‘’Baiklah, aku keluar sebentar,’’ Ucap Raden Angkoro kepada yang lainnya.
Raden Angkoro keluar dari ruangan tersebut. Entah apa yang ingin dia lakukan, tapi sepertinya, raden angkoro ingin melakukan sesuatu sembari menunggu Birawa.
‘’Lepaskan kami! Lepaskan!” Teriak Nyi Ratih
Pak Lingga yang mendengar rintihan permintaan tolong itu langsung tertawa kencang. Ia seperti menikmati hal-hal yang sudah pernah terjadi di saat ritual di pabrik bawang tersebut.
‘’Aku rindu ritual di pabrik bawang. Kali ini, kamu tidak bisa lari lagi, ja. Kamu sudah ditaqdirkan untuk mengalirkan darah untuk keseimbangan kehidupan kami semua.’’ Jelas Pak Lingga
Pak Lingga pun kemudian berjalan keluar dari ruangan tersebut. Namun, sebelum dirinya keluar, pak lingga meminta kepada Masmo untuk menyiksa ketiganya dengan memecut bagian kaki dan tangan ketiga tawanan tersebut,
‘’Pecut mereka semua sampai tangisannya berubah menjadi air mata darah!” Jelas Pak Lingga kepada Masmo sembari berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Masmo hanya mengangguk paham. Ia kemudian mengambil pecut yang berada di dinding ruangan tersebut.
‘’Ja … ja. Sudah kubilang, kan? Kamu jangan lari dari pabrik. Kita semua sudah dijadikan tumbal di sana. Percuma juga kita lari kemana pun. Kita hanyalah budak dari orang-orang yang berkuasa.’’ Ucap Masmo
Ia pun kemudian melepaskan kain yang menutupi kepala Jaja. Sepertinya, masmo sangat rindu dengan wajah ketakutan yang tergambarkan di wajah Jaja.
‘’Maaf ya, ja. Aku ingin hidup juga. Katanya, kalo aku bisa bunuh kamu, secara kamu adalah orang yang berpengaruh besar karena mengetahui ritual tersebut, kamu harus aku singkirkan agar aku bisa terbebas dari kontrak tumbal seumur hidup ini.’’ Senyum Masmo
Jaja pun menatap tajam wajah Masmo. Ia benar-benar sangat benci dengan ekspresi Masmo yang benar-benar menyatu dengan sifat iblis di dalam hati, pikiran dan juga tingkah lakunya saat ini.
‘’Ada kata-kata terakhir gak, ja?” Tanya Masmo kepada Jaja sembari mendekati wajahnya tepat di hadapan Jaja.
Namun, kejadian yang tidak disangka-sangka pun terjadi. Jaja dengan cepatnya langsung meludahi wajah Masmo sembari mengatakan sesuatu kepada Masmo,
‘’Pergi kau ke neraka, bajingan! Kau telah mengkhianati Cipto! Aku tahu, kau adalah orangngya kan yang memberitahu lokasi Cipto kepada mereka semua?’’ Tanya Jaja
Masmo pun mengelap ludah itu dengan menggunakan bajunya. Mbak Arumi dan juga Kang Didik hanya memandangi kisruh mereka berdua.
‘’Raden Angkoro tidak mungkin tahu keberadaan tempat persembunyian Cipto. Tapi, kau menguliknya sendiri, kan? Kau beritahu mereka semua agar kau bisa mendapatkan pesangon yang lebih banyak dan meminta tangguhan dari tumbal selanjutnya diantara para karyawan yang lainnya?’’
Jelas Jaja
Masmo pun tersenyum lebar. Ia kemudian tertawa mendengar perkataan yang baru saja dijelaskan oleh Jaja kepadanya terkait masa-masa dimana dirinya membocorkan rahasia dari tempat persembunyian Cipto sewaktu tumbal di pabrik bawang itu berjatuhan,
‘’Akhirnya kau sadar juga ya, ja? Padahal, aku sendiri tidak pernah memberitahu hal ini kepada siapapun. Tapi, apakah kau tahu? Menjadi bawahan dari orang-orang berkuasa itu adalah kenikmatan yang tiada tandingnya, ja.
Kamu bisa bermain dengan wanita sebanyak-banyaknya. Kamu bisa meminum-minuman sampai larut pagi. Kamu bisa merasakan nikmat duniawi yang tidak semua rakyat jelata seperti kita rasakan. Bukankah itu fungsinya menjadi penjilat dari orang-orang yang memiliki kuasa?”
Ucap Masmo sembari mencekik leher Jaja
‘’ARGHHHHHHHHHH …. ‘’
Masmo mencengkram kuat leher Jaja hingga membuat Jaja tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jaja mulai kesulitan untuk bernafas.
‘’Jaja! Lepasin Jaja!’’ Teriak Nyi Ratih
‘’BAJINGAN! LEPASIN JAJA!’’ Raden Kuncoro juga mulai mendengar suara Jaja yang kesulitan untuk bernafas.
‘’Di dunia ini, orang yang lemah akan diinjak. Orang yang kuat akan semakin menanjak. Jika dirimu merasa menjadi orang lemah, tidak sepatutnya dirimu menentang orang-orang yang memiliki kuasa seperti pemerintah!’’
Mata Jaja mulai memutih. Wajahnya mulai memerah. Tampaknya, jaja mulai kehabisan nafas karena cekikan dari Masmo yang sangat kuat itu.
Akan tetapi, hal yang tidak terduga terjadi dengan cepat,
‘’JLEBBBBBB!!’’
‘’ARGHHHHHHH …’’
Masmo mulai menengok ke arah belakang secara perlahan. Ia kemudian melepaskan tangannya dari leher Jaja sembari memegangi perutnya yang sudah ditusuk oleh pisau tajam hingga menembus ke bagian ddepan. Darah mulai berjatuhan ke lantai.
‘’K-AAA-UUU?’’ Ucap Masmo
‘’Tidak sepatutnya manusia yang diciptakan dari tanah memiliki sifat setinggi langit. Jika kamu merasa dirimu tercipta oleh tanah, jangan berlagak seperti langit yang tinggi.’’ Ucap Mbak Arumi kepada Masmo
Mbak Arumi menusuk perut Masmo hingga membuat Masmo tewas di tempat. Melihat hal tersebut, jaja pun tidak bisa berkata apa-apa,
‘’Mbak Arumi?’’ Ucap Jaja
‘’Jaja? Apa yang terjadi?” Tanya Nyi Ratih
‘’Jaja? Ada apa?’’ Teriak Raden Kuncoro
Mbak Arumi pun segera berjalan ke arah belakang mereka bertiga. Ia kemudian melepaskan satu persatu ikatan tali yang mengikat kedua tangan mereka bertiga,
‘’Ini semua perintah Tuan Birawa.’’ Ucap Mbak Arumi kepada Jaja dan yang lainnya.
Nyi Ratih pun tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak mau mengatakan apapun kepada Mbak Arumi karena hatinya masih ragu, apakah Mbak Arumi ini merupakan orang baik atau sebaliknya?
Kang Didik dengan cepat menyeret mayat Masmo ke bagian pojok ruangan tersebut. Ia lalu meminta kepada Jaja dan yang lainnya untuk kabur dari rumah ini lewat pintu bagian depan.
Jaja dan yang lainnya segera mengikuti perintah yang diberikan oleh Mbak Arumi dan juga Kang Didik untuk bisa kabur dari rumah ini agar bisa selamat.
Istirahat bentar ...
Part akhir alas wingit lumayan nih haha
Bagian penutup

''KETHEK IRENG''
(WUJUD ASLI RADEN ANGKORO)
5 menit lagi lanjut ya
Sementara itu …
Kang Waris masih bersembunyi di tiap sudut yang ada di bagian belakang rumah. Ia tidak mau, rencananya gagal untuk bisa menyelamatkan ketiga orang yang masih tertawan di rumah Mbak Arumi dan juga Kang Didik.
Saat dirinya ingin keluar dari persembunyian, tiba-tiba, kang waris mendapati Raden Angkoro dan juga Birawa sedang berhadap-hadapan dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
‘’Tuan Birawa! Sudahkah kau memanggil nyai? Aku tidak sabar untuk bisa menangkap Raden Arto dan yang lainnya. Jika mereka tertangkap, kau bisa mengembalikan ibu dan juga ayahmu dalam keadaan hidup-hidup.’’ Jelas Raden Angkoro dengan senangnya
Akan tetapi, birawa langsung mengeluarkan energi yang besar. Ia seperti tidak ingin ada basa-basi di antara pertemuan kali ini.
‘’Apa yang kau lakukan?” Tanya Raden Angkoro
‘’Raden Angkoro, penerus dari Keluarga Brotoseno. Bukankah kau tahu? Alas wingit ini tercipta dari rasa marah dan rintihan tangisan seorang anak dan juga Ibu yang menghilang di hutan sana? Apakah kau lupa?
Dulu, ayahku bekerja sama denganmu hanya untuk menciptakan Jin Kala Ireng keinginanmu.’’ Jelas Birawa kepada Raden Angkoro
Ternyata, jin kala ireng adalah hasil pertukaran antara Birawa dan juga Ibunya di hutan alas wingit. Sedangkan Nyai yang dimaksud adalah sosok dari Ibu Birawa yang benar-benar diciptakan oleh Mbah Jayo untuk menarik Birawa yang masih terjebak di hutan alas wingit.
Raden Angkoro hanya terdiam. Dia tidak bisa berkata apa-apa sewaktu kartu AS nya dibuka oleh Birawa.
‘’Ibuku mati karena itu. Aku tersiksa di alam sana. Jin kala ireng yang menjadi pertukaran kami berdua, hanya dijadikan rencana busukmu untuk menguasai pesugihan trah ningratmu seorang! Tanpa kau sadar,
bayi-bayi yang lahir, harus diserahkan ke sana untuk dijadikan makanan dari Jin Kala Ireng. Jika tidak diberi makan, maka, mereka yang berasal dari hutan alas wingit, mereka semua akan membumi hanguskan seluruh warga yang ada di sini!’’
Kang Waris terkejut mendengar hal itu. Ternyata, birawa sendiri benar-benar sakit hati akan kelakuan dari Raden Angkoro yang benar-benar memperalat Mbah Jayo dengan iming-iming pesugihan yang akan dilakukannya.
Mbah Jayo kemudian sengaja melakukan penukaran kepada Dedemit Alas Wingit dengan dua anggota keluarganya hanya demi kekayaan yang ingin dia dapatkan untuk membantu melancarkan ngipri kethek yang dilakukan oleh keluarga brotoseno dan juga keluarga ningrat.
‘’Malam ini. Aku akan membunuhmu, angkoro.’’
Tidak lama kemudian, birawa memanggil sesuatu yang auranya sangat besar. Dia adalah Nyai, sosok wanita bergaun merah dengan wajah yang mengerikan.
‘’Pateni o menungso kuwi.’’
(Bunuhlah manusia itu)
Wanita bergaun merah itu segera mendorong tubuh Raden Angkoro hingga dirinya menabrak tembok dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Kang Waris tahu, ini adalah di luar dari kemampuannya. Ia tidak menyangka jika hal ini akan terjadi dengan begitu cepat.
Namun, saat Kang Waris mengira Raden Angkoro telah meninggal dunia, tiba-tiba, dia mendengar suara monyet dari reruntuhan tembok tersebut.
Tidak lama kemudian, tubuh dari Raden Angkoro berubah sepenuhnya menjadi hitam. Tubuhnya benar-benar dilapisi oleh bulu-bulu berwarna hitam.
Taringnya yang panjang mulai terlihat dengan jelas. Matanya yang memerah benar-benar menyorot tajam ke arah Birawa. Kedua tangannya menggaruk-garuk ke bagian kepalanya,
‘’Kethek Ireng?’’
Birawa pun merasa jika aura kematian yang disebarkan oleeh Raden Angkoro sangatlah besar.
‘’Jadi, ini wujud aslimu selama ini, angkoro?’’ Ucap Kang Waris secara perlahan
Di lain sisi …
‘’Cepat! Kita harus lari!’’ Teriak Jaja
Mereka pun menuju ke arah ruangan depan. Namun, sewaktu mereka ingin keluar lewat pintu depan, tiba-tiba, mereka bertiga terkejut di saat melihat seorang pria sedang terduduk sembari mengisap puntungan rokok yang akan habis
Di samping pria tersebut, ada sosok hitam dengan mata merah menyala sedang berdiri sembari menatap tajam mereka berlima,
‘’Memang benar. Tuan rumah itu bisa saja bertindak sebagai teman atau bisa juga bergerak seperti lawan.’’ Jelas Pak Lingga saat menatap lima orang yang sedang berdiri di hadapannya,
Kang Didik meminta kepada yang lainnyya untuk segera keluar dari rumah ini.
‘’Kalian semua keluar. Orang pemerintahan ini memiliki jin kala ireng yang diciptakan Mbah Jayo.’’ Ucap Kang Didik
‘’Mbah Jayo?’’
‘’Ya, benar. Mbah Jayo sengaja menciptakan jin kala ireng hanya untuk mendapatkan bagian dari rencana yang diming-imingkan oleh Raden Angkoro,’’
Kang Didik menjelaskan, menciptakan yang dimaksud adalah menggabungkan energi-energi jahat menjadi satu wadah untuk membuat sebuah energi besar yang lebih mengerikan. Lalu, muncullah jin kala ireng, sosok yang berperan penting dalam ambisi Raden Angkoro dan yang lainnya.
Mereka berempat pun segera pergi meninggalkan Kang Didik sendirian. Tinggal beberapa orang yang mungkin saja bisa selamat atau tidak. Mereka semua harus benar-benar keluar dari rumah tersebut agar bisa selamat dari ancaman kematian yang mengintai mereka.
Akhirnya, mereka berempat pun selamat dan mampu keluar dari rumah tersebut. Namun, saat mereka berempat keluar, mbak arumi meminta kepada Nyi Ratih untuk pergi ke rumah warga yang dikunjunginya pada siang tadii.
‘’Kalian harus pergi dari sini. Ikuti Nyi Ratih. Dia tahu rumah warga tersebut. Di sana sudah ada Raden Artonegoro dan yang lainnya.’’ Jelas Mbak Arumi kepada yang lainnya
‘’Mbak mau kemana?’’ Tanya Nyi Ratih
Mbak Arumi tersenyum lebar. Ia hanya ingin semua yang ada di dekatnya selamat termasuk suaminya sendiri.
‘’Aku akan membantu suamiku.’’
‘’Mbak … ‘’
‘’Cepat pergi!’’
Alhasil, mereka berempat pun pergi dari rumah Mbak Arumi dan berencana untuk bergabung bersama dengan Raden Artonegoro dan yang lainnya di rumah warga tersebut.
Penyerangan demi penyerangan terus berlanjut. Kang Waris masih melihat mereka berdua bertarung dengan sangat mengerikan. Ia juga terkejut saat melihat Raden Angkoro yang berubah menjadi siluman kethek ireng.
Akan tetapi, kejadian yang tidak terduga pun benar-benar terjadi di antara keduanya. Mereka berdua yang sudah saling menyerang satu sama lain akhirnya benar-benar kehabisan energi.
Raden Angkoro kembali ke bentuk semulanya setelah dirinya tidak sanggup lagi untuk berubah bentuk menjadi kethek ireng. Sedangkan sosok wanita merah itu juga menghilang bersamaan dengan keluarnya darah dari mulut dan hidung Birawa.
Keduanya sudah tergeletak jatuh. Namun, naasnya, bangunan di tempat mereka saling menyerang satu sama lain sepertinya tidak kuat untuk menahan energi mereka semua.
Keduanya terjatuh tepat di saat reruntuhan bangunan tersebut perlahan ambruk karena energi yang mereka berdua keluarkan.
Rumah di tempat mereka bertarung tersebut benar-benar ambruk bersamaan dengan yang lainnya bunyi dentuman kencang seperti suara ledakan.
Kang Waris segera menyelamatkan diri dari reruntuhan rumah tersebut.
Untungnya, ia berhasil keluar sesaat sebelum semuanya menjadi hancur dan reruntuhan tersebut berhamburan di sekitarannya.
Kang Waris tidak menyangka. Ternyata, semuanya sudah selesai sampai di sini.
‘’Apakah semuanya selesai?’’
Tidak ada tanda-tanda pergerakan lagi. Semua terdiam. Entah apa yang terjadi, kemungkinan besar, semua yang berada di reruntuhan tersebut meninggal dunia.
Ia kemudian perlahan meninggalkan tempat tersebut untuk segera bergabung dengan yang lainnya.
Saat Kang Waris sedang berjalan-jalan mencari Bapak dan yang lainnya, ia kemudian melihat ada seorang wanita menggunakan pakaian adat jawa sedang berdiri di dekat hutan alas wingit.
Wanita itu sedang memegangi kepala orang yang tidak begitu jelas wajahnya karena sudah menghitam dan tidak berbentuk lagi. Tidak lama kemudian, wanita tersebut menghilang bersamaan dengan munculnya kabut di sekitaran hutan alas wingit.
Kang Waris terus berjalan sembari memanggil-manggil nama Bapak.
‘’Arto!’’
‘’Arto!’’
Dari kejauhan, salah satu pintu rumah warga terbuka. Dari dalam rumah tersebut, keluar seorang pria dengan perawakan yang sangat familiar,
‘’Kang! Sini kang!’’
Kang Waris segera menuju ke rumah tersebut. Tidak berselang lama, disusul oleh yang lainnya untuk keluar bersamaan dan memeluk tubuh Kang Waris.
‘’Kang apa yang terjadi?’’ Tanya Bapak
‘’Akan ku jelaskan nanti. Kita harus keluar dari desa ini. Kita benar-benar harus keluar karena memang semuanya sudah usai!” Jelas Kang Waris kepada Bapak
‘’Jadi semuanya?’’
‘’Ya, benar.’’
Nyi Ratih tiba-tiba meneteskan air mata. Ia memeluk tubuh Raden Kuncoro, suaminya. Nyi Ratih belum bisa mengucapkan ucapaan Terima kasih kepada Mbak Arumi dan Kang Didik karena telah menolong mereka semua dari maut.
‘’Hidup terus berjalan. Kita yang menentukan arah hidup dan tujuan kita. Hidup dan mati memang sudah diatur. Tetapi, kita berhak untuk merangkai takdir kita!”
TAMAT
(Akhir dari alas wingit telah selesai. Selanjutnya, akan diceritakan kembali di Arc Astana Talimongso)
Sementara itu …
Desa Alas Wingit kedatangan banyak anggota kepolisian untuk menyelidiki tragedi mengerikan yang baru-baru saja terjadi dalam satu malam.
‘’Lapor, komandan. 4 jasad ditemukan dalam keadaan tewas.’’ Jelas salah seorang anggota polisi kepada atasannya
‘’Lakukan pencarian. Apakah masih ada yang hidup.’’
‘’Siap komandan.’’
Pria berseragam cokelat dan bertitle lengkap itu berjalan di atas reruntuhan bangunan. Dia merasa ada sesuatu yang belum memuaskan dari reruntuhan tersebut.
‘’Dimana kau bajingan?’’ Ucap polisi itu
Tidak berselang lama, polisi itu melihat ada yang bergerak dari reruntuhan bangunan tersebut. Tampaknya, ia menemukan apa yang baru saja dia inginkan,
‘’BRAK!”
Kedua tangannya keluar tepat di saat polisi itu ingin mendekatinya. Ia tahu, orang ini tidak akan mati dengan mudah.
‘’Jadi kau masih hidup?’’
Di tempat yang lain, seorang polisi melaporkan bahwa dirinya menemukan seseorang yang masih hidup namun dalam keadaan luka yang sangat parah.
‘’Lapor, komandan. Ada seseorang yang baru saja ditemukan hidup.’’ Jelas polisi yang melaporkan tersebut kepada atasannya
‘’Baik. Ambil juga yang ini. Dia masih hidup.’’ Ucapnya sembari menunjukkan sesuatu yang benar-benar di luar nalar manusia,
‘’Hah?’’ Polisi itu langsung terkejut di saat melihat seorang manusia mengeluarkan kedua tangannya dengan tegak di atas reruntuhan bangunan
Semua sesuai dengan perkiraannya. Hanya saja, masih ada satu orang yang belum ia temukan. Mungkinkah?
Dari kejauhan, ada beberapa orang polisi membawa kantong jenazah dari sebuah hutan yang ada jauh dari tempat kejadian.
Karena penasaran, ia pun ingin melihat siapa yang ada di dalam kantong jenazah tersebut.
‘’Coba aku lihat.’’ Ucapnya
‘’Silahkan, komandan.’’
Ia pun segera membuka kantong jenazah tersebut. Saat dirinya membuka resleting kantong jenazah itu, ia terkejut saat melihat kepala dari jenazah tersebut telah menghilang.
‘’Dimana kepalanya?’’ Tanya Komandan Polisi tersebut kepada anggota kepolisian yang lain
‘’Kami tidak menemukannya.’’
‘’Cepat! Bawa ke ambulan. Segera autopsi jenazah ini!”
‘’Siap, komandan!’’
Komandan polisi itu mulai merasakan kekhawatiran. Ia takut, apa yang selama ini ia pikirkan benar-benar terjadi.
‘’Apakah dia sudah mati?’’
Saat komandan polisi itu melihat ke arah hutan, ia kemudian memergoki seorang wanita yang menggunakan kemben (pakaian adat jawa) sedang berdiri di dekat pepohonan sembari memegangi sebuah kepala manusia,
‘’Jangan-jangan!’’
Wanita tersebut tersenyum lebar. Ia kemudian menghilang tepat di saat kabut kembali menutupi hutan tersebut.
Desa alas wingit. Desa yang penuh dengan tragedi, kematian, teror dan hal-hal yang tidak terduga. Semuanya menjadi satu di dalam kisah perjalanan Raden Artonegoro dan yang lain sebagainya.
Pesugihan ini tidak akan selesai sebelum dua syarat ini terselesaikan:
1.Incaran dari Raden Angkoro dan yang lainnya tewas dan dijadikan tumbal untuk ritual pesugihan ngipri kethek
2.Semua yang terikat dari pesugihan ini mati secara bertahap dan apa yang direncanakan hancur lebur alias batal.
Selanjutnya, raden artonegoro dan yang lainnya akan menuju sebuah desa yang disebut sebagai astana talimongso.
Desa ini dikenal dengan penyembahan khusus para wanita hamil yang dilakukan oleh warga sekitar untuk ditumbalkan.
Akan rilis menunggu cover terbarunya, ya.
Insya Allah ... Awal bulan sudah selesai dan bisa melihat gambaran dari cover terbaru.
Bagi yang mau baca duluan part-1 Arc Astana Talimongso, silahkan boleh klik link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Bagi yang mau sisihkan sawerannya, bs juga lewat saweria ya. hehe.
biar makin semangat nulisnya.
saweria.co/RestuWira090720
Jadi, bagaimana menurut teman-teman tentang perjalanan Raden Artonegoro dan yang lainnya. silahkan berikan pendapatnya di bawah, ya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Dec 5
MISTERI PABRIK GETIH

‘’Sajennya pegawai. Tiap kliwonnya, ada saja pekerja yang meninggal dunia biar produksinya lancar.’’
#ceritaserem @bacahorror Image
Simbah Ayung namanya. Dia biasa duduk di depan rumah, menyapa para warga dan punya ramah tamah yang disukai banyak orang. Dia bercerita tentang memori kelamnya saat bekerja di sebuah pabrik yang menelan banyak sekali korban.
'’Pemiliknya itu londo (Belanda)’’ Begitu kira-kira ucapnya
‘’Dibangun ing nduwure lemah wingit.’’ Tambahnya
Beliau adalah satu-satunya saksi hidup di saat teman-temannya menjadi korban dari sesuatu hal yang tidak diketahuinya di sebuah pabrik yang konon katanya dibangun di atas tanah wingit atau angker.
Read 43 tweets
Oct 8
“Sungai ini meminta wadal (tumbal). Mereka yang tenggelam dan hanyut terbawa arus hingga tak bisa ditemukan adalah bagian dari misteri serta kengerian yang terjadi jika air sudah mulai hangat.”

@bacahorror #ceritaserem Image
Sungai Banyukala/Banyukolo

Sore itu, banyak para warga yang datang berduyun-duyun untuk mandi di sungai Banyukala. Tak hanya mandi dan Kumkum di sana, Sebagian dari mereka juga ada yang gemar memancing ikan atau mencari pasir di sungai ini untuk nantinya dijual. tebusan
Dikenal sebagai BANYUKALA karena dulunya sungai ini menjadi pusat bagi tempat bersemayamnya para ‘’KOLO/KALA’’ atau Siluman Para Siluman di sana benar-benar memberikan tebusan dosa akan kesalahan yang manusia perbuat.
Read 64 tweets
Sep 4
TUMBAL

“Kakinya digerogoti sampai memunculkan bau tak sedap.” Image
Sore itu, sepulang dari bekerja, Mamat diajak oleh Om-nya yang sudah setahun belakangan ini isterinya terkena penyakit aneh. Mas Sultan namanya. Isteri Mas Sultan bernama Mbak Dea. Dia sudah setahun ini sakit dan belum sembuh walaupun sudah berikhtiar mencari pengobatan di mana pun.
Mbak Dea tidak bisa berjalan. Dia hanya bisa terbaring di atas kasur. Penyakitnya ini disebut-sebut telah menguras banyak harta milik Mas Sultan. Karenanya, dia mencari banyak informasi terkait penyembuhan yang bisa dia dapatkan untuk menyembuhkan sang isteri.
Read 38 tweets
Aug 15
YA'JUJ DAN MA'JUJ SALAH SATU PERTANDA AKAN TERJADINYA KIAMAT KUBRO.

Rasulullah SAW juga bersabda: ‘”Hari ini, dinding Ya’juj dan Ma’juj telah dibuka seperti ini.” Lalu ia melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuk.’ Kemudian dengan terbukanya dinding tersebut akan selalu bertambah, hingga akhirnya lenyap dan hancur pada hari kiamat nanti.Image
Yajuj majuj adalah sebutan untuk kaum keturunan Nabi Adam AS yang kemudian menjadi salah satu pertanda datangnya hari kiamat.

Pada umumnya, mereka digambarkan sebagai kaum yang gemar membuat kerusakan di muka bumi. Tak ada yang dapat menghalangi kedatangannya, kecuali hanya Allah SWT.
Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa yajuj majuj ialah keturunan Yafits putra Nuh, mereka kemudian tidak tinggal di alam ghaib seperti pada malaikat dan jin. Sosok yajuj majuj tak digambarkan secara gamblang di dalam Al-Quran.

Sebagian ahli tafsir kemudian menggambarkan yajuj majuj sebagai simbol dari perangai-perangai manusia yang buruk. Meski demikian, kedatangan yajuj majuj adalah sesuatu yang pasti karena sosoknya sudah dijelaskan dalam Al-Quran.
Read 39 tweets
Aug 14
PENDAKIAN GETIH RENGGET

“Tangan lu dingin banget. Lu hipo, ya?” Tanya Ina

Akan tetapi, tak ada jawaban dari Sherly. Sekilas, Ina melihat kembali tangan yang ia pegang.

Betapa terkejutnya Ina saat melihat tangan yang ia pegang ternyata bukan tangan milik Sherly!

Melainkan….. Tangan yang Ina pegang adalah tangan milik ….

@bacahorror #ceritaserem #malamjumatImage
Sore itu tepat di malam jum'at Kliwon, Wahyu bersama dengan ketiga orang temannya Aep, Sherly dan Ina melakukan pendakian ke Gunung Slamet via Bambangan.

Saat itu kondisi cuaca sangat bagus. Sangat memungkinkan mereka mendapatkan view yang bagus di puncak.
wahyu memimpin do'a untuk mengawali pendakian. Ia juga tidak lupa untuk mengingatkan kepada teman-temannya agar tetap waspada di saat pendakian dimulai.

Wahyu sengaja mengatakan hal seperti itu karena Gunung Slamet sendiri memiliki atmosfer mistis yang berbeda dari gunung-gunung lainnya.
Read 68 tweets
Jul 3
SIHIR 'AIN - Part 2

"Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh 'ain itu yang bisa."
(HR. Muslim No. 2188).

@bacahorror #ceritaserem Image
Merinding!
Itu perasaan yang dirasakan Ustaz Jenal sewaktu dirinya mendapati satu kasus yang cukup langka di desanya. Sebuah penyakit hati yang mampu membuat orang yang dibencinya menjadi korban dari keganasan penyakit ‘Ain.
Read 172 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(