PROLOG:
Sudah 7 orang wanita meninggal dunia dalam satu bulan. Rata-rata, orang yang meninggal tersebut adalah orang yang baru saja menikah.
Entah mengapa, kejanggalan ini membuat Pak Sumardi selaku orang yang biasa memandikan jenazah mencari tahu terkait kematian aneh yang terjadi kepada setiap orang yang baru menikah
Kematian yang terus terjadi dalam waktu yang singkat membuat Pak Sumardi dan juga isterinya bertanya-tanya terkait apa yang sedang terjadi di desanya.
Pasalnya, setiap para wanita pengantin tersebut meninggal, pasti saja meninggalkan jejak yang sangat mengganjal bagi mereka berdua.
KORBAN KE-8
Jawa Tengah,
Langkah kaki pria tua berjalan ke arah sebuah gubuk yang sudah ramai dengan banyak orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.
Selain itu, pria tua itu juga tampak cuek dengan tangisan yang bercampur dengan teriakan akan tidak terimanya kematian salah seorang anggota keluarganya.
Pak Sumardi namanya. Dia adalah salah satu orang di desa Tapak Kromo (Bukan nama asli sebenarnya) yang berprofesi sebagai lebe (orang yang biasa melayani desa) yang ditunjuk langsung oleh kepala desa.
Kedatangannya bukanlah sebuah berita yang baik. Jika Pak Sumardi telah membawa peralatan seperti minyak, sisir dan hal lainnya di salah satu rumah warga, berarti, besar kemungkinankedatangannyaadalah memberikan duka bagi keluarga tersebut.
Hal ini dikarenakan, pekerjaannya yang menjadi bagian dari pelayanan desa mengharuskan Pak Sumardi untuk membantu segala proses yang terjadi di desa seperti kematian atau pernikahan.
Kali ini, pak sumardi mendatangi salah seorang rumah warga untuk bermaksud memandikan jenazah. Namun, karena memang jenazahnya wanita, biasanya Pak Sumardi dan juga isterinya. Hingga para warga menyebut mereka sebagai Keluarga Lebe.
Kedatangan Pak Sumardi dan isterinya disambut hangat oleh keluarga almarhumah. Mereka berdua segera menemui keluarga eli untuk menanyakan terkait keadaan Almarhumah dan kapan proses pemandian akan dilaksanakan.
‘’Pak Sumardi … ‘’ Ucap dari keluarga almarhumah yang tidak disebutkan namanya
‘’Sudah siap semua?’’ Tanya Pak Sumardi
‘’Anu, pak. Bagaimana kalau kita tunda 1 jam dulu, pak.’’ Pinta orang tua Almarhumah
‘’Ditunda? Mengapa memangnya?’’
‘’Begini, pak. Anak saya meninggal dalam keadaan tidak wajar. Dan sekarang, tubuhnya menekuk seperti orang yang sedang merasakan kedinginan. Sudah beberapa kali kami rentangkan kembali tubuhnya, namun tidak bisa diluruskan, pak.’’
Pak Sumardi merasa ada yang aneh dengan penuturan dari orang tua almarhumah tersebut.
Baru kali ini, dirinya menemukan jenazah wanita yang tubuhnya menekuk dan tidak bisa diluruskan. Karena penasaran, pak sumardi dan isterinya (Ibu Sumi) pun menuju ke kamar Almarhumah.
Saat mereka berdua tiba di kamar almarhumah, pak sumardi dan ibu sumi terkejut saat melihat tubuh jenazah wanita itu dalam keadaan menekuk. Kedua tangan dan kakinya benar-benar menekuk dan mengahadap miring ke sebelah kiri.
Lalu, bagian kepalanya menunduk ke bawah seperti apa yang dikatakan oleh orang tua dari almarhumah tersebut. ‘’Seperti sedang kedinginan.’’
‘’Bu … ‘’ Ucap Pak Sumardi
‘’Aku mengerti, pak.’’ Ucap Ibu Sumi
Pak Sumardi pun meminta kepada orang tua almarhumah tersebut untuk membawa si almarhumah ke tempat pemandian jenazah sebelum nantinya jenazah tersebut dimandikan.
Jika telat dan berlama-lama dalam prosesnya, maka resiko terbesarnya adalah jenazah tersebut tidak bisa diluruskan kembali tubuhnya.
Beberapa anggota keluarga dari Almarhumah pun membawa tubuh Almarhumah menuju ke tempat pemandian jenazah. Pak Sumardi dan Ibu Sumi segera melakukan tugasnya untuk memandikan jenazah tersebut.
Namun, sebelum mereka berdua memandikan jenazah, tugas penting dari Pak Sumardi dan juga Ibu Sumi adalah ‘’Meluruskan tubuh jenazah’’
‘’Bruk.’’
Tubuh si almarhumah sudah berada di tempat pemandian. Tirai sudah ditutup dengan rapat. Ibu Sumi dan Pak Sumardi siap melakukan tugasnya. Percikan air sudah memenuhi tong besar yang biasa digunakan untuk memandikan jenazah
Di luaran, orang- orang mulai menanyakan apa yang terjadi dengan jenazah.
Mereka semua penasaran dengan apa yang terjadi di tempat pemandian karena waktu penguburan sudah mundur dari ketetapan yang biasa dilakukan.
Selain itu, keranda mayit juga sudah datang. Orang-orang yang bertugas untuk mengubur jenazah kembali ke rumah si almarhumah untuk menanyakan kapan jenazah akan dimakamkan. Berbagai keriuhan terdengar di luaran tempat pemandian.
Saat Ibu Sumi menanggalkan satu persatu tubuh jenazah, pak sumardi memilih untuk berada di luaran. Ia keluar sejenak untuk memberikan waktu kepada isterinya agar bisa meluruskan tubuh si jenazah tersebut.
‘’Bu, jangan lupa, oleskan dengan minyak.’’ Ucap Pak Sumardi dari balik tirai
Hatinya begitu tidak tenang. Ia sama sekali merasakan kengerian yang luar biasa tatkala mendapati jenazah semacam ini.
Mungkin, jenazah yang meninggal dengan luka yang berada di sekujur tubuh sudah biasa. Mungkin, jenazah yang meninggal dengan meninggalkan bekas luka borok sudah biasa.
Akan tetapi, jenazah yang meninggal dunia dengan tubuh yang menekuk hingga membuat bagian anggota tubuh lainnya sulit dikembalikan lagi seperti semula, itu adalah hal yang tidak biasa.
Batin Pak Sumardi seperti mengira-ngira akan kemungkinan-kemungkinan aneh yang terjadi kepada Almarhumah. Dia seperti melihat sedikit gambaran kecil terkait kematian yang dirasakan oleh si almarhumah.
Entah karena memang ada sesuatu yang membuatnya seperti itu atau karena faktor tertentu yang membuat tubuhnya menekuk hingga sulit diluruskan kembali.
Selama Ibu Sumi melakukan tugasnya, lehernya sering merasakan hawa merinding yang sangat besar
Di bagian telinganya sering terdengar angin kecil seolah-olah ada yang meniupnya dari belakang.
Lalu, muncul bau busuk dari salah satu bagian sensitive dari si jenazah tersebut.
Ibu Sumi pikir, bau busuk tersebut dikarenakan kotoran dari si jenazah yang belum dikeluarkan. Jadi, ibu sumi tidak ingin memiliki pemikiran buruk terkait bebauan tersebut.
Telapak tangan Ibu Sumi mulai dioleskan dengan sebuah minyak. Minyaknya minyak khusus. Entah jenis apa, tapi minyak tersebut sangat ampuh untuk meluruskan tubuh jenazah yang menekuk atau memang mampu meluruskan bagian-bagian lainnya.
Setelah dioleskan ke telapak tangan, mula-mula Ibu Sumi mulai meluruskan bagian tangan. Ia sangat telaten hingga mengurut tangan tersebut beberapa kali.
Alhasil, tangan dari si jenazah tersebut menjadi lemas yang awalnya sangat keras.
Kondisi tangan yang menekuk, kini bisa diluruskan kembali seperti semula.
Dari tangan, ibu sumi kembali melanjutkan pengolesan minyak tersebut ke bagian kaki. Di bagian ini, ibu sumi merasa tubuhnya berat.
Resiko yang besar saat dirinya memandikan jenazah adalah dia juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan jenazah.
Sempat Ibu Sumi mengucapkan sesuatu seperti merasa kesakitan, pak sumardi pun segera menanyakan apa yang terjadi di tempat pemandian tersebut.
‘’Bu? Aman toh?’’
‘’A—man, pak.’’
‘’Masih lama, ndak?’’
‘’Sebentar lagi kelar, pak.’’
Dengan terpaksa, pak sumardi kembali mengurungkan niatnya untuk membantu. Dia terkadang khawatir jika isterinya terlalu menekankan diri untuk membantunya.
Akan tetapi, bentuk kesetiaan yang dilakukan oleh Ibu Sumi benar-benar membuat Pak Sumardi sangat menjaganya.
5 menit berlalu. Ibu Sumi sudah berhasil meluruskan bagian kakinya. Kini, ia segera melakukan langkah terakhir yaitu mengembalikan posisi kepala si jenazah yang menunduk ke bagian bawah.
Hati Ibu Sumi sempat terheran-heran dengan si jenazah tersebut.
‘’Apa yang membuatmu seperti ini, nduk? Mengapa setiap bagian tubuhmu serasa ditekan oleh sesuatu dan diikat satu sama lain? Apa yang membuatmu seperti ini, nduk?”
Hati nurani Ibu Sumi benar-benar terketuk saat melihat tubuh si jenazah yang tidak normal seperti yang pernah ia mandikan sebelum-sebelumnya.
Ia kembali mengoleskan telapak tangannya dengan minyak tersebut dan segera mengurut bagian leher si jenazah agar posisinya kembali seperti semula.
Saat dimana jari-jemarinya mengurut leher si jenazah, tiba-tiba, leher Ibu Sumi seperti ditekan oleh sesuatu hingga dirinya merasa kesakitan,
‘’Astaghfirullah … Leherku … ‘’
Pak Sumardi yang mendengar hal tersebut kembali terperanjat dan bangkit dari duduknya. Ia tampak tidak tenang setelah mendengar keluhan dari suara isterinya yang sedang membereskan bagian terakhir dari jenazah tersebut.
‘’Bu? Bagaimana? Ada apa, bu?’’ Tanya Pak Sumardi dengan nada yang penuh kekhawatiran.
‘’Ndak papa, pak. Aman-aman aja. Sebentar lagi selesai.’’
Ibu Sumi segera melanjutkan pekerjaannya. Dia menguatkan diri sebisa mungkin untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Suara percikan air yang awalnya mengalir, kini tiba-tiba terhenti. Keanehan mulai terjadi saat Ibu Sumi memperhatikan tiap tetes air yang menetes dari selang yang diletakkan di tong pemandian.
Dari luaran, ia mendengar suara kaki yang digesrekkan secara perlahan. Bunyinya sangat berirama hingga membuat bulu kuduk Ibu Sumi merinding dibuatnya.
Perlahan, ibu sumi meletakkan kepala jenazah tersebut. Ia melihat ada sesosok bayangan hitam yang berada di bagian samping kanan tirai.
Ibu Sumi paham betul jika suaminya berada di bagian sebelah kiri. Sedangkan di bagian kanan adalah bagian yang tidak bisa terjamah oleh siapapun karena lokasinya berdekatan dengan perkebunan. Sedangkan bagian kirinya adalah bagian yang bisa dimasuki oleh para warga.
Lantunan do’a terus menerus diucapkan Ibu Sumi dalam hati. Bibirnya yang semula kering, kini akhirnya terbasahkan dengan air liur mulutnya karena pergerakan dari mulut Ibu Sumi terhadap bacaan do’a yang dilantunkannya tanpa suara.
‘’Srek … srek …. ‘’
Suara itu tampaknya terhenti saat berada tepat di dekat tirai. Ibu sumi memperhatikan bentukan kaki dengan cara menundukkan kepalanya ke bawah.
Matanya benar-benar jeli saat melihat bagian dari ujung kaki hingga mendapati sebuah keanehan yang terjadi. Bulu kuduknya seakan berdiri lebih dulu sebelum dirinya melihat secara lengkap keseluruhan tubuh seseorang yang tengah berdiri di bagian kanan tirai pemandian.
Jantung Ibu Sumi berdegup kencang. Nafasnya mulai tidak stabil. Bibirnya terus menerus digerakkan dengan membaca bacaan do’a untuk memohon perlindungan dari gangguan-gangguan aneh yang sedang dirasakannya.
Kedua tangan Ibu Sumi tiba-tiba menjadi lemas saat dirinya mendengar sesuatu dari tempat si jenazah tersebut ditidurkan. Bunyi gerakan tulang yang benar-benar jelas dan penampakan sebuah kaki yang seluruh bagiannya mirip seperti kaki si jenazah tersebut.
‘’Krek! Krek!’’
Dua kali suara tulang itu berbunyi seakan- akan telah membuat telinga Ibu Sumi enggan mendengar apapun lagi. Ia tahu, suara itu benar-benar dari si jenazah. Seakan menaklukan rasa takutnya, ibu sumi memberanikan diri mengangkat wajahnya ke atas. Dan apa yang terjadi …
Posisi wajah dari jenazah tersebut telah mengahadap ke arah Ibu Sumi. Jenazah tersebut seperti memelintir lehernya sendiri hingga mampu melihat tubuh Ibu Sumi secara langsung yang sedang memantau hal lain di sekitarnya.
Sorot matanya yang awalnya terpejam, kini tatapannya menatap tajam ke arah Ibu Sumi dengan tatapan yang sangat mengerikan.
Ibu Sumi langsung berteriak karena itu. Ia kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Menjatuhkan diri di dekat tirat hingga membuat tirai bergerak karena tertimpa beban berat tubuh Ibu Sumi.
Teriakan itu pun membuat Pak Sumardi langsung menerobos masuk ke dalam tempat pemandian. Ia terkejut saat melihat isterinya sudah menutup wajahnya dengan kedua tangan sembari mengatakan,
‘’Ojo ganggu aku! Kowe wes mati! Kowe wes ra ono nang dunyo!’’
(Jangan ganggu aku! Kamu sudah mati! Kamu sudah tidak ada di dunia!)
‘’Bu? Ibu! Ada apa, bu?’’
Pak Sumardi segera menutup jenazah tersebut menggunakan kain jarik. Ia tidak mau jika kedatangan kehebohan ini mengundang banyak orang. Dan jika itu terjadi, pak sumardi telah menjaga kehormatan jenazah sebagaimana mestinya.
Dan benar saja. Kepanikan yang dirasakan oleh Ibu Sumi ternyata mengundang keluarga dari jenazah tersebut. Mereka kemudian berbondong-bondong untuk mendatangi lokasi pemandian jenazah.
Kedatangan mereka membuat Pak Sumardi semakin tidak tenang. Proses pemandian jenazah ini benar-benar kacau karena keanehan yang terjadi terus menerus meneror Ibu Sumi.
Salah satu anggota dari keluarga si jenazah tersebut menanyakan perihal apa yang terjadi. Pak Sumardi kemudian menjelaskan bahwa keduanya merasakan ada keanehan yang terjadi kepada si jenazah.
‘’Pak? Ada apa? Apa yang terjadi?’’ Tanya salah seorang anggota keluarga jenazah tersebut
Pak Sumardi segera memapah tubuh Ibu Sumi. Ia kemudian menatap tajam kepada salah satu anggota dari keluarga jenazah tersebut.
’Kami akan selesaikan ini dengan cepat. Mohon tinggalkan kami berdua.’’
‘’Tapi? Kenapa tadi berteriak? Apa yang terjadi?’’ Tanya anggota keluarga tersebut
Pak Sumardi mendekati pria muda tersebut. Ia kemudian menepuk pundaknya sembari meminta kepadanya untuk meninggalkan dirinya dan juga Ibu Sumi,
‘’Pak … ‘’ Ucap Ibu Sumi dari dekat jenazah tersebut
‘’Dengarkan, nak. Kami sebenarnya merasa terbebani dengan pekerjaan kami. Tapi, kami lebih merasa terbebani jika urusan kami belum kelar dan dirimu malah ingin tahu apa yang sudah terjadi saat ini.’’
‘’Tapi … ‘’
‘’Bagaimana jadinya jika dirimu terkena gangguan aneh dari hal ghaib?’’
Pemuda tersebut langsung memundurkan diri.
Ia seperti merasa ketakutan tatkala Pak Sumardi menjelaskan bahwa yang baru saja terjadi adalah oleh karena gangguan ghaib yang baru saja menyerang Ibu Sumi secara nyata.
Kepergian dari pemuda tersebut membuat Pak Sumardi dan Ibu Sumi semakin tenang. Akan tetapi, pak sumardi segera meminta kepada Isterinya untuk menyelesaikan pemandian tersebut dengan cepat.
‘’Cepat selesaikan. Ada yang tidak beres dengan jenazah ini.’’
‘’Iya, pak. Ada yang tidak beres dengan jenazah ini.’’
Kali ini, pemandian pun berhasil dipercepat berkat dibantu oleh Pak Sumardi. Mereka berdua juga segera mengkafani memandikan setiap bagian-bagian dari jenazah tersebut.
Walau ada banyak kejanggalan dari jenazah wanita yang mereka mandikan, tapi, keduanya benar-benar tutup mulut akan hal tersebut.
Mereka tidak menginginkan adanya kecurigaan dari para warga sehingga membuat aib dari jenazah tersebut menjadi tersebar ke seluruh penjuru warga desa tapak kromo.
Langkah selanjutnya, mereka berdua segera mengkafani jenazah si wanita tersebut.
Dengan telatennya, ibu sumi membungkus bagian-bagian tubuh dari jenazah wanita tersebut dengan hati-hati.
Ia memastikan jika seluruh tubuh jenazah wanita tersebut tertutup rapat.
Setelah usai mengkafani, jenazah tersebut kemudian di sholatkan. Banyak para warga yang sudah menunggu. Mereka segera memasuki rumah untuk menyolatkan si jenazah tersebut.
Dari kejauhan, pak sumardi dan ibu sumi hanya terduduk diam. Keduanya benar-benar merasa ada lelah dan pegal-pegal setelah melalui semua proses itu.
Sebelum jenazah di bawa menuju ke pemakaman, pak sumardi menanyakan kepada Ibu Sumi terkait apa yang baru saja terjadi sampai-sampai dirinya merasa ketakutan. Padahal, ibu sumi terbilang sudah berpengalaman sama seperti Pak Sumardi.
Namun, dilihat dari raut wajah yang tergambarkan saat itu, wajah ibu sumi terlihat sangat pucat dan penuh tekanan.
‘’Apa yang aneh dari jenazah wanita itu, bu?”
Tanya Pak Sumardi
‘’Aku mendapati banyak keanehan di tiap tubuh jenazah wanita itu. Dimulai dengan tubuhnya yang menekuk serta aura merinding yang begitu kuat. Semuanya terasa dalam waktu yang bersamaan.’’ Jelas Ibu Sumi kepada Pak Sumardi
‘’Lalu? Mengapa Ibu berteriak?’’
‘’Dia (arwah jenazah wanita tersebut) hadir saat proses pelurusan bagian kepala sedang dilakukan. Dan bersamaan dengan itu, terdengar sesuatu yang aneh.’’ Ucap Ibu Sumi
‘’Sesuatu yang aneh?’’
‘’Benar. Seperti suara bebunyian tulang yang dipatahkan dalam waktu sekejap.’’
Suara bebunyian tersebut masih terngiang-ngiang di telinga Ibu Sumi. Bagaimana tidak? Setelah suara itu muncul, ibu sumi sempat terkejut tatkala melihat bagian kepala dari jenazah tersebut berbalik ke arahnya. Bisa dikatakan, bagian kepalanya berbalik dari tubuh aslinya.
Atas ketakutan tersebut, ibu sumi hanya terdiam. Ia bersama dengan Pak Sumardi hanya menunggu di hadapan rumah duka sampai jenazah tersebut dimakamkan.
Setelah jenazah disholatkan, jenazah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam keranda lalu di bawa menuju ke pemakaman oleh para warga dan keluarga jenazah sembari menggaungkan kalimat tarjih.
Malam hari setelah pemakaman jenazah tersebut …
Ibu Sumi masih melihat suaminya yaitu Pak Sumardi sedang terduduk diam di depan rumah. Seperti ada beban yang menyangkut di pikiran suaminya, ibu sumi mencoba menanyakan permasalahan yang sedang dipikirkan suaminya.
‘’Tumben ngelamun, pak. Ada apa memangnya?’’
‘’Bapak masih ngerasa janggal aja, bu. Sudah hampir 8 orang yang meninggal dalam satu bulan. Tapi anehnya, rata-rata, semuanya meninggal masih dalam keadaan pengantin baru.’’
‘’Ibu juga mikir gitu, pak. Apalagi sama yang terakhir ini. Ibu ngerasa, pengantin yang baru meninggal ini seperti ada sangkut pautnya sama yang sudah-sudah.’’
‘’Maksud ibu?’’
‘’Ibu selalu mencium bau busuk di daerah kemaluan si wanita tersebut. Tidak mungkin juga bau busuk tersebut dihasilkan karena hal- hal lain yang bersifat intim. Bau busuknya seperti memang ada yang menaruh bangkai di dalam kemaluan tiap jenazah para pengantin wanita.’’
Entah mengapa, ibu sumi serasa ada yang aneh dengan kematian setiap jenazah pengantin wanita yang biasa ia dan suaminya mandikan.
Setiap kematian dari pengantin wanita tersebut seperti terikat satu sama lain dan memiliki benang merah yang sama yaitu bau busuk pada bagian kemaluan.
‘’Sepertinya, kematian ke-8 orang pengantin ini bukanlah kematian yang normal.’’
‘’Maksudnya, pak?’’
‘’Ada sesuatu yang sudah terjadi karena kematian aneh tersebut.’’
Ibu Sumi mengangguk paham. Kini dirinya menganggap jika kematian tiap pengantin wanita yang terjadi di desanya bukanlah kematian yang wajar melainkan kematian yang disebabkan oleh sesuatu yang belum terungkapkan.
Semakin malam, hawa dingin di desa tapak kromo semakin menusuk ke bagian tubuh hingga menembus ke tulang. Ibu Sumi dan Pak Sumardi segera masuk ke dalam kamarnya.
Saat mereka ingin masuk ke kamar, keduanya mendengar suara tangisan dari arah kamar kosong yang dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang bekas dan tak layak pakai (gudang penyimpanan barang).
‘’Pak? Denger, gak?’’
‘’Iya, bu. Bapak denger.’’
‘’Ada yang nangis dari arah gudang.’’
Keduanya pun berjalan menuju ke arah gudang tempat penyimpanan barang-barang bekas miliknya. Tak disangka, semakin mereka berdua mendekati ruangan tersebut, hawa merinding serta suara tangisannya semakin membesar hingga membuat langkah mereka berdua sedikit gugup.
‘’Hik hik hik … ‘’ ‘’Hik hik hik … ‘’
Pak Sumardi dan Ibu Sumi pun kemudian membuka kamar gudang tersebut. Dengan keadaan tangan yang sedikit gemetar, mereka berdua pun terkejut saat melihat penampakan seorang wanita yang sudah berbalutkan kain kafan lusuh sedang terduduk.
Lalu, tidak berselang lama, sosok wanita itu menengok ke arah Pak Sumardi dan Ibu Sumi sembari mengucapkan kalimat yang menakutkan,
‘’Tolong, bebaskan saya … ‘’
Part-2
''7 Hari sebelum pesta.''
di part ini akan menjelaskan terkait penyebab kematian dari si wanita tersebut.
Akan update pada tanggal 8 Februari 2023
‘’Sajennya pegawai. Tiap kliwonnya, ada saja pekerja yang meninggal dunia biar produksinya lancar.’’
#ceritaserem @bacahorror
Simbah Ayung namanya. Dia biasa duduk di depan rumah, menyapa para warga dan punya ramah tamah yang disukai banyak orang. Dia bercerita tentang memori kelamnya saat bekerja di sebuah pabrik yang menelan banyak sekali korban.
'’Pemiliknya itu londo (Belanda)’’ Begitu kira-kira ucapnya
‘’Dibangun ing nduwure lemah wingit.’’ Tambahnya
Beliau adalah satu-satunya saksi hidup di saat teman-temannya menjadi korban dari sesuatu hal yang tidak diketahuinya di sebuah pabrik yang konon katanya dibangun di atas tanah wingit atau angker.
“Sungai ini meminta wadal (tumbal). Mereka yang tenggelam dan hanyut terbawa arus hingga tak bisa ditemukan adalah bagian dari misteri serta kengerian yang terjadi jika air sudah mulai hangat.”
@bacahorror #ceritaserem
Sungai Banyukala/Banyukolo
Sore itu, banyak para warga yang datang berduyun-duyun untuk mandi di sungai Banyukala. Tak hanya mandi dan Kumkum di sana, Sebagian dari mereka juga ada yang gemar memancing ikan atau mencari pasir di sungai ini untuk nantinya dijual. tebusan
Dikenal sebagai BANYUKALA karena dulunya sungai ini menjadi pusat bagi tempat bersemayamnya para ‘’KOLO/KALA’’ atau Siluman Para Siluman di sana benar-benar memberikan tebusan dosa akan kesalahan yang manusia perbuat.
“Kakinya digerogoti sampai memunculkan bau tak sedap.”
Sore itu, sepulang dari bekerja, Mamat diajak oleh Om-nya yang sudah setahun belakangan ini isterinya terkena penyakit aneh. Mas Sultan namanya. Isteri Mas Sultan bernama Mbak Dea. Dia sudah setahun ini sakit dan belum sembuh walaupun sudah berikhtiar mencari pengobatan di mana pun.
Mbak Dea tidak bisa berjalan. Dia hanya bisa terbaring di atas kasur. Penyakitnya ini disebut-sebut telah menguras banyak harta milik Mas Sultan. Karenanya, dia mencari banyak informasi terkait penyembuhan yang bisa dia dapatkan untuk menyembuhkan sang isteri.
YA'JUJ DAN MA'JUJ SALAH SATU PERTANDA AKAN TERJADINYA KIAMAT KUBRO.
Rasulullah SAW juga bersabda: ‘”Hari ini, dinding Ya’juj dan Ma’juj telah dibuka seperti ini.” Lalu ia melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuk.’ Kemudian dengan terbukanya dinding tersebut akan selalu bertambah, hingga akhirnya lenyap dan hancur pada hari kiamat nanti.
Yajuj majuj adalah sebutan untuk kaum keturunan Nabi Adam AS yang kemudian menjadi salah satu pertanda datangnya hari kiamat.
Pada umumnya, mereka digambarkan sebagai kaum yang gemar membuat kerusakan di muka bumi. Tak ada yang dapat menghalangi kedatangannya, kecuali hanya Allah SWT.
Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa yajuj majuj ialah keturunan Yafits putra Nuh, mereka kemudian tidak tinggal di alam ghaib seperti pada malaikat dan jin. Sosok yajuj majuj tak digambarkan secara gamblang di dalam Al-Quran.
Sebagian ahli tafsir kemudian menggambarkan yajuj majuj sebagai simbol dari perangai-perangai manusia yang buruk. Meski demikian, kedatangan yajuj majuj adalah sesuatu yang pasti karena sosoknya sudah dijelaskan dalam Al-Quran.
Akan tetapi, tak ada jawaban dari Sherly. Sekilas, Ina melihat kembali tangan yang ia pegang.
Betapa terkejutnya Ina saat melihat tangan yang ia pegang ternyata bukan tangan milik Sherly!
Melainkan….. Tangan yang Ina pegang adalah tangan milik ….
@bacahorror #ceritaserem #malamjumat
Sore itu tepat di malam jum'at Kliwon, Wahyu bersama dengan ketiga orang temannya Aep, Sherly dan Ina melakukan pendakian ke Gunung Slamet via Bambangan.
Saat itu kondisi cuaca sangat bagus. Sangat memungkinkan mereka mendapatkan view yang bagus di puncak.
wahyu memimpin do'a untuk mengawali pendakian. Ia juga tidak lupa untuk mengingatkan kepada teman-temannya agar tetap waspada di saat pendakian dimulai.
Wahyu sengaja mengatakan hal seperti itu karena Gunung Slamet sendiri memiliki atmosfer mistis yang berbeda dari gunung-gunung lainnya.
Merinding!
Itu perasaan yang dirasakan Ustaz Jenal sewaktu dirinya mendapati satu kasus yang cukup langka di desanya. Sebuah penyakit hati yang mampu membuat orang yang dibencinya menjadi korban dari keganasan penyakit ‘Ain.