Fungsi check and balances. Sejak reformasi, Indonesia menganut sistem check and balances.
Kenapa? Mencegah adanya kekuasaan tunggal spt di masa lampau, spt pada masa orde lama dan baru.
Siapa yg saling mengecek dan mengimbang?
Setiap lembaga negara. Presiden membuat anggaran dicek oleh DPR. DPR membuat UU, di cek oleh Presiden (dan sebaliknya) + MK, Presiden membuat kebijakan dan keputusan dicek di MA dan lembaga peradilan di bawahnya.
Mengapa si?
Kareja yg dijaga adalah hak asasi manusia yg tdk boleh terganggu sekalipun ia kelompok minoritas. FYI, DPR dan Presiden dipilih oleh rakyat mayoritas.
Tapi, apakah rakyat ga bisa ngecek secara langsung?
Jawabnya: BISA
Agar industri farmasi bisa mandiri itu harus diawali dengan komitmen negara pada riset. Coba gimana dulu industri penerbangan kita bisa maju, ya karena riset.
Sekarang bagaimana nasib periset dan risetnya di Indonesia? Yang ada malah kita kirim materi sampel ke investor asing dan… twitter.com/i/web/status/1…
Ya selesai sudah kalau dipatenkan. Yg untung si yg punya saham di industri tsb. Masyarakat belum tentu.
Bukan apa2, Indonesia pernah digadang sbg industri mobil di ASEAN, tp hingga pertengahan 2023 ga ada gaungnya.
Mimpi mandiri boleh, tapi komitmen utk menjadi nasionalis itu hrs jelas di RUU Kesehatan Omnibuslaw.
Masalahnya, RUU ini malah terlihat jelas ketergantungan thd asing dan tidak nasionalis.
Keran SDM WNA, Investor asing di Faskes hingga materi genetik masyarakat bs ditransfer ke… twitter.com/i/web/status/1…
Blunder USG 42 pasien per-hari/minggu (?)
Blunder 1
USG Kebidanan saat ini bukan kompetensi dokter umum. Didapatnya dari pelatihan khusus. Namub, utk dikatakan kompeten, referensi dari dokter UK, harus melakukan scan setidaknya 50-100x yg disupervisi dan benar.
Pencitraan melalui USG adalah operator dependen yg artinya akurasi dari interpretasi pencitraan tergantung dari kompetensi dokter.
Makanya, utk kompeten ga cukup hanya ikut pelatihan 2 hari dapat sertifikat - langsung kompeten. Harus punya log book, supervisor dan ujian.
Blunder 2
Mengajari mahasiswa akper dan akbid
Untuk menjadi orang yg layak utk jadi trainer atau Clinical Instructor ga hanya kompeten melakukan USG tapi juga kompeten utk mengajar. Termasuk melaksanakan dan melakukan penilaian terhadap peserta didik.
Kalau di Indonesia, mengurangi beban JKN, Kemkes menerbitkan standar tarif yg murah dan kredensial faskes utk layanan yg tarifnya besar. Kalau di US, ternyata pake "prior authorization" yg menyebabkan pasien hrs ngantri berbulan2.
Dari sini kebaca. Masalahnya adalah Uang.
Kalau di US, asuransi ingin menjaga profit. Kalau di Indonesia, menjaga agar ga defisit keuangan BPJS Kesehatan. Kalau engga, APBN hrs nombokin lagi. Saat ini, porsi APBN dan APBD cukup besar utk bayarin iuran PBI.
Masalah kesehatan dan pembiayaannya ini memang rumit tarik ulur. Terutama di negara yg penduduknya besar dan gaya hidupnya kurang sehat. Dokter di US dan Indonesia memiliki problem yg sama dg lembaga pembiayaan kesehatan. Kalau UK bermasalah dgn pembayaran gaji nakesnya.
13 Mei 1998. Tingkat 5 stase Neuro.
Yang gw inget adalah sedang demo di halaman FKUI Salemba. Jalan mencekam. Ga berani keluar pagar krn khawatir sniper. Tp hari itu, kaya tiba2 ga ada penjagaan militer. Namun massa bergerak. Lempar2 batu ke ruko2 di sepanjang jalan Salemba. Dari… twitter.com/i/web/status/1…
Hari itu, ga pulang. Nginep di kampus. Kebetulan punya tempat yg punya akses internet. Tp ya ga banyak info yg didapat. Berusaha hubungi ortu di Medan, bilang saat ini kondisi sehat.
Hari itu, terpikir bahwa Indonesia ga survive dan gw ga jadi dokter.
Dan kemudian 14 Mei 1998. Mendadak bagian Forensik FKUI/RSCM dikirimi korban kebakaran toko Yogya Klender. Ambulan silih berganti masuk.
Mengingat minggu yg serem, ga nyangka bhw transformasi kekuasaan berjalan mulus. Soeharto step down, dan alih kekuasaan berjalan cukup lancar.
Setiap dokter (mungkin nakes yg lain juga), pasti ngalamin punya "perasaan ga enak" saat periksa pasien. Perasaan yg kasi tau bahwa ada sesuatu yg berbeda pada diri pasien. Kemarin gw ngalamin dan hari ini kejadian.
Spt biasa sebelum op, gw visit pasien utk menilai risiko dan komplikasi anestesi. Kali ini pasien gw mau operasi patah tulang paha-panggul. Pasien obes dan sdh tidak bergerak selama 1 minggu di rumah sejak patah. Ners ruangan lapor saturasi pasien hanya 90-91% dg udara kamar.
Pasien saat ditanya ga ngeluh sesak. Diminta narik nafas dalam, saturasi naik. Tapi perasaan ga nyaman krn liat tungkai yg patah bengkak. Minta cek lab termasuk faktor koagulasi dan ternyata tinggi. Tapi, hasil analisis gas darah masih baik. OK, gw acc utk anestesi tp post op… twitter.com/i/web/status/1…