Sebelum Oscar, nama besar seperti Drogba dan Anelka sudah lebih dulu mencicipi Liga Cina.
Bahkan pada 2016, Liverpool harus rela kehilangan target transfernya, Alex Teixeira yang menolak mereka untuk bergabung dengan klub Cina, Jiangsu Suning. Saat itu usianya baru 26 tahun.
Apa alasannya? Yang pertama gaji.
Ketika Tevez merumput di Liga Tiongkok tahun 2017 lalu, ia menerima gaji yang lebih banyak 1.5 kali dibanding CR7 dan Bang Messi.
Bahkan, banyak pemain Eropa yang gaji mingguannya lebih sedikit dibanding gaji yang Tevez dapatkan dalam sehari.
Kepindahan pemain yang akan pensiun ke Liga Cina mungkin dapat dimaklumi. Gaji besar yang diterima pemain yang sudah melewati masa keemasan bisa dipakai sebagai modal untuk kehidupan pascapensiun.
Tapi bagaimana dengan mereka yang pindah ke Liga Cina sebelum usia 30?
Kata Oscar, “Faktor finansial merupakan salah satu faktor penting. Namun segalanya bukan hanya tentang uang."
"Aku tidak bermain rutin bersama Chelsea. Aku tidak tahan hanya sekadar duduk di bench. Apalagi untuk dapat bermain di Timnas, harus tampil rutin di level klub.”
Lebih jauh lagi, di Cina pemain seperti Oscar ini bisa menjadi pahlawan.
Saat itu, sepakbola Cina sedang dalam masa transisi dan Oscar mampu merubah citra dirinya: Dari hanya penghuni bangku cadangan di Liga Premier Inggris, menjadi gerbong depan perubahan sepakbola Cina.
Cina sendiri sempat mencanangkan revolusi sepak bola. Tentang ini akan kami bahas di kesempatan lain.
Kembali ke pembahasan, faktor lainnya adalah mereka bisa jauh dari tekanan media. Seperti kita semua tau, kritikan media di Eropa terkadang cukup jahat terhadap para pemain.
Namun, tetap saja banyak pihak yang menyayangkan keputusan pemain untuk pindah ke Liga Cina di usia produktif.
Jamie Carragher dan Arjen Robben merupakan salah duanya. Menurut mereka, pemain akan lebih cepat terlupakan ketika keluar dari skena persepakbolaan Eropa.
Akan tetapi menurut The Guardian, hal seperti itu sudah tidak relevan. Pemantauan terhadap seorang pemain tetap dapat dilaksanakan dari mana pun dan kapan pun.
Bahkan dengan banyaknya pemain dan pelatih bintang, Liga Cina lebih mendapat ‘panggung’ daripada sebelumnya.
Hal itu dibuktikan dengan nama-nama pemain yang tetap dapat panggilan ke tim nasional mereka masing-masing setelah bermain baik di Cina.
Hulk, Oscar, Renato Augusto, dan Paulinho tetap mendapat panggilan ke Timnas Brasil. Graziano Pelle juga tetap dibutuhkan Timnas Italia.
Pada akhirnya, pindah ke negara yang jauh dari pusat persepakbolaan dunia tidak serta merta menghancurkan mimpi sang pemain.
Mereka tetap berlatih sepak bola rutin setiap hari, tetap bermain rutin setiap pekan, dan tetap mendapat bayaran besar dari kegiatan yang mereka sukai.
Sayangnya saat ini pemain bintang sudah lebih sukar kita temui di Liga Cina. Klub yang dulu berbondong-bondong mengincar talenta hebat dari 'Barat', justru ada yang sudah gulung tikar.
Namun, Cina yang menarik banyak bakat, tetap akan dikenang dalam sejarah industri sepak bola.
Foto:
Goal
Skysports
The SportRush
South China Morning Post
Times of Malta
Detiksport
The Mirror
FifPro
Vidio
Fc Barcelona (website)
CGTN
Bleacher Report
IDN TImes
Sportsbible
Gary Thacker
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kita semua tentu sepakat kalo warna dasar Manchester United itu merah. Hal itu tercermin dari warna jersey home sampai kursi di Old Trafford.
Tapi kok banyak ya suporter MU yang pake syal warna hijau dan kuning? Kenapa?
Sebuah bacaan untuk menemani malam minggu teman-teman☕️
Pertanyaan itu memunculkan beberapa pertanyaan lain. Tapi coba kita bahas pelan2.
Pertama, dari mana warna hijau kuning itu?
Kita mundur sebentar ke jaman pra Manchester United. Dulu, MU bernama Newton Heath. Selama 24 tahun klub itu, hijau dan kuning adalah warna utama mereka.
Pertanyaan lanjutan, setelah ratusan tahun jadi Manchester United dan pakai warna merah, kenapa sekarang warna hijau dan kuning muncul lagi?
Sebelum dapet jawabannya, ada paket dulu nih ges. Ini paket bisa memperbaiki kulit belang kalian.
Lanjut ke Shayne Pattynama, dia lahir di Lelystad, Belanda, 11 Agustus 1998.
Ayah Shayne, Henry Pattynama, lahir di Semarang dan mempunyai keturunan Maluku, dari situ pemain bernama lengkap Shayne Elian Jay Pattynama ini mendapat darah Indonesia.
Setiap klub pasti punya legenda. Untuk menghormati jasanya, mereka punya cara masing2, salah satunya adalah memensiunkan nomor punggung yang dipakai sang legenda.
Di kesempatan kali ini kami akan bahas tentang nomor punggung yang dipensiunkan. A thread~
Ada beberapa contoh nomor punggung yang tidak lagi dipakai di Serie A dan Premier League.
Apa saja contohnya? Nih:
Terus, kalian pernah penasaran gak kenapa Rui Patricio dan Jose Sa di Wolves gak pake nomer 1?
Sebelum dapet jawabannya, admin mau ngingetin~ Kalo kalian baru mau mulai skincare-an, mending kalian mulai dari paket basicnya Personafic ini.
Coba kalian liat foto ini. Ada Benzema, Ben Arfa, dan Nasri.
Pada saat foto itu diambil, Hatem Ben Arfa-lah bintangnya. Ia adalah salah satu talenta terhebat yang pernah dilahirkan Prancis.
Sayang, bintang itu tidak pernah bersinar.
Apa yang terjadi dengan Ben Arfa? A thread.
Ben Arfa adalah lulusan akademi INF Clairefontaine, akademi paling terkenal di Prancis. Namanya mulai dikenal ketika dia menjadi tokoh utama di serial dokumenter yang menceritakan tentang akademi itu.
Setelahnya dia membawa Prancis menjuarai Euro U17 bersama Benzema dan Nasri.
Ketika Ben Arfa muncul ke permukaan, dia jadi aset yang harus dijaga karna talentanya.
Beda sama Ben Arfa, ada yang kemunculannya harus dikurangi. Apa itu? Yak jerawat.