Teguh Faluvie Profile picture
Jan 19 238 tweets >60 min read
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 7]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror
@IDN_Horor @bacahorror_id Hallo selamat malam, sudah kembali di hari kamis malam, artinya kita akan memasuki lanjutan cerita Bangkar Sukma, sudah ada part (1) sampai (6) yang bisa teman-teman baca agar mengikuti alur cerita, akan saya sertakan linknya dibawah, bantu tinggalkan retweet dan like.
@IDN_Horor @bacahorror_id Cerita ini berakhir di Part 8, semua kumpulan eBook sudah bisa teman-teman download dan baca sambil memberikan support, bisa klik langsung yah, terdapat cerita lengkap dalam seri cerita Meong Hideung Universe (Gama & Budi)

karyakarsa.com/qwertyping
@IDN_Horor @bacahorror_id Bantu tinggalkan retweet dan like yah disetiap threadnya agar yang lain ikut baca.

Part (4) – Dendam Tumbal Jejaden


Part (5) – Perjanjian Iblis


Part (6) – Asal Muasal Darah Kebiadaban
@IDN_Horor @bacahorror_id Part 7 – Gerbang Gaib Leuweung Sancageutih
“Dalang utama penyebab Sukma Ayu menuntut nyawa, membawa jasadnya yang penuh dengan rasa kesakitan menuju leuweung sancageutih, kini gerbang gaib itu memberikan kenyataan dan bukti”
...
@IDN_Horor @bacahorror_id Saksi bisu untuk yang kesekian kalinya setelah bertahun-tahun lamanya telah terjadi kebiadaban manusia, manakala kini pintu kamar yang masih tertutup rapat itu jendelanya sudah terbuka lebar, baru saja di lewati dengan sangat mudah
@IDN_Horor @bacahorror_id oleh seorang lelaki berambut gondrong dan lelaki tua. Melihat dengan jelas, ketika sebuah pelukan seorang nenek kepada cucu perempuanya, bukan sebuah pelukan penuh kasih dan sayang, melainkan nenek itu akan segera menusukan pisau tua yang tajam, untuk menghabisi cucunya
@IDN_Horor @bacahorror_id yang hanya tersisa dua orang, demi tujuan bersama iblis yang sudah mempengaruhi seluruh jiwa dan raganya, terlebih dini hari semakin larut dan bersiap menyambut pagi untuk datang.
Pandangan mata kaget Ni Amirah tidak menyangka bahwa satu lelaki gondrong yang sudah disebutkan
@IDN_Horor @bacahorror_id ciri-cirinya lengkap oleh Ki Sarmadi, dan memberinya sebuah informasi bahwa bukanlah orang sembarang, kini sudah berhadapan dengannya, tatkala masih memeluk tubuh cucu perempuannya dan pisau tajam itu belum jauh dari lehernya.
“D─dari mana Amirah mereka tahu dan bisa masuk, -
@IDN_Horor @bacahorror_id -sekarang cepat! Habisi!”
Tangan Mang Idim langsung menahan tubuh Budi yang akan segera bergerak, Mang Idim berpikir cepat─ jika saja salah langkahnya berhadapan dengan Sukma Ayu dan Ni Amirah pertaruhannya adalah nyawa Arsa dan Kak Eka, dua orang anak yang tidak bersalah apapun
@IDN_Horor @bacahorror_id dalam tujuan gila almarhum Pak Aji Priyanto.
“Tahan jangan sekarang! gerakan keris itu Bud, cepat!” bisik suara Mang Idim yang pelan, namun terdengar jelas oleh Budi.
“Mau kalian apa, saya tidak kenal dengan kalian dan tidak punya urusan apapun” ucap Ni Amirah mulai panik
@IDN_Horor @bacahorror_id karena melihat mereka berdua yang tidak ketakutan sama sekali, padahal dibelakangnya itu Sukma Ayu masih berdiri, dan Arsa hanya bisa mematung tidak bisa bergerak, hanya melihat kebingungan kejadian diluar nalar seperti ini.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Jelas ada! urusan kalian dengan kami... apalagi ketika ada manusia yang buta hatinya akan membunuh cucunya” jawab Mang Idim, menuggu telebih dahulu apa yang akan di perbuat Budi.
Dengan mata yang kini terpejam Budi sedikit demi sedikit bisa membuat Arsa menggerakan tubuhnya,
@IDN_Horor @bacahorror_id bahkan wajah pucat dengan rambut panjangnya Sukma Ayu dibuatnya heran dengan kekuatan Budi, yang mampu membuat kain lilitan keris itu terbuka sendirinya ditangan Arsa.
“Arrrggghhh apa ini Arsa! Sakit!!!” teriak Ni Amirah sangat kencang.
@IDN_Horor @bacahorror_id Bahkan Arsa kaget keris itu tanpa digerakan olehnya, tiba-tiba bisa menghujam ke arah samping bagian perut Ni Amirah, tangan Arsa bukan hanya menghujamkan saja, tapi memutarkan keris yang sudah tertancap itu, sehingga depakapan Ni Amirah kepada tubuh Kak Eka terlepas,
@IDN_Horor @bacahorror_id kalah dengan rasa sakit yang sedang dirasakannya.
“Sekarang Bud! Sekarang!” sebuah tepukan yang seperti biasa Gama lakukan, kini sudah dilayangkan ke arah pundak Budi.
Dengan langkah yang cepat, lalu berlari sekuat tenaga melayangkan kedua kakinya pada bagian samping
@IDN_Horor @bacahorror_id tubuh Ni Amirah yang langsung terlempar dari ranjang, bahkan pisau tajam yang masih Ni Amirah pegang, sudah berganti dan pindah ke tangan Budi.
“Tunggu waktunya di leuweung sancageutih! Pastikan keluarga kalian selamat! Sebelum kalian menemukan keberadaan leuweung itu”
@IDN_Horor @bacahorror_id Dengan cepat Sukma Ayu menghilang, masuk ke dalam ceceran darah dari bekas tusukan keris di samping perut Ni Amirah, yang sekarang terkapar lemas di dekat pintu kamar, beriringan dengan darah yang terus keluar.
Mang Idim langsung mengangkat tubuh Kak Eka yang sama sekali
@IDN_Horor @bacahorror_id belum sadarkan diri, malah kini mulutnya terus terbuka, seperti sedang mencari nafas dengan bagian dadanya yang terus berdetak kencang.
“M─masih bisa terselamatkan” bisik hati Mang Idim perlahan.
Sementara Budi berjalan ke arah Ni Amirah
@IDN_Horor @bacahorror_id yang tanganya menutup bekas tusukan keris, agar darahnya tidak semakin banyak keluar.
“Dengar Nini biadab! Saya Jalu Kertarajasa orang-orang memanggil saya Budi dan saudara saya Digjaya Adiguna Gama, malam ini sengaja saya tidak akan menghabisi dengan cara seperti ini, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - akan saya gantung suatu hari nanti tubuh kamu, seperti anak kamu Aji!” ucap Budi depan wajah Ni Amirah yang benar-benar ketakutan melihat setiap raut wajah Budi.
“Arghhhh ampunnn!!!”
“Sakittt!!!”
Teriakan Ni Amirah kedua kalinya jauh lebih kencang,
@IDN_Horor @bacahorror_id manakala sayatan pisau yang sebelumnya di pegang Ni Amirah, kini bersarang di bagian pipinya sebelah kiri, membuat darah itu semakin jelas keluar dari kulit pipi tuanya.
“Agar kamu tahu rasa sakit darah yang keluar dari tubuh seperti apa!” bisik Budi di dekat telinga Ni Amirah.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Budi ayo!” teriak Mang Idim yang sudah berhasil memangku tubuh Kak Eka keluar dari dalam kamar.
“Arsa! Ayo! Tinggalkan rumah ini, akan saya habisi semuanya!” tarik tangan Budi pada tubuh Arsa yang sekarang bergetar, bahkan wajah Arsa masih sangat panik penuh dengan keringat,
@IDN_Horor @bacahorror_id mengikuti langkah Budi dan baru saja berhasil keluar dari jendela, yang sebelumnya sudah Arsa buka kunci jendela itu atas perintah Pak Wahyu pada handphone yang masih ada di dalam saku celananya.
Dengan langkah yang tergesa-gesa Bah Idim, Budi dan Arsa, melewati halaman
@IDN_Horor @bacahorror_id samping rumah putih yang luas penuh dengan rumput-rumput apalagi kini tidak akan lama lagi pagi segera datang, namun Arsa dan Budi langsung dibuat kaget ketika melihat ke arah jendela yang masih terbuka itu sudah melihat Ni Amirah dengan tangannya yang masih
@IDN_Horor @bacahorror_id menutupi luka di perut dan bagian wajahnya itu sedang berdiri berdampingan dengan Ibu Elis, sedang membicarakan sesuatu dengan wajah yang serius.
“Ayo terus berjalan, mobil terparkir disana, pisau itu sudah kamu bawa Bud...” ucap Mang Idim mengingatkan Budi.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Sudah Mang, dari benda ini kita akan tahu dimana leuweung sancagetih itu berada... ayo Arsa ini demi keselamatan kalian!” ucap Budi sambil menarik tangan Arsa, sudah memasukan pisau yang sebelumnya di pegang di Ni Amirah kebagian belakang.
@IDN_Horor @bacahorror_id Tiba-tiba lampu gemerlap dan cahaya yang terang gemerang dari rumah putih seketika padam, membuat Budi dan Mang Idim semakin cemas, bahkan Budi masih melihat Ni Amirah dan Ibu Elis mematung tidak bergerak sama sekali.
“Ayo cepat!” bentak Mang Idim
@IDN_Horor @bacahorror_id agar segera keluar dari halaman rumah putih, karena merasakan sesuatu hal yang jauh lebih buruk akan segera terjadi.
“Bi Titin dan Mang Karno masih di dalam rumah...” ucap Arsa ingat dengan dua orang itu, yang selama ini menjaganya sebelum kedatangan Gama dan Budi.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Aaaaa... sakitttt”
“Sakitttt...”
Teriakan suara Mang Karno dan Bi Titin yang sangat kencang terdengar oleh Budi, Arsa dan Mang Idim, namun Mang Idim hanya menganggukan kepalanya kepada Budi, memberikan pertanda yang mereka berdua pahami, lalu kembali berjalan dengan cepat,
@IDN_Horor @bacahorror_id membuat Arsa penasaran kejadian apa yang sedang menimpa dua orang itu dari gelapnya rumah putih, apalagi selama ia berada di rumah putih dan lama meninggalkan kos-kosan Ibu Warini, hanya dari dua orang itu saja
@IDN_Horor @bacahorror_id yang sering mengegelingi rumah dengan membawa sesajen, berdalih untuk keselamatan Arsa dan kak Eka sebuah wasiat dari almarhum Pak Aji Priyanto.

***
@IDN_Horor @bacahorror_id Digjaya Adiguna Gama

Dari jam dinding yang tertempel di ruangan depan rumah keluarga Gama, sudah beberapa kali Ki Duduy melihat ke arah jam, tidak akan lama pagi segera datang dan waktu adzan subuh akan segera berkumandang, namun belum terlihat juga batang hidung
@IDN_Horor @bacahorror_id Budi dan Mang Idim. Sedari tadi sepanjang perjalanan dari kampung leuleuswalangan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Ki Duduy, sementara Gama tidak berani untuk memulai pembicaraan, hanya raut kecemasan yang tergambar dari kulit tua Ki Duduy.
@IDN_Horor @bacahorror_id Pak Wahyu melakukan hal sama, hanya duduk di sofa ruangan depan, di mejanya sudah banyak sekali kertas-kertas yang sudah sengaja ia kumpulkan, apalagi sudah mengetahui Arsa dan Kak Eka akan dibawa oleh Mang Idim menuju rumah, tumpukan kertas itu tidak lain beberapa data
@IDN_Horor @bacahorror_id untuk mengetahui hubungan bisnis Pak Hendra dan Almarhum Pak Aji Prinyato yang di rasanya mempunyai keterkaitan erat.
“Gimana Kang, apa sudah ada kejelasan soal Pak Hendra...” suara Gama memecah konsentrasi Pak Wahyu yang sedang memisahkan beberapa kertas.
@IDN_Horor @bacahorror_id “10 tahun terakhir memang melesat bisnis apapun ditangan Pak Hendra, lihat ini Gam maaf” sebuah kertas berisikan data Pak Hendra sudah Gama lihat, membuat Gama teringat rentan tahun pengakuan dari Mak Saruni dan Bah Didi Markadi.
“Benar, tidak mungkin salah...” bisik hati Gama,
@IDN_Horor @bacahorror_id membenarkan apa yang sedang kedua matanya itu lihat.
“Setelah lima tahun kedepan Pak Hendra keluar dari rumah itu Gam, kemudian hilang entah kemana, hingga ketika Pak Aji Priyanto bangkit dan mencuat ke permukaan memegang dan menjadi investor dengan teman saya, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - barulah Pak Hendra kembali terlihat, ini cukup aneh sekali”
Pikiran dan prasangka Gama yang semakin yakin, manakala belum lama mendengarkan pengakuan Bah Didi Markadi dan Mak Saruni tidak bisa menolak lagi, bahwasanya data yang tertulis dalam kertas itu memang benar adanya,
@IDN_Horor @bacahorror_id terus saja Gama mencari nama-nama lain.
“Ini juga Gam, kaki tangan Pak Hendra adalah Joni, selain itu hanya rekan-rekan bisnis saja─”
Gama hanya menganggukan kepalanya saja, data yang tertulis dari beberapa tahun kebelakang dan kenyataan malam ini sudah benar-benar sangat cocok,
@IDN_Horor @bacahorror_id terlebih benar adanya perihal nama Joni itu, yang baru saja bagian kakinya itu di sayat oleh Budi.
“Seharusnya besok kalau cuti Akang selesai, Akang bisa mendapatkan banyak data lagi dari teman Akang yang berbisnis dengan Pak Aji Priyanto dan dari anak-anak kantor”
@IDN_Horor @bacahorror_id lanjut Pak Wahyu menjelaskan dengan serius, membuat Gama benar-benar paham, apalagi luka di lehernya Pak Wahyu itu sudah mulai mengering.
“Gam kesini...” suara Ki Duduy membuyarkan pandangan mata Gama ke arah kertas, Ki Duduy sudah berdiri dan berjalan ke arah depan
@IDN_Horor @bacahorror_id menuju pos jaga Mang Tahrim.
“Kek ada apa, mending sudah merokoknya disana saja, ini angin pagi cukup dingin... nanti malah Mang Tahrim yang bangun”
“Kakek belum tenang sebelum Idim dan Budi datang, apa kamu siap besok malam pergi mencari dimana leweung sancagetih itu berada─”
@IDN_Horor @bacahorror_id tangan Ki Duduy bergerak masuk ke dalam saku celana, bukan untuk mengambil rokok yang sudah tidak terhitung habis berapa batang, melainkan mengeluarkan sebuah kertas, lalu duduk di kursi yang biasa Mang Tahrim gunakan di dekat gerbang utama rumah.
@IDN_Horor @bacahorror_id Gama masih kebingungan dengan coretan-coretan Ki Duduy di atas kertas itu, hanya sebuah hutan yang digambarkan tidak terlalu jelas, dan beberapa patokan jalan tanpa nama.
“Hanya gambaran kasar dan itu belum pasti Gam, dari darah yang kemarin menetes di lantai keramik rumah, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - tapi kakek tidak habis pikir─” padangan kosong kedua mata Ki Duduy menatap ke arah gerbang, merasakan kecemasan yang sama dengan Gama, menanti kedatangan Budi.
Gama hanya menarik nafasnya cukup dalam, mempertimbangkan hal yang akan ditanyakannya,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi setelah melihat goresan pertanda dimana lokasi leuweung sancagetih itu berada.
“Dari kejadian ini kakek jadi ingat, dulu buyut kamu bilang dan cerita, ada nama iblis yang semoga bukan ini gambarannya yang menimpa Arsa─” seketika ucapan Ki Duduy terhenti begitu saja,
@IDN_Horor @bacahorror_id kedua tangan nya sudah melipat, menahan terpaan angin dingin menuju pagi, hanya suara dengkuran tidur Mang Tahrim yang tersisa dan Gama dengar jelas.
“Maksudnya Kek, Gama belum paham”
“Butuh beberapa hari untuk menyusun kepingan cerita dulu Ki Langsamana kepada Kakek, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - apalagi daya ingat kakek sudah tidak muda lagi, Huskal nama iblis itu tugasnya sederhana, tapi paling berbahaya!” lanjut Ki Duduy, tiba-tiba berdiri ketika melihat sorotan lampu mobil semakin mendekat.
“Apa dan kenapa Kek berbahayanya, Gama perlu tahu Kek”
@IDN_Horor @bacahorror_id membuat Gama semakin penasaran, tidak jarang ketika mendengar mendiang nama buyutnya jika keluar dari mulut Ki Duduy selalu membuat bulu pundak Gama berdiri, termasuk nama baru yang keluar dari mulut kakeknya itu langsung Gama ingat.
“Kita sembuhkan dulu Eka, setelah itu -
@IDN_Horor @bacahorror_id - semoga saja tidak keburu kamu pergi, ciri-cirinya dan nama iblis itu nanti Idim pastikan dulu, dari pertanda yang ia bawa dari rumah putih”
...

“Nafasnya sudah sesak Kek, sejak keluar dari halaman rumah putih, kondisinya semakin memburuk” dengan tergesa-gesa Mang Idim langsung
@IDN_Horor @bacahorror_id membawa Kak Eka masuk ke dalam rumah, bahkan Budi yang menutup gerbang rumah kembali.
“Pak Wahyu ada di dalam menunggu Arsa, cepat cari tahu perihal Pak Hendra, sebelum kakak kamu membaik keadaanya” perintah Gama, Arsa sudah melihat langsung satu-satunya orang
@IDN_Horor @bacahorror_id yang membantunya selama ini, orang yang bahkan membawanya sekarang ke rumah Gama, Pak Wahyu langsung melambaikan tangannya berkali-kali ke arah Arsa.
Arsa seperti terselamatkan separuh hidupnya setelah menghadapi semua keanehan yang terjadi pada keluarganya
@IDN_Horor @bacahorror_id hingga berbuah hilang nyawa Bapak dan Adiknya, harapan hidup kembali dalam dirinya hadir, walaupun harus berjalan bersama kecemasan dan ketakutan yang tidak bisa tahu dalam dirinya itu bisa hilang, atau akan selamanya ia rasakan.
“T─tolong Pak Gama selamatkan keluarga Arsa, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - kak Eka, sebelumnya hidup kami baik-baik saja walaupun benar-benar sulit” air mata Arsa menetes, dinginnya udara pagi tidak berlaku untuknya, melihat sendiri bagaimana Ki Duduy, Mang Idim dan Budi sangat tergesa-gesa membuat Kak Eka untuk sadarkan diri.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan ini Arsa, selamat dan tidaknya bukan ditangan saya atau Budi, semua atas kehendak pencipta bumi dan segala isinya ini, selesaikan apa yang perlu kamu ketahui perihal almarhum Bapak kamu dengan Pak Wahyu, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - disini kamu dan Kak Eka tidak punya banyak waktu” Gama berusaha menguatkan hati Arsa yang sedang dalma keadaan ketakutan.
“Aaaaaa...”
Tiba-tiba teriakan sangat kencang Kak Eka sudah Gama dan Arsa dengar membuat mereka berdua langsung berlari menuju rumah,
@IDN_Horor @bacahorror_id walaupun sebelum berbalik badan ke arah rumah, Gama melihat sepintas dari dua bola matanya, ada seseorang yang sedang berada di paling ujung pagar rumah.
“Urus Eka Gam, yang di luar urusanku! Berikan ini kepada Mang Idim atau Ki Duduy” ucap Budi sambil berpapasan dengan Gama
@IDN_Horor @bacahorror_id memberikan pisau tua yang sudah dibungkus oleh koran yang berada di mobil sebelumnya, hal itu juga disaksikan Arsa manakala masih ingat benda itu digunakan Ni Amirah untuk menyayat leher Kak Eka.
Budi langsung berjalan untuk memastikan keadaan rumah terlebih dahulu,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi Budi juga sudah merasakan apa yang sebelumnya dirasakan Gama dan terngiang-ngiang ancaman Sukma Ayu ─ Tunggu waktunya di leuweung sancageutih! Pastikan keluarga kalian selamat! Sebelum kalian menemukan keberadaan leuweung itu.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Ini kek, mungkin dari sini, lokasi leuweung sancagetih bisa kita ketahui” ucap Mang Idim perlahan, melihat dengan detail pisau tua yang kini berada di tangannya.
“Bukan sekedar itu, pastikan juga semua yang ada di tempat itu, setiap garis dan lekukan pusaka mempunyai cerita -
@IDN_Horor @bacahorror_id - dan tujuan tertentu kenapa benda itu ada ditangan kita juga... ingat rencana dan jalan pencipta melebihi apapun...” jawab Ki Duduy sambil menganggukan kepalanya, seperti mengulang perkataan Buyut Gama pada jaman dulu.
Gama hanya menganggukan kepala, menyetujui
@IDN_Horor @bacahorror_id apa yang dikatakan Mang Idim dan Ki Duduy, ia perlu menahan diri dan bersabar sebelum petunjuk lainnya datang.
...

“Tidak habis pikir Sa, kakak kamu menjadi seperti ini” ucap Pak Wahyu tiba-tiba mendapati dengan jelas wajah Kak Eka sangat pucat, persis kulit-kulitnya itu
@IDN_Horor @bacahorror_id seperti tidak mempunyai nyawa.
“Ini tidak seberapa Pak, Arsa melihat semua keanehan yang menimpa Kak Eka, padahal belum cukup waktu pikiran Arsa dibuat trauma oleh kematian Bapak dan Dinda”
“Maaf Kang lebih baik selesaikan pencarian data terkait almarhum Pak Aji Priyanto -
@IDN_Horor @bacahorror_id - dan Pak Hendra, biar Eka Gama yang jaga sementara sebelum Kakek dan Mang Idim selesai shalat berjamaah”
Tubuh perempuan yang sedari awal merasakan kejaganlan selama di rumah lama dan rumah putih itu kini masih memejamkan matanya, nafasnya sudah sangat sesak,
@IDN_Horor @bacahorror_id keringat tidak berhenti mengalir di bagian wajahnya, membuat Gama hanya memandangnya dengan penuh belas kasih.
“Sulit, sudah dibawa...” bisik hati Gama perlahan meratapi keadaan semakin memburuknya Kak Eka.
Di meja yang sudah bertumpukan kertas Pak Wahyu dan Arsa silih berganti
@IDN_Horor @bacahorror_id menunjukan jari-jarinya pada kertas itu, bisikan-bisikan suara Pak Wahyu hanya di jawab anggukan kepala Arsa, walapun beberapa kali Gama mendapati Arsa terlihat cemas ketika melihat ke arah handphonenya.
“Beruntungnya pagi sudah tiba Gam, pekarangan depan sudah hampir -
@IDN_Horor @bacahorror_id - dipenuhi kiriman-kiraman Ki Sarmadi, berniat membuat kacau rumah ini!” suara Budi membuyarkan tatapan Gama, langsung duduk didekat Kak Eka, yang terbaring di ruangan tengah rumah.
“Ada baiknya tidak menghabisi Joni malam tadi Bud, jadi kita tahu siapa saja -
@IDN_Horor @bacahorror_id - yang berperan di masa lalu, termasuk keadaan Bah Didi Markadi dan Mak Saruni sesuai ucapan Ki Duduy, dihadapan kita bukan sekedar Ki Sarmadi ada Ni Itoh juga Bud yang sudah menanti...”
Membuat hati Budi merasa bersalah dengan Gama mengucapkan nama Ni Itoh, karena ada satu hal
@IDN_Horor @bacahorror_id yang belum bisa Budi katakan kepada Gama, apalagi dihadapannya sekarang tubuh Kak Eka yang masih terbaring.
“Ada saatnya Gam, maafkan” bisik hati nurani Budi.
“Arrrghhhh... sakitttt...”
“Sakitttt...”
Tiba-tiba mulut Kak Eka terbuka dengan sendirinya,
@IDN_Horor @bacahorror_id terlihat Ki Duduy dan Mang Idim sedang berjalan ke arah Gama dan Budi, membuat mereka berdua menyangka hal itu akibat Ki Duduy dan Mang Idim, begitu juga Pak Wahyu dan Arsa yang mendengar jelas suara itu langsung melihat ke arah Kak Eka.
“Kamu bawa gelang gengge itu Gam, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - lakukan sekarang, mumpung seisi rumah ini belum bangun” ucap Ki Duduy perlahan.
Dengan cepat Budi membangunkan tubuh Kak Eka dari samping, membuat Gama dengan mudah sudah berada di belakang tubuh Kak Eka, tangannya perlahan mengeluarkan gelang gengge dari saku celananya,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi Gama sudah melihat tiba-tiba meong hideung sudah berada didepan kamar kerja Gama.
“Ada, sudah ada Gam jangan cemas” bisik Ki Duduy tepat di dekat tubuh Gama, mengetahui keberadaan meong hideung tersebut.
Baru saja gelang gengge itu Gama genggam, dan belum melakukan suatu
@IDN_Horor @bacahorror_id hal yang biasa ia lakukan, tubuh Kak Eka sudah bergetar.
“T─tolong lepaskan, saya ingin bebas Ki tolongggg...”
“Maaf itu bukan suara Kak Eka kek” sahut Arsa perlahan, tiba-tiba yang sudah berada di dekat Budi bersama Pak Wahyu, mendengar suara kakaknya itu sudah jauh berubah.
@IDN_Horor @bacahorror_id Ki Duduy, Mang Idim dan Budi hanya menganggukan kepalanya saja, apalagi Mang Idim langsung menahan tubuh Budi agar tidak bergerak melakukan sesuatu.
“Dekatkan saja Gam...” ucap Ki Duduy.
Gama langsung mendekatkan gelang genggenya ke bagian punggung Kak Eka, membuat tubuh Kak Eka
@IDN_Horor @bacahorror_id bergetar kembali dan ingin bergerak, namun kalah kuat dengan tenaga Budi yang sedang menahannya itu.
“Saya ingin keluar dari tubuh ini, saya ingin lepas dari tuan saya, ampun saya hanya disuruh Ki, ampun pulangkan saya...” suara yang jauh lebih menyeramkan sudah Gama dengar,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi mata kak Eka tiba-tiba terbuka dan langsung melotot ke arah Budi, namun hitungan detik kepala Kak Eka menunduk.
“Siapa, katakan dan dari mana” bisik Gama ditelinga kanan Kak Eka sangat tegas.
“Saya takut, tuan huskal dan Ki Sarmadi...” jawab Kak Eka pelan sekali,
@IDN_Horor @bacahorror_id kepalanya perlahan menoleh ke arah Gama, sosok dalam tubuh Kak Eka benar-benar ketakutan menyebutkan nama itu.
Membuat Gama langsung kaget, apalagi belum lama Ki Duduy menyebutkan nama yang sama, bahkan menjadi salah satu khawatirannya terbesarnya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Katakan dimana tempat tuan kamu itu cepat”
Kak Eka hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali, bahkan kini malah teriakan yang sangat kencang dari mulutnya, manakala Gama nekan gelang gengge itu di punggungnya, disusul suara tangisan Kak Eka.
@IDN_Horor @bacahorror_id Kepala Ki Duduy mengangguk ke arah Budi, membuat Budi langsung mencengkram kepala Kak Eka sambil matanya terpejam, mengusap wajahnya dengan perlahan.
“Harusanya Idim sudah tahu kek” sahut Mang Idim.
Suara nafas ngos-ngosan sudah terdengar keluar dari hidung dan mulut Kak Eka,
@IDN_Horor @bacahorror_id berbarengan dengan Dewi, Teh Anggit dan Ibu Mulyani baru saja keluar dari kamar mereka masing-masing.
“D─Dimana ini Sa! Siapa mereka ini!” ucap Kak Eka sangat panik, sudah di kelilingi orang-orang baru ia lihat.
“Tenang Kak, mereka yang akan menolong keluarga kita” jawab Arsa
@IDN_Horor @bacahorror_id langsung memeluk tubuh Kak Eka setelah dipersilahkan oleh Ki Duduy.
“Dinda, Bapak, kasihan Sa, kasihan!” ucap Kak Eka, namun ketika Ki Duduy memberikan satu gelas air minum, tubuhnya tiba-tiba lemas.
“Biarkan dulu untuk seharian ini istirahat, kita urus yang lain” ucap Ki Duduy
@IDN_Horor @bacahorror_id menenangkan suasana yang sedari tadi cukup tegang.
“N─nama itu sama Kek dengan yang kakek sebutkan” bisik Gama pelan.
“Bukan hanya sama Gam, tapi yang menerima persembahan Ki Sarmadi, urus dulu Eka pindahkan saja ke ruangan kerja kamu, tinggal tempat itu
@IDN_Horor @bacahorror_id yang akan Kakek cari terlebih dahulu agar kamu bisa kesana secepatnya malam ini juga” ucap Ki Duduy sambil menepuk pundak Gama, untuk kesekian kalinya Ki Duduy masih merasakan sebuah kecemasan pada Gama, karena tidak ingin cucunya itu harus bernasib sama
@IDN_Horor @bacahorror_id dengan buyutnya di masa lalu, setiap menghadapi masalah seperti ini.
Gama dan Budi hanya bisa bersila cukup lama di mushola setelah berjamaah ibadah, meminta segala perlindungan dan pertolongan pencipta, lebih memasrahkan apa yang sedang dihadapinya saat ini,
@IDN_Horor @bacahorror_id yang mereka berdua butuhkan selanjutnya adalah petunjuk. Mereka berdua sama-sama penasaran dengan dalang utama dibalik Sukma Ayu ini, apalagi bagi Budi dirinya sudah menahan kesabaran nya berkali-kali untuk membereskan semuanya,
@IDN_Horor @bacahorror_id sesuai ucapan Gama dari Ki Duduy ─ harus sampai ke akar-akarnya.
...

Embun yang perlahan jatuh dari dedaunan bunga indah di depan rumah Gama, tidak berbanding sama dengan suasana di dalam rumah keluarga besarnya, manakala sinar mentari muncul dari arah timur
@IDN_Horor @bacahorror_id seharusnya membawa kehangatan, kini semua orang yang berada di rumah itu sedang bersama sebuah kecemasan, melihat tubuh Kak Eka yang sekarang sudah berangsur membaik, walaupun belum sepenuhnya bisa membuka mata.
@IDN_Horor @bacahorror_id Ibu Mulyani yang biasanya lebih memilih untuk tidak tahu apapun permasalahan menantunya, kini sudah berubah drastis, beberapa kali menyuruh Dewi dan Teh Anggit kedua anak perempuannya itu sibuk membawakan air hangat dan handuk untuk mengelap tubuh Kak Eka.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Tidak pernah berbeda Gam rasa seorang ibu kepada anaknya, keluarga kita masih ada yang sakit sampai saat ini, dan sekarang perempuan ini kasihan sekali...” ucap Ibu Mulyani.
“Secepatnya Gama bereskan semua masalah ini Bu...”
“Ibu sudah paham Gam, sudah banyak bicara -
@IDN_Horor @bacahorror_id - dari kemarin dengan Umi Esih juga, memang sudah harus begini keluarga kita” sahut Dewi tiba-tiba.
“Iyah Ibu juga sudah mendengar kekejamanan dari Bapak anak perempuan ini, sama dengan almarhum Bapak kamu juga Wi, resiko dari masalah seperti ini jarang mempunyai pilihan lebih, -
@IDN_Horor @bacahorror_id -kalau tidak darah yah nyawa” tetesan air mata Ibu Mulyani keluar begitu saja, kembali berada dalam bayang-bayang masa lalu, sebuah masalah persekutuan suaminya yang memakan korban belum sembuhnya Teh Lasmi sampai saat ini yang berada di salah satu rumah sakit jiwa.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Semoga Arsa dan Eka tidak lama di rumah ini, masalahnya segera selesai Bu” sahut Teh Anggit.
“Sementara jaga dan urus dulu Eka, sebelum semuanya selesai disini dulu saja, kedua anak almarhum Pak Aji Priyanto ini membutuhkan keselamatan, hanya itu”
@IDN_Horor @bacahorror_id suara Gama membuat tiga perempuan yang berada di dekat Kak Eka langsung menganggukan kepalanya, apalagi mereka sama-sama perempuan dan bisa saling merasakan, sebagai Ibu maupun anak.
Dewi mengikuti langkah Gama yang keluar kamar perlahan, di ruangan tengah Arsa dan Pak Wahyu
@IDN_Horor @bacahorror_id masih sibuk dengan tumpukan kertasnya itu, walaupun terlihat dari tubuh Arsa sangat kelelahan sekali, beruntungnya penanganan Mang Idim kepada tubuhnya dan ramuan dedaunan yang Arsa minum bisa menyelamatkan dari kejadian semalam.
“Gam kelopak mata kamu sudah lelah begitu, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - apa tidak ada waktu untuk istirahat terlebih dahulu” keluh Dewi melihat keadaan suaminya.
“Harusnya iyah Wi, tapi lihat saja Kakek udah melambaikan tangannya, jaga dulu Arsa dan Eka yah”
Bukan untuk yang pertama kali Dewi sebagai istrinya Gama merasakan perasaan seperti ini,
@IDN_Horor @bacahorror_id harus melawan keras rasa cemasnya, dan hanya doa dalam hatinya yang bisa berkata lebih banyak, apalagi kini melihat jelas Ki Duduy sedang berbicara serius dengan Gama.
“Biar Budi dan Mang Idim disini, sampai Eka sadarkan diri, ayo ikut ke rumah kakek dulu, dari sana seharusnya -
@IDN_Horor @bacahorror_id - kita mengetahui dimana leuweung sancageutih itu berada, kakek teringat sesuatu” ucap Ki Duduy.
Membuat Mang Idim dan Budi yang sudah kelelahan hanya menganggukan kepalanya saja, bahkan Gama menyarankan untuk istirahat di kamar yang biasa digunakan tamu di rumah.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Sekarang saja Gam, waktunya tidak banyak, siang atau sore Amang lihat dulu keadaan keluarga Arsa, seharusnya bisa...” sahut Mang Idim.
“Keris itu juga masih ditangan Arsa, sengaja belum aku ambil, aturannya masih samakan yah Bah, sebelum selesai aku biarkan saja untuk berjaga”
@IDN_Horor @bacahorror_id tambah Budi.
Bah Idim dan Budi langsung berdiri masuk untuk melihat keadaan Kak Eka, di ikuti Pak Wahyu dan Arsa, sementara Gama sudah mengambil kunci dan pamit kepada Dewi untuk menuju rumah Ki Duduy di kampung halamannya.
“Kasih tau Arsa sesuatu jika nanti kita pergi, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - cara menggunakan lebih gila lagi keris itu Bud, aku mempunyai perasaan tidak enak” bisik Gama kepada Budi.
...

Dibawah terik sinar matahari yang sudah semakin meninggi, kendaraan roda dua yang Gama kendarai membawa Ki Duduy sudah melewati jalanan kota,
@IDN_Horor @bacahorror_id beruntungnya kampung halaman Ki Duduy tidak memakan banyak waktu untuk sampai, setelah melewati bukit yang terbelah oleh sebuah jalan, sudah membawa Gama untuk cepat sampai.
“Aji Priyanto...” ucap Ki Duduy tiba-tiba manakala, baru saja motor terparkir tepat di samping rumahnya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Gama curiga Kek...” jawab Gama perlahan, mengikuti langkah Ki Duduy langsung membuka pintu dapurnya, karena dalam pikiran Gama ada dua orang yang menjadi penyebab awal mula Sukma Ayu yang begitu brutal membabi buta, memberikan terror kepada keluarga Arsa.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Semoga apa yang kita pikirkan sama, tunggu kakek bawakan sesuatu dulu bekas peninggalan Buyut kamu”
Tidak ada pilihan untuk Gama ketika melihat sopa tua di ruangan tengah rumah Ki Duduy untuk menjatuhkan tubuhnya, apalagi perjalanan semalam tentu menguras pikiran dan tenaganya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Eka sudah sadarkan diri, ini lagi di sembuhkan terus oleh Mang Idim sudah masuk air kedalam tubuhnya Gam” sebuah pesan baru saja Gama baca, pesan yang masuk ke dalam handphone ketika ia berada dalam perjalanan, membuat Gama sedikit tenang.
“Kek apa mau Gama bantu, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - ini Dewi kasih kabar, Eka sudah sadarkan diri”
“Tidak usah, tunggu sebentar lagi ini”
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari kamar Ki Duduy.
“Nah ini ada Gam alhamdulillah”
Membuat Gama langsung memaksa tubuhnya itu untuk terbangun, bahkan Gama cukup kaget
@IDN_Horor @bacahorror_id tiba-tiba dari balik pinggang Ki Duduy mengeluarkan pisau yang sebelumnya Gama berikan kepada Budi, pisau tua yang diambil dari tangan Ni Amirah.
“Dari sini seharusnya kita tahu...” beberapa kertas sudah Ki Duduy berikan kepada Gama,
@IDN_Horor @bacahorror_id hanya dengan sebuah garis ukiran yang terdapat di pisau itu, Ki Duduy sudah menganggukan kepalanya berkali-kali, seperti mengetahui sesuatu.
“Kertas apa ini Kek...” membuat bulu pundak Gama berdiri, ketika melihat sebuah coretan gambar diatas kertas tua itu.
“Sama bukan, lihat, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - Garisan ini dan gambar di kertas ini”
“Sama sekali Kek, benar-benar sama, lalu gambar kotak itu apa kek”
Gama melihat sebuah gambar kotak tua, kain dan beberapa benda-benda yang baru pertama ia lihat, termasuk gambar seperti rambut.
“Ki Langsamana dulu pernah ke tempat ini, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - sayangnya hanya dilewati begitu saja, namun ia gariskan dalam kertas ini dengan apa yang ia ketahui Gam... bahkan, ceritanya dulu pernah kakek dengar, nama Huskal iblis itu mempunyai ciri ini yang sama, dengan garisan pisau dari rumah keluarga Arsa, butuh beberapa hari -
@IDN_Horor @bacahorror_id - kakek pastikan semua ini...”
Gama langsung dibuat kaget dengan ukiran di pisau itu, ketika didekatkan lebih jelas oleh ki Duduy, berada di bagian tengah dadanya gambaran dari iblis tersebut.
“Jadi ini yang akan Gama dan Budi cari Kek”
@IDN_Horor @bacahorror_id “Tidak kalian cari, mereka sudah menunggu setelah kekacauan semua ini Gam, kecemasan dan ketakutan yang ada dalam diri kita, mereka juga sama merasakannya, bedanya mereka dengan iblis itu”
Dengan cepat tangan Ki Duduy menggambarkan sebuah jalan dan hutan di balik kertas tua
@IDN_Horor @bacahorror_id yang sudah berwarna kuning pekat itu, hanya garisan pensil berwarna hitam saja yang sekarang terlihat jelas oleh Gama.
“Sesuai sangkaan Idim, nanti bisa ia pastikan lagi... sebelah barat, lembah dan sungai kecil, lalu sampailah di tempat yang dahulu kala disebutnya Sancageutih -
@IDN_Horor @bacahorror_id - sayangnya tidak banyak orang yang berhasil mengadukan nasibnya disana, pergi dengan harapan besar lalu pulang dengan hilang nyawa... harusnya tidak sulit untuk menemukan tempat ini, tapi penunggunya yang akan menghambat, yang belum bisa kakek pastikan...”
@IDN_Horor @bacahorror_id ucap Ki Duduy sangat serius, lalu menuliskan nama sebuah jalan dan lengkap dengan patokan-patokannya.
Gama langsung memahami coretan isi ketas itu, apalagi benda-benda yang ada dalam kertas dan jalan itu sudah cukup menjadikannya bekal untuk menuju kesana.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Apa dari semua ini kakek bisa menemukan Bah Didi Markadi dan Mak Saruni juga...” tanya Gama tiba-tiba, karena belum mendapatkan penjelasan perihal itu dari Ki Duduy.
“Satu persatu, dari perjalanan kadangkala apa yang ada dalam pikiran kita menjadi sebuah jawaban Gam, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - kejadian sebelumnya juga seperti itu, nanti kakek pasti akan bicarakan hal ini─” jawab Ki Duduy, sambil membereskan kertas-kertas lainnya yang ia pegang.
“Lipat dan bawalah kertas itu, tunggu perintah Kakek dan Idim, sekarang istirahat dulu saja disini, nanti kakek bangunkan”
@IDN_Horor @bacahorror_id lanjut Ki Duduy perlahan sudah mendapati jelas keadaan cucunya itu kelelahan dan perlu tenaga lebih untuk perjalanan berikutnya.
Terus saja Gama melihat setiap isi coretan tangan Ki Langsamana yang tertulis jelas pada kertas tua, hanya sebuah tulisan nama penunggu Sancageutih
@IDN_Horor @bacahorror_id dan beberapa benda yang masih ia lihat dari gambarnya, beberapa kali bulu pundak Gama berdiri, membayangkan coretan perjalan buyutnya itu kembali terbukti dalam kurun waktu yang sudah lama, puluhan tahun, berbarengan dengan sekuat tenaga Gama menahan rasa ngantuknya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Baheula aya hiji hanjakal Gama nu nyelekit kana hate, nu teu kateang nu uyut, teu bakal apal eta petempatan jadi lalaku sesat jalama di jaman kiwari, ngaduakeun pangeran saukur hanyang sagala kagampangan hirup”
@IDN_Horor @bacahorror_id (Dulu ada satu penyesalan yang sangat menyakitkan hati, yang tidak uyut temukan, tidak tahu itu tempat jadi lelaku sesat manusia di jaman sekarang, menduakan pencipta untuk keinginan kemudahan dalam hidup) lelaki jauh lebih tua mengenakan ikat kepala berupa sorban,
@IDN_Horor @bacahorror_id mengenakan gamis berwarna putih, sedang mengelus kepala Gama perlahan yang masih terbaring, memegang kertas berisikan petunjuk soal keberadaan leuweung sancagetih.
“Buyut, Gama belum tahu semua itu berawal, tapi ada anak-anak yang tidak bersalah membawa hal yang harus segera -
@IDN_Horor @bacahorror_id - Gama selesaikan dengan cepat” keringat sudah mengalir membasahi tubuhnya.
Ki Langsamana hanya menepuk pundak Gama berkali-kali, membuat Gama hanya terdiam.
“Dina hirup aya hukum nabur jeng nuai, cara nu paling alus nulungan diri sorangan kudu nulungan batur, -
@IDN_Horor @bacahorror_id -setiap jalan nu alus bakalan ka buka, mangkat ka kulon, aya oray nu nungguan gedena salewih kabeh tatangkalan di leweung eta, pertanda si Sanca geus ngadagoan, bejakeun dimana Gama asalna, berarti eta geus nepi di tempat nu di panuju...”
@IDN_Horor @bacahorror_id (Dalam Hidup ini berlaku hukum tabur tuai, cara terbaik untuk menolong diri sendiri adalah dengan menolong orang lain, setiap jalan yang baik bakal terbuka, pergi ke barat, ada ular yang sudah menunggu besarnya melebihi semua pepohonan di hutan itu, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - pertanda Si Sanca sudah menanti, kasih tau dari mana Gama berasal, itu artinya sudah sampai di tempat yang di tuju)
Gama hanya terdiam mendengarkan ucapan Ki Langsamana, tidak bisa mulutnya terbuka lagi, hanya tatapan mata Ki Langsamana melihat ke arah kertas yang ia pegang.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Eta kertas lain sembarang coretan, kabeh tanda aya didinya, bereskeun, eta tempat baheula pengelewatan kaula Gam, pake hate cara manacana, gambarkeuna make tindakan, teu kabeh geutih kudu di bales ku geutih, teu kabeh nyawa kudu di bales ku nyawa)
@IDN_Horor @bacahorror_id (Itu kertas bukan sembarang kertas, semua tanda berada disitu, selesaikan, itu tempat dulu tempat buyut lewat Gam, pake hati membacanya, mengambarkanya pakai tindakan, tidak semua darah harus di balas darah, tidak semua nyawa harus di balas nyawa)
@IDN_Horor @bacahorror_id Perkataan Ki Langsamana yang penuh akan makna masuk ke dalam telinga Gama, di ikuti semakin banyaknya keringat membasahi tubuhnya, namun Gama paham semua ucapan buyutnya itu adalah jalan selanjutnya dalam perjalan menerima semua warisan dari Ki Langsanama.
@IDN_Horor @bacahorror_id Baru saja sebuah tepukan perlahan kembali Gama rasakan mendarat tepat di pundaknya, tangan Ki Langsamana menunjuk ke arah depan pandangan mata.
“S─siapa mereka buyut” suara Gama terbata-bata, tatkala sekarang ia melihat samar-samar satu orang lelaki tua berdampingan
@IDN_Horor @bacahorror_id dengan dua orang perempuan dan satu laki-laki sedang berdiri mematung, sekujur tubuhnya penuh dengan darah, mereka semua membuka mulutnya seperti berkata sesuatu, namun tidak bisa Gama pahami perkataanya itu.
Pandangan mata Gama semakin jelas memperhatikan empat orang itu,
@IDN_Horor @bacahorror_id beberapa detik kemudian tiba-tiba Gama mengenali wajah satu perempuan dan laki-laki yang sekarang sedang berada di rumahnya.
“E─Eka, Arsa, buyut itu orang-orang yang sedang butuh pertolongan Gama” namun Gama sudah tidak mendapati Ki Langsamana yang sudah tidak ada didekatnya,
@IDN_Horor @bacahorror_id malah melihat tiba-tiba dari balik mereka berempat sudah berdiri Sukma Ayu dan satu perempuan tua, perempuan tua itu membuat Gama kaget karena sudah memegang pisau dengan di wajahnya terdapat bekas sayatan.
“Jangannnn!!! Hentikan!!!” teriak Gama sangat keras,
@IDN_Horor @bacahorror_id karena dari jarak yang tidak terlalu jauh, perempuan tua itu dengan cepat mengelilingkan pisau tajam di leher Eka dan Arsa, hingga membuat darah memancar keluar.
“Hentikan!!! Hentikan!!!” namun sulit untuk Gama bergerak, kepala Arsa dan Eka sudah terkulai ke samping
@IDN_Horor @bacahorror_id diikuti darah yang semakin banyak keluar, dengan sangat dingin Sukma Ayu dan perempuan tua yang belum Gama ketahui itu berbalik badan, kemudian berjalan meninggalkan laki-laki dan perempuan yang masih mematung terdiam, tidak memperdulikan keadaan Arsa dan Eka.
@IDN_Horor @bacahorror_id semakin jauh langkahnya, Gama melihat jelas sebuah kotak yang perempuan tua itu bawa, lalu Gama mengingat ciri-ciri perempuan tua itu, dengan bekas luka di bagian pipinya.
“Arsa! Eka!” teriak Gama jauh lebih kencang, karena sama sekali lelaki tua dan perempuan yang sekujur
@IDN_Horor @bacahorror_id tubuhnya penuh darah itu hanya mematung tanpa bergerak sedikitpun.
“Gam! Gama bangun Gam!”
Membuat Gama langsung membuka matanya, sudah terlihat Ki Duduy membawa handuk kecil dan gelas berisikan air putih.
“K─Kakek!”
“Tenang, buat diri kamu tenang! Minum ini cepat!”
@IDN_Horor @bacahorror_id Bahkan Gama langsung dibuat kaget, ketika meong hideung sudah berada didekatnya, tubuhnya langsung dibantu untuk bangun oleh Ki Duduy.
“Ki Langsamana Kek, Gama sudah tahu, iyah tadi pertanda Kek” dengan masih tergesa-gesa bahkan semakin cemas akan penampakan
@IDN_Horor @bacahorror_id yang terjadi dalam mimpinya menyaksikan dengan tragis keadaan Arsa dan Eka.
“Ingat-ingat semua itu Gam...”
Gama hanya menganggukan kepalanya, langsung meminum air dalam gelas, tangannya bergerak mengelap keringat menggunakan handuk yang diberikan Ki Duduy,
@IDN_Horor @bacahorror_id ia perlu melepaskan baju yang dikenakan karena sudah penuh dengan keringat.
“B─benar kek isi dalam kertas ini pertunjuk, Gama ingat nama baru lagi di leweung sancageutih” ucap Gama terbata-bata, pikiranya terus mengulang kejadian dalam mimpinya, apalagi kini meong hideung
@IDN_Horor @bacahorror_id sudah berada sangat dekat dengan kedua kakinya.
“Jangan kamu sebutkan Gam nama itu, datanglah, Budi membawa kabar buruk dari kediaman Bah Didi Markadi, yang mungkin nanti akan kamu segera ketahui kabar itu, jika kepergian sekarang harus bertaruh nyawa sekalipun, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - lakukan dan selesaikan semua ini, karena mereka juga sudah menanti kedatangan kamu” ucap Ki Duduy perlahan, membuat Gama semakin penasaran pada kabar buruk itu, apalagi Ki Duduy langsung menunjuk ke arah handphone Gama.
“Gam waktunya hanya malam ini saja yang tersisa, -
@IDN_Horor @bacahorror_id -sekarang Arsa dan Kak Eka yang tidak sadarkan diri, yang mereka incar dua anak Aji Priyanto, selanjutnya keluarga kita” pesan dari kontak bernama Mang Idim sudah Gama baca, membuat detak jantungnya kini berubah menjadi lebih kencang.
“Tenangkan diri kamu, bersihkan tubuh kamu, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - qodho shalat segera, tidak akan lama lagi waktu sore tiba dan pergilah, Idim sudah mengetahui dimana leuweung itu berada, dan bawa kertas itu sebagai bekal petunjuk!”
Kini pandangan mata kuning yang menyala dari meong hideung kini menatapnya terus menerus,
@IDN_Horor @bacahorror_id Ki Duduy langsung membawa kembali pisau itu, sudah tahu akan diberikan kepada siapa selanjutnya.
“Siap-siap malam ini kita selesaikan” pandangan Gama melihat tajam ke arah meong hideung, naluri dalam diri Gama yang sudah mewarisi seluruh yang dimiliki buyutnya itu
@IDN_Horor @bacahorror_id sudah perlahan kembali terasa muncul.
“Harusnya kabar buruk dari Budi, bukan akibat malam itu menemui Bah Didi Markadi dan Mak Saruni...” bisik hati Gama semakin cemas, karena sudah berjanji akan datang kembali ke kampung leuleuswalangan.

***
@IDN_Horor @bacahorror_id Rumah Putih
Kampung Marakayangan

Cahaya kuning keemasan yang sudah perlahan turun dari sebelah barat, membawa sebuah keindahan menerangi rumah putih yang berdiri kokoh, sinarnya menerpa tanaman-taman dan bunga indah, juga beberapa mobil mewah yang sudah terparkir,
@IDN_Horor @bacahorror_id pintu utama rumah itu sudah terbuka sedari tadi, terlihat beberapa kali hisapan rokok yang sedang terjepit diantara jari Pak Hendra terus saja keluar, isapan itu menggambarkan ketakutan karena dari sinilah dan malam ini semuanya dipertaruhkan,
@IDN_Horor @bacahorror_id hanya sedang ditemani seorang lelaki yang di bagian betisnya itu sudah dililit perban tebal, bekas suatu malam ada orang misterius yang menancapkan pisaunya sendiri sebagai “Senjata makan tuan”, lelaki itu sedang mengumpulkan dendam dan ambisi buta,
@IDN_Horor @bacahorror_id agar semuanya cepat terselesaikan.
“Padahal Joni, langkah kita tinggal satu lagi, aku menikahi Elis dan kita buat seperti Sukma Ayu semuanya akan abadi, tapi orang-orang itu termasuk anak-anak Aji Priyanto malah jadi hambatan!”
@IDN_Horor @bacahorror_id “Tenang Pak, malam ini juga kepala Gama dan Budi saya bawakan untuk Bapak, kalau bisa Bapak yang menghabisi mereka yang terakhir kalinya”
Anggukan kepala Pak Hendra dan kepalan tangannya itu sudah dari kemarin malam menahan semuanya, jika saja tidak diingatkan Ki Sarmadi,
@IDN_Horor @bacahorror_id dirinya bisa lebih ceroboh menghadapi dua nama Gama dan Budi, beruntungnya Ni Itoh sudah memberitahu terlebih dahulu setelah kejadian yang menimpa dirinya kepada Ki Sarmadi.
“Apa saya ketuk saja Pak kamar Ibu Elis!” ucap Joni sudah tidak bisa menahan rasa sabarnya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Jangan! sudah kita tunggu saja, yang penting tiba di leuweung sancageutih tepat waktu”
Pak Hendra tahu betul dan butuh waktu untuk Ni Amirah melakukan apa yang sudah diperintahkannya itu, apalagi tidak akan lama waktu sore akan berganti dengan sandekala ─
@IDN_Horor @bacahorror_id waktu yang tepat untuk memulai malam yang tidak pernah Pak Hendra bayangkan datang menghampiri hidupnya.
...

Didalam kamar bekas peninggalan Sukma Ayu, Ibu Elis sudah duduk menghadap cermin hanya mengunakan kain sinjang batik yang melilit menutupi tubuhnya, kain yang sama
@IDN_Horor @bacahorror_id ketika waktu itu digunakan untuk menutup mayat Pak Aji Priyanto yang terbaring didapur, pasangannya hanya menyisakan bola putih mata, dengan suara nafas yang sesak, rambut panjangnya dibiarkan terurai.
@IDN_Horor @bacahorror_id Mulut Ibu Elis perlahan terbuka, “Sekarang waktunya Amirah” berbarengan dengan sinar cahaya sore perlahan berganti, untuk mengundang malam segera tiba, suara itu bukan lagi dari Ibu Elis melainkan Sukma Ayu yang sudah lama merasuki jiwa dan tubuh Ibu Elis.
@IDN_Horor @bacahorror_id Gunting tua yang sebelumnya di titipkan oleh Ki Sarmadi kepada Pak Hendra, kemudian di berikana kepada Ni Amirah sudah perlahan memotong setengahnya rambut Ibu Elis, gunting yang sama sebelumnya digunakan almarhum Pak Aji Priyanto.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Cepat jangan ragu Amirah, agar semua ini selesai...”
Setelah anggukan kepala Ni Amirah, semakin cepat membuat gunting itu bergerak, hanya menyisakan rambut Ibu Elis sepanjang bahunya saja, rambut itu dikepal oleh tangan Ni Amirah dengan nafas yang sudah tidak tenang,
@IDN_Horor @bacahorror_id sama halnya ketika kejadian di rumah lamanya ketika malam itu Pak Aji Priyanto yang melakukan perbuatan tersebut.
“Arrrggghhh!” tubuh Ibu Elis bergetar, kepalanya terjatuh begitu saja ke alas meja cermin tua di hadapannya itu, bahkan sampai mengeluarkan darah di bagian jidatnya.
@IDN_Horor @bacahorror_id “N─nenek itu siapa!” suara Ibu Elis yang baru saja melihat sosok perempuan dari balik cermin sedang berdiri, berdampingan di sebelah Ni Amirah.
“Sudah diam, ini kelakuan suami kamu! Diam di kamar ini!” bentak Ni Amirah yang sudah mendapati bahwa menantunya itu sudah tersadar.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Mana suami saya mana! Dinda! Mana!!!” teriak Ibu Elis sangat kencang tiba-tiba melihat gambaran Pak Aji Priyanto dan Dinda sudah mematung dari dalam cermin dengan sekujur tubuhnya penuh darah, Ibu Elis langsung berbalik badan mengetahui rambutnya sudah terpotong,
@IDN_Horor @bacahorror_id membuatnya semakin kalap.
“Ini demi kehidupan kita Elis! Paham!” bentak Ni Amirah.
Tiba-tiba tangan Ibu Elis akan merebut apa yang sedang berada di tangan Ni Amirah, namun kalah cepat dengan cepat Sukma Ayu, dengan sangat dingin dan wajah pucatnya itu mendorong tubuh Ibu Elis
@IDN_Horor @bacahorror_id yang masih duduk diatas kursi cermin, membuat punggungnya membentur keras ke arah cermin.
“Ayo keluar Amirah, kita selesaikan semua ini, agar tugasku selesai di tangan Ki Sarmadi, keabadian dan apa yang akan kamu inginkan akan segera terwujud!”
@IDN_Horor @bacahorror_id Membuat Ni Amirah dengan cepat keluar dari kamar Ibu Elis, mengucinya dengan cepat.
“Ni, Nini keluarkan aku Ni!!!”
“Keluarkannnn aku!!!”
“Keluarkan tolongggg Arsa, Eka, tolong!!!
Teriakan dan pukulan ke arah pintu sekuat tenaga Ibu Elis lakukan, tidak membuat Ni Amirah peduli,
@IDN_Horor @bacahorror_id malah mengabaikan apa yang sedang dilakukan Ibu Elis, apalagi ia sudah tahu betul menantu dan istri dari Pak Aji Priyanto anaknya itu baru saja sadar dari segala pengaruh dan perbuatan suaminya sendiri, Ibu Elis yang sudah menangis sangat kencang,
@IDN_Horor @bacahorror_id baru saja melihat di atas ranjangnya tergeletak handphone, bahkan sekarang dalam kepalanya yang sudah terasa pusing, ia juga mulai merasakan keanehan, bisa menempati kamar ini dengan hanya mengunakan kain sinjang batik untuk menutupi tubuhnya itu,
@IDN_Horor @bacahorror_id ia ingat malam itu di rumah lamanya, Pak Aji Priyanto hanya berkata terakhir kali─ “ini tidak akan lama Elis, demi keluarga kita” lalu hujaman kekuatan suaminya itu memberinya nafkah sebagai suami yang ia rasakan dalam keadaan seperti sedang kerasukan,
@IDN_Horor @bacahorror_id menyiksa dirinya dan memaksa ia harus menerima lumuran darah di wajahnya, dan sadar terakhir kali melihat tubuh suaminya pun penuh lumuran darah di tubuhnya itu.
...
@IDN_Horor @bacahorror_id Kamar yang Bi Titin tempati langsung di buka dengan kencang oleh Ni Amirah, mendapati Mang Karno yang sudah membaik keadaannya sejak malam itu Arsa dan Eka keluar dari rumah.
“Titin ingat! Balas nyawa suami kamu! Kamu berhutang nyawa kepada saya!” bentak Ni Amirah.
@IDN_Horor @bacahorror_id “S─Sumuhun Ni, muhun... atos tulung ulah bunuh Karno”
(iyah Ni, iyah... sudah tolong jangan bunuh Karno) Bi Titin masih ingat malam itu ketika perempuan berwajah pucat, hampir saja membunuh suaminya dengan cara di cekik dan beruntungnya Ni Amirah segera datang
@IDN_Horor @bacahorror_id melihat keadaan mereka berdua, sehingga bisa di cegah kematian Mang Karno di tangan Sukma Ayu.
“Jangan ada yang buka kamar Elis! Sebelum saya kembali, ingat! Atau anak kalian menjadi yatim piatu!” bentak Ni Amirah, dengan matanya yang sudah melotot.
@IDN_Horor @bacahorror_id Mang Karno hanya bisa terdiam tidak menyangka pertaruhanya agar anaknya sembuh, malah membahayakan keadaan ia dan istirnya, hanya bisa melihat Ni Amirah berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa, kemudian menutup pintu dengan sekuat tenaga.
“Lama sekali Ni, apa sudah semuanya...”
@IDN_Horor @bacahorror_id ucap Pak Hendra ketika melihat Ni Amirah berjalan tergesa-gesa, sudah memakai kebaya hitam, sebuah pakaian yang sama dengan Sukma Ayu waktu itu, membuat Pak Hendra hanya bersorak gembira dalam hatinya.
“S─sudah, semua sudah aku kunci termasuk jendela dan semuanya...”
@IDN_Horor @bacahorror_id jawab Ni Amirah yang masih ngos-ngosan, memberikan gumpalan rambut Ibu Elis kepada Joni.
“Bagus, kelihatan cantik sekali Nenek malam ini mengenakan kebaya itu... setelah malam ini kita rayakan sebuah keabadian, apa Elis terluka Ni, jangan dulu mati Elis itu! -
@IDN_Horor @bacahorror_id - terlalu sayang nyawanya bukankah itu sudah menjadi kesepakatan kita untuk menjadikan Elis persembahan, meneruskan tali pertemanan dan kekeluargaan saya dengan Pak Aji Priyanto, sabar... besok keadaannya akan berubah seketika, dan besok juga akan aku nikahi Elis Nek, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - setelah Arsa dan Eka menyusul Dinda dan bapaknya─”
Joni langsung menutup pintu rumah, setelah Pak Hendra dan Ni Amirah berjalan menuju mobil yang akan mereka gunakan menuju leuweung sancageutih, karena Ki Sarmadi sudah menantinya disana,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi gelap malam yang akan mengiringi langkah mereka bertiga.
“Akan ada Sukma Ayu selanjutnya Ni, Sukma Ayu dan tubuhnya yang membangkar akan abadi bersama Ki Sarmadi, tenang saja dari leuweung sancageutih kita akan mulai kembali dan dua orang itu akan mati, -
@IDN_Horor @bacahorror_id -inikan yang sudah kita sepakati dari dulu ketika di pertemuan pertama kita Ni...” lanjut Pak Hendra berusaha membuat Ni Amirah tenang, setelah melewati kejadian barusan mengulas sedikit hal penting yang sudah menjadi kesepakatan.
@IDN_Horor @bacahorror_id Mang Karno dan Bi Titin hanya bisa terdiam di dalam kamar, berada dalam titik ketakutan yang sedang dialaminya masing-masing, apalagi ketika lampu terang mobil menyala, Ibu Elis melihat Pak Hendra dan Ni Amirah masuk ke dalam mobil dari balik jendela,
@IDN_Horor @bacahorror_id namun kini tiba-tiba jembakan pada sisa rambutnya yang sudah pendek berantakan ia terima, membuatnya terjatuh ke lantai, hampir membuat sarung sinjang yang melilit di tubuhnya terlepas.
“Arrrghhh...”
“Tolonggggg...”
“Ampunnn... tolonggg...”
@IDN_Horor @bacahorror_id Seretan pada tubuhnya terjadi begitu saja, padahal tanpa ada wujud yang Ibu Elis lihat, handphone yang sedari ia pegang untuk menghubungi Arsa dan Eka sudah terjatuh dari genggaman tanganya, dan suara teriakan Ibu Elis didengar jelas oleh Mang Karno dan Bi Titin.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Aaaaaa... jangan tolongggg...” terus saja kepala Ibu Elis dibentur-benturkan ke arah kayu cermin berkali-kali, matanya terus mencari wujud yang sedang menyiksanya tanpa ampun, sampai bagian jidat dan wajahnya itu kini sudah keluar darah.

***
@IDN_Horor @bacahorror_id Digjaya Adiguna Gama

Tatapan kecemasan pada terbaringnya kembali Kak Eka dan kondisinya jauh semakin memburuk, sudah berdampingan dengan tubuh Arsa yang sama dengan Kakaknya sudah tidak sadarkan diri di kamar kerja Gama,
@IDN_Horor @bacahorror_id apalagi sebelumnya tiba-tiba bagian kepala Arsa seperti ada yang membenturkannya berkali-kali ke arah tembok, padahal baru saja Arsa dan Pak Wahyu mendapati apa yang mereka cari, dari data-data kertas yang masih berserakan di atas meja dan berbagai surat kabar,
@IDN_Horor @bacahorror_id juga informasi dari teman-teman Pak Wahyu, membenarkan ─ 10 tahun yang lalu almarhum Aji Priyanto sudah mengenal Pak Hendra.
“Handphone Arsa bahkan beberapa kali menerima panggilan masuk dari Ibu Elis Gam” ucap Pak Wahyu memperlihatkan sebuah kontak bernama “Ibu”.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Ada pesan juga yang jauh mengerikan, entah benar atau tidak” sahut Teh Anggit semakin cemas.
Membuat Gama dan Dewi melihat pesan itu hanya bertuliskan “Tolong Ibu Sa, takut ini tolong” di kirimnya berkali-kali pesan itu oleh Ibu Elis.
@IDN_Horor @bacahorror_id Gama belum bisa ia pastikan kebenaran pesan itu, apalagi tahu betul Ibu Elis sangat dekat dengan Ni Amirah setelah ia saksikan malam itu di rumah putih, kini Gama melihat Mang Idim dan Budi yang berjalan tergesa-gesa dari arah mushola.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Aku pergi dulu, doakan Wi, kalau ada lagi kabar atau pesan apapun dari handphone Arsa beritahu aku dengan cepat” beriringan dengan uluran tangan Gama kepada Dewi.
“Kang pastikan aman keadaan rumah, Ki Duduy akan disini juga” lanjut Gama, melangkah ke depan rumah,
@IDN_Horor @bacahorror_id sudah berdiri Mang Idim dan Budi.
Bukan lagi tentang keselamatan keluarga Arsa yang berada di pundak Gama saat ini, melainkan keluarganya juga, karena ia sudah tahu kemungkinan apa yang akan terjadi jika kelak ia tidak bisa kembali ke rumahnya ini,
@IDN_Horor @bacahorror_id ancaman terbesarnya adalah keluarganya, apalagi nama “Ni Itoh” yang selanjutnya harus ia cari tahu kenapa bisa bersama Ki Sarmadi.
Gelap malam sudah menanti Gama dan Budi untuk segera pergi, menuju sebuah tempat yang sebelumnya sudah dipastikan oleh Mang Idim,
@IDN_Horor @bacahorror_id dan beberapa hal yang sudah Gama ketahui.
“Gam ini nama kampungnnya, ini ciri-cirinya sama dengan coretan kertas itu, waktunya sudah tiba, pergilah, Budi sudah amang kasih tahu lengkap agar kalian sampai dengan cepat─” ucap Mang Idim sudah menuliskan semua coretan
@IDN_Horor @bacahorror_id di kertas kedua, yang akan Gama masukan kedalam saku celana jeans yang ia kenakan, bersama gelang gengge yang ia pastikan berkali-kali tidak ketinggalan.
Gama dan Budi hanya mengangguk, apalagi sedari tadi kedatanganya kembali ke rumah, Ki Duduy tidak berbicara apapun lagi,
@IDN_Horor @bacahorror_id lebih memilih membakar rokok dan menenangkan hatinya, manakala cucunya akan kembali pada jalan takdir, titipan dan warisan buyutnya Ki Langsanama.
“Kondisi Arsa dan Eka tergantung kalian disana, tapi takdir mati bukan ditangan kita, ingat bukan kita yang mencari mereka, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - tapi mereka sudah menanti kalian, jika keadaanya berubah dan semakin membahayakan kalian, Amang tidak akan tinggal diam! Keris sudah amang pindah tangankan pada Pak Wahyu dan sudah di jelaskan semuanya...” lanjut Mang Idim menjelaskan.
@IDN_Horor @bacahorror_id Gama yang sebelumnya sudah memimpikan kejadian mengerikan dan di temui oleh Ki Langsamana, sudah tidak bisa menahan dirinya agar segera pergi, apalagi melihat kecemasan seluruh keluarganya malam ini, termasuk Dewi yang hanya berdiri di depan kamar kerjanya,
@IDN_Horor @bacahorror_id menjaga keadaan Arsa dan Eka.
Mang Idim langsung duduk ketika Ki Duduy berdiri, mengeluarkan pisau tua yang sebelumnya Budi ambil dari tangan Ni Amirah.
“Bud, aturannya masih sama, selain menjaga Gama kamu tahu apa yang harus kamu lalukan” ucap Ki Duduy dengan tegas,
@IDN_Horor @bacahorror_id memberikan pisau kepada Gama.
“Baik Kek Budi sangat paham”
“Pergi dan cepat kembali!”
Salam yang diberikan kepada Ki Duduy dan Mang Idim, melepas langkah Budi dan Gama untuk menaiki motor menuju alamat dimana leuweung sancageutih berada.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Mungkin kita harus jauh lebih cepat Bud”
“Bisa aku atur Gam...”
Dengan laju kendaraan bermotor yang kini melewati jalanan kota, sepanjang jalan Gama hanya berpikiran tentang apa yang akan menimpa dirinya dan Budi.
“Ki Sanca, nama itu kamu ingat-ingat Bud yang akan memastikan -
@IDN_Horor @bacahorror_id - kebenaran tempat itu” terus saja rangkaian tentang mimpinya bersama Ki Langsamana sedang Gama ingat.
“Kalau menghambat tujuan kita siapapun itu akan aku habisi, sebelum berhadapan dengan Hendra, Joni dan Samardi itu semua jatah aku Gam ingat”
...
@IDN_Horor @bacahorror_id Sudah hampir dua jam kendaraan roda dua yang Budi dan Gama tumpangi itu melintasi beberapa jalan, di bawah langit malam mereka berdua sama sekali tidak menemukan kesulitan yang berarti, apalagi beberapa kali Gama pastikan membuka lipatan kertas yang Mang Idim berikan,
@IDN_Horor @bacahorror_id sejauh ini perjalanan melewati jalanan kendaraan yang benar.
“Di depan belok Bud, Itu sudah ada sungai besar, berarti benar gambar Mang Idim ini, tidak jauh belokkan kesebelah kiri, pasti ada lembah dan sungai kecil sebelum membawa airnya ke sungai yang jauh lebih besar itu”
@IDN_Horor @bacahorror_id “Sehabis kampung ini Gam”
“Benar, ayo cepat!”
Sudah tidak ada lagi yang Gama pikirkan apalagi ia akan segera sampai pada sebuah leuweung yang ia cari saat ini, perasaan semakin tidak tenang, apalagi kini bayangan mengenaskan keadaan Arsa dan Eka
@IDN_Horor @bacahorror_id sudah cukup membuatnya untuk segera sampai.
Setelah hamparan pohon pinus yang sangat luas, menjepit jalanan dan gelap semakin pekat, dari kejauhan sudah terlihat oleh Gama dan Budi, hamparan hutan jati juga beberapa hutan yang tidak mereka ketahui nama pepohonannya itu.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Sampai, disana Gama” ucap Budi semakin menarik kencang gas motornya.
Tidak lama motor sudah berhenti, Gama langsung turun dan memastikan lokasinya dari gambar yang sedang ia lihat jauh lebih jeli dari sebelumnya, sambil matanya memperhatikan sekitar hutan.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Gam lihat!” bentak Budi tiba-tiba, ketika sudah menyembunyikan motor di balik pepohan.
“Benar Bud, kita bukan mencari mereka! Mereka sudah menanti kita” Gama melihat dua garis ban mobil yang sudah menginjak dedaunan dan ranting-ranting juga tanah merah.
@IDN_Horor @bacahorror_id Budi dan Gama langsung melangkah mengikuti bekas pijakan ban mobil itu, semakin masuk ke dalam hutan, dengan perasaan dan pikiran Gama sudah tidak tenang, padangan matanya lurus ke depan mengikuti langkah Budi, mengesampingkan suara-suara yang ia dengar saat ini,
@IDN_Horor @bacahorror_id hanya daun-daun dan ranting-ranting pohon saja yang kaki mereka berdua injak, sampai melewati sebuah mobil yang Gama ketahui.
“Baguslah! mereka sudah datang Gam” ucap Budi yang sudah terlihat tidak sabar menantikan malam ini terjadi.
@IDN_Horor @bacahorror_id Namun dari telinga mereka berdua, mendengar binatang sangat besar yang sedang bergerak, membuat Budi dan Gama berhenti seketika, padahal dari jarak padangan mereka berdua sudah melihat sungai kecil yang menjadi tanda utamanya telah sampai di leuweung sancagetih.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Diam Bud, ada yang datang” membuat bulu pundak Gama langsung berdiri, sambil merasakan gelang gengge dalam sakunya itu terasa panas.
“Bukan dari belakang tapi dari sana, biarkan saja, mungkin itu Ki Sanca yang kamu sebutkan Gam” tunjuk Budi ke arah sungai.
@IDN_Horor @bacahorror_id Ucapan Ki Duduy di rumahnya dan apa yang dikatakan Ki Langsama langsung membuahkan bukti, seorang lelaki bungkuk dengan rambut panjang yang dipenuhi uban sudah berdiri dari kejauhan, seketika Gama dan Budi dibuat sangat kaget, melihat sebuah ular yang sangat besar,
@IDN_Horor @bacahorror_id bahkan tingginya melebihi pepohonan yang ada di sekitar mereka saat ini, membuat suasana dalam hutan semakin mencekam.
“B─benar Ki Sanca!” bisik hati Gama yang sudah semakin mendekat ke arah lelaki tua, yang mengendalikan ular besar tersebut.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Lebih baik kalian kembali, tidak ada jalan kesana, yang ada kematian...” dengan suara serak sambil menundukan kepala, lelaki tua bungkuk itu tidak melihat ke arah Gama dan Budi.
Budi sudah langsung menempelkan tangan sebelah kirinya ke balik punggung, Gama tahu betul
@IDN_Horor @bacahorror_id yang akan Budi perbuat.
“Saya hanya ingin melewat Ki Sanca, tidak bermaksud apapun karena sudah ada yang menunggu saya di dalam sana, setelah melewati sungai ini”
“Siapa kalian bisa tahu nama saya... kalian harus melewati saya dulu, tidak sembarangan orang yang bisa masuk!”
@IDN_Horor @bacahorror_id tetap saja padangan lelaki tua bungkuk itu menunduk.
Tiba-tiba gelang gengge dalam saku Gama terasa panas, langkah meong hideung sudah mendekat dengan terpincang-pincang melewati Gama dan Budi begitu saja, menuju lelaki tua bungkuk itu.
@IDN_Horor @bacahorror_id Membuat kepala lelaki tua itu langsung terangkat melihat ke arah Gama dan Budi.
“Langsamana ternyata, lama sekali tidak berjumpa dan tidak terdengar semua ilmunya di wariskan kepada siapa... saya tidak ingin ikut campur urusan kalian berdua... sudah banyak yang datang, -
@IDN_Horor @bacahorror_id - terkahir lelaki yang beberapa tahun datang dan sekarang membawa anak lelakinya sudah masuk duluan dan dua orang lelaki juga masuk, entah ini malam apa! bakalan banyak nyawa yang hilang di dalam sancagetih sesuai namanya”
“Itu buyut saya Ki Sanca, siapa mereka yang datang lagi”
@IDN_Horor @bacahorror_id “Cepat kakek tua katakan! Jangan memperlambat kita!” bentak Budi cukup kencang.
Membuat Ki Sanca melihat ke arah Budi dengan tatapan tajam, namun langsung menundukan kepala ketika melihat ke arah meong hideung.
“Anak tidak tahu sopan santun! Bagaimana jika tidak saya perbolehkan-
@IDN_Horor @bacahorror_id - kalian masuk!” bentak Ki Sanca.
“Bagaimana jika malam ini terkahir juga Ki Sanca berada di tempat ini!” bentak Budi balik, sudah mendengar ular-ular berukuran jauh lebih besar mengelilingi hutan ini tubuhnya menyelinap di antara pohon-pohon,
@IDN_Horor @bacahorror_id namun Budi tahu apa yang akan diperbuatnya, bisa secepat kilat menyingkirkan siapapun di hadapan matanya itu.
“Benar-benar kalian ini keturunan Ki Langsamana! tidak pernah gentar! silahkan masuk! dan semoga kembali membawa nyawa kalian berdua! -
@IDN_Horor @bacahorror_id - Yang menunggu kalian harusnya sebanding atau...” Ki Sanca tiba-tiba mengetukkan tongkat yang sedari tadi pegang, membuat perwujudan ular-ular itu menghilang seketika.
Budi dan Gama langsung melangkah begitu saja ketika Ki Sanca berjalan dengan senyuman penuh arti,
@IDN_Horor @bacahorror_id melewati sungai kecil, namun Budi dan Gama malah melihat dari air sungai itu berubah seketika menjadi merah darah.
“Bud! Lihat Bah Didi dan Sumardi!” ucap Gama dengan sangat kaget.
“Yang aku takutkan terjadi, dan kabar buruk itu memang benar adanya Gam─”
@IDN_Horor @bacahorror_id Membuat Gama teringat kabar buruk yang Budi katakan kepada Ki Duduy dan belum diketahui oleh Gama.
“Dari rumah Bah Didi kemarin Mak Saruni meninggal di tangan Hendra dan Ki Sarmadi, banyak tujuan kita malam ini, termasuk dendam Bah Didi”
@IDN_Horor @bacahorror_id Ucapan Budi membuat Gama kaget, apalagi ia merasa bersalah tidak bisa menjaga orang yang telah memberinya informasi.
“Tapi mungkin kabar buruk lainnya yang lebih parah dan bisa jadi ucapanku barusan salah Gam” lanjut Budi dengan sangat tegang.
@IDN_Horor @bacahorror_id “Benar ucapan Ki Sanca barusan berarti sudah banyak yang datang... kita selesaikan satu persatu Bud”
Gama dan Budi langsung melangkah dengan cepat ke arah Bah Didi Markadi dan Sumardi, namun tiba-tiba mereka berdua dari arah belakang sudah ada yang membekap mulutnya
@IDN_Horor @bacahorror_id dan langsung di seret oleh dua orang yang tidak sempat Gama dan Budi lihat, karena saking cepatnya, membuat Budi dan Gama terdiam seketika.
“Gama awas!!!”
Membuat Budi langsung mendorong tubuh Gama sampai terjatuh, tiba-tiba dua pisau tajam melayang ke arah Budi dan Gama
@IDN_Horor @bacahorror_id tertancap di pohon dekat mereka, membuat meong hideung itu semakin menyalakan kedua matanya yang berwarna kuning.
“Sialan Amirah! Aku sudah curiga sejak awal Gam, cepat perintah aku! Sudah aku tandai luka di pipinya itu! Benar berarti sangkaanku!” bentak Budi
@IDN_Horor @bacahorror_id hampir saja dalam hidupnya gagal menjaga Gama, dan langsung melihat Ni Amirah sudah bediri cukup jauh dengan luka di pipinya bekas sayatan pisau yang telah Budi lakukan di dalam kamar rumah putih, Ni Amirah mengenakan kebaya hitam dan sudah di rasuki
@IDN_Horor @bacahorror_id oleh sosok yang di masukan oleh Ki Sarmadi, sehingga wajahnya sangat pucat persis mirip dengan Sukma Ayu.
Gama masih kaget, mengatur nafasnya agar cepat tenang dan hampir saja pisau itu mendarat tepat di bagian samping kepalanya.
“Habisi Budi! Kejar!!! Aku selamatkan Bah Didi!”
@IDN_Horor @bacahorror_id bentak Gama, sambil berusaha bangkit, kini merasakan panas gelang gengge dari dalam saku celana tidak seperti biasanya, jauh lebih panas, pertanda bahaya sudah semakin mendekat.
“Arsa Gam, Eka!” baru saja beberapa langkah, Budi langsung berhenti, manakala melihat Arsa dan Eka
@IDN_Horor @bacahorror_id sedang di seret dan di jambak bagian rambutnya oleh kedua tangan Ni Amirah, hingga tubuh mereka berdua menyentuh tanah leuweung sancagetih.
“Tolonggggg...”
“Tolongggg... ampunnn...”
“Tolonggggg...”

(Bersambung)
@IDN_Horor @bacahorror_id Spoiler Part 8 – TAMAT

Tiba-tiba Gama dibuat kaget, termasuk empat orang yang sedang berhadapan dengannya, sebuah kaki yang sudah terputus dari tubuhnya melayang di atas tubuh Gama, sedang berjalan dengan langkah kaki yang tergesa-gesa, rambut gondrongnya sudah terurai,
@IDN_Horor @bacahorror_id baju dan tanganya sudah di penuhi darah.
“Mulutnya sendiri yang memaksa saya untuk menghabisi anak kalian Sarmadi, beruntungnya juga ada ibunya disini, biar kalian tahu rasanya kehilangan anak seperti apa! bahkan dengan cara keji, ibunya sudah saya buat kehilangan kaki dan tangan
@IDN_Horor @bacahorror_id tapi masih bernyawa, anaknya tidak saya biarkan! sama halnya ketika kalian mempersembahkan Sukma Ayu di leuweung ini!” teriak suara Budi sangat kencang, dengan cucuran keringat yang sudah membasahi wajahnya, tiba-tiba Budi melemparkan lima jari Joni ke hadapan Ki Sarmadi
@IDN_Horor @bacahorror_id tepat di bagian dadanya.
...

Ucapan selamat datang dari dalam leuweung sancagetih tidak membuat misteri perihal keluarga Aji Priyanto berhenti begitu saja, apalagi beberapa kenyataan dan pentunjuk sudah Gama dan Budi dapatkan, kenyataannya, Ibu Elis terkurung di kamar
@IDN_Horor @bacahorror_id dan perlahan dalang dari semua ini semakin jelas, namun untuk apa tujuan Bah Didi Markadi dan Sumardi hadir di leuweung sancagetih!
@IDN_Horor @bacahorror_id Akankah Bangkar Sukma berakhir jauh lebih mengerikan dan banyak darah juga nyawa yang hilang malam itu! Masih ada Hendra, Joni dan Ki Sarmadi yang menanti!
Baca Part (8) Tamat, klik link.

karyakarsa.com/qwertyping/ban…
@IDN_Horor @bacahorror_id Semua misteri dan akhir Bangkar Sukma akan berakhir (Tamat) di Part 8. Kita harus menjadi saksi kegilaan dan memehuni pertanyaan “kenapa Bangkar Sukma itu bisa terjadi.”

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Teguh Faluvie

Teguh Faluvie Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @qwertyping

Jan 12
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 6]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror
@IDN_Horor @bacahorror_id Hallo selamat malam, kembali dihari kamis malam yang artinya kita akan memasuki lanjutan cerita Bangkar Sukma, sudah ada Part (1) sampai (5) yang bisa teman-teman baca agar mengikuti alur cerita, akan saya sertakan linknya dibawah, bantu tinggalkan retweet dan like yah.
@IDN_Horor @bacahorror_id Sebelum dimulai, saya mau mengucapkan banyak terimakasih, kepada teman-teman yang sudah ikut Pre-order buku “NINGSIH”, tunggu Ningsih datang! Dan untuk yang ingin memberikan support/ download eBook klik link, support teman-teman sangat berharga sekali.

karyakarsa.com/qwertyping
Read 217 tweets
Jan 4
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 5]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror
@IDN_Horor @bacahorror_id Selamat malam, maju satu hari dari jadwal upload (kamis), kita akan kembali memasuki cerita Bangkar Sukma, sudah ada Part (1) sampai (4) yang bisa teman-teman baca agar mengikuti alur cerita, akan saya sertakan linknya dibawah, bantu tinggalkan retweet dan like yah.
@IDN_Horor @bacahorror_id Namun sebelum kita mulai, izinkan saya memberitahu teman-teman satu hal penting dan satu kabar baik. Dari 2019 akun ini membagikan asupan cerita horror di twitter, akhirnya ada salah satu cerita yang di jadikan Buku oleh penerbit @GagasMedia
Read 216 tweets
Dec 29, 2022
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 4]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror Image
@IDN_Horor @bacahorror_id Halo, kembali lagi di kamis malam yang artinya kita akan memasuki cerita Bangkar Sukma! Untuk teman-teman yang belum baca Part (1), (2) dan (3) silahkan klik link threadnya, agar bisa mengikuti alur cerita dan bantu tinggalkan retweet dan likenya, biar yang lain ikut baca.
Read 220 tweets
Dec 22, 2022
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 3]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror Image
@IDN_Horor @bacahorror_id Kembali lagi di hari kamis malam yang artinya kita akan memasuki cerita Bangkar Sukma, untuk yang belum baca part (1) & (2) bisa langsung klik threadnya agar mengikuti alur cerita kali ini, bantu untuk tinggalkan retweet dan likenya.
Read 211 tweets
Dec 15, 2022
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

[Part 2]

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror Image
@IDN_Horor @bacahorror_id Terimakasih atas antusias teman-teman pembaca Bangkar Sukma Part (1), kini saatnya kita berjanjut memasuki Part (2), untuk teman-teman yang belum baca Part (1), silahkan baca terlebih dahulu, agar mengikuti alur cerita kali ini.

@IDN_Horor @bacahorror_id Part 2 – Ikat Nyawa
“Tubuh dan nyawa seluruh keluarganya sudah terikat oleh perjanjian, kain kafan tali pocong telah menjadi bukti, Sukma dihidupkan kembali, membawa sebuah misteri dan marabahaya”
...
Read 204 tweets
Dec 7, 2022
BANGKAR SUKMA

"...jasad itu mengbangkar, sukma menuntut balas, kepada siapapun yang hidup diatas tanah dari saksi kebiadaban..."

@IDN_Horor @bacahorror_id

#bacahorror Image
@IDN_Horor @bacahorror_id Sangkala dan hayat terus menerus merekam pekat setiap gerak dan gerik di atas tanah yang menjadi saksi kebiadaban binatang bernama manusia, bersanding dengan kegunaan diciptakannya iblis oleh almalik, seolah luput,
@IDN_Horor @bacahorror_id bahwasannya takdir balasan akan selalu ada ketika manusia masih bernyawa, ataupun di alam keabadian setelah kematian. Di atas tanah itu, sering terdengar suara teriakan kesakitan, sebelum jasadnya membangkar adalah awal kelahiran dendam dari apa yang telah diperbuat,
Read 241 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(