Restu Wiraatmadja Profile picture
Feb 18, 2023 117 tweets 14 min read Read on X
Ngunduh Jiwo (3)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Demit manten

Secara detail, orang tua dari Kusumawati menjelaskan terkait gejala-gejala yang dialami oleh anaknya sebelum kematian itu tiba.
Setiap kejanggalan yang terjadi saat itu, jeka dan kedua orang tuanya sudah merasakan hal yang aneh semenjak Wati sering dibawa ke tempat dari salah seorang perias pengantin suruhan dari kedua orang tua Bagus.
‘’Kami (Keluarga Kusumawati) sebenarnya sudah menaruh rasa curiga semenjak Wati sering memakan melati di tiap pagi, siang dan sore. Pasalnya, setiap kali kami menghidangkan makanan, dia selalu menolak dan memaki-maki kami dengan perkataan yang menyakitkan.’’
Terlihat dengan jelas raut wajah keseriusan yang ditampakkan oleh kedua orang tua Wati dan juga Jeka (adik dari Wati) saat menceritakan kejanggalan-kejanggalan yang menimpa kepada Wati sebelum kematiannya.
Mereka menceritakan begitu emosional. Sampai-sampai, air matanya tidak terasa menetes begitu saja karena tidak ada tanggapan dari keluarga Bagus perihal kematian anaknya itu.
Bukan hanya itu saja, mereka juga akhirnya di asingkan semenjak Wati meninggal dunia. Keluarga Bagus tidak memberikan apapun kepada keluarganya dan bahkan tidak pernah lagi menengok ke rumahnya semenjak tragedy memilukan itu terjadi.
Pak Sumardi dan Ibu Sumi sangat memahami apa yang dirasakan oleh Kedua orang tua Wati dan juga Jeka. Ketidakterimaan yang begitu meledak saat kematian misterius yang menimpa Wati masih menjadi pertanyaan besar.
Karena itulah, mereka akhirnya mempercayai dengan jelas bahwa hal ini dikarenakan keterkaitan benda-benda yang diberikan si perias pengantin itu kepada Wati sebelum kematian menjemputnya.
Sama seperti cerita-cerita warga lainnya yang anak perempuannya menjadi korban, mereka semua mengalami hal yang sama seperti Wati.
Namun apa daya. Mereka semua tidak memiliki kekuatan untuk bisa mengungkapkan kebohongan dan kebengisan dari keluarga Bagus
terkait dengan praktik ilmu hitam yang dijalankan oleh keluarga besarnya dengan bantuan dari demit pengantin yang disebut-sebut sebagai sosok pembantu dari proses pesugihan yang dilakukannya.
‘’Lantas? Apakah ibu dan bapak tahu, dimana rumah dari perias pengantin itu?’’ Tanya Pak Sumardi
Keduanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka benar-benar tidak mengetahui atau bahkan diberitahu oleh orang-orang yang pernah menjadi bagian dari korban keluarga Bagus tersebut.
Keberadaan dari si perias pengantin itu masih menjadi menjadi misteri. Tidak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya kecuali hanya keluarga dari Bagus dan orang-orang yang nantinya akan dijadikan tumbal.
‘’Kami tidak mengetahui tempatnya. Kalau pun kami tahu, kami sudah membakar jasadnya menjadi abu karena dosa besar yang diperbuatnya.’’ Ucap Bapak dari Kusumawati ini
Pak Sumardi dan Ibu Sumi saling menatap satu sama lain. Sepertinya, mereka sudah cukup tahu terkait informasi akan kematian misterius yang terjadi pada setiap para pengantin yang meninggal tepat di hari pernikahannya atau berada di antaranya.
‘’Nanti, jika ada yang mau menikah, bisa tolong hubungi kami dulu tidak?’’ Tanya Ibu Sumi
‘’Sebentar lagi bulan nikah, bu. Pasti ada beberapa dari mereka yang memakai jasa perias pengantin itu.’’ Jelas Orang tua dari Kusumawati
Memang benar. Sebentar lagi akan memasuki bulan nikah. Bulan dimana orang-orang akan berebut untuk menggunakan jasa perias pengantin tersebut. Biasanya, orang-orang yang menggunakan jasa perias pengantin yang dimaksud, mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Karena itulah, sebagian orang yang memang ingin menjadikan bulan nikah sebagai momentum pernikahannya,
Mereka tidak terlalu banyak untuk mengeluarkan pengeluaran karena untuk jasa perias pengantin yang dijajakan oleh Keluarga Bagus termasuk jasa pengantin yang paling murah namun memiliki kualitas yang sangat tinggi.
Pak Sumardi dan Ibu Sumi akhirnya meminta izin untuk berpamitan. Keduanya juga kembali menyampaikan rasa duka yang begitu dalam terkait 1 tahun kematian dari seorang gadis yang baik hati yang bernama Kusumawati.
‘’Pak Sumardi, ibu sumi … Bolehkah kami meminta tolong?’’ Tanya Jeka, adik dari Almarhumah Kusumawati.
‘’Silahkan, cah ganteng.’’
‘’Tolong … Jangan ada korban seperti Mbak Wati lagi. Tolong bongkar kejahatan dari keluarga bagus.’’
‘’Kami bukan orang yang bergerak di bidang itu, cah ganteng. Kami berdua hanyalah seorang petugas yang biasa memandikan jenazah yang diutus oleh desa. Jika itu, ada orang lain yang mungkin lebih mumpuni di banding kami.’’
Kalimat itu menjadi penutup. Dari mata Jeka, ibu sumi dan Pak Sumardi menemukan sebuah harapan. Harapan akan terungkapnya kematian yang sudah berlangsung selama 1 tahun lamanya.
Namun lagi-lagi, sebelum Pak Sumardi dan Ibu Sumi pamit, orang tua dari Kusumawati memberitahu hal penting terkait keberadaan dari si perias pengantin menurut laporan para warga.
‘’Tunggu sebentar, bu, pak.’’
Pak Sumardi dan Ibu Sumi terhenti sejenak. Mereka berdua menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Bapak dari Almarhumah Kusumawati ini.
‘’Kalau tidak salah, aku pernah mendengar kabar dari warga sekitar, jika Bagus akan menikah dengan salah seorang wanita dari desa sebelah. Mungkin, mereka tahu akan tempat tinggal dari tukang rias pengantin tersebut.’’
‘’Lalu? Apa yang harus kami lakukan?” Tanya Ibu Sumi kepada Bapak dari Kusumawati
‘’Maksud saya, mungkin saja pernikahannya akan dilaksanakan beberapa hari ke depan. Dan yang aku takutkan, wanita tersebut adalah tumbal selanjutnya.’’
Mendengar hal tersebut, ibu sumi dan Pak Sumardi hanya mengangguk paham. Mereka berdua memang berniat untuk menghentikan hal tersebut.
Namun, untuk siapa orang yang mampu menghentikannya, pak sumardi dan Ibu Sumi akan melakukannya bersama dengan orang-orang yang mumpuni dalam bidang ini.
‘’Sekali lagi saya minta, tolong jangan ada korban yang sama seperti anak saya.’’ Pinta dari Bapak Kusumawati
Ibu dan Pak Sumardi pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh orang tua Kusumawati.
Terlihat dengan jelas keseriusan dari orang tua Kusumawati sampai-sampai air matanya berjatuhan tatkala mendengar kalimat itu seperti memberikan sebuah arti tersirat bahwa luka mereka belum juga kering dimakan waktu.
Mereka semua berharap, jika kematian dari Kusumawati dapat terungkap dan si pelaku bisa mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang diperbuatnya.
Matahari mulai tenggelam. Suasana mendadak menjadi gelap. Orang-orang di desa Tejo Kromo segera memasuki rumahnya masing-masing. Selama seharian penuh mereka berada di luaran rumah, akhirnya mereka beristirahat untuk berkumpul bersama dengan keluarganya masing-masing.
‘’Besok kita harus ke desa sebelah.’’
‘’Bapak yakin mau ke sana?’’
‘’Jika pelakunya tidak ditemukan, lantas, siapa yang akan menghentikannya?”
Atas kesepakatan dari mereka berdua, akhirnya, mereka memutuskan untuk mendatangi desa sebelah pada pagi hari untuk menemui wanita yang nantinya akan dinikahkan oleh Bagus.
Desa Sebelah,
Desa Wongso (Bukan nama asli sebenarnya)
Namun, berbeda di desa sebelah, desa yang di tinggali oleh Keluarga Dini. Tampak terlihat seorang wanita yang dikabarkan akan menikah sebentar lagi sedang melakukan gerakan aneh di penghujung maghrib itu.
Ia menari-nari di dekat kamarnya sembari menyanyikan lagu yang biasa digunakan untuk menyambut pengantin jawa pada umumnya.
Di saat yang bersamaan, ibu sri dan juga Pak Terjo merasa aneh dengan perilaku anaknya yang tiba-tiba berubah.
‘’Nduk? Kowe nang opo?”
(Nak? Kamu kenapa?) Tanya Pak Terjo
Saat Pak Terjo menanyakan hal tersebut, dini justru tersenyum lalu tidak lama kemudian dia menundukkan setengah badannya sembari mengatakan,
‘’Aku ini sedang mengalami kebahagiaan. Sebentar lagi, bulan pernikahan akan tiba.’’
Pak Terjo dan Ibu Sri hanya terdiam saat anaknya mengatakan hal tersebut. Mereka berdua benar-benar tidak mengerti terkait apa yang dikatakan oleh anaknya terkait ‘’Bulan Pernikahan’’ yang dimaksud.
‘’Ibu, ayo ikut aku.’’ Ucap Dini sembari menarik tangan Ibunya dengan kencang
Tangan Ibu Sri ditarik menuju ke sebuah kamarnya. Kamar yang terbuat dari anyaman bambu namun tampak terlihat nyaman itu terdapat satu benda yang sangat berharga menurut Dini saat itu.
Dia adalah cermin. Cermin yang berada di meja tempat dirinya merias menjadi sebuah benda yang sangat disenanginya kali ini.
‘’Bu? Aku cantik, kan?’’ Tanya Dini
‘’I—iya, nduk. Kamu cantik.’’
‘’Sebentar lagi, aku akan dinikahi oleh seorang pria kaya raya, ganteng, dan mencintaiku sepenuhnya. Aku tidak sabar ingin melihat pesta pernikahan itu, bu.’’
‘’Kamu waras kan, nduk? Kamu gak lagi ke pellet atau apa, kan? Kok kamu aneh gitu?’’ Tanya Ibu Sri
‘’Ibu … Aku lagi bahagia. Aku lagi seneng. Aku lagi merasakan bahwa dunia sedang berpihak kepadaku. Karena itu, aku tidak berhenti untuk menari dan bercermin tiap hari.’’
Ibu Sri yang melihat perubahan perilaku dari Dini hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya. Entah karena itu adalah sebuah kebahagiaan yang baru saja diungkapkan oleh anaknya atau ada hal lain yang menjerumuskan anaknya menjadi seperti itu.
‘’Sudah, nduk. Bentar lagi maghrib. Gak baik bercermin kalau maghrib tiba. Ayo kita sholat bareng-bareng.’’
Dini tidak mengindahkan perkataan ibunya. Ia tetap bercermin dan tersenyum dengan sendirinya sembari memuji-muji kecantikan wajahnya yang tidak tertandingi oleh wanita-wanita lain di desanya.
Setelah memerintahkan anaknya, ibu sri keluar dari kamad dan langsung mengambil air wudhu di kamar mandi. Namun, entah mengapa, ibu sri merasa ada yang tidak beres dengan perilaku anaknya yang baru-baru ini terjadi.
Tidak seperti biasanya, dini tidak pernah melakukan hal tersebut. Ia bahkan selalu menuruti apa yang menjadi kemauannya terlebih lagi jika melakukan sholat berjama’ah.
Wajar saja jika mungkin dirinya akan lepas lajang. Banyak sekali hal-hal menarik yang akan di dapatkan tatkala seorang wanita jika ingin menikah. Ibu Sri mencoba untuk menyambut semua perilaku anaknya dengan berpikiran baik.
Tibanya di kamar mandi, ibu sri segera berwudhu. Di hadapannya sudah berdiri sebuah kendi berukuran besar yang sengaja diletakkan di dekat bak mandi dengan tingginya dibantu oleh sebuah dudukan yang sudah dibuat sebelumnya menyerupai kursi.
Setiap kali dirinya sedang menengadahkan kedua tangannya untuk mengambil air yang keluar dari kendi, ibu sri selalu mendapati bunga melati di dalamnya.
‘’Loh? Kok ada melatinya?”
Ibu Sri kemudian membuang air tersebut dan kembali menengadahkan tangannya ke arah mulut kendi untuk mengambil air yang kedua kalinya.
Namun tetap saja. Tiap kali air itu keluar dari dalam kendi, air itu membawa bunga melati. Sampai-sampai, di lantai kamar mandinya sudah penuh dengan bunga melati yang entah dari mana asalnya.
‘’Ini melati dari mana?”
Karena penasaran, ibu sri pun memeriksa bagian dalam kendi. Ia hanya ingin tahu, siapa yang meletakkan bunga melati di dalam kendi tersebut.
Awalnya, ibu sri meletakkan tangan kanannya ke dalam kendi tersebut. Akan tetapi, tangannya malah mendapati benda aneh yang berada di dalamnya. Ia seperti memegang sebuah benda yang halus dengan ukuran panjang seperti rambut.
‘’Hah? Apa ini?’’
Ibu Sri pun mengangkat tangannya. Dan benar saja. Ada beberapa helai rambut yang sudah menempel ke jari jemarinya. Rasa penasaran Ibu Sri semakin membesar. Untuk kedua kalinya, ibu sri kembali memasukkan tangan kanannya ke dalam kendi yang berukuran besar itu.
Saat tangan kanannya kembali meraba ke bagian sisi yang lain, ibu sri mendapati benda aneh yang berada di dalamnya. Ia merasa seperti sedang memegangi sebuah wajah lengkap dengan bagian mulut, mata, hidung dan telinganya.
Saat dimana dirinya memegangi bagian mulut, ia benar-benar meyakini jika mulut yang ia pegang dalam keadaan menganga (terbuka lebar). Hawa merinding langsung menyerang ke seluruh bagian tubuh Ibu Sri. Ia tampak tak percaya, jika di dalam kendinya terdapat kepala manusia.
Karena dia tidak percaya, ibu sri kembali mengangkat tangannya kembali. Ia sejenak menghela nafas sembari memperhatikan sekitaran kamar mandi.
Dirasa sudah siap, ibu sri pun kembali memasukkan tangannya lagi ke dalam tinggi dengan kedua kaki yang sudah jinjit untuk memasukkan tangan ke dalamnya.
Dan saat tangannya memeriksa ke seluruh bagian kendi, ibu sri kembali mendapati hal yang sama. Ia menyentuh sebuah benda layaknya kepala manusia dengan rambut yang yang memenuhi sebagian dari kendi besarnya tersebut.
Lalu, rasa penasarannya kembali ia arahkan untuk meraba ke bagian wajah. Dengan memejamkan kedua matanya, tangan ibu sri kemudian meraba satu persatu bagian wajahnya dari bagian mata, telinga, hidung dan terakhir adalah bagian mulut.
Masih dalam kondisi yang sama, mulut yang dipegangnya dalam keadaan menganga (terbuka lebar). Ia pikir, ini hanyalah halusinasinya saja.
Karena, jika memang itu adalah sungguh-sungguh kepala manusia, tentunya, bagian mulutnya akan tertutup di saat jari-jemarinya menyentuh ke bagian yang sama.
Akan tetapi, saat kedua kalinya Ibu Sri menyentuh ke bagian mulut, tiba-tiba …
‘’KEDUA TANGANNYA MERASAKAN ADA YANG BERBEDA. DI SAAT DIMANA DIRINYA BISA MENYENTUH BAGIAN LAIN DI MULUT TERSEBUT SEPERTI GIGI DAN YANG LAINNYA, TIBA-TIBA, BAGIAN MULUTNYA MENUTUP DENGAN SENDIRINYA!’’
Ibu Sri pun terkejut. Saking terkejutnya, tangannya masih tersangkut di dalam kendi besar itu hingga membuat dirinya dan juga kendi tersebut terjatuh secara bersamaan.
‘’BRUAKKKK!’’
Ibu Sri tertimpa kendi tersebut hingga membuat dirinya terjatuh pingsan di dalam kamar mandi.
Keributan itu membuat Pak Terjo dan juga Dini langsung menuju ke kamar mandi.
Saat dimana dirinya sudah berada di kamar mandi, raut wajah mereka berubah seketika. Yang dilihatnya sekarang adalah tubuh Ibu Sri yang sudah tergeletak di kamar mandi bersamaan dengan reruntuhan kendi yang telah hancur porak-porandakan.
Tubuh Ibu Sri di bawa menuju kamar. Bagian Kepalanya mendapatkan perawatan khusus karena terdapat luka memar. Pak Terjo dan Dini merawat Ibu Sri. Berharap, ibu sri bisa menceritakan apa yang terjadi sampai-sampai dirinya bisa mengalami tragedi tersebut.
Satu jam lamanya mereka menunggu Ibu Sri untuk terbangun, akhirnya, ibu sri siuman dan kembali sadar. Dia dapat melihat wajah suami dan anaknya dengan jelas.
‘’Alhamdulillah … Ibu sudah sadar.’’ Ucap Pak Terjo kepada isterinya
Ibu Sri pun meminta kepada suaminya untuk membangunkan tubuhnya agar bisa bersandar.
Sembari menunggu Ibu Sri tersadarkan sepenuhnya, dini memberikan teh buatannya yang sudah tidak hangat lagi kepada Ibunya.
Ibu Sri menerima teh tersebut dan langsung meminumnya hanya beberapa teguk saja. Ia kemudian memberikan teh tersebut kepada suaminya dan diletakkan kembali ke meja terdekat.
Tangan kanan Ibu Sri langsung meraba-raba bagian kepalanya. Ia baru ingat jika maghrib tadi, dirinya baru saja tertimpa sebuah kendi besar yang berada di kamar mandi. Karena itulah, ia merasa sedikit pening di bagian kepalanya.
‘’Bu, ibu gapapa, kan? Masih sakit, gak?’’ Tanya Dini kepada Ibunya
‘’Alhamdulillah. Ibu baik-baik aja, nak. Tapi, ibu masih takut.’’
‘’Takut apa, bu?’’
‘’Ibu merasa di rumah ini ada yang gak beres.’’
Pak Terjo dan Dini hanya terdiam saat Ibu Sri mengatakan hal tersebut. Mereka berdua justru kebingungan dengan asumsi yang tercipta dari Ibu Sri setelah dirinya tertimpa kendi di kamar mandi.
‘’Memangnya, tadi pas ibu di kamar mandi, apa yang terjadi?’’ Tanya Pak Terjo
Pertanyaan itu tidak dijawabnya. Ibu Sri lebih memilih untuk membungkam dan tidak ingin mengatakan kepada suaminya. Ia hanya takut, jika apa yang terjadi kepada dirinya hanyalah perasaan pribadinya saja.
Hanya saja, dirinya menjadi trauma. Dia mengalami trauma berat dengan bebauan melati yang ada di rumahnya.
Pasalnya, tiap kali dirinya mencium bebauan melati, ibu sri akan mendapati hal-hal aneh yang berada di luar kendali dirinya dan di luar kebiasaan yang pernah dirasakannya selama bertahun-tahun berada di rumah.
5 hari sebelum Pesta Pernikahan
Mentari kembali bersinar. Seperti biasa, pak terjo kembali menjalani kegiatan sehari-harinya sebagai petani.
Kali ini, pak terjo hanya ditemani oleh Dini. Sedangkan Ibu Sri, dia memilih untuk berada di rumah sendirian semenjak kejadian dirinya tertimpa kendi besar yang ada di kamar mandi.
‘’Ibu, ibu di rumah saja gapapa, ya?” Ucap Pak Terjo kepada Ibu Sri
‘’Iya, pak. Ibu istirahat di rumah aja.’’
‘’Nanti Bapak dan Dini akan pulang cepet.’’
Ibu Sri hanya mengangguk. Semenjak kejadian mengerikan yang menimpa dirinya, ibu sri lebih banyak untuk berada di dalam kamar.
Sebelum pergi menuju sawah, dini selalu ingat untuk selalu melakukan lelakon yang diamanatkan oleh Bi Imah kepadanya.
Dini harus memakan bunga melati dan menyisiri rambutnya dengan menggunakan sisir khusus.
Kebetulan, saat itu pintu kamar sengaja ia buka dengan lebar. Tujuannya, agar Pak Terjo memanggilnya, dini langsung keluar dari kamar tanpa harus membuka pintu terlebih dahulu.
Namun, tatkala Dini sedang menyisiri rambutnya sembari bercermin, tiba-tiba, dari cerminnya, dia melihat seorang wanita mengenakan pakaian ala pengantin berjalan melewati kamarnya.
Sontak saja, dini segera membalikkan badan dan langsung meletakkan sisir tersebut ke meja riasnya. Ia perlahan berjalan keluar dari kamarnya.
Di luar kamarnya, dini sudah mendapati Pak Terjo yang sudah duduk di ruang tamu. Karena penasaran, dini pun bertanya kepada Bapaknya,
‘’Pak? Tadi ada yang lewatin kamar aku, ya?’’
‘’Ngga ada, kok. Bapak dari tadi nungguin kamu di sini gak ada yang lewat. Orang Ibu kamu juga ada di kamar.’’
Dini hanya terdiam. Ia kembali menengok ke arah belakang yang mana tepatnya berada di sekitaran kamar mandi. Bulu kuduk Dini merinding seketika. Dia merasa ada yang aneh di dalam rumahnya. Entah karena perasaan dirinya saja atau memang ada hal lain.
Karena Pak Terjo sudah menunggunya, dini pun langsung bersiap-siap dan merapihkan semua peralatan yang diberikan oleh Bi Imah.
Selama Pak Terjo dan Dini berada di sawah, ibu sri berada di rumah seorang diri.
Dia tidak berani untuk keluar dari kamarnya semenjak kejadian tersebut. Terlebih lagi, beberapa kejanggalan aneh yang dirasakannya benar-benar terasa begitu pekat.
Dan benar saja, dari luaran kamar, ibu sri mendengar suara wanita sedang bernyanyi menggunakan bahasa jawa.
Tubuh Ibu Sri bergetar saat mendengar suara nyanyian itu. Dia menyadari, bahwa di rumahnya hanya seorang diri.
Pak Terjo dan Dini sedang berada di sawah. Lantas, siapa wanita yang sedang bernyanyi di rumahnya tersebut?
Untuk memecahkan rasa penasarannya, Ibu Sri pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar.
Dengan jalan yang sedikit tertatih-tatih, ibu sri terus melangkah ke arah sumber suara dari nyanyian seorang wanita yang begitu jelas didengarnya.
Namun, saat dia melewati kamar Dini, ia mendengar suara wanita sedang menyanyikan sebuah kidung. Ibu Sri yakin, jika sumber dari suara tersebut berasal dari kamar anaknya.
Dengan perlahan, ibu sri membuka pintu kamar Dini dengan tujuan untuk mengintip siapa wanita yang sedang menyanykan kidung tersebut.
Setelah Ibu Sri membuka sedikit pintunya, melihat ada orang lain yang tengah berada di belakang kamar Dini.
Seorang wanita dengan pakaian layaknya pengantin sedang merias wajah dan menyisir rambutnya. Setelah itu, dia memakan bunga melati yang sudah ia sediakan di atas meja rias milik Dini.
Wanita itu memakan satu persatu bunga melati sembari menyanyikan sebuah kidung jawa. Perasaan Ibu Sri semakin tidak enak. Ia hanya mengintip dari balik pintu. Ia tidak berani untuk menyapa atau masuk ke dalam kamar tersebut.
Ada satu kejanggalan yang membuat Ibu Sri yakin jika wanita yang ia lihat itu bukanlah manusia. Saat wanita itu sedang bercermin, ibu sri melihat dengan mata kepalanya sendiri jika bayangan wanita yang ada di cermin itu tidak terlihat.
Ibu Sri pun perlahan untuk menutup pintunya dan berniat untuk kembali ke dalam kamarnya. Namun, saat dirinya hendak menutup pintu, tiba-tiba, wanita pengantin itu mengucapkan sesuatu,
‘’Ndak mau masuk dulu, bu?’'
Jantung Ibu Sri langsung berdegup dengan kencang. Dari tangan hingga kaki, semuanya langsung gemetaran hingga membuat tubuhnya sulit untuk digerakkan.
Ibu Sri menutup menundukkan wajahnya ke bawah. Keringat dingin mulai berjatuhan. Ia kembali menguatkan tangannya untuk menutup pintu. Akan tetapi, saat pintu ingin ditutup, tiba-tiba, ada sesuatu yang menahan pintu tersebut untuk ditutup.
Ibu Sri pun mulai merasakan hawa merinding yang begitu jelas. Dia merasa, jika wanita pengantin itu sudah berada di dekatnya.
Dan benar saja, saat Ibu Sri mendongakkan wajahnya ke atas, ia terkejut saat sosok wanita pengantin dengan wajah yang benar-benar pucat dan kedua matanya yang menghitam sedang menatapnya sambil menahan pintu.
Lalu, tidak lama kemudian, wanita pengantin tersebut mengucapkan sesuatu,
‘’Ndak mau masuk dulu toh, bu?’’
‘’SEEE—TAAAAAAAANNNNNN!!’’
Ibu Sri segera melepaskan pintu tersebut dan berlari ke arah depan rumah. Sementara wanita pengantin tersebut, dia tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan yang penuh ketakutan dari Ibu Sri.
Selanjutnya, ibu sri menuju ke sawah seperti orang kesetanan. Ia terus berlari hingga menabrak orang-orang yang ada di sekitarnya.
Saat Ibu Sri terjatuh, dirinya mendapati seorang wanita dan seorang pria beserta dengan anaknya yang semuanya mengenakan pakaian sangat rapih.
‘’Maaf, pak, maaf bu … Maafkan saya.’’ Ucap Ibu Sri sebelum mengetahui siapa orang-orang yang ia tabrak.
Seorang wanita yang ditabrak oleh Ibu Sri pun langsung menundukkan badannya sembari memegangi kedua tangan Ibu Sri,
‘’Apakah dia sudah datang?’’
Ibu Sri yang mendengar suara itu langsung terdiam. Suaranya benar-benar sangat dikenali olehnya dan tampak familiar. Saat dimana dirinya mendongakkan kepalanya ke atas, ibu sri terkejut bahwa yang ada di hadapannya sekarang adalah Calon mertua dari Dini, bunda melati.
‘’Bun—da melati?’’
‘’Apakah dia sudah datang?’’
‘’Si—siapa yang bunda maksud?’’
Bunda Melati tersenyum mendengar kepolosan yang tampak jelas dari wajah Ibu Sri. Dan memang demikian, ibu sri tidak mengetahui siapa yang dia maksud.
Akhirnya, ibu sri pun membisikkan sesuatu ke telinga Ibu Sri. Dia kemudian mengucapkan kalimat yang membuat Ibu Sri ketakutan karenanya,
‘’Demit Manten!”
Part-4 akan diupload pada tanggal 26 Februari 2023. Bagi yang mau baca duluan part-4 atau sekedar mendukung dan support, boleh klik link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Feb 24
Ganendra Ratri Part 2

“Kutukan 12 Ningrat”

@bacahorror #bacahorror Image
Read 151 tweets
Feb 16
MAQBAROH

“Tiap kali tangan menengadah ke atas, tetesan darah segar atau bahkan kepala pocong sudah berada di atas sela-sela jari.”

@bacahorror #ceritaserem #kuburan Image
“Wan! Jangan cepet-cepet jalannya!” Ujar Afif saat meminta kepada Ridwan, temannya, untuk tidak buru-buru dalam menjejaki tiap petak tanah kuburan yang di lewatinya
Malam itu, mereka berdua menyelinap ke sebuah pemakaman yang disebut-sebut sebagai makam terangker. Kabarnya, makam itu dijaga belasan pocong dan sosok-sosok lainnya.
Read 86 tweets
Dec 19, 2023
“Seorang wanita dengan rambut kusut dan kering ditemukan hampir
menggantung diri setelah
kedua orang tuanya menganggapnya gila. Padahal, wanita itu terkena… BUHUL RIKMO!”

Apa itu Buhul Rikmo?

@bacahorror #rambutpembawamaut Image
Kasusnya sama seperti yang ini, ya. Mari kita bahas… Image
Upload jam sabaraha nih gaes?
Read 76 tweets
Nov 29, 2023
GANENDRA RATRI (1)
(Babad Keluarga Ningrat)

''Perjalanan baru dimulai''
@bacahorror #bacahorror Image
Rules: PULAU INI MEMILIKI CIRI SIGNIFIKAN SEBAGAI PULAU TERPENCIL YANG DIHUNI BANYAK TAWANAN YANG BERHARGA.
Read 190 tweets
Nov 9, 2023
TUMBAL PERSEMBAHAN

Sebuah kisah tentang seorang anak yang menjadi tumbal persembahan
@bacahorror #bacahorror #malamjum’at
#sengkolo #malamsatusuro #satusuro #pemandimayat Image
Sengkolo diyakini merupakan sebuah energi negatif yang menyelimuti manusia, dan membuat manusia berada dalam kesialan. Orang-orang yang terlahir di weton Sengkolo sering terlibat dengan hal-hal yang tak masuk akal.
Kisah ini merupakan sebuah pengadaptasian sosial terkait dengan salah satu keluarga yang terkena tulah (musibah) akibat melanggar sebuah ketetapan yang sudah turun temurun dilakukan oleh leluhurnya.
Read 96 tweets
Nov 1, 2023
KARANG MAYANG

“Perjanjian yang terikat di saat jabang bayi masih di dalam kandungan.”

@bacahorror #bacahorror #malamjumat #ceritaserem #pesugihan Image
Jam brp nih?
Sebelum masuk ke dalam sebuah cerita, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang mau membagikan cerita ini.
Read 159 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(