JeroPoint Profile picture
Dec 3, 2022 84 tweets 9 min read Read on X
Anak-anak kecil menari-nari dengan tubuh terbakar hingga kepala mereka putus!

“MELU AKU NING NEROKO”
-Rogo Geni-
(Raga Terbakar)

-A Thread-
#bacahorror #ceritaserem
Sebuah kisah yang amat memilukan menambah catatan kisah kelam akibat santet.
Sungguh, nyatanya manusia lebih keji daripada setan itu sendiri.
Sebentar lagi kita up ya, sekarang masih di jalan.
Sila tandai, markah atau RT dulu judul tweet di atas agar thread tidak hilang atau terlewat update-nya
Segala bentuk nama dan tempat pada cerita ini telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber. Bagi kamu yang mengetahui clue-clue dalam cerita harap menyimpannya untuk diri sendiri saja.

mari kita mulai
“Wes suwelas dino, bojoku koyo ngene ki, Dokter ra ngerti lorone opo, ra masuk akal to?”
(Sudah sebelas hari istriku begini ki, dokter sampai bingung sakitnya apa, gak masuk akal kan?)
Bayu meratapi kondisi Rita, sang istri yang tengah terbaring lemah di atas ranjang dengan kondisi tak lazim—bercak luka bakar yang tak kunjung mengering terus melebar di permukaan kulit Rita, badannya membiru dan aroma bau busuk bangkai menguar amat menyengat.
“Tolong Rita ki” melas Bayu pada sosok yang dipanggilnya Aki, orang pintar dari pelosok timur jawa.

“Ditalini Banaspati”
(Dia diikat Banaspati.)
Aki menerangkan, bahwa Rita terjerat Santet Rogo Geni—Santet yang menggunakan makhluk Banaspati. Korban Santet Rogo Geni amat berbahaya, dia bisa mencelakakan siapa pun yang menghalangi tujuannya karena tubuhnya dikendalikan (dirasuk) oleh Jin.
Menurut Aki, Rita harus diselamatkan sebelum 40 hari, jika tidak, dia akan mati.
Terjawab sudah, mengapa semenjak Rita sakit, hampir setiap malam Bayu melihat kepala terbang yang terbakar bak bola api, kemudian satu bola api itu membesar lalu meledak membentuk bola-bola api lainnya.
Bayu gemetar ketakutan, dalam hati dia merapal doa-doa agar terhindar dari marabahaya yang lebih buruk.
“Awakmu kudu ati-ati, rogo iki wes dudu bojomu”
(Kamu hati-hati, di raga ini sudah bukan lagi istrimu.)

Pandangan aki tertuju pada luka-luka lebam di bagian wajah dan bekas cakar di tangan Bayu.
“Ritual ngresik i mung biso dilakoni ing dino weton e Rita, sementara iki taleni kuat-kuat bojomu, ojo sampek ucul!, campur banyu iki karo kembang 7 rupo, usapno nek kulite rita seng loro, sing sabar nak, aku pamit disek”--
--(Ritual pembersihan hanya bisa dilakukan di hari lahirnya. Sementara, ikat kuat istrimu, jangan sampai dia lepas, campur air ini dengan kembang 7 rupa lalu basuhkan ke luka-luka bakar Rita. Yang sabar nak, aki pamit dulu.)
Lelaki tua itu memberikan secarik kertas berisikan daftar perlengkapan Ritual yang harus disiapkan oleh Bayu, diantaranya keranda mayit, kain kafan, seseaji lengkap, dan bambu kuning.
Sudah habis akal Bayu, segala daya dan upaya dia lakukan untuk kesembuhan sang istri.

Setelah mengantar kepulangan Aki di ambang pintu, dia baru menyadari bahwa sedari tadi dua putri kembarnya memperhatikan dari celah pintu kamar.
“Ibu mau meninggal pak?”
Ucapan lugu Anisa memecah tangis Bayu, dia menghampiri dan memeluk erat tubuh kedua putrinya.

“Ibu pasti sembuh, nak.”
Setelah memastikan anak-anaknya terlelap, Bayu kembali ke kamar. Dia tidur memeluk tubuh istrinya yang terbujur kaku bak mayat hidup tanpa memperdulikan aroma busuk yang menyerbak.
Tengah malam, suara keok ayam menyentak Bayu dari tidur. Dia terbangun mendapati Rita sudah tak ada di sampingnya. Buru-buru ia beranjak dari kasur, berjalan cepat menuju sumber suara di halaman belakang—
Kedua bola mata Bayu terbelalak kala mendapati Rita tengah merangkak di atas tanah halaman belakang dekat kandang ayam miliknya.
Bayu melangkah pelan, pintu-pintu kandang terbuka, ayam-ayam berpencaran menjauh dari kandang, sisa-sisa bulu ayam masih ada yang berterbangan.
Semakin dekat, pandangan bayu semakin jelas, ada ceceran darah dari salah satu pintu kandang hingga ke tanah mendekat pada posisi Rita merangkak,

“ASTAGFIRULLAH RITA!”
Spontan Bayu berteriak, kala mendapati istrinya merangkak sembari menjilati darah ayam yang sudah mati tercabik-cabik di atas tanah.
Tubuh Rita menegang tak biasa, dia menoleh ke Bayu, bola matanya melotot seperti hendak keluar, mulutnya dipenuhi dengan darah ayam dan liur yang menetes.

Bisa kamu bayangkan bagaimana jadi Bayu kala itu?
Rita menyeringai, dia merangkak memutar, gesturnya benar-benar seperti binatang, namun tak lama, raut wajah Rita berubah sendu.
“Mas tolong mas, panas.”

Suara itu, suara yang amat dia rindukan. Segala ketakutan luruh seketia, Bayu mendekap tubuh Rita, mereka terisak. Namun detik berikutnya--
“NGUNDHUH WOHING PAKERTI.”
(MEMETIK BUAH PERBUATAN SENDIRI)

Suara berat dan serak berbisik kuat di telinga Bayu dari mulut Rita.
yang mengejutkan ialah, tiba-tiba, sekeras mungkin bahu Bayu digigit oleh Rita hingga dia refleks menjatuhkan diri ke belakang guna menghindari Rita yang kembali menyeringai lebar.
Rita tertawa memekik, secepat kilat dia melompat seperti binatang menerkam lalu mencekik Bayu. Kedua mata Rita berwarna putih penuh bergaris urat-urat biru seperti matanya berbalik.
“MELU AKU NING NEROKO”
“MELU AKU NING NEROKO”
“MELU AKU NING NEROKO”
(IKUT AKU KE NERAKA)
Suara berat itu mengucap riang dengan kepala menggolek-golek ke kiri dan kanan. Bersamaan dengan adzan subuh yang berkumandang, tubuh Rita melemas di atas badan Bayu.
Bergegas dia menggendong tubuh istrinya kembali ke atas ranjang.

Kini dia tahu, alasan mengapa Aki menyuruhnya mengikat Rita erat di atas ranjang.
Mengesampingkan rasa tega, seutas tali tambang melilit erat di tiap-tiap pergelangan tangan dan kaki Rita yang di kaitkan ke ujung-ujung dipan kasur.
Tak pernah terbayangkan dibenak Bayu sebelumnya, dia melihat Rita dalam dua sosok berbeda dalam satu waktu—satu sosok istrinya, dan satu lagi rupa yang amat mengerikan yang rasanya ingin dia bunuh saat itu juga untuk menyelamatkan diri.
Ketika langit sudah membiru, Bayu sudah pergi untuk mencari perlengkapan yang ritual yang diminta aki, mengingat, besok lah waktu hari lahir Rita.
Dia sengaja pergi pagi-pagi buta sebelum anak-anaknya terbangun. Pagi itu, Bayu merasa khawatir meninggalkan kedua putrinya di rumah bersama Rita meskipun sudah dia ikat dan kunci rapat pintu kamar tempat Rita berbaring.
Sepanjang perjalanan dia merenungkan kesalahan apa yang diperbuat sampai menyakiti hati orang lain hingga tega berbuat seperti ini pada Rita.
Dia meyakini, bahwa orang yang melakukan ini pastilah yang berkaitan dengan Bayu, karena sejauh yang dia kenal, istrinya jarang sekali berbaur dengan orang lain, selama ini dia menjadi ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak-anak.
Semenjak Rita sakit, Bayu tak lagi memperdulikan bisnisnya, dia memilih mempercayakan opersional usahanya pada karyawan yang dia percaya. Bayu adalah seorang pengusaha mabel yang merintis usahanya dari nol,
meskipun begitu, perkembangan usaha bayu terbilang pesat hingga kini memiliki beberapa cabang toko mabel yang tersebar di kabupaten tempatnya tinggal hingga ke kota sebelah.
Ada yang aneh ketika dia membeli sesaji di satu toko rampe terdekat dari rumahnya, pemilik toko rampe itu menanyakan Rita seperti kawan lama yang saling mengenal,
“Pak bayu?, Ibuk e ten pundi? Biasae ibuk sing ten mriki?
(Pak Bayu? Ibunya kemana? Biasanya Ibu yang ke sini?)
ujar wanita paruh baya pemilik toko rampe sesaji.

“Hah? Ten griyo bu, awak e mboten penak”
(Hah? Di rumah—lagi gak enak badan)
Jawab Bayu, gagap.
Namun hal itu tak lantas dibawa pusing oleh Bayu, dia menerka bahwa istrinya memang sering belanja ke pasar ini. Tentu saja, dia menjadi akrab dengan para pedagang.
Setelah memastikan semua lengkap, Bayu bergegas kembali ke rumah.

Setibanya di rumah, dia mengurus anak-ananya, kemudian membasuh tubuh rita yang masih tak sadarkan diri dengan air dari Aki yang dicampur kembang 7 rupa dalam satu wadah baskom.
Luka-luka bakar rita kian melebar, bahkan di bagian lengannya ada gelembung-gelembung berisi nanah yang siap meletus.

“kok iso koyo ngene to bu?” (kenapa bisa begini bu?)
gemetar, bayu menahan tangis.
Langit berganti gelap, sepanjang hari ini tak nampak keanehan Rita seperti hari-hari sebelumnya yang mana terkadang dia gemetar meronta-ronta, tubuhnya tegang, atau pun kejang-kejang.
Bayu tersenyum simpul, sampai hari ini pun dia masih menanggap bahwa istrinya hanya sedang tidur beristirahat karena terlalu lelah mengurus dirinya dan anak-anak.
“Gakpopo buk, ibuk pegel, istirahat wae yo.” Bayu mengecup kening Rita penuh kasih.

Sebelum terlelap, Bayu memanjatkan harap dan doa agar hari esok ,ritual pembersihan dengan Aki dapat berjalan lancar.
---------------------
Tengah malam, suara anak kecil berlari-lari di ruang tengah menjemput alam sadar Bayu. Jam di dinding menunjukan pukul 02.00 dini hari,

“Anisa, Anira?”
Dalam benak Bayu heran, tak biasanya anak-anak terbangun dan bermain tengah malam gini. Bayu beranjak pelan, dia sempat menoleh ke Rita yang masih terbaring di sampingnya.
Pelan, Bayu melangkah keluar kamar.

“Anira ? Anisa?”

Dia terus memanggil-manggil nama putrinya, namun tak ada jawaban. Disusuri ruang tengah hingga dapur tapi dia tak menemukan apapun.
Dari arah belakangnya melintas anak-anak yang berlari tertawa riang ke arah kamar.

Bayu segera menyusul, akan tetapi kedua anaknya juga tidak ada di kamar. Cemas mulai menggelayutinya, dia berbalik ke ruang tengah.
“Anisa?”
“Anisa?”
Panggil Bayu lebih keras.
“Mas?”

Darah Bayu seketika mendesir ke kepala, bulu romanya meremang ketika mendengar suara Rita memanggilnya dari arah kamar.
Bayu menoleh terkesiap ketika melihat Rita sudah duduk di atas ranjang dengan ikatan tali-tali yang sudah terlepas!
Rita tersenyum lebar memiringkan kepalanya.

Sungguh, Bayu seketika panik, dia menyadari itu bukanlah istrinya.
Bayu mematung gemetar, dia seolah berada di jalan buntu tanpa tahu apa yang harus diperbuat. Rita mengangkat satu tangannya dan menujuk ke arah belakang Bayu.
Suara anak-anaknya terdengar lagi tertawa riang, Bayu menoleh pelan. Tubuhnya roboh ke lantai melemas ketika melihat kedua anak-anaknya sedang menari-nari dengan tubuh terbakar,

“ANIRA!!! ANISA!!”
Sekaras apapun Bayu berteriak, anak-anaknya terus menari-nari dan api kian berkobar membakar seluruh tubuh Anisa dan Anira.
Lalu, Rita ikut tertawa memekik seraya menyaksikan pertunjukan yang dia sukai.
Tak lama, kepala Anisa dan Anira putus lalu menggelinding ke arah Bayu dan badan tanpa kepala itu memancurkan mucratan darah dari leher bak lahar yang melepuh panas.
“AAAAAAAA!!!!” jeritan bawa terbawa hingga ke alam sadar.

Napasnya tersengal, jantungnya menderu cepat. Dia bangun dari mimpi buruk yang terasa amat nyata. Dilihatnya Rita masih terbaring di sampingnya.
Bayu buru-buru beranjak ke kamar anak-anak untuk memeriksa. Dia merasa lega ketika melihat Anira dan Anisa masih tertidur lelap.
Namun, Bayu menemukan noda seperti bercak darah di lantai ruang tengahnya yang menguarkan bau amis pekat.

Tanpa berlama-lama, Bayu segera membersihkan noda itu dengan satu ember penuh cairan pembersih lantai.
Hari yang dinanti tiba, Aki telah datang dengan pakaian serba hitam dan cerobong rokok yang mengebul dari genggamannya.
Bayu menceritakan perihal mimpi yang dialaminya tadi malam yang membuat Aki sekejap berpikir,
“Ojo lakoni ritual iki ning omah, pisahno teko anak-anak” (Jangan lakukan ritual ini di rumah. Pisahkan dari anak-anak.) Pinta Aki
Singkat cerita, Gudang mebel yang terletak di ujung halaman belakang rumah Bayu yang memang luas menjadi tempat yang dipilih untuk melaksanakan ritual.
Bayu membereskan seluruh kebutuhan ritual seorang diri. Tak ada yang tahu perihal yang dialami keluarganya, Bayu memilih untuk menyembunyikannya.
Keranda Mayat yang jari-jarinya diganti bambu kuning, sesaji lengkap dengan dupa, satu ember berisi air kembang 7 rupa dan gayung kayu sudah siap terjejer. Berikutnya, Bayu mengkafannya Rita dan memasukannya ke dalam keranda itu.

Tepat saat langit berganti gelap ritual di mulai
"Tutupen lawange rapet-rapet!, ojo sampek ono padange lampu sing melbu!" (Tutup pintu rapat, jangan sampai ada celah cahaya masuk.) Perintah Aki
Aki mulai merapal mantera-mantera dalam bahasa jawa yang tidak Bayu mengerti. Asap dupa mengepul mengelilingi keranda.
Aki meraih lonceng kecil dari sakunya lalu di bunyikan tepat di telinga Rita yang terbaring.

Tak lama, tubuh Rita menegang kemudian kejang-kejang. Matanya berbalik dan mulai meronta-ronta. Beruntung, Bayu telah mengikat kuat seluruh pergelangan Rita yang dikaitkan pada keranda.
Rita menyeringai lebar, dia melantunkan nada tembang dalam bahasa jawa seolah menganggap enteng apa yang dilakukan Aki.
Sigap, Aki mengguyur badan Rita dengan air kembang 7 rupa, dia mengerang sakit namun tetap tertawa memekik.

"Mirehh!!!, Rogo iki dudu gonanmu!"
(Pergi! Raga ini bukan milikmu!) ujar keras Aki.
“Aku gak bakal nyingkrih sak durunge wong iki mati!”
(Aku tak akan pergi sebelum manusia ini mati!)

"Sing pok lawan mung dudu aku!"
(Yang kalian lawan bukan hanya aku!) pekik Rita.
Seringai bibir Rita mengecil, rahangnya mengeras, sorot mata putih itu terasa tajam menatap Bayu.,

“SURITA! NGUNDHUH WOHING PAKERTI.”
(SURITA! MEMETIK BUAH PERBUATAN SENDIRI).
Bayu terkejut ketika setan yang merasuk menyebut nama lengkap Rita,
sedangkan Aki terus merapal mentera hingga terdengar ledakan dan semburat api di langit luar. Bersama dengan itu tubuh Rita melemas, dia mengerjap sadar,
“Anak- anak mas? Anak-anak ning endi?”
(Anak-anak mas? Anak-anak dimana?)

Gelagapan Rita memaksakan diri untuk bangkit, Bayu segera melepaskan ikatan pada Rita.
Ketika mereka membuka pintu, betapa terkejutnya mereka kala melihat kobaran api menyala tinggi membakar cepat melumat habis rumah mereka.

“ANIRA!! ANISA!!!”
Aki, Bayu, dan Rita berlari menuju rumah mereka. Namun mereka kalah cepat dengan api yang telah lebih dulu meluluhlantak satu bangunan besar.
Hingga Api dipadamkan, ditemukan jasad dua anak perempuan yang sedang berpelukan.
Mereka menangis histeris, Rita memang berhasil selamat, tapi dua nyawa anak tak berdosa harus menjadi gantinya.
Rita mengutarakan penyesalannya atas apa yang dia perbuat selama ini. (Maaf, karena terlalu sensitif, maka penulis memilih untuk tidak menceritakan.)
Beberapa hari berselang, Rita dan Bayu ditemukan tewas gantung diri di bekas Gudang mabel di halaman belakang rumah—tempat mereka melakukan ritual.

--- Thread End---
Kita sama-sama ketahui, bahwa santet di Indonesia memiliki berbagai macam jenis. Satet gak melulu tentang boneka, bukhul atau semacamnya, bahkan ada juga santet yang tanpa media sekali pun. Namun semuanya sama—kejam.
Semuanya menggunakan Jin sebagai perantara untuk menyakiti manusia. Tak jarang ritual yang dilakukan pun serupa atau ada kesamaan.
Kemarin, saya melihat poster film Sewu Dino, detail dalam poster itu mengingatkan aku sama kejadian ritual yang dialami keluarga Bayu. Asli merinding. Coba deh kalian zoom dan perhatikan detailnya, kalian melihat apa aja di sana?

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with JeroPoint

JeroPoint Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @JeroPoint

Apr 4, 2024
Di rawa besar yang menjadi hilir dari tempat ditemukannya mayat-mayat hanyut yg hilang.
Seorang pengemudi perahu (nelayan) mengatakan bahwa ia ketemu seorang bapak yg mau pesugihan menumbalkan anaknya sendiri.
"Bapak itu minta di antar ketemu kuncen desa."

A Thread.
#CeritaSerem
Waktu itu gak sengaja singgah ke sebuah rawa besar yang tersohor di Jawa Tengah. Sejatinya tempat itu sangat indah, saya memutuskan naik perahu mengelilingi rawa yang lebih pantas disebut danau.
Saya gak sebut nama rawanya yah, karena kalian orang sekitar pasti tau betul sama rawa ini.  

Sudah bisa tebak dimana? ..

Pas di dermaga sebelum naik perahu, ngobrol sama pemancing, dia bilang--
Read 29 tweets
Feb 12, 2024
“Mereka me-ruqyahku, tapi aku tidak melihat mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam diriku, tapi justru malah memasukan ‘jin’ lain ke dalam tubuhku.”

Utas singkat dari balik ‘Pondok’
- A Thread-
#CeritaSerem Image
Mungkin judul utas di atas menyisakan pertanyaan “Loh, kok bisa? Bukannya ruqyah membersihkan diri? kenapa jadi sebaliknya?” ...

Betul, sejatinya Ruqyah ialah salah satu bentuk ruwatan diri yang memiliki segudang manfaat--
Namun sayangnya, banyak ‘oknum’ yang memanfaatkan label ruqyah tersebut untuk kepentingan pribadi. Kisah singkat ini menjadi satu dari sekian banyak contoh kasusnya.

Silahkan tandai, RT, tinggalkan jejak atau markah judul thread teratas agar tidak terlewat update-nya.
Read 44 tweets
Jan 25, 2024
“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.”

KERETA MALAM
-PEMBERANGKATAN TERAKHIR-
A THREAD

#CeritaSerem Image
Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'.

Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update.
Maleman kita mulai.
Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--
Read 45 tweets
Jan 18, 2024
Tau info mengenai Pasar Setan di gunung salak? …

Satu dari ke-lima pendaki ini seketika kejang-kejang. Saat mereka berupaya turun, mereka malah terjebak masuk ke pasar yg sebelumnya tak pernah mereka lihat.

"KAMI DITERIAKI SURUH PULANG.”

A Thread
#ceritaserem Image
Tinggalkan jejak atau tandai judul utas di atas agar tidak hilang.
Kalian yang suka mendaki ada pengalaman ganjil selama nanjak?
Sambil nunggu cerita ini up, boleh cerita di reply ya.

Maleman kita mulai …
-- Mari Kita Mulai--

2012,
Waktu itu, aku baru lulus SMA. Lagi masa tenang setelah UN. Salah satu juniorku minta diantar untuk 'nanjak' ke gunung salak.

Rombongan mereka tak banyak, hanya 4 orang : 2 perempuan, 2 laki-laki.
Read 38 tweets
Jan 16, 2024
Dalang ditemukan tewas saat mencoba memp*rkosa sindennya.

“SINDEN BUKANLAH PELACUR YANG BISA KALIAN ‘PAKAI’ SEENAKNYA!”, ucap Rinjani sebelum pingsan di samping jasad si dalang yang kepalanya sudah melintir dengan tusuk konde yang menancap di telinga.

#SindenGaib #KisahNyata Image
Di pedalaman Trenggalek, ada sebuah urban legend tentang sosok arwah sinden yg gemar mendatangi dan merasuki sinden-sinden cantik dgn suara yg indah.

Namun, dalam satu pagelaran, akan ada korban yg hilang.

Mengapa?
Sila tandai, Like atau tinggalkan jejak, nnti malam kita mulai
Cerita tentang sinden ini bukanlah rahasia umum lagi, terutama di dunia kesenian tradisional
tanah Jawa, yaitu pewayangan. Sinden merupakan kunci utama untuk menampilkan eloknya
iringan lagu dengan nyanyian yang terdengar menyayat meski merdu.
Read 80 tweets
Jan 10, 2024
Hati-hati buat kalian yang rambutnya suka rontok.

“Keluargaku meninggal satu orang, setiap tahun”

-A THREAD-
#CeritaSerem Image
Foto di atas dikirim oleh narasumber yg menemukan gumpalan rambut tertamam di halaman rumahnya.

Silahkan tandai, RT atau like judul utas di atas agar tidak hilang. Nanti malam kita lanjut.
--Mari kita mulai--

Panggil saja aku Yuli, Sudah tiga tahun ini, keluargaku satu per satu meninggal secara tidak wajar. Anggota keluarga kami terdiri dari 5 orang, dan sekarang hanya tersisa 2 (Aku dan Ibu).
Read 31 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(