Masalah kesehatan mental makin sering dibicarakan di media sosial. Ini bisa jadi langkah untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan melawan stigma.
Tapi, ngomongin kesehatan mental di medsos tentu punya konsekuensi buruk kalau enggak dipertimbangkan dengan matang.
Untuk itu, kami bersama @tiktokIDN
merangkum beberapa hal yang baiknya kamu pertimbangin saat mau ngomongin kesehatan mental di media sosial dan platform digital.
1. Cari tahu tentang komunitas digital dengan concern sama.
Pastiin dulu audiens/lingkungan saat mau share pengalamanmu.
Pastikan kamu siap dengan respons orang yang beragam.
Cari tahu juga tentang platform tempat kamu akan share pengalaman.
Pernah enggak kamu merasa benci banget sama tubuhmu atau bagian-bagian tertentu? Meski udah olahraga dan merawat tubuhmu, kamu tetap selalu merasa ada yang kurang.
Bisa jadi apa yang kamu alami itu adalah body dysmorphia atau gangguan dismorfia tubuh.
Gangguan kesehatan mental ini biasanya ditandai kecemasan berlebihan, terhadap kekurangan diri dalam hal penampilan fisik.
Di era media sosial seperti sekarang ini di mana kita dibombardir dengan citra tubuh ideal yang absurd, orang jadi semakin rentan kena body dysmorphia.
Ini juga yang menjadi alasan pentingnya lebih banyak citra tubuh yang lebih beragam dan pembicaraan masalah kesehatan mental yang perlu lebih dinormalisasi.
Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (#RKUHP) yang tengah digodok oleh Komisi III DPR RI adalah rancangan undang-undang yang membidangi masalah hukum, hak asasi manusia, dan keamanan.
Pertama, #RKUHP bakal membuat kita sulit mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi. Selain itu, masyarakat jadi terhalang buat ngadain penyuluhan atau edukasi soal kesehatan reproduksi.