Ketika orang tua meninggal dunia, ada rasa penyesalan yang muncul dalam diri anak, terutama yang pernah mengeluarkan kata-kata menyakitkan yang diucapkan saat mereka masih hidup.
Pertama, mendoakan orang tua.
“Seorang anak yang orang tuanya wafat sementara dia pernah durhaka, lalu dia berdoa kepada Allah sepeninggal orang tuanya, niscaya Allah mencatatnya sebagai anak yang berbakti.” (Al-Bujairimi dalam kitab Tuhfatul Habib alal Khatib)
Kedua, bersedekah.
“Jika kalian sedekah karena Allah dan pahala sedekahnya diniatkan untuk orang tua, maka pahala sedekahnya milik orang tua dan dia dapat pahala seperti orang tuanya tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.” (Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad)
Syekh Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Murtadha al-Zabidi dalam kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, mengutip ungkapan Syekh Abu Bakar al-Kattani tentang tiga tiang agama yang menguatkan Islam.
Pertama, kebenaran.
Dalam menjalankan aturan-aturan agama harus selaras dengan sunah Nabi. Ketika menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan, tapi tidak mengikuti sunah Nabi, maka amal yang dikerjakan sia-sia.
Kedua, keadilan.
Hati harus lurus, sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Keadilan tidak memandang status sosial atau kedekatan kerabat. Kalau orang yang disayang melakukan kesalahan, maka tidak boleh pilih kasih atau memihak.
Anjuran berdoa sebelum nyoblos surat suara bukan cuma sebagai ritual keagamaan, tapi juga wujud ikhtiar batiniyah agar diberi petunjuk dan kekuatan dalam memilih pemimpin yang terbaik bagi Indonesia.
Berikut alasan dianjurkan berdoa sebelum nyoblos:
Memohon petunjuk Allah.
Memilih pemimpin adalah tanggung jawab besar yang harus dilakukan dengan penuh pertimbangan.
Doa jadi sarana memohon petunjuk Allah agar diberi kemampuan memilih pemimpin yang adil, amanah, jujur, dan berintegritas.
Memperkuat keyakinan.
Doa bisa memperkuat keyakinan dalam menentukan pilihan.
Dengan berdoa, keraguan dan kebimbangan saat berada di bilik suara jadi hilang.