Ajaran dan Pemerintahan Tertua di Dunia Ada di Nusantara
(Bagian Pertama)
Menurut cerita yang beredar di kalangan para sesepuh Sunda, runtutan para Buyut dan Rumuhun (Karuhun/Leluhur/Nenek Moyang) perjalanan bangsa Sunda di awali dari daerah Su-Mata-Ra.
Mereka membangun kebudayaan selama beribu-ribu tahun di kawasan Mandala Hyang (Mandailing) daerah Ba-Ta-Ka-Ra sampai ke daerah Pa-Da-Hyang (Padang) pada periode 100.000 – 74.000 SM.
Pada masa tersebut para Karuhun tersebut telah memeluk ajaran yang disebut dengan nama “Su-Ra-Yana” atau ajaran Surya (Matahari). Hingga satu masa Gunung Batara Guru meletus hingga habis, dan meninggalkan sisa Kaldera yang sekarang menjadi danau (Toba) yg sangat luas (100 Km/2).
Diberitakan dunia tertutup awan debu selama 3 bulan akibat meletusnya gunung tersebut.
Masa berganti cerita berubah, pusat kebudayaan bangsa Sunda yang disebut dengan mandala Hyang bergeser ke arah Selatan ke gunung Sunda, yg terkenal dengan nama Gunung Krakatau (Ka-Ra-Ka-Twa).
Pada saat itu belum dikenal konsep Negara, tapi lebih konsep Wangsa (bangsa).
Wilayah Mandala Hyang pada masa itu dikenal dengan sebutan “Buana Nyungcung” karena terletak pada kawasan yang tinggi.
Sementara Maya Pa-Da (Jagat Raya) dikenal dengan sebutan Buana Agung/Ageung/Gede dan Buana Alit (Jagat Alit), kata buana di jaman yang berbeda mengalami metaformosis kata menjadi “Banua” atau “Benua”
Puncak Pertala di Buana Nyungcung Gunung Sunda dijadikan Mandala Hyang,
begitu juga dengan gelar Ba-Ta-Ra Guru yang gantikan petilasan/tempat yg sudah hilang. Pada masa ini kehidupan wangsa menunjukan kemajuan yg luar biasa, perkembangan budaya serta aplikasinya mencapai tahap yg luar biasa, dengan berbagai penemuan teknologi di darat dan laut.
Daerah ini terkenal dengan sebutan “Buana A-ta” (Buana yang kokoh dan tidak bergeming). Oleh bangsa luar dikenal dengan sebutan “Atalan”(mungkin maksudnya Ata-Land).
Kembali kemajuan disegala bidang tsb terhenti kembali ketika Gunung Sunda meletus (Gunung Ka-Ra-Ka-Twa),
daratan terbagi menjadi dua (Sumatra dan Jawa), dan mengakibatkan banjir besar dan berakhirnya zaman es pada sekitar 15.000 SM. Semua bukti kemajuan jaman wangsa tersebut hilang dan tenggelam. Paska peristiwa banjir besar tersebut, bangsa Sunda kembali bangun peradabannya
hingga menurut cerita dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sindhu (Sang Hyang Tambleg meneng, putra Sang Hyang Watugunung Ratu Agung Manikmaya) yang kemudian mengajarkan kepercayaan Sundayana (Sindu ~ Sandi ~ Sunda). Ajaran tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Perjalanan Prabu Sindu ke wilayah Jepang membuat ajarannya diberi nama Shinto, ajaran Surya (matahari), bahkan ajaran tersebut kemudian dijadikan bendera bangsa. Perjalanan penyebaran ajaran tersebut kemudian bergerak sampai ke daerah India,
sampai kepada sebuah aliran sungai besar yang membelah sebuah lembah yang nantinya dikenal dengan Lembah Sungai Sindu (Barat mengenalnya dengan nama Lembah sungai Hindus), tepatnya di daerah Jambudwipa. Perkembangan ajaran tersebut sangat luar biasa
sehingga menghasilkan sebuah peradaban tinggi “Mohenjodaro dan Harapa” yang memiliki kemiripan nama dengan “Maharaja-Sunda-Ra dan Pa-Ra-Ha/Hu persis dengan sebuah tempat di wilayah Parahyangan sekarang.
Ajaran Prabu Sindu yang selanjutnya disebut agama Hindu asalnya merupakan ajaran Surayana-Sundayana, yang hingga kini masih tersisa di wilayah Nusantara ada di daerah Bali sekarang, serta agama Sunda Wiwitan yang isinya sama menjadikan Matahari serta Alam sebagai panutan hidup,
dan bila dikaji lebih dalami ajaran ini merupakan ajaran ”Monotheisme” atau percaya Tuhan YME.
Kebudayaan bangsa Sunda yg berlokasi di Gunung Sunda (Gunung Ka-Ra-Ka-Twa), dibuktikan ditemukannya fakta sejarah, dan penemuan arkeologis yg ada daerah Sumatera Tengah dan Jabar
Kota Barus di pesisir Barat Sumaetara
Merupakan satu-satunya kota di Nusantara yang namanya telah disebut sejak awal abad Masehi oleh literatur-literatur dalam berbagai bahasa, seperti dalam bahasa Yunani, Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Melayu, dan Jawa.
Berita tentang kejayaan Barus sebagai bandar niaga internasional dikuatkan oleh sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolemaus, seorang gubernur dari Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2.
Di pesisir barat Sumatera terdapat bandar niaga bernama Barousai (Barus) yg hasilkan wewangian dari kapur barus. Kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari Barousai itu salah satu bahan pembalseman mayat zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II, atau sekitar 5.000 tahun SM.
Kerajaan Melayu Tua di Jambi
Meliputi : kerajaan Kandis yang terletak di Koto Alang, wilayah Lubuk Jambi, Kuantan, Riau. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada periode 1 Sebelum Masehi.
Di samping itu, di daerah Jambi terdapat tiga kerajaan Melayu tua yaitu: Koying, Tupo, dan Kantoli. Kerajaan Koying terdapat dalam catatan Cina yang dibuat oleh K’ang-tai dan Wan-chen dari wangsa Wu (222-208) tentang adanya negeri Koying.
Tentang negeri ini juga dimuat dalam ensiklopedi T’ung-tien yang ditulis oleh Tu-yu (375-812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensiklopedi Wen-hsien-t’ung-k’ao. Diterangkan bahwa di kerajaan Koying terdapat gunung api dan kedudukannya 5.000 li di timur Chu-po (Jambi).
Di utara Koying ada gunung api dan di sebelah selatannya ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama P’u-lei atau Pulau
Kerajaan Salakanagara.
Kerajaan ini dianggap sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Kerajaan berkedudukan di Teluk Lada Pandeglang namun juga yg menyatakan kerajaan ini berkedudukan di sebelah Barat Kota Bogor di kaki gunung Salak, konon nama gunung Salak diambil dari kata Salaka.
Tidak diketahui pasti sejak kapan berdirinya kerajaan Salakanagara, namun berdasarkan catatan sejarah India, para cendekiawan India telah menulis tentang nama Dwipantara atau kerajaan Jawa Dwipa di pulau Jawa sekitar 200 SM, yang tidak lain adalah Salakanagara.
Naskah Wangsakerta menyebutkan bahwa sejak ± tahun 130 Masehi pada saat itu sudah ada pemerintahan kerajaan Salakanagara di Jawa Barat. Salakanagara (kota Perak) pernah pula disebutkan dalam catatan yang disebut sebagai ARGYRE oleh Ptolemeus pada tahun 150 M.
Kerajaan Salaka Nagara, memiliki raja bernama Dewawarman (I – VIII), yang menjadi asal muasal kemaharajaan Sunda Nusantara.
(Bersambung)
Sumber
Ajaran dan Pemerintahan Tertua di Dunia Ada di Nusantara
Penulis : Dedi E Kusmayadi
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Di Pulau Jawa, pada 1740 ada kisah yg mirip film Mulan. Seorang gadis Tionghoa yang kelak menikah dengan bangsawan Jawa ikut berperang melawan VOC atau kompeni Belanda dalam Perang Geger Pacinan dg menyamar sbg pria.
Perempuan tersebut adalah Raden Ayu (RA) Tan Peng Nio, istri dari KRT Kolopaking III. Novelis Seno Gumira Aji Darma menyebut Tan Peng Nio sebagai ”Mulan van Java”.
Tan Peng Nio disebut sbg kerabat Kapitan Sepanjang,
Panglima Pasukan Tionghoa yg bertugas di bawah Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning dalam perang gerilya melawan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur semasa itu.
Prajnaparamita ꦥꦿꦘꦴꦥꦴꦫꦩꦶꦠꦴ) adalah salah satu aspek sifat seorang bodhisattva yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah "kesempurnaan dalam kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transedental manusia.
Selain itu dikenal pula sutra-sutra Prajñāparamitā, suatu jenis literatur Buddha mazhab Mahayana yang berhubungan dengan Kesempurnaan Kebijaksanaan.
Beberapa Ratu Asia Tenggara didharmakan sebagai Prajnaparamita. Diantaranya:
Ratu Jayarajadevi dari kerajaan Khmer. Beliau merupakan istri utama dari raja Jayawarman VII dan merupakan ratu yang paling berpengaruh serta terus dikenang sampai saat ini di Kamboja.
Patih Gajah Mada (1290-1364M) merupakan seorang negarawan dan petinggi Majapahit yg telah berhasil membawa Majapahit pada puncak ketenaran di masa nya
Interprestasi wajah ini didasarkan atas Brajanata (karakter wayang Panji) dan karakter Bima saat era Majapahit dimana karakter Gajah Mada dikaitkan dg Bima saat itu (menurut mitos pada saat itu)
Menurut arkeolog Prof Agus Aris Munandar seorang ahli sejarah dan arkeolog senior Indonesia jg berpendapat jika Gajah Mada dan Bima mempunyai cerita mitos yg sama dg Brajanata dan arca Bima di jaman Majapahit.
Perang jaman Mahabarata
(Adanya Perang Nuklir Pra Sejarah?)
Epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun sejarah yg dicatat dalam buku tsb masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yg dicatat diperkirakan terjadi ±5000 tahun yg silam.
Kurawa dan Pandawa yg hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya perang di Kurukshetra. Namun yg buat orang tidak habis pikir kenapa perang masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dg gunakan teknologi perang tradisional, tak mungkin bisa memiliki kekuatan yg sebegitu besarnya.
Spekulasi baru dengan berani sebutkan perang yg dilukiskan tsb, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam catatan dilukiskan spt ini: bahwa Arjuna yg gagah berani, duduk dalam Vimana (sarana terbang yg mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air,