Anak Semua Bangsa (jilid ii Tetralogi Buru) - Pramoedya Ananta Toer

Editor: Astuti Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tahun terbit: 2006
Tebal: 536
Edisi cetak: Cetakan ke-10 April 2008

#BacaBukuSejarahBareng Image
Setelah Annelis pergi ke Belanda, kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke di Wonokromo belum benar-benar pulih. Kalah di persidangan dan nama mereka tercantum di banyak media massa Hindia Belanda membuat mereka dikenal banyak orang.
Mereka hidup di rumah tanpa keluar dalam jangka waktu yang lama akhirnya membuat mereka jenuh.
Minke akhirnya memilih keluar rumah. Namun, sebelum itu, ia melihat kamar Annelis dan memeriksa surat-surat yang dikirim orang lain kepada istrinya. Saat itulah, Minke dikagetkan setelah menemukan nama Robert Suurhof.
Selain surat, ia juga menemukan sebuah cincin yang harganya mahal sekali dan baginya, kurang cocok jika dianggap sebagai sebuah hadiah. Ia pun.
Saat ingin mengembalikan cincin itu kepada keluarga Suurhof, tak ada yang mau menerimanya. Robert juga tak ada di rumahnya dan diduga ia berlayar menuju Belanda.
Minke kemudian kembali dan sesampainya di rumah, ia membaca surat dari Panji Darman yang sebelumnya bernama Robert Jan Dapperste. Dialah yang menemani keberangkatan Annelis ke Belanda dan ikut berlayar bersamanya.
Tentu saja, keberangkatan Panji Darman tak diketahui oleh siapa pun termasuk Annelis yang sedang dijaga ketat oleh kalangan yang ditugaskan pengadilan.
Namun, berdasarkan informasi Panji Darman, kondisi Annelis kian memburuk. Sepanjang di dek kapal selama perjalanan ke Belanda, ia tak kunjung mau bicara dan mau makan apa pun yang diberikan jururawat.
Annelis semakin murung dan pucat sehingga tak tersambung dengan realitas di hadapannya. Hingga beberapa bulan di Belanda, kabar Panji Darman pun mengabarkan bahwa Annelis telah meninggal dunia.
Tak mau terlalu larut dengan kenyataan yang menyakitkan, Minke akhirnya kembali ke aktivitas lama: membaca koran. Dari koran-koran tersebut, ia mendapatkan informasi bahwa Jepang menginvasi Tiongkok dan melakukan perjanjian dengan Belanda.
Hal ini membuat bangsa Jepang diakui sebagai bangsa sederajat dengan bangsa Eropa.

Selain itu, sejak peristiwa besar yang menimpa, Minke lebih sering pergi ke rumah Jean Marais, seorang kawan Prancis-nya yang seniman lukis.
Jean berjanji ingin melukis wajah Annelis dan juga Nyai Ontosoroh. Saat mereka berbincang, Jean menganjurkan Minke untuk menulis dengan bahasa Melayu. Waktu itu, Jean belum memberikan rasionalitas yang cukup memuaskan mengapa Minke harus menulis dengan bahasa Melayu.
Namun, penjelasan mengapa Minke harus menulis dengan bahasa Melayu itu terjawab saat Kommer, seorang Belanda yang sangat mencintai Hindia Belanda.
Menurut Kommer, saat Minke menulis hanya dalam bahasa Belanda, tulisan tersebut hanya akan dibaca oleh orang-orang di Belanda atau kalangan elite di Hindia Belanda. Namun, hal itu akan berbeda ketika Minke menulis dalam bahasa Melayu.
Dalam bahasa itulah, orang-orang sebangsa Minke, terutama bangsa Jawa umumnya, bisa membaca yang bahkan bagi tak pernah sekalipun mengenyam sekolah rendahan di Hindia Belanda.
Suatu hari, Nyai Ontosoroh dan Minke pergi ke Tulangan, Sidoarjo untuk bertemu dengan kakak Nyai Ontosoroh, Sastro Kassier, seorang jurubayar di sebuah perusahaan Belanda di Sidoarjo.
Saat sampai di rumah Sastro Kassier, betapa mengejutkan bahwa anak dari Sastro sudah menjadi Nyai dari Plikemboh atau atasan Sastro. Surati, anak Sastro Kassier, tak punya kuasa menolak keinginan yang juga terpaksa ayahnya lakukan itu.
Walaupun begitu, Surati mengajuka syarat kalau ia hanya ingin pergi sendiri ke rumah Plikemboh yang tak jauh dari pabrik tempat ayahnya bekerja.
Saat itu, desa sebelah sedang dilanda wabah cacar. Ia nekat dan berencana untuk pergi ke desa tersebut agar tertular penyakit dan membawa virus ke rumah Plikemboh. Rencana tersebut berhasil dan ia dengan lolos pergi ke rumah atasan ayahnya itu.
Beberapa hari kemudian, wabah cacar juga menyebar ke sekitar pabrik. Surati dan Plikemboh terbaring lebah seolah sedang berlomba siapa di antara mereka yang menyerah lebih dulu.
Walaupun sudah dilakukan sterilisasi di daerah tersebut, Plikemboh akhirnya menjadi menyerah dengan wabah yang tak pernah pandang siapa pribumi dan Eropa tersebut. Sementara itu, Surati berhasil selamat dari masa-masa kritisnya dan bisa pulang rumah orang tuanya kembali.
Setelah wilayah pabrik dinyatakan aman, Sastro Kassier memeriksa ruangan Plikemboh dan menemukan uang-uang upah pekerja pabrik yang pernah dinyatakan hilang di brankasnya.
Nama baik Sastro sebagai jurubayar kembali pulih, sementara di rumah, istri dan anaknya tak lagi memberi hormat kepada ayah yang tega menjual anaknya menjadi gundik tersebut.
Selain mendengar cerita Surati, Minke juga mencoba mendengar dan melihat langsung kehidupan petani di sekitar pabrik. Saat mencoba turba, Minke banyak menemukan kisah pilu dan ketidakadilan yang menimpa para petani karena kesewenangan pabrik.
Minke akhirnya menuliskan berbagai persoalan tersebut dan berjanji akan memuatnya di koran dengan harapan ada perbaikan atas kebijakan tersebut.
Setelah menyelesaikan tulisan tentang petani tersebut, Kommer yang pernah menyuruhnya menulis dalam bahasa Melayu datang ke Tulangan menyusul Minke dan Nyai Ontosoroh. Dalam pertemuan tersebut, Minke menyodorkan liputannya di Tulangan kepada Kommer.
Kommer memberika komentar cukup pedas yg membuat Minke gerah dengan kritiknya. "Barangsiapa hanya memandang pd keceriaannya saja dia orang gila. Barangsiapa hanya memandang pd penderitaannya saja, dia sakit." Kata2 Kommer inilah yg membuatnya kemudian sengit kepada diri sendiri.
Kommer juga sering menyampaikan semboyan Revolusi Prancis yang menjadi nilai-nilai universal di Eropa yang sayangnya, tidak hadir di Hindia Belanda. Minke mencoba sekeras mungkin apa yang ia lakukan setelah dikritik habis-habisan oleh Kommer.
Beberapa bulan dari Tulangan, Minke dan Nyai Ontosoroh mendengar kabar kalau di sana terjadi pemberontakan petani yang dipimpin oleh Kyai Sukri.
Pemberontakan bermodal parang itu tentu saja tidak seimbang dengan persenjataan yang dimiliki kompeni dan berhasil diberantas dalam sekejap. Kyai Sukri dihukum cambuk sampai meninggal dunia, dan beberapa petani yang diduga terlibat jadi buron.
Saat membicarakan kondisi di Tulangan itu, Minke dan Nyai kedatangan Panji Darman yang baru saja sampai dari Eropa sekaligus kedatangan Trunodongso, petani yang ditemui Minke saat di Tulangan dalam keadaan kaki luka parah.
Sementara Nyai Ontosoroh mengurus Trunodongso, Minke dimint untuk menjemput istri serta anak-anak Trunodongso yang ditinggal di sebuah tempat. Walaupun hal ini tak mudah, Minke berusaha untuk membujuk istri dan anaknya untuk bisa diungsikan ke Wonokromo.
Setelah bisa membawa istri-anak Trunodongso, keberadaan Minke di Wonokromo semakin terdesak. Selain itu, ia belum bisa menerbitkan tulisannya terkain kasus Tulangan dan di tengah situasi itu, mau tak mau, dengan berat hati ia mesti pergi segera ke Batavia.
Setelah diantar Darsam hingga di pelabuhan Tanjung Perak, Minke pun berlayar. Saat di pelabuhan, ia bertemu dengan Ter Haar, salah satu redaktur koran S.N. vd S. yang dipimpin oleh Nijman.
Dari pembicaraan tersebut, Minke kemudian sadar bahwa tempat media bekerja saat di Wonokromo adalah media yang dibiayai oleh pabrik gula Hindia Belanda.
Selain itu, mereka juga banyak bercerita tentang berbagai hal terutama berbagai gerakan perlawanan antikolonial yang ada di Filipina, salah satu negeri yang bertetangga langsung dengan Hindia Belanda.
Ter Haar bilang, yang membedakan penjajahan Spanyol dan Belanda adalah pendidikan di tanah jajahannya. Di Filipina, banyak orang pribumi yang disekolahkan di Eropa dan banyak dari mereka bisa membaca.
Sementara itu, di Hindia Belanda, hanya kalangan elite yang bisa bersekolah hingga menempuh pendidikan di Belanda. Walaupun begitu, berbagai perlawanan fisik selalu dengan mudah ditaklukkan.
Setelah perbincangan itu, tak lama kemudian kapal bersandar di Pelabuhan Semarang. Di sana, Minke sempat melihat kantor koran de Locomotif, tempat kerja Ter Haar.
Setelah itu, ia menginap di tempat hingga akhirnya dijemput seseorang untuk naik kereta dengan roda dua (barangkali kereta yang dimaksud zaman itu adalah mobil).
Ia didampingi oleh orang tak dikenal dan tanpa ia sangka, Minke dibawa kembali ke Wonokromo yang membuatnya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
Setelah beberapa hari di Wonokromo, Minke diminta Nyai Ontosoroh untuk membaca surat dari Robert Mellema yang diketahui meninggal di Los Angeles setelah melaut dan mengelana ke berbagai negara. Dalam surat tersebut, Robert mengaku bahwa anak yang dikandung Minem adalah anaknya.
Beberapa hari setelah itu, Nyai Ontosoroh dan lainnya kembali menghadapi persidangan yang bertujuan memojokkan kedudukan Nyai. Persidangan itu berakhir klise tanpa pembuktian apa pun selain untuk menyudutkan Nyai Ontosoroh dan lainnya.
Tak lama berselang beberapa hari, Minem mau undur diri dari rumah Nyai Ontosoroh untuk ikut dengan Tuan Belandanya yang baru. Minem dijanjikan sesuatu yang lebih besar agar ia bisa bersama Tuannya itu.
Dan tentu saja, Minem menerima tawaran itu dan rela meninggalkan anak yang didapatkannya bersama Robert Mellema. Nyai tak bisa menghalangi kehendak bulatnya tersebut.
Namun, Nyai membuat perjanjian dengan Minem bahwa hak asuh anak itu sepenuhnya ada di tangan Nyai dan ia tak boleh kembali ke Wonokromo.
Kejadian-kejadian demi kejadian terus-menerus menimpa Nyai. Dalam bagian terakhir roman ini, Nyai berhadapan langsung dengan ahli waris satu-satunya keluarga Mellewa, Ir. Maurits Mellema.
Kedatangannya memang sudah Nyai persiapan dan saat ia datang, semua luapan emosi ditumpahkan, walaupun akhirnya sia-sia dan lambat lain perusahaan yang dikelolanya itu akan berpindah tangan.
Roman ini diakhiri dengan dialog-dialog kekalahan Nyai Ontosoroh dg segala hal yang sudah dilakukannya. Jika dalam "Bumi Manusia" ditutup dengan kutipan "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, maka dalam "Anak Semua Bangsa" jg serupa.
"Ya, Ma, kita sudah melawan, Ma, biarpun hanya dengan mulut."

#BacaBukuSelesai

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Suhai(ri) D. Ahmad | #IndonesiaGelap

Suhai(ri) D. Ahmad | #IndonesiaGelap Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @suhairi4hmad

Mar 22, 2024
Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru terhadap Anak Muda Awal 1970an ~ Aria Wiratma Yudhistira ~ @marjinkiri (2010, 2018), xxii + 180 hlm. Pengantar: Andi Achdian.

Utas dibuat untuk persiapan diskusi di #TemuSejarah minggu depan.

#BacaBukuSejarahBareng Image
Selain efisiensi partai politik menjadi tiga partai pada awal 70-an, upaya de-Sukarnoisasi terus dilakukan. Yang yang berkaitan dengan Sukarno terus dilucuti dan bahkan mesti dihilangkan.
Selain itu, selain kontrol partai politik berhasil & membuat rakyat dan mahasiswa berjarak dg partai politik, Orde Baru melakukan normalisasi awal dlm kehidupan sehari-hari. Mulai istilah pemuda yg diganti disebut menjadi remaja, hingga larangan dan bahkan razia rambut gondrong.
Read 24 tweets
Mar 13, 2024
Warga Twitter/X mesti mengikuti keriuhan kritik sastra (?) di medsos sebelah atas Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. Image
Part 1


Image
Image
Image
Image
Part 2


Image
Image
Image
Image
Read 14 tweets
Sep 20, 2023
Pulang ~ Leila S. Chudori

Penerbit: @penerbitkpg
Cetakan: Desember 2012
Ilustrasi sampul dan isi: Daniel "Timbul Cahya Krisna

#BacaBukuSejarahBareng #SeptemberHitam Image
Kisah seorang eksil 1965 selalu saja menarik diperbincangkan oleh siapa pun, termasuk generasi kiwari yang sudah berjarak puluhan tahun dengan generasi tersebut.
Kisah eksil dalam Pulang berhasil merangkum berbagai hal, baik secara personal maupun kelompok, tentang mereka-mereka yang tertolak kembali ke Indonesia karena dianggap terlibat sebagai aktivis PKI maupun underbownya.
Read 25 tweets
Aug 1, 2023
Selama baca Zaman Bergerak, ada beberapa pertanyaan lewat dan beberapa mendapatkan jawaban yang cukup historis.

Mengapa kaum pergerakan dari bangsawan hanya didominasi dari Pakualaman? Tidak ada dari Kesultanan, Kasunanan, ataupun Mangkunegaran.
Pakualaman hadir saat Inggris berhasil menduduki wilayah di Jawa yang dikuasai oleh Hindia Belanda, termasuk wilayah Vorstenlanden.
Karena itu, saat wilayah ini kembali menjadi wilayah Hindia Belanda dan setelah Perang Diponegoro/ Perang Jawa pemerintah tidak terlalu memberikan fokus pada kerajaan ini. Hal ini membuat bangsawan Pakualaman lebih leluasa dari pada bangsawan tiga kerajaan lainnya.
Read 12 tweets
Aug 1, 2023
Kereta Semar Lembu - Zaky Yamani (Juara 1 Novel DKJ 2021)

Penerbit: @bukugpu
Editor: Karina Anjani
Tahun Terbit: 20 September 2022

#BacaIndonesia
#BacaBukuSejarahBareng
#BooktwtIDChallenge Image
Jika dilihat sepintas, Kereta Semar Lembu saya kira seperti cerita dlm series Korea My Love From the sun. Series tersebut menceritakan seorang alien tampan yang terlempar ke bumi pada era Joseon dan terus hidup sepanjang masa sampai Korea Modern selama 400 tahun.
Namun, novel ini berbeda. Novel ini mengisahkan Lembu, tokoh utama yang lahir saat rel kereta pertama kali dibangun di Jawa di desa Kemijen yang menghubungkan Semarang dan wilayah Vorstenlanden pada 17 Juni 1864 saat Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele menjadi Gubernur Jenderal.
Read 13 tweets
Jul 2, 2023
Sambungan utas #MenujuZamanBergerak bersama #BacaBukuSejarahBareng. Image
Tak lama saat pertama kali menginjakkan kaki di Surakarta, Tjipto langsung bergabung dengan Insulinde Surakarta, sebuah organisasi pengganti keberadaan IP. Namun, Tjipto tak bisa bebas bergerak. Tindak-tanduknya diawasi pemerintah.
Pada 1915, pamfletnya aparat keamanan dan rapat pertemuan yang ia inisiasi di Juana dibubarkan. Kondisi tersebut semakin parah saat Tjipto diancam dibuang ke luar Jawa jika masih ngotot dan cerewet terhadap pemerintah kolonial. Selain itu, hubungannya dg Bo juga tak semakin baik.
Read 98 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(