netrakala Profile picture
Apr 8 119 tweets 15 min read Twitter logo Read on Twitter
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran
Part 3 - Pertemuan Singkat

@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @bacahorror_id
@ceritaht @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Yukk Update Tumbal Tali Perawan,
Bagi temen-temen yang belum baca part sebelumnya silahkan baca terlebih dahulu agar bisa memahi alur ceritanya.
“Tumbal Tali Perawan? Apa itu?” tanya Adit penasaran. Setiap pasang mata yang ada di meja melihat Adit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan.
“Praktik ilmu hitam, orang yang ingin mendapatkan kesaktian atau kekayaan secara instan dengan menumbalkan wanita yang mengandung tapi hamil diluar nikah” jelas Arif datar.
“Jadi kematian Ningrum, ada kaitannya dengan praktik ilmu hitam?” ucap Adit ngeri.
“Ada kemungkinan itu yang sedang terjadi, tapi kita tidak bisa menyimpulkan itu secara langsung. Bisa jadi memang ini adalah pembunuhan biasa,
dan itu urusan polisi untuk menangkap pelakunya. Tapi jika sudah berkaitan dengan ilmu hitam. Semua akan lebih rumit lagi” ucap Pak Kades, raut wajahnya benar-benar terlihat cemas.
“Jika memang ini adalah urusan Desa ini, kenapa saya harus duduk disini sekarang Pak? bahkan saya juga tidak mengenal orang-orang di Desa ini” tanya Adit,
sedari tadi dia penasaran dengan keberadaannya yang diikut sertakan dalam perbincangan tentang tumbal atau apalah namanya.
“Justru karena kamu yang dihantui Ningrum makannya saya meminta Marwanto untuk mengajakmu” kata Pak Kades.

Adit masih tidak mengerti dengan tujuan dari mereka, mungkin saja memang kebetulan dia sedang apes malam kemarin. Sampai ada setan yang mengganggunya.
“Apa tidak aneh Dit, kamu baru sehari bertemu Ningrum... lalu dia menemuimu dan meminta tolong?” ucap Pak Amar.

“Ya mungkin saja memang Adit lagi apes” sanggah Adit yang masih menyangkal kalau dia ada kaitannya dengan semua ini.
“Apa tidak aneh Dit, kamu baru sehari bertemu Ningrum... lalu dia menemuimu dan meminta tolong?” ucap Pak Amar.

“Ya mungkin saja memang Adit lagi apes” sanggah Adit yang masih menyangkal kalau dia ada kaitannya dengan semua ini.
“Dan ada puluhan orang didesa ini yang dia kenal, lantas dia malah memilih orang yang baru saja dia kenal, begitu?” kata Pak Amar mengejek. Benar juga, ada puluhan orang yang Ningrum kenal, tetapi kenapa malah menemui Adit untuk meminta tolong.
“Paham sekarang? Ada orang yang sedang mengincarmu. Aku harap diriku salah. Tapi kalau benar. Teror dari Ningrum tidak akan berhenti dalam satu malam” Ucap Pak Amar melihat Adit lekat-lekat.
Sedangkan Adit, dia hanya terdiam ngeri dengan apa yang diucapkan oleh Pak Amar. Saat memandang Pakdhenya pun dia juga tidak mendapat jawaban sama sekali.

******
Adit dan Pakdhe Marwanto sudah berada rumah Nek Harjo. Setelah selesai membicarakan tentang kematian Ningrum mereka segera pamit untuk pulang. Terlebih memang langit sudah mengabu, tidak baik untuk keluar malam-malam diwaktu seperti ini.
“Dit...” ucap Pakdhe, tengah berdiri diambang pintu kamar Adit.

“Ya Pakdhe?” jawab Adit, yang langsung duduk dari pembaringannya.
Pakdhe berjalan masuk kekamar dan membuka jendela yang sedari tadi Adit tutup. Udara dingin langsung terasa menyeruak, membuat tubuh Adit bergidik.
Saat Adit melihat keluar, ada sedikit kerisauan dalam batin Adit. Desa itu tampak benar-benar sepi dan mencekam, ditambah kabut tipis yang sudah mulai turun. Tiba-tiba saja dia merasa kangen dengan Ayah Ibu dan Nisa.
“Jangan sampai orang rumah tahu soal apa yang kita bicarakan tadi dirumah Prianto, Dit!” Kata Pakdhe, menoleh menatap Adit.

“Tidak Pakdhe, Adit belum cerita apapun dengan siapapun”
“Pakdhe tau apa yang kamu pikirkan, tapi percuma saja jika kamu kembali ke kota. Kalau memang benar ada orang yang sedang mengincarmu. Justru malah bahaya jika sekarang kamu jauh dari Pakdhe dan yang lainnya” lanjut Pakdhe yang sudah kembali menatap keluar.
“Tapi kenapa mereka mengincar Adit, pakdhe?” tanya Adit bingung.

Jelas sekali Adit kebingungan, walau bisa dibilang dirinya berakar dari Desa ini. Akan tetapi sudah lama sekali Adit berkunjung. Jangankan mencari masalah, kenal dengan orang Desa saja tidak.
“Tenanglah, Pakdhe dan yang lainnya juga sedang mencari tau. Semoga benar tidak ada hubungan antara kematian Ningrum dan juga kedatanganmu di Desa ini” ucapnya sambil berlalu meninggalkan Adit dalam kegalauan.
Beranjak, Adit mengambil rokok dan segera membakarnya. Ingin rasanya mengumpat, niat hati berharap bisa melupakan Dinda, malah sekarang dia harus bermain-main dengan sesuatu yang sama sekali tidak diketahuinya.
Semuanya berputar dikepala Adit, Dinda, Ningrum, tumbal, ilmu hitam... “aarrrgggg bodo amat dengan itu semua” ucapnya jengkel. Tidak mau melihat sesuatu yang membuat sakit jantung, bergegas Adit menutup kembali jendela kamarnya.
Untuk yang penasaran dan gasabar nunggu yuk, mampir di karyakarsa sudah sampai part 5.

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Entah berapa lama Adit duduk termenung, berbatang-batang rokok sudah ia bakar, berharap bisa menenangkan pikirannya.
Sreeekkkk... Adit terdiam mematung, ia mendengarkan dengan cermat. Jelas sekali baru saja ada sesuatu yang bergerak diluar kamarnya.
Ketakutan kembali menjalar didalam diri Adit, meski tidak tau pasti apa yang sedang bergerak diluar, tetap saja bayangan-bayangan mengerikan muncul dipikiran Adit.
Sreeekkkk... kembali lagi suara itu muncul, kini malah diikuti dengan bau yang sedikit menyengat. Mengendus-endus Adit mengingat-ingat dimana dia pernah mencium bau ini. Sepersekitan detik dia belum menyadari...
Deg... Adit ingat. Detak jantungnya tiba-tiba saja berdebar kencang, matanya membulat ketakukan. Ini bau amis yang dia temui saat berada dirumah Ningrum.
Bau amis darah yang bercampur dengan tanah. Jantungnya tiba-tiba berdebar semakin keras, sampai-sampai suara detakannya mencapai telinga Adit.
Buru-buru Adit beranjak dan segera membaringkan tubuhnya diatas kasur. Disabetnya hetset yang ada dimeja dan segera dia pasang ditelinga,
tangannya gemetar hebat saat menutul-nutul layar handphone yang sedang ia genggam. Mencari ketengangan Adit memilih untuk mendengarkan ayat-ayat Al-quran.
Duk... Duk.. Duk... Adit tersentak, kamarnya benar-benar gelap. Sejenak dia tidak bisa melihat apapun disekitarnya, butuh waktu beberapa detik untuk membiasakan penglihatannya dalam kegelapan yang tidak wajar.
Sreeekkk... Adit menoleh dengan cepat, ada sesuatu diujung kamarnya. Seseorang yang sedang beridiri, Adit tidak bisa melihat siapa sosok itu, kegelapan dikamarnya setengah membuat dirinya buta.
Adit mencoba mengedip-ngedipkan matanya dan menguceknya beberapa kali, berharap apa yang dia lihat hanya sebuah bayangan dari perabot kamar tidurnya.
Sreeekkk... Adit kembali tersentak, sosok itu berjalan. Sangat pelan sekali, nafas Adit mulai memburu, tubuhnya gemetar. “Ss—siapa kamu?” ucapnya terbata,
sosok itu terus berjalan pelan, ada sesuatu yang mengikuti setiap pergerakannya. Bodohnya bukannya berlari, tapi bagai terpana justru Adit malah terus memperhatikan sosok itu.
Tep... lampu kamar tiba-tiba saja menyala. Dalam sekejam Adit mengedip, namun sosok yang tadi ada didepannya sudah hilang bagai tertiup angin.
Celingukan Adit tidak mendapati apapun didalam kamarnya. “mungkin cuma halusinasiku” ucapnya sambil menyeka keringat yang muncul didahinya.
Menghela nafas panjang, Adit kembali berbaring.

“Mas...” dengan cepat Adit menengokkan kepalanya kearah kanan.

Wajah pucat itu benar-benar dekat sekali dengan muka Adit, terasa sekali hembusan nafas yang muncul dari kedua hidung wanita itu.
“Mas.. Tolong aku...” ucap Ningrum lirih. Adit hanya bisa menatap shock, mulut dan tubuhnya terkunci rapat. Adit sama sekali tidak bisa bergerak.
“Masss tolong aku... MASSSSS TOLONGGG AKUUUUUUU...!!!” teriak Ningrum, bau yang muncul berasa dari mulutnya benar-benar busuk dan memuakkan.
Adit tiba-tiba saja bisa bergerak, dia langsung melompat hingga terjatuh dipinggiran dipan. Ningrum masih ada didepannya, kini ia sudah berdiri. Muka pucatnya, dengan darah segar yang mengalir dari selangkangannya membuat sprei kasur Adit menjadi merah gelap.
“Pergi...Pergiiiiiii...!!!” teriak Adit.

Adit tesentak bangun, tubuhnya benar-benar basah oleh keringat. Mimpi yang barusan dia alami benar-benar terasa nyata.
Nafasnya begitu cepat, seperti baru saja berlari ratusan meter. “Astagfirulloh... Ada apa ini sebenarnya” ucap Adit, mengusap mukanya.
Belum juga jantung Adit berdetak normal, kini ia mendengar ada seseorang yang tengah berjalan diluar kamarnya. Dia tengok jam sudah menunjukan pukul 2 pagi.
Dalam ketakutan dia mencoba untuk melihat, siapa tau Pakdhenya belum tidur. Jadi dia bisa meminta Pakdhe Marwanto untuk menemanya tidur malam ini.
Langkah kaki itu sudah menjauh dari kamar Adit, jelas sekali dari bayangannya dia sedang menuju kearah Dapur. Adit membuka pintu kamarnya, saat melihat keruang tengah, ternyata Adit mendapati Pakdhenya sedang tertidur pulas.
Rasa takut kembali menghantui batinnya, namun dia juga merasa penasaran. Apalagi kandung kemihnya juga terasa penuh sekali. “Sekalian ke kamar mandi” pikir Adit.
Adit berjalan kearah dapur. Sekali lagi, saat sudah sampai diambang pintu. Adit tecengang, mendapati ternyata suara langkah kaki itu bersal dari Budhenya.
Mengendap-endap Adit mengikuti, dan mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Dilihatnya Budhe Ijah sedang berjalan menuju kearah Desa.

“Budhe mau kemana?” ucap Adit penasaran.

******
Pagi telah datang, sinar mentari sudah menampakan dirinya. Menembus kabut yang semalaman menyelimuti Desa Renggono.
Adit terbangun dengan badan pegal semua, dia baru bisa tidur saat adzan subuh berkumandang. Mengucek mata dan menggeliat, melihat kearah jam dinding. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.
“Baru bangun Dit, sarapan dulu” ucap Budhe, saat melihat Adit keluar kamar. Teringat kejadian semalam, Adit memperhatikan Budhenya.
“Tidak ada sesuatu yang aneh dari penampilan Budhe Ijah, perilakunya pun masih sama, lantas apa yang sedang dilakukan oleh wanita ini?” Batin Adit.
“Iya Budhe, Nenek kemana?” tanya Adit, mencari keberadaan Neneknya.

“Ibu sama Mbok Sarmin sudah sedari tadi keluar rumah, mau jalan pagi katanya” ucap Budhe, sambil meneruskan kegiatannya menyapu.
Adit berjalan menuju kearah Dapur, seperti sebuah rutinitas. Pakdhe Marwanto tengah duduk diatas amben, lengkap dengan secangkir kopi, singkong rebus dan sebatang rokok yang menyala diatas asbak.
“Eh Dit, sini...” pinta Pakdhe menggeser tubuhnya dan menuangkan secangkir kopi. Adit menengok kearah pintu dapur yang menghubungkan dengan ruang tengah,
merasa tidak ada orang lain selain mereka, Adit buru-buru menceritakan apa yang dia mimpikan semalam. Namun tidak dengan kejadian saat melihat Budhenya pergi keluar rumah pada pukul 2 dini hari.
Pakdhe Marwanto dengan seksama mendengarkan cerita Adit, sesali dia mengerutkan dahinya.

“Huh...” Pakdhe Marwanto menghela nafas panjang, jelas sekali ada rasa khawatir dan pensaran yang muncul diwajahnya yang sudah berkeriput dibeberapa bagian.
“Setelah ini kamu mandi dan ikut Pakdhe ke ladang ya. Disana kita bisa bicara lebih bebas. Pakdhe takut kalau ada yang mendengar kamu di teror Ningrum, terlebih jika Mbok Sarmin sampai tahu, pasti kepikiran... Kasian dia sudah tua” lanjutnya.
Adit yang paham akan maksud dari perkataan Pakdhenya hanya mengangguk. Dia semakin yakin ada sesuatu yang sedang tidak beres dengan dirinya dan kematian Ningrum. Aneh sekali 2 hari berturut-turut dia mendapatkan teror dari setan Ningrum.
Mereka berdua kini tengah berjalan menyusuri jalanan kampung, suasana yang masih tergolong pagi sebenarnya memanjakan paru-paru Adit.
Sempat beberapa kali mereka berpapasan dengan warga desa, sepintas Adit memperhatikan expresi yang muncul, namun hampir semua sama dan tidak ada yang membicarakan perihal kematian Ningrum yang ganjil.
Sesampainya di ladang, Pakdhe Marwanto langsung berjalan kearah tengah, sedang Adit memilih untuk duduk disaung. Beberapa kali dia melihat Pakdhenya menunjuk-nunjuk dan berbicara dengan warga yang bekerja di ladang milik Neneknya.
Udara yang segar membuat Adit terbuai, sesekali dia memejamkan matanya. Memikirkan masalah pribadinya yang berujung pada sosok Dinda.
“Dit..” hampir saja Adit terjatuh. Suara sapaan Arif membuat dirinya terlonjak sampai kopi yang ada disampingnya tumpah.

“hahaha kenapa kamu, abis dilihatin setan lagi?” ucap Arif tertawa.
“Kamu Rif, ngapain kamu disini?” kata Adit sambil menggosok-gosokan tangan diatas jantungya.

“Jalan-jalan pagi Dit, abis nganter Pak Prianto ke kantor kepala desa. Jadi gimana semalam? Didatangi wanita itu lagi?” kata Arif.
“Heran aku Rif, semalam Ningrum datang lagi, cuma lewat mimpi, tapi sebelumnya aku mendengar suara-suara... ada orang berjalan dan bau amis yang begitu menyengat” jelas Adit.
Arif diam, memperhatikan Adit sejenak. Sekilas Adit melihat sorot matanya tampak kosong dan menerawang.

“Yah, sepertinya benar dugaan ku” ucap Arif, memalingkan kepalanya dari Adit dan melihat jauh kedepan.
“Dugaan apa?” tanya Adit penasaran.

“Semalam aku mencoba meminta petunjuk, dan benar saja memang ada orang yang sengaja mengirimi mu demit” kata Arif.
Bulu kuduk Adit meremang, ada kejengkelan yang muncul didalam hatinya. Tapi dia juga tidak bisa langsung menerima pernyataan dari Arif, tanpa adanya bukti.
Adit terdiam, tidak tau harus mengatakan apa. Ingin rasanya dia berucap “Apa ada bukti?” tapi dia urungkan, takut menyinggung perasaan Arif. Toh mereka tidak sedekat itu.
“Mau bukti?” tebak Arif saat melihat expresi Adit yang tidak begitu percaya.

“Bagaimana kamu tau semua ini?” ujar Adit tidak menjawab pertanyaan Arif.
“Yah, kadang kita dibekali sesuatu yang enak dan tidak enak didunia ini Dit, seperti bisa berinteraksi dengan mereka” ucapnya terkekeh.
“Maksudmu, kemampuan untuk melihat mereka?” tanya Adit. Arif hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

“kalau begitu, bisa kah aku minta tolong? Bicaralah kepada setan Ningrum, suruh dia untuk tidak mengggangguku” kata Adit dengan polosnya.
Mendengar ucapan Adit, bukannya Arif menanggapi dengan serius, justru malah dia tertawa.

“Sudah kubilang, ada orang yang sedang mengincarmu. Orang yang sudah meninggal sudah terputus hubungannya dengan dunia Dit,
sosok Ningrum yang kamu lihat semalam itu sebenarnya adalah Jin yang memang diminta untuk menyerupai Ningrum. Dan jangan tanya alasannya apa akupun belum tahu” jelasnya. Mendengar itu Adit berpaling, ada rasa kecewa dan juga ketakutan yang datang bersamaan.
Beberapa saat keaduanya membisu, masing-masing terbuai dengan pikirannya. “Bagaimana kamu bisa sampai di Desa ini, Rif?” tanya Adit setelah diam beberapa saat.
“Oh, Pak Prianto yang memintaku datang ke Desa ini setelah melihat jasad Ningrum. Sebenarnya aku tidak berniat untuk datang kesini. Memang tujuanku ke kota sebelah.
Pak Prianto juga pernah mengalami seperti dirimu saat ini, mungkin ada sedikit rasa trauma didalam dirinya atau karena takut jika berdampak kepada anak istrinya.
Dulu saat pemilihan kepala desa hampir tiap hari Pak Prianto mendapat kiriman sepertimu. Yah aku hanya mencoba membantu saja” jelas Arif dengan senyum simpulnya.
Kini Adit mengerti, memang Desa ini masih kental dengan hal-hal yang berbau mistis. Terlebih dengan kejadian Ningrum yang mati secara tidak wajar, dan Pak Prianto sudah menyadari ada sesuatu yang tidak beres, makannya dia memberi tahu Pakdhe Marwanto dan Pak Amar serta Arif.
“Kau lihat dit?” kata Arif, menunjuk kearah warga desa yang tengah berkebun.
“Ya...?” “kenapa mereka terlihat begitu tenang, sedang dirimu yang bukan warga Desa ini malah justru mendapatkan teror dari Ningrum?” tanya Arif, dengan senyum yang menurut Adit penuh dengan misteri.
“Sama seperti yang diucapkan oleh Pak Amar. Dan aku setuju. Begitu aneh... seolah memang orang yang sedang mengincarmu menginginkan kambing hitam atas semua kejahatannya” lanjut Arif.
Adit hanya diam tidak menanggapi, menyadari Adit tidak merespon kata-katanya Arif kembali berbicara.
“logikanya saja Dit, kalau benar Ningrum menjadi tumbal untuk praktik ilmu hitam, pasti mereka sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Tapi ada yang janggal dari semua ini...,” ujar Arif mencoba untuk mengikut sertakan Adit kedalam dunia perkiraannya.
“Semua terlihat janggal Rif, dengan kematian seperti itu orang-orang juga sudah pasti menebak kalau ada sesuatu yang tidak beres” timpal Adit.
“hmm.. Anehnya dari apa yang diceritakan oleh Pak Prianto, sosok Ningrum ini merupakan gadis desa yang bersahaja. Dan di Desa ini juga punya larangan turun temurun,... untuk tidak melakukan hubungan diluar pernikahan” kata Arif.
Adit diam berfikir, kalau memang Ningrum orang yang bersahaja dan tidak pernah neko-neko lantas kenapa dia mau melanggar aturan Agama, melanggar aturan desa yang sudah dia tinggali sedari kecil.
Otak Adit berfikir keras untuk mencari jawaban, tapi tetap ada sesuatu yang hilang. Yang dia tidak pahami.
“Bisakah kau mencari informasi tentang keseharian Ningrum, kudengar Simboknya tinggal dirumahmu saat ini” kata Arif tiba-tiba.
“Untuk apa? Bukannya sudah semua sudah sepakat kalau Ningrum memang dijadikan sebagai tumbal?” tanya Adit bingung.
“Semua berhubungan Dit, hanya saja aku ingin memastikan sesuatu. Mungkin dengan itu kita bisa tau siapa dalang dari semua ini.
Dan aku peringatkan untuk tidak begitu percaya dengan siapapun. Kabari kalau kau sudah mendapatkan jawaban” jawab Arif sambil menghidupakan rokok miliknya.
Tepat saat Adit selesai bicara, Pakdhe Marwanto berjalan mendekat. Senyum merekah dibibirnya saat melihat Arif.
Siang itu mereka habiskan duduk disaung, ditemani secangkir kopi dan beberapa gorengan. Membicarakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan kematian Ningrum dan teror yang adit alami.
*****
Malam kembali menyapa, sekarang mereka sedang duduk diruang tamu dirumah Mbok Sarmin. Lantunan ayat-ayat suci Al-quran terdengar saling bersahutan.
Adit yang memang tidak begitu fasih membaca Al-quran, hanya diam mendengarkan dan mengamini setiap doa yang diucapkan oleh penghulu yang ada dikampung tersebut.
Pengajian sudah selesai pukul 9 malam, sebenarnya Adit sudah ingin sekali pulang kerumah, tapi Nek Harjo memintanya untuk menunggu sebentar. Tidak bisa menolak akhirnya Adit duduk menunggu di ruang depan bersama beberapa warga.
Semenjak pengajian tadi sebenarnya Adit merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Entah kenapa dia merasakan ruangan tempatnya duduk begitu panas. Bahkan keringat sebesar jagung terus muncul di dahinya.
“Kok panas banget” batin Adit mencoba untuk mengipas-ngipaskan kemejanya. Tidak betah dia bangkit dan berjalan menuju luar rumah.
Kabut sudah mulai turun, meski tidak tebal. Seharusnya Adit saat ini merasakan kedinginan bukan malah kepanasan. Adit mencoba untuk berjalan lebih jauh keluar, suasana jalanan begitu sepi tidak ada seorang pun yang ia temui, hanya terdengar suara serangga yang saling bersautan.
“Mulih...” (pulang) terdengar jelas ditelinga Adit, suara bisikan wanita. Spontan Adit langsung mengedarkan pandangannya. Jantungnya seperti lepas dari tempatnya.
Dalam keremangan, jelas sekali dia melihat ada sosok yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sosok yang sama dengan apa yang dilihatnya beberapa hari lalu. Lama Adit memandangi wanita itu, tapi dia juga tidak bergeming.
Tiba-tiba saja angin datang dengan menderu, pohon-pohon bergoyang dengan cepat, sepersekian detik Adit mengedipkan matanya. Saat matanya sudah kembali terbuka, sosok wanita itu sudah menghilang.
Sontak perasaan yang tidak bisa dijelaskan masuk kedalam sanubari Adit, bulu kuduknya meremang. Buru-buru dia langsung berbalik menuju ke arah rumah, namun baru saja dia melangkah. Dilihatnya sosok yang tidak asing tengah berdiri disamping rumah Mbok Sarmin.
“Dit, kenapa kamu. Mukamu pucet banget” ujar Nenek saat memperhatikan Adit dengan seksama. Sesekali Adit masih melirik kearah samping rumah,
sosok Ningrum masih saja berdiri mematung disana. “Dit...” tepuk Nenek, melihat gelagat aneh Adit, Nek Harjo juga mengikuti arah pandangan Adit.
“Sudah kita pulang sekarang!!!” ucapnya tegas.

Sesampainya dirumah, Nek Harjo langsung bertanya kepada Adit.

“Jujur sama Nenek, kamu kenapa?” ingin rasanya Adit menceritan apa yang sedang dia alami. Tapi pesan dari Pakdhe terngiang-ngiang jelas ditelingannya.
“Adit kayanya masuk angin Nek, badannya gak karuan rasanya” kilah Adit. Awalnya Nenek diam memperhatikan Adit, lantas dia berdiri dan berjalan kearah Dapur.
“Nenek tahu ada yang sedang terjadi, Adit gak mau cerita sama Nenek?” ucap Neneknya, sambil menyodorkan secangkir teh panas. Merasa terintimidasi dengan tatapan wanita tua yang ada dihadapannya, akhirnya Adit menceritakan apa yang sudah terjadi beberapa hari ini.
Nenek yang mendengar cerita Adit sesekali menghela nafas, tidak ada satu bantahan pun yang muncul dari mulutnya.

“Kenapa tidak cerita ke Nenek?” tanya Nek, Harjo dengan nada suara cemas.

“Adit tidak mau Nenek kepikiran” ucap Adit, dengan pandangan menunduk.
Pintu depan terbuka tiba-tiba seketika mereka berdua berhenti berbicara. Pakdhe, Budhe dan Mbok Sarmin masuk kedalam rumah. Sontak Nenek langsung bangkit dan menyambut mereka, sedang Adit masih duduk di ruang tengah.
Pikirannya kalut memikirkan semua kejadian yang menimpanya, ditambah ada rasa tidak enak jika nanti Neneknya marah kepada Pakdhe Marwanto.

-TBC-
Bagi temen-temen yang penasaran dengan kelanjutannya, bisa langsung mampir ke karyakarsa.
Dengan mendownload versi Ebook,

karyakarsa.com/netrakala/tumb…

Terimakasih atas support yang diberikan.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with netrakala

netrakala Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @netrasandekala

Apr 15
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran Part 6 - Perangkap Kematian
Ijin Taq
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Bagi yang belum baca part sebelumnya bisa mampir ke index netrakala

Kita up pelan-pelan ya... Buat kalian yang mau nitip-nitip dulu silahkan... 😋
Read 26 tweets
Apr 14
-A Thread-
Tanda Teluh
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR
#bacahorror #penumbalan

Selingan sambil nunggu Tumbal Tali Perawan ya.
Danke... Image
Kisah ini semata-mata hanya untuk hiburan semata. Jika ada nama, lokasi, dan setting cerita yang sama, itu hanya sebuah kebetulan.
Sebelum masuk ke cerita, bagi yang mau membaca Tumbal Tali Perawan di Karyakarsa sudah sampai part 7 ya.

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Read 117 tweets
Apr 12
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran Part 5 - Calon Tumbal
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR
@Long77785509 @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Bagi yang belum baca part sebelumnya bisa mampir ke index netrakala

Kita up agak siang ya... Buat kalian yang mau nitip-nitip dulu silahkan... Pintu rumahnya saya buka... masuk aja 😁
Read 136 tweets
Apr 8
-A Thread-
Cerita Tentang Mereka
Part 16 - Penyelamat
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror

#bacahorror
Yap dan kita akhirnya sampai di Last Part...
Say see u with Bima guys... Image
Yak dan akhirnya sudah sampai Part Akhir, terima kasih untuk temen-temen yang sudah memberikan suport dan dukungan.

Dukungan kalian sangat berarti untuk saya...
Bagi yang belum membaca Kisah Tentang Mereka bisa langsung mampir di Index...

Read 125 tweets
Apr 7
-A Thread-
Cerita Tentang Mereka
Part 15 - Keabadian
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @Penikmathorror @ceritaht @karyakarsa_id
#bacahorror

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
kita update ya.....
Sebelumnya terimakasih untuk apresiasi dan atensi dari temen-temen semua. Bagi yang mau memberikan tips karya atau dukungan bisa mampir ke karyakarsa. Dukungan kalian sangat berarti untuk saya.
Terimakasih

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Bagi temen-temen yang belum baca thread part sebelumnya, bisa baca dulu agar bisa mengikuti alur dari cerita ini.
Read 118 tweets
Apr 6
-A Thread-
Cerita Tentang Mereka
Part 14 - Awal Kebenaran
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr @menghorror @P_C_HORROR @Penikmathorror
@ceritaht @karyakarsa_id

#bacahorror
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Update yuk... Y
Kisah Bima dkk. Bagi temen-temen yang belum baca thread part sebelumnya, bisa baca dulu agar bisa mengikuti alur dari cerita ini.
Read 123 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(