netrakala Profile picture
Apr 10 148 tweets 18 min read Twitter logo Read on Twitter
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran Part 4 - Pemakan Ari-Ari
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR
@bacahorror_id @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Bagi yang belum baca part sebelumnya bisa mampir ke index netrakala

Kita up agak siangan ya. Yang mau ninggalin jejak bisa RT/like coment... Biar ga ketinggalan updatenya... 😅
Part 4 - Pemakan Ari - Ari

Pagi-pagi sekali, Adit merasa ada yang menggoyang-goyangkan badannya. Karena kaget, spontan ia berteriak, berfikir saat ini dirinya tengah mendapatkan gangguan gaib.

“Dit..! bangun kok malah teriak-teriak” ucap Nek Harjo, heran dengan reaksi Adit.
Tersadar ternyata orang yang ada disampingnya adalah Nek Harjo. Ternyata Ia sedang mencoba membangunkan Adit,

“Kenapa Nek?, masih pagi ini...” ujar Adit, dilihatnya jam juga baru menunjukan pukul 5 pagi.
“Sudah ayo siap-siap, ikut Nenek jalan pagi” tegas Nenek yang langsung bangkit berdiri, baru beberapa langkah Nek Harjo berjalan. Ia berhenti dan menoleh kembali ke arah cucunya.
“Kalau kedinginan, tidur itu jangan cuma pakai celana dalam. Apalagi tangannya dimasukin ke dalam celana” ujar Neneknya sambil tertawa.
Adit yang belum menyadari keadaannya hanya melongo, baru ketika dia melihat kebawah. Benar saja, posisi tangannya saat ini masih berada didalam celana.

“Astaga...” ucap Adit, merutuki kebodohannya.
15 menit kemudian, Adit sudah berada di sisi Nek Harjo dan Mbok Sarmin. Ketiganya berjalan menyusuri jalanan Desa yang masih agak sepi. Udara pagi di Desa Renggono begitu dingin, sampai Adit yang sudah memakai jaket pun, terlihat beberapa kali bersin karena kedinginan.
“Kenapa kamu dit? Anak muda kok lembek gitu” ejek Nek Harjo. mendengar ucapan neneknya, Adit hanya memanyunkan bibir dan melakukan stretcing agar tubuhnya terasa lebih hangat.
“Sudah disini saja Sar” ucap Nenek, sambil mengedarkan padangan.

Adit terdiam, berfikir, “Pasti ada sesuatu”.
“Apakah benar Ningrum menghantui Nak Adit?” kata Mbok Sarmin dengan mata memerah.

Adit melihat Neneknya, dia belum berani menjawab pertanyaan Mbok Sarmin, takut melukai perasaan wanita tua itu.
“Sudah ceritakan saja apa yang kamu lihat” kata Nek Harjo. Mendapatkan persetujuan, Adit kembali memandang Mbok Sarmin, beberapa kali dia menghembuskan nafas. Memilah kata-kata yang tepat.
“Maaf sebelumnya Mbok, mungkin ini terlihat mengada-ada dan bisa membuat hati Mbok Sarmin terluka, tapi memang Adit mengalami itu semua... setelah kematian Ningrum...”.
Pagi itu Adit menceritakan apa yang dia lihat, bagaimana sosok Ningrum hadir dan muncul setiap malam setelah kematiannya.
“Kenapa kamu jadi seperti ini ndug...” ujar Mbok Sarmin pelan, saat Adit sudah selesai bercerita.

“Mbok... Kalau boleh Adit tau, apakah ada sesuatu yang janggal saat sebelum Arum meninggal?” tanya Adit.
“Tidak ada sama sekali. Setau Simbok, Ningrum juga sedang tidak terlibat masalah. Mbok tahu persis seperti apa anak itu. Malam sebelum kematiannya juga dia tidak memperlihatkan sesuatu yang aneh-aneh” ujar Mbok Sarmin
Adit termenung, akankan dia bertanya lebih lanjut. Meskipun ini merupakan momen yang tepat untuk mengulik keseharian Ningrum, tapi terbesit rasa tidak tega ketika menatap wajah tua didepannya itu.
“Mbok... Sekali lagi Adit minta maaf, apakah Simbok sudah diberitahu soal penyebab kematian Ningrum?” ucap Adit, dia sesekali melirik ke arah Nek Harjo. Takut apa yang dia tanyakan membuat Mbok Sarmin tersinggung.
Mbok Sarmin terdiam cukup lama, “Polisi dan Pak Kades sudah memberitahu Simbok. Tapi Simbok tidak percaya kalau Ningrum sedang hamil, dia bukan wanita seperti itu. Terlebih tidak ada tanda-tanda yang menunjukan kalau dia sedang hamil” ujar Simbok.
Benar apa yang disampaikan Pak Kades, bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui apakah Ningrum sedang dekat dengan seorang laki-laki.
Kemudian Adit menceritakan apa yang dia dengar saat berada dirumah Pak kades. Semua percakapan yang Adit ingat, ia ceritakan kepada Nek Harjo dan Mbok Sarmin.
“Serius kamu Dit, kamu gak salah dengar kan?” ucap Nek Harjo, sepintas Adit melihat kedua wanita itu saling pandang.

“Kamu tahu apa artinya tumbal tali perawan?” tanya Nek Harjo.
“Yah kata mereka itu merupakan sebuah praktik ilmu hitam untuk mendapatkan kekuatan atau kekayaan secara instan.” Jawab Adit, mengingat apa yang disampaikan oleh Ariff.
“Dulu... pernah ada kejadian serupa di Desa ini. Ingat waktu kamu bertanya kenapa warga Desa sering menaruh sajen didepan rumah mereka?” tanya Nek Harjo, sedang Adit hanya mengiyakan dan terus memperhatikan neneknya.
“Nenek ingat, waktu itu kami berdua masih muda. Suatu hari ditemukan jasad seorang wanita didalam kamar rumahnya. Kondisinya hampir mirip dengan Ningrum, darah keluar dari sela-sela kakinya, dan ada janin yang tergeletak diantara kedua kaki wanita itu”
“Warga Desa heboh dengan penemuan mayat itu, sama dengan Ningrum. Wanita itu juga belum memiliki suami-
- Pihak keluarga menyangkal kalau anak mereka sudah melakukan perbuatan zina dengan berhubungan suami istri diluar pernikahan, akan tetapi warga tidak percaya sama sekali” tutur Nek harjo.
Sejenak Nek Harjo berhenti, dia menghela nafas dalam-dalam. Adit menengok ke arah Mbok Sarmin, dia kini terlihat sangat tersiksa. Ingin Adit menghentikan cerita Neneknya, tapi rasa penasaran kian muncul didalam diri Adit.
“Terus Nek?” tanya Adit mendesak, karena Neneknya justru berhenti bercerita dan terus menatap kearah gunung.
“Setelah itu, warga Desa mulai mendapatkan teror. Semakin tidak percayalah mereka, karena selain kematian yang sangat tidak wajar, hanya laki-laki dan perempuan hamil saja yang mendapatkan teror” ucap Nen Harjo.
Adit termenung, berfikir polanya benar-benar mirip... hanya saja yang membuat berbeda hanya dirinya yang mendapatkan teror itu.

“Dan tiba-tiba saja teror itu menghilang?” tanya Adit pensaran.
Dia berharap Neneknya mengatakan iya, akan tetapi justru sebaliknya. Jawaban yang Adit dapatkan malah justru menambah kerisauannya.
“Tidak, Nenek masih ingat betul. Semua warga Desa ketakutan saat malam menjelang. Sampai saat inipun kamu tahu sendiri, ketika malam datang suasana Desa terlihat begitu sepi. Bayangan kejadian itu masih membekas secara turun temurun diantara kami semua”
“Hingga pada suatu ketika, ada seorang pendatang. Entah bagaimana ceritanya, dia melihat ada seorang wanita yang sedang memakan ari-ari bayi. Mendengar hal itu, warga Desa marah dan mencari sosok yang diciri-cirikan oleh laki-laki itu” lanjut Nek Harjo.
Bagi yang ingin membaca versi Ebook bisa langsung mampir ke Karyakarsa. Disana Sudah sampai Part 5 ya

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Sebentar, malah hujan mau aangkat jemuran dulu. Kalian santai2 dulu sambil siap2 makan siang. 😅
yuk lanjut... daripada kena gangbang... 😅
Adit termenung, mendengar cerita Neneknya. Dia merasa mual dan jijik.

“Terus wanita itu diusir keluar Desa?” tanya Adit.

“Tidak, wanita itu langsung dihakimi warga, dan dibakar bersama dengan rumahnya” ucap Nek Harjo bergidik.
“Tapi belum tentu wanita itu dalang dari kejadian ini kan?” belum sempat Adit mendengar jawaban Neneknya, tiba-tiba saja Mbok Sarmin berucap
“Sebentar... Mbok ingat, beberapa hari sebelum kematian Ningrum. Dia mengatakan kalau dirinya sering melihat wanita asing yang memperhatikan rumah kami. Tapi tiap kali Mbok melihat keluar rumah... tidak ada seorangpun disana” ujar Mbok Sarmin yang diikuti dengan tangisan sendu.
Perlu beberapa waktu bagi Nek Harjo untuk menenangkan Mbok Sarmin.

“Jadi wanita itu meninggal?” tanya Adit, “iya wanita itu meninggal, jasadnya hancur bersamaan dengan rumahnya.
Tapi masalah tidak berhenti sampai disitu. Setelah kematian itu justru warga Desa makin mendapatkan teror, bukan hanya pemuda dan wanita hamil saja. Malah hampir semua orang, terutama orang-orang yang menghakimi wanita itu.
Bahkan laki-laki yang menyebarkan berita itu menjadi gila dan berakhir dengan gantung diri” jawab Nek Harjo dengan sesekali memejamkan matanya, seolah dia sedang kembali ke masa itu.
Adit mulai dihinggapi rasa ngeri, ternyata memilih liburan ke rumah neneknya merupakan pilihan yang benar-benar salah.

*****
Seharian Adit berfikir tentang apa yang diceritakan oleh Neneknya. Berbatang-batang rokok sudah Adit hisap, dia semakin yakin kalau memang ada orang yang sedang melakukan ritual tumbal tali perawan.
“Apakah orang itu sudah sadar akan resiko yang terjadi, kalau-kalau warga desa mengetahui jika dirinya sedang melakukan sebuah ritual penumbalan. Sehingga dia berniat mencari kambing hitam?” batin Adit.
Lama Adit memikirkan itu semua. Sedari tadi dia mencoba menggabungkan semua informasi, namun tetap selalu ada “garis benang” yang hilang.
“kalau memang dia sedang mencari kambing hitam, seharunya warga desa juga sudah menuduh Adit, sebagai orang yang telah membunuh Ningrum. Tapi nyatanya suasana Desa Renggono juga nampak tenang” batin Adit. Pusing dengan dugaannya sendiri, Adit bangkit dan melihat keluar kamar.
“Apa yang sebenarnya sedang terjadi?” ucap Adit lirih, dia merasa bahwa hidupnya sekarang penuh dengan teka teki yang berkaitan dengan orang lain. Sejenak Adit ingin membicarakan dengan Pakdhenya, namun dia ingat akan perkataan Arif untuk tidak mempercayai siapapun.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Adit memutuskan untuk memberi tahu informasi yang telah dia dapatkan kepada Arif. Berbekal bahwa mereka berdua sama-sama orang asing yang terseret dipermasalah Desa milik orang lain, kepercayaan kepada Arif tumbuh dengan sendirinya.
Baru Adit akan beranjak, seolah otaknya memberikan peringatan.

“Tidak mungkin aku langsung ke tempat Pak Kades dan bertemu dengan Arif. Terlalu mencurigakan dan pasti akan banyak pertanyaan” pikir Adit,
tersenyum tolol Adit merutuki kebodohannya, kenapa kemarin dirinya tidak meminta nomor handphone milik Arif.
Beranjak, Adit mencari keberadaan Pakdhenya. Sempat ia berfikir mungkin bisa bertemu Arif diladang seperti kemarin pagi.

“Budhe, Pakdhe Marwanto ke ladang hari ini?” tanya Adit,

“iya Dit, mungkin sebentar lagi pulang, kenapa?” ujar Budhe Ijah.
“Gapapa Budhe, Adit bosen hehe...” ucap Adit.

“ya kalau bosen, pergi keluar Dit, jalan-jalan siapa tau udara segar bisa sedikit melupakan masalah kamu itu, wanita kaya mantan mu itu ga perlu di inget-inget lagi” ujar Budhe yang tiba-tiba saja terlihat ketus.
Adit justru merasa aneh, sudah beberapa hari dia di rumah ini. Tidak pernah sekalipun Budhenya menanyakan soal tujuannya pergi ke rumah Neneknya.
“Iya Budhe, habis ini Adit ke ladang ya” ucap Adit, sembari menjauh. Dia sedang tidak ingin memikirkan Dinda... Kalau memang takdir untuk bertemu kembali, suatu hari pasti itu semua akan terjadi.
Berjalan menuju kearah ladang, Adit hanya berpapasan dengan beberapa orang. Memang saat masih diarea permukiman, suasana terbilang masih ramai. Tapi sewaktu masuk ke area ladang kondisi jalan begitu sepi. Bahkan pencari rumput dan kayu bakar pun tidak ia temui.
“Dit.. Adit..” suara Pakdhe yang kencang terdengar di telinga Adit. Mencari pemilik suara ternyata Pakdhenya sedang berdiri dibawah pohon bersama Pak Amar. Keduanya terlihat sedang membicarakan sesuatu.
“Gimana kabar kamu Dit? Masih dihantui sosok Ningrum?” tanya Pak Amar, setelah Adit sampai ditempat mereka.

“Hanya sebatas mimpi Pak” ucap Adit. Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lebih lanjut. Adit pamit untuk berjalan disekitar ladang.
“Yauda, jangan jauh-jauh. Jangan masuk ke hutan” pinta Pakdhe Marwanto. Mengangguk, Adit berjalan menjauh dari mereka.
Sudah beberapa waktu Adit berjalan mengitari ladang, tapi sepertinya dia belum beruntung. Sosok Arif tak terlihat sama sekali. Ada niatan untuk datang ke rumah Pak Kades, akan tetapi ia urungkan.

“Siapa tau besok pagi Arif kesini” batinnya.
*****
Lantunan suara doa terdengar sahut sahutan ditelinga Adit, namun perasaannya sedari tadi tak kunjung membaik. Adit merasa semenjak meninggalkan rumah ada orang yang sedang mengawasinya.
Selain itu pikiran tentang tumbal tali perawan terus saja menancap dikepalanya. Ingin sekali dia segera menyudahi semua ini dan pulang ke kota untuk bertemu kedua orang tuanya.
Braaaakkk.... terdengar jelas sekali sebuah suara hantaman benda keras tepat di atas rumah Mbok Sarmin. Seketika semua orang yang ada disana terdiam.
Braaakkk... kembali lagi suara itu terdengar jelas. Beberapa warga bergegas keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, takut kalau-kalau ada pohon tumbang yang menimpa atap rumah Mbok Sarmin.
Adit yang sudah dilanda perasaan khawatir juga ikut keluar memastikan. Dilihatnya tidak ada sesuatu yang aneh, semua tampak baik-baik saja. Hingga terdengar kegaduhan dari arah rumah.
Bapak-bapak yang ada diluar juga langsung menoleh kearah sumber suara, mereka melihat beberapa ibu-ibu keluar dengan wajah panik dan menunjuk-nunjuk kedalam rumah.
“Mbak ijah kenapa Mbak... Tolong...” ada seseorang yang berteriak, bapak-bapak yang ada diluar langsung berlari masuk untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Begitu mereka tiba didapur, semua tercengang kaget dengan apa yang terlihat. Keadaan Dapur benar-benar kacau balau, makanan dan minuman serta perabot berhamburan diatas lantai tanah.
Nampak Budhe Ijah tengah berdiri diambang pintu dapur, tempat dimana jasad Ningrum ditemukan tergantung dikasau dapur rumahnya. Kondisi Budhe Ijah sangat menyeramkan, matanya melotot, serta tangannya yang seperti sedang menimang sesuatu.
“Ijah, kamu kenapa Jah, Astagfirulloh... sadar Jah” ucap Pakdhe yang tengah mendekati istrinya.

“hiks...hiks...hiks....” tiba-tiba saja Budhe Ijah merosot ke lantai dan menangis pilu, beberapa detik kemudian dia melotot lagi dan langsung memukuli perutnya.
Melihat perilaku istrinya yang aneh, Pakdhe menghambur kedepan dan mencoba memegangi kedua tangan wanita itu agar tidak melukai dirinya sendiri.
Entah mendapat kekuatan dari mana, Budhe yang bertubuh kecil langsung menepis pegangan Pakdhe dan membuat laki-laki itu tersungkur di lantai.
“Pak tolong...” ucap Pakdhe meminta pertolongan orang-orang yang ada disana. Segera bapak-bapak langsung mencoba memegangi Budhe ijah.
Sedang Adit hanya diam mematung, pandangannya jatuh tepat dibelakang Budhenya. Sosok Ningrum tengah berdiri dengan kain jarik yang melilit lehernya. Senyumnya begitu mengerikan, jauh lebih dari yang bisa dibayangkan.
Perlu beberapa orang untuk memengangi Budhe Ijah. Sekarang dia bukan hanya memukuli perut tapi juga mencoba untuk menjambak rambut panjangnya.
Suasana di dapur Mbok Sarmin begitu mencekam, suara lantunan doa yang bercampur dengan geraman dan tangisan membuat bulu kuduk siapa saja yang melihat pasti akan meremang hebat.
“Tolong Ningrum....” ucap Budhe Ijah serak, “Mas Adit... Tolong Ningrum Mas...” tersentak Adit kaget dengan apa yang diucapkan Budhenya, bahkan warga yang ada disana juga melihat Adit dengan tatapan bingung.
“Tolong panggilkan Pak Kades” ucap Pakdhe Marwanto panik, buru-buru salah seorang dari mereka langsung berlari meninggalkan rumah mbok Sarmin untuk memberi tahu Pak Kades.
Cukup lama bagi mereka memegangi Budhe yang semakin liar. “Sadar Ijah... Astagfirulloh...” ucap Pakdhe terus menerus ditelinga istrinya.
Seperti sudah seabad lamannya Adit berdiri mematung, tidak ada yang bisa dia lakukan. Hingga Adit mendengar ada percakapan didepan, Pak Kades dan Arif sudah datang.
Melihat keadaan Budhe Ijah, sontak Arif mendekat dan menempelkan tangannya dikening wanita itu. Badan Budhe semakin liar memberontak, yang awalnya dia hanya dipegangi 4 orang kini bertamah menjadi 6 orang termasuk Arif.
Butuh beberapa waktu bagi Arif untuk mengeluarkan sosok yang merasuki Budhe. Beberapa menit berlalu... lambat laun, perlahan tubuh Budhe melemah dan diam seketika.
******
Mereka saat ini sudah duduk diruang keluarga milik Nek Harjo, selepas kejadian tadi Budhe Ijah langsung tersadar dan segera dibawa pulang ke rumah.
“Sekarang semua warga pasti akan heboh dengan kejadian malam ini. Maafkan saya Mbok Sarmin, tapi apakah memang Mbok Sarmin tidak mengatahui apapun sebelum Ningrum meninggal dunia?” tanya Pak Kades.
Awalnya Adit mengira bahwa Mbok Sarmin akan menceritakan soal wanita yang sering mengintai rumahnya. Tapi justru Adit melihat wanita tua itu menggeleng, “Saya tidak percaya Pak, kalau Ningrum sudah berbuat nista. Saya kenal baik anak saya” ucapnya diiringi dengan tangisan halus.
Kembali malam itu mereka semua membicarakan soal kematian Ningrum. Adit sendiri lebih banyak diam, dan memperhatikan. Pikiran dan perasaannya benar-benar kacau balau.

*****
Semalaman Adit tidak bisa tidur, masih saja dia memikirkan apa yang sedang terjadi. Ingin menceritakan semua yang dia ketahui kepada Arif tapi situsinya tidak menundukung sama sekali.
Beruntungannya saat Adit pergi ke kamar mandi tiba-tiba saja Arif sudah duduk diamben dapur Nek Harjo. Dia meminta untuk esok pagi pergi ke ladang yang berbatasan dengan hutan.
Pagi-pagi sekali Adit sudah terbangun, tidurnya tidak nyenyak sama sekali. Sosok Ningrum terus muncul didalam mimpinya.
Bahkan lebih parahnya lagi, Adit dalam mimpinya melihat ningrum mencabut sesuatu yang mirip sekali seperti usus dari selangkangannya dan langsung memakan benda tersebut.
Saat Adit sedang berjalan menuju ladang, dia beberapa kali mendengar bisikan bisikan seru. Berita tentang Budhe Ijah yang kerasukan hantu Ningrum menyebar dengan cepat bagai peluru tembakan oleh pemburu kepada hewan buruannya.
Tidak ada topik selain hantu Ningrum yang mulai bergentayangan. Mengingat cara kematiannya yang tragis dan mengerikan, warga sepakat kalau memang Ningrum tidak terima dan sedang mencari pembunuhnya. Tak lepas dari itu, nama Adit juga terseret ke pembicaraan mereka.
Ingin rasanya Adit memberontak dan memberitahu semua orang, bahwa dirinya sedang menjadi kambing hitam. Tapi apakah warga desa akan percaya dengan itu semua?
Apalagi Adit merupakan seorang pendatang, hanya nama baik dari keluarga Harjo yang membuat mereka tidak berani secara langsung berbicara didepan Adit.
Kini Adit sudah duduk diatas rumput, diujung ladang yang berbatasan dengan hutan. Sedari tadi dia diam tidak melakukan apapun, hanya hembusan nafas yang dibarengi dengan asap putih keluar dari mulut dan hidungnya.
“Dit...” terdengar suara Arif dari belakang Adit. Kaget Arif secara spontan langsung menoleh kebelakang,

“eh Rif... dari mana kamu?” ucap Adit keherenan.
“Dari dalam sana, ada yang ingin kupastikan, nanti kau juga akan tahu” ujarnya. Mereka sama-sama duduk, sejenak tidak ada perbincangan, masing-masing masih menikmati keindahan Desa Renggono yang ada dibawah mereka.
“Dugaan ku benar kan, ada orang yang sedang membuatmu menjadi kambing hitam” ucap Arif tersenyum kecut.
“Kau tau sendiri... aku tidak tau apa-apa, sungguh menjengkelkan. Kalau aku tau orangnya... berkelahipun aku berani, tapi dengan permainan seperti ini justru membuatku bingung. Apa benar dia hanya ingin menjadikan ku kambing hitam?” tanya Adit.
Expresi dari Arif tidak bisa ditebak, wajahnya begitu datar.

“Kombinasi yang pas bukan, dia memiliki ilmu gaib dan juga otak... Jadi ada informasi apa yang bisa kuketahui?” kata Arif, yang kini memandang Adit dengan wajahnya yang datar itu.
“biasakah aku mempercayaimu? Kita juga baru kenal, kenapa kamu mau membantuku? Seharusnya sedari awal kejadian aku sudah pergi dari Desa sial ini” ucap Adit menumpahkan unek-uneknya.
“Kalau kau menanyakan untuk apa membantumu, jawaban ku mungkin hanya karena ingin. Toh aku juga memiliki tujuan tersendiri. Ada sesuatu yang ingin kupastikan dari orang yang sedang melakukan ritual ini?” jawab Arif santai, bahkan dia malah justru tersenyum.
“Maksudnya?” Adit keheranan dengan perkataan yang dilontarkan orang yang ada disebelahnya. “Itu urusanku, sekarang yang penting adalah menemukan orang yang memulai ini semua, aku sepakat.
Percuma saja kau pulang ke kota, teror ini juga tidak akan berhenti, jangan dikira mereka tidak bisa menemukanmu” jelas Arif.
“Setahuku untuk bisa menyantet orang harus menggunakan media-media tertentu, jadi siapa yang harus aku curigai? Kemarin pagi Neneku bercerita....” Adit menceritakan semua yang ia ketahui.
Bahkan perilaku budhenya yang aneh disetiap malam. Arif dengan seksama mendengarkan cerita Adit, sesekali dia berpaling menatap ke depan dan menghembuskan nafas dalam-dalam.
“Ada satu alasan yang membuatku memintamu untuk tidak percaya dengan siapapun saat ini... terserah kau mau mempercayaiku atau tidak aku tidak memaksa” ucap Arif saat melihat Adit yang ingin menyanggah pendapatnya.
“Seperti yang kamu ketahui, santet selalu punya media. Karena itu hal mutlak untuk bisa mengetahui target yang dituju. Sekarang siapa saja yang memiliki kemungkinan untuk melakukan itu semua, kamu bisa menerka-nerka”
Adit termenung, mendengar penjabaran dari Arif. Selama dia didesa ini Adit hanya berinteraksi dengan orang-orang tertentu. Yang berarti, dari sekian orang itulah yang memiliki kemungkinan kalau dialah dalang dari semua ini.
“Kau bilang kejadian ini pernah menimpa Desa ini bukan? Sekarang kita cari tahu akar dari semua masalah ini, tanyakan kepada nenekmu siapa keluarga dari korban sebelumnya. Aku juga akan mencari tau” ucap Arif sambil beranjak dari duduknya.
“sebetulnya aku berfikir, saat ini nyawaku juga tidak terancam. Kenapa aku harus mengetahui semua ini?” tanya Adit penasaran, ya memang benar dia hanya dihantui sosok Ningrum, tidak ada seorang pun yang mencoba melukainya atau bahkan membunuhnya.
Seharusnya itu sudah cukup, dan jika memang warga Desa mengira Adit sebagai tersangka pembunuhan, atau pelaku penumbalan, mereka juga tidak punya cukup bukti.
“Mungkin saat ini belum, tapi aku tidak berharap nyawamu menjadi taruhannya,... Permainan mereka benar-benar bagus. Kabari aku saat kau sudah mendapatkan informasi tentang keluarga itu” ucap Arif pergi, meninggalkan kegelisahan didalam batin Adit.
Tidak menunggu waktu lama, saat sudah sampai dirumah dan mengecek kondisi. Adit langsung bertanya kepada Nek Harjo. Siapa keluarga yang dulu pernah menjadi korban tumbal tali perawan.
Awalnya Neneknya menolak memberi tahu, tapi karena Adit memaksa. Berdalih ini semua demi keselamatannya. Akhirnya Nek Harjo memberi tahu, kalau orang itu bernama Dirman. Dia tinggal diujung Desa, dekat dengan rumah Mbok Sarmin.
Mendapat informasi itu, lantas Adit langsung mengirimkan pesan kepada Arif, mengajaknya untuk pergi menemui Pak Dirman.
“jangan sekarang, kita tunggu waktu yang tepat. Nanti ku kabari” pesan text yang dikirimkan Arif terus saja ia baca. Ada rasa ketidaksabaran didalam diri Adit. Berharap semua segera selesai.

*****
Malam kembali datang, Adit sekarang ini hampir benci dengan yang namanya malam hari. Selalu ada ketakutan yang muncul saat semburat warna merah berubah menjadi gelap.
Seolah Adit adalah mangsa yang sedang dilepas dan para pemburu sedang bersiap-siap untuk menemukan keberadaan Adit.
Malam itu begitu sunyi, kabar tersiarnya sosok hantu Ningrum benar-benar membuat Desa Renggono seolah menjadi tempat tak berpenghuni. Bahkan pengajian yang seharusnya dilakukan ditempat Mbok Sarmin sengaja dibatalkan agar tidak terjadi kejadian seperti semalam.
Waktu terus berlalu, Adit tak kunjung bisa memejamkan matanya. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi. Sedari tadi dia mendengar ada suara langkah kaki yang terus saja mondar mandir diluar rumah tepat berada di sisi jendela kamarnya.
Adit tidak menggubris itu semua, dia mencoba tetap tenang dengan menempelkan hetset ditelinganya agar tidak mendengarkan suara tersebut.
Kreeeekkkk.... terdengar jelas sekali, daun pintu yang sedang dibuka. Adit seketika bangkit, nuraninya mengatakan kalau itu pasti Budhenya, pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Adit berjalan kearah pintu kamar dan mencoba melihat.
Benar saja, Budhe Ijah tengah berjalan menuju dapur. Rasa penasaran dan kecurigaan benar-benar menyelimuti Adit. Sempat dia berfikir kalau orang dibalik semua ini adalah Budhe Ijah. Berpura-pura ingin kekamar mandi, Adit berjalan kearah Dapur.
Namun ketika sudah sampai di dapur, Adit tidak ditemuinya sosok Budhe Ijah. Hanya pintu kayu yang berada diujung dapur sedikit terbuka. Buru-buru Adit melihat, benar pikir Adit. Budhenya sedang pergi dari rumah ini entah sedang menuju kemana. Nekad Adit mengikuti wanita itu....
Jalanan Desa begitu sepi, sesekali Adit bergidik memperhatikan sekitarnya. Untung saja kabut sedang turun, jadi jika budhenya berbalik dia tidak akan langsung mengenali Adit. “Aneh... Mau kemana sebetulnya Budhe Ijah pergi” batin Adit,
Terus saja dia melangkah, jarak yang tidak begitu jauh membuat Adit harus sedikit bersembunyi. Namun Budhenya sedari tadi juga tidak menengok kearah belakang, sosok nya terus saja berjalan hingga menuju kearah hutan.
Adit berhenti, dan langsung jongkok menggeser tubuhnya kearah semak. Kini Budhe Ijah sedang berbicara dengan laki-laki yang Adit tidak kenali, laki-laki itu berpakaian hitam dan mengenakan kupluk dikepalanya.
Beberapa saat kemudian mereka langsung berjalan masuk kedalam hutan, tepat dimana Adit pernah melihat sekumpulan orang membawa tampah berisikan sesajen saat pertama kali datang ke rumah Ningrum.
Ada terbesit rasa takut dan ingin kembali, tapi sudah kepalang tanggung. Jika memang Budhe yang melakukan ritual ini, maka jelas semua sudah selesai. Esok pagi dia akan memberitahukan semua apa yang dia lihat kepada Nenek dan Pakdhenya.
Kembali Adit berjalan, kini dia memberikan jarak yang cukup jauh. Takut suara ranting yang dia injak terdengar oleh mereka berdua.
Adit sudah tidak tau berapa lama dia berjalan, bodohnya dia tidak membawa hp untuk merekam semua kejadian ini, bahkan untuk berjalan saja dia harus berhati-hati karena gelapnya suasana hutan malam itu.
Sosok Budhe dan orang asing itu sudah berhenti disebuah pohon besar, Benar dugaannya pasti mereka sedang akan melakukan ritual. Terlihat kini laki-laki itu bersimpuh dan menghidupkan dupa. Angin dingin tiba-tiba saja datang entah dari mana, bulu kuduk Adit sontak meremang hebat.
“Nyai, aku datang kembali malam ini, aku persembahkan darah ayam hitam” ucap laki-laki itu, dan betapa mualnya Adit, dia meminum sesuatu yang mungkin itu adalah darah yang ia sebutkan. Namun itu belum seberapa.
Mata Adit membulat seketika, sosok Budhe dan laki-laki itu kini melepaskan pakaian masing-masing dan mulai bercumbu. Kaget dengan apa yang dia lihat, dan tidak mau tahu lebih lanjut.
Adit pelan-pelan pergi dari tempat itu. Pikirannya benar-benar kalut, merasa jijik dengan apa yang dia lihat, hingga....
Bukkk.... ada sesuatu yang jatuh depat didepannya, begitu kagetnya dia. Tubuhnya tidak bisa bergerak karena shock, benda putih itu menggeliat,
“Mas Adit... tolong mass... tolongin Ningrum” terdengar suara Ningrum yang lirih tapi terdengar jelas sekali ditelinga Adit. Tersadar Adit langsung berlari sekencang-kencangnya ia tidak peduli kalau Budhenya atau orang yang bersamanya mendengar suara langkah Adit atau tidak.
Bukkkk... Adit terjatuh, rasanya kakinya sakit sekali. “Siaalll...” umpat Adit, Namun kesialannya tidak berhenti sampai disitu. Kini didepannya ada sosok wanita, berbaju gelap dengan rambut panjang yang baunya sungguh memuakan.
Adit yang melihat itu panik, pergelangan kakinya begitu sakit saat ia mencoba untuk berdiri. “Ss—siapa kamu?” ujar Adit, dengan nafas ngos-ngosan.
Tidak menjawab wanita itu justru tersenyum, dia membungkuk persis didepan Adit, dan mendekatkan kepalanya ditelinga Adit.
“Ati-ati, sek due iketan karo setan uwes moro, tali perawan wes oleh siji, kurang telu maneh.... Jokone ya wes disiapke”
(hati-hati, yang punya ikatan dengan setan sudah datang, tali perawan sudah dapat satu, kurang loro meneh... Perjakanya juga sudah disiapkan) ucapnya dengan nada yang begitu mengerikan.

-TBC-
Bagi yang ingin membaca versi Ebook bisa langsung mampir ke Karyakarsa. Disana Sudah sampai Part 5 ya

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Selain itu juga sudah upload “LABUH MAYIT”... Chapter 2 dari “Cerita Tentang Mereka”.
Yuk Cek Di Karyakarsa

karyakarsa.com/netrakala/labu…
Bagi yang ingin membaca versi Ebook bisa langsung mampir ke Karyakarsa. Disana Sudah sampai Part 6 ya..

karyakarsa.com/netrakala/tumb…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with netrakala

netrakala Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @netrasandekala

Apr 15
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran Part 6 - Perangkap Kematian
Ijin Taq
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Bagi yang belum baca part sebelumnya bisa mampir ke index netrakala

Kita up pelan-pelan ya... Buat kalian yang mau nitip-nitip dulu silahkan... 😋
Read 144 tweets
Apr 14
-A Thread-
Tanda Teluh
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR
#bacahorror #penumbalan

Selingan sambil nunggu Tumbal Tali Perawan ya.
Danke... Image
Kisah ini semata-mata hanya untuk hiburan semata. Jika ada nama, lokasi, dan setting cerita yang sama, itu hanya sebuah kebetulan.
Sebelum masuk ke cerita, bagi yang mau membaca Tumbal Tali Perawan di Karyakarsa sudah sampai part 7 ya.

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Read 117 tweets
Apr 12
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran Part 5 - Calon Tumbal
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR
@Long77785509 @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Bagi yang belum baca part sebelumnya bisa mampir ke index netrakala

Kita up agak siang ya... Buat kalian yang mau nitip-nitip dulu silahkan... Pintu rumahnya saya buka... masuk aja 😁
Read 136 tweets
Apr 8
-A Thread-
Cerita Tentang Mereka
Part 16 - Penyelamat
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror

#bacahorror
Yap dan kita akhirnya sampai di Last Part...
Say see u with Bima guys... Image
Yak dan akhirnya sudah sampai Part Akhir, terima kasih untuk temen-temen yang sudah memberikan suport dan dukungan.

Dukungan kalian sangat berarti untuk saya...
Bagi yang belum membaca Kisah Tentang Mereka bisa langsung mampir di Index...

Read 125 tweets
Apr 8
-A Thread-
Tumbal Tali Pewaran
Part 3 - Pertemuan Singkat

@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @bacahorror_id
@ceritaht @karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Yukk Update Tumbal Tali Perawan,
Bagi temen-temen yang belum baca part sebelumnya silahkan baca terlebih dahulu agar bisa memahi alur ceritanya.
Read 119 tweets
Apr 7
-A Thread-
Cerita Tentang Mereka
Part 15 - Keabadian
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @Penikmathorror @ceritaht @karyakarsa_id
#bacahorror

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
kita update ya.....
Sebelumnya terimakasih untuk apresiasi dan atensi dari temen-temen semua. Bagi yang mau memberikan tips karya atau dukungan bisa mampir ke karyakarsa. Dukungan kalian sangat berarti untuk saya.
Terimakasih

karyakarsa.com/netrakala/tumb…
Bagi temen-temen yang belum baca thread part sebelumnya, bisa baca dulu agar bisa mengikuti alur dari cerita ini.
Read 118 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(