Netrakala Profile picture
Jun 7 124 tweets 17 min read Twitter logo Read on Twitter
A Thread-
Labuh Mayit - Sebuah Tujuan ( Part 9 )
@IDN_Horor @bacahorror_id @bacahorror
@menghorror @nasura2101
@benbela @P_C_HORROR
@RestuPa71830152 @Long77785509
@karyakarsa_id @AgilRSapoetra

#bacahorror
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Kita lanjut part 9 ya. Bagi teman-teman bisa bantu untuk RT QRT like dan coment biar yang lain juga bisa ikut membaca ya.
Untuk chapter 1 bisa di baca di Index dengan judul "Cerita Tentang Mereka"

Untuk Part 1 sampai 7 link saya drop di bawah ya...

Part 1 - Pembawa Petaka karyakarsa.com/netrakala/labu………
Part 2 - Sebuah Peringatan karyakarsa.com/netrakala/labu………
Part 3 - Keputusan karyakarsa.com/netrakala/labu………
Part 4 - Wanita Berkebaya Kuning karyakarsa.com/netrakala/labu………
Part 9 - Sebuah Tujuan

Jeddduuuaaarrrr... Semua yang ada disana melihat kearah Kromosengkono dengan tatapan keheranan.
Kromosengkono mulai melancarkan serangan kearah Sembojo. Namun dengan mudah Sembojo menangkisnya dengan menyabetkan selendang yang menjuntai dikedua tangannya.
“Heh... bocah goblok. Koe ngopo e?” (Heh... Bocah goblok. Kamu ngapain?) ucap Ki Ganang heran.
Mereka semua tahu jika kemampuan Sembojo diluar nalar. Dengan Kromosengkono yang tiba-tiba saja memberikan serangan dengan jelas, hanya akan membuang-buang tenaga.
“Brisik, yo jajal wae sopo ngerti keno” (Berisik, ya nyoba saja, siapa tahu kena) balas Kromosengkono enteng.
Dewi seperti menghela nafas. Apa yang membuat Cempoko Kuning memilih mereka untuk menjadi penjaga Sendang Pitu. Sedang kelakuan mereka sama-sama diluar dugaan.
Dewi kembali menolehkan kepalannya kearah Bima. “Pulihkan lukamu dulu, kekuatan demit itu sungguh diluar nalar. Aku akan coba menahannya setelah itu pergilah” ucap Dewi
“Pergi? Lalu bagaimana dengan kalian?” tanya Bima.

Bima merasa bersalah, dengan keputusannya yang sembrono membuat mereka semua dalam bahaya. Dia tidak mengira kalau kekuatan Sembojo sedemikian kuat.
Dari raut wajah Dewi yang begitu khawatir sudah membuat Bima paham. Makhluk seperti apa Sembojo itu.
“Benar, pergilah... menjauh dari tempat ini. Jika Sembojo berhasil menguasai Sanggar Pati semua penduduk Alas Lali Jiwo akan bisa keluar dengan mudah. Berbeda dengan Gendiswari yang hanya ingin menambah ingon-ingon” ucap Dewi getir.
“Lalu apa yang akan terjadi?” ucap Bima penasaran. Meski dia menahan sakit disekujur tubuhnya Bima mencoba untuk berdiri.
“Sudah tidak ada waktu untuk menjelaskan. Biar nanti Kromosengkono yang memberitahumu” ucap Dewi, yang langsung melihat kearah Sembojo.
Bima mengikuti arah pandang Dewi, benar saja dia merasakan aura kematian yang kuat memancar dari arah Sembojo. Meskipun tatapannya datar, akan tetapi Bima masih bisa merasakan aura membunuh dari dalam hati Sembojo.
“Dimana Cempoko Kuning?” tanya Bima, saat menyadari sosok wanita itu tidak ada disekelilingnya.
“Aku tidak tahu, semenjak dia bangun. Dia hanya berpesan kalau Sembojo akan segera datang dengan dendam yang masih tesimpan dihatinya” ucap Dewi yang masih terus memandang Sembojo, nampak kewaspadaan datang dari setiap ucapannya.
“Kromosengkono, Ki Ganang. Kalian serang dua demit yang ada dibelakang Sembojo. Biar aku yang berhadapan dengan wanita itu. Rif, sembuh kan Bima dan bawa mereka pergi dari sini” ucap Dewi tegas.
“Uwes rampung?” (Sudah selesai) terdengar suara Semboja.

Bima memperhatikan demit-demit yang ada didepannya, mereka sudah bersiap untuk bertarung. Ingin sekali dia membantu mereka. Bagaimanapun juga masalah yang terjadi saat ini karena kecerobohannya.
“Rasah nunggu maneh, lakoni opo sek mbok pingini” (tidak usah mengunggu lagi, lakukan apa yang kau inginkan) ucap Dewi.
Kromosengkono dan Ki Ganang mulai mengeluarkan energi mereka. Batin Bima terkesiap, nafasnya menjadi sesak.
“Wes suwe aku minggat seko panggonan iki, sak iki wes malih kabeh. Neng endi Gendiswari?” (Sudah lama aku pergi dari tempat ini, sekarang sudah berubah semua. Dimana Gendiswari?) ucap Sembojo membahana.
“Ora urusan mu maneh, opo sek kedaden neng kene” (Bukan urusanmu lagi, apa yang sudah terjadi disini) balas Dewi yang masih berdiri memandang Sembojo.
“Tak delok bocah wedok kae persis koyo Gendiswari” (Aku melihat anak perempuan itu mirip dengan Gendiswari) kata Sembojo, sambil mengibaskan selendangnya.
Bima terkesiap mendengar ucapan Sembojo, berarti apa yang ia rasakan tadi tidak salah.

“Kenapa energi Gendiswari bisa ada didalam tubuh Maya?, padahal sosoknya sudah lama mati” batin Bima keheranan.
Sembojo mulai bergerak, berjalan pelan menuju kearah dimana Dewi sedang berdiri.

“Koe ngerti aku sopo!. Ojo main-main karo aku. Bocah koyo koe iso tak lumat kapan wae” (kamu tahu aku siapa!. Jangan main-main dengan ku. Bocah sepertimmu bisa ku lumat kapan saja) ancam Sembojo.
Dewi tersenyum, dia tahu siapa sosok Sembojo. Bahkan dengan kemampuannya, belum tentu dia bisa mengalahkan demit yang sudah hidup jauh lebih lama dari pada dirinya.
Sejenak Dewi diam, kemudian tangannya terangkat dan menunjuk kearah Maya yang masih menari dengan Banaspati yang masih mengelilinginya.
“Golek i Gendiswari? Delengno bocah kae. Yen koe sekti mesti bakal ngerti” (Mencari Gendiswari? Lihatlah anak itu. Kalau kamu sakti pasti akan tahu) ucap Dewi, mencemooh.
Sembojo menggeram, dia tahu persis apa yang dimaksud oleh Dewi. Jika anak perempuan itu memiliki energi Gendiswari. Berarti memang sosok tersebut sudah mati.
Tanpa aba-aba Sembojo langsung bergerak dengan cepat, diikuti dengan Jegrik dan Buto Ireng. Sembojo langsung mengarah ke Dewi, sedang kedua antek-anteknya menyebar, mencoba menyerang Kromosengkono dan Ki Ganang.
Duuuaaarrrrr.....
Terdengar suara menggema yang berasal dari arah Sembojo dan Dewi. Sosok demit wanita itu, bergerak lincah sembari mengibaskan selendang yang ia kenakan. Sedang Dewi terus menghindari serangan sembojo.
“Sak iki aku takon, neng endi Cempoko Kuning?” (Sekarang aku tanya, diaman Cempoko Kuning?) ucap Sembojo yang sudah mundur beberapa langkah.
“Jarene sekti, mosok ket mau takon terus” (katanya sakti, masa dari tadi tanya terus) kata Dewi tersenyum.
Mata sembojo menyipit, hatinya menahan amarah. Sosok Dewi benar-benar memuakan. “Kakean kumpul karo manungso, marai cangkemmu ra iso diatur” (Kebanyakan kumpul dengan manusia, membuat mulutmu tidak bisa diatur) ujar Sembojo.
“Cangkeman, sopo sak iki sek butuh manungso ben iso balek neng panggonan iki?” (Banyak bicara, siapa sekarang yang butuh manusia untuk bisa kembali ke tempat ini?) Dewi tertawa, dia benar-benar geli dengan sosok wanita yang tengah berdiri tidak jauh darinya.
Sembojo mengeram, tiba-tiba saja energi yang ada disekitarnya meluap dengan hebat. Dewi yang menyadari ada tanda bahaya, segera mengeluarkan pusaka belatinya.
“Kang Mas, Den Mas... Yen aku mati, gawanen bocah-bocah kae neng panggonan sek aman” (Kang Mas, Den Mas... Kalau aku mati bawa anak-anak itu ke tempat yang aman) bisik Dewi lirih kepada dua suadaranya yang masih tertidur.
Dalam sekejap kedua laki-laki yang menempel di tubuh Dewi mereka langsung membuka mata. Dewi yang sudah siap bertempur, langsung mengerahkan energinya. Sedang kedua saudaranya memisahkan diri. Satu orang menuju kearah Maya sedang satunya langsung menuju kearah Bima.
“Percuma koe akon dulur mu loro kae, bocah-bocah kae wes tak tandani ben dadi abdiku. Neng endi wae bakal iso tak golek i” --
-- (percumah kamu meminta saudara-saudaramu itu. Anak-anak itu sudah kutandai untuk menjadi abdiku. Dimana saja bisa ku cari) cemooh Sembojo saat menyadari apa yang tengah Dewi lakukan.
“Wes rampung sek ngomong? Yen uwes iso dimulai?” (Sudah selesai bicaranya? Kalau sudah bisa dimulai) kata Dewi,
Belum sempat Sembojo membalas ucapannya. Dewi langsung menghilang dari pandangan. Sosoknya tiba-tiba saja muncul diatas Sembojo, sembari mengangkat tangannya untuk menghujam kan belati yang ia pegangi.
Sembojo menyadari arah pergerakan Dewi, dengan gerakan angun dia mengelak kearah samping. Braaaatttt.... Selaki kibasan Sembojo mampu menahan serangan Dewi.
Sembojo nampak terlihat tenang, saat posisinya tepat berada didepan Dewi. Sekali lagi dia menyabetkan selendangnya. Naas Dewi telat menghindar, demit wanita itu terkena pukulan telak. Tubuhnya terpelanting kebelakang dan membentur tanah dengan keras.
“Durung wayae koe dolanan karo aku” (Belum waktunya kamu main-main sama aku) ejek Sembojo yang melangkah pelan menuju Dewi.
*****
“Pak Ayo kita bantu mereka” ucap Bima, saat melihat para demit tengah bertarung tidak jauh dari tempatnya.
“Duduklah bersila, akan kusembuhkan dulu luka-lukamu. Biarkan mereka bertarung, sementara itu aku akan menyembuhkan mu” ucap Pak Arif tenang.
“T—tapi Pak?” ucap Bima ragu, dia khawatir jika terjadi sesuatu dengan Kromosengkono dan yang lainnya.
“Bukan hanya kemampuan mu yang berkembang ya, Bim. Tapi sifat keras kepalamu juga semakin besar” tukas Pak Arif memandang Bima lekat-lekat.
“Cepat, kalau kau mau membantu mereka. Kita segera pulikah dirimu dahulu” kata Pak Arif.
Bima menurut, dia segera duduk bersila. Sedang Pak Arif berjalan memutar dan duduk dibelakangnya. Sejurus kemudian Bima merasakan ada energi yang mengalir kuat di tubuhnya.
“Musuh mu saat ini memiliki kemampuan diluar nalar Bim, berhati-hatilah” ucap Pak Arif waspada saat melihat serangan mematikan yang dilontarkan oleh penghuni Alas Lali Jiwo kepada anak buah Sembojo.
Bima membuka matanya. Ikut memperhatikan pertarungan yang tengah terjadi. Selama ini dia tahu kalau Sembojo merupakan sosok demit yang menakutkan. Teringat saat pertama kali dirinya melihat sosok itu, tubuhnya bisa gemetar dengan sendirinya.
“Siapa sebenarnya Sembojo?” batin Bima

“Sebagai pelajaran untukmu kelak, kenali dulu musuhmu. Jangan bertindak gegabah. Yang aku tahu makhluk itu sudah ada ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu” ucap Pak Arif seolah tahu apa yang sedang Bima pikirkan.
Bima merenung, perjalanannya ke Alas Lali Jiwo ternyata tidak memberikan pengalaman apapun. Dia masih ceroboh dan egois dengan setiap keputusannya.
“Bagaimana dengan Maya, Pak?” tanya Bima, menolehkan kepalanya kearah Maya yang masih terus menari. Bahkan gerakannya semakin cepat. Pemandangan itu membuat Bima terpesona sekaligus merasa ngeri.
Pak Arif menengok kearah Maya, dilihatnya Banaspati masih terus berputar mengelilingi Maya...
Tiba-tiba saja terjadi sebuah gerakan yang cepat disekitar mereka. Bima dan Pak Arif yang sedang memperhatikan Maya langsung tersentak, mengira ada serangan yang ditujukan kepada mereka.
“Astaga, apa yang kau lakukan” ucap Pak Arif, saat melihat Nakula tengah berdiri disamping Bima.

“Dewi memintaku untuk menjaga anak ini jika terjadi sesuatu padanya. Segera selesaikan proses penyembuhan yang kau lakukan, Rif” ucap Nakula datar.
Bima menengok lagi kearah Maya, disana juga terlihat seorang laki-laki yang mirip sekali dengan Nakula, namun posisinya sedikit agak menjauh dari kobaran api Banaspati.
“Sadewa... Mereka berdua kembar yang menempel di tubuh Dewi” ucap Pak Arif ketika melihat arah Pandang Bima.
“Cepat selesaikan” desak Nakula.

“ckkkk brisik, diamlah” kata Pak Arif yang terlihat jengkel. Sedang Bima hanya bisa nyengir. Kembali Bima memejamkan matanya. Menyerap semua energi yang diberikan oleh Pak Arif.
*****
Dewi terpelanting kebelakang, dia benar-benar kuwalahan menghadapi Sembojo sendirian. Jelas ada jurang pemisah yang begitu dalam diantara keduanya.
Sepersekian detik Dewi menoleh kearah Kromosengkono dan Ki Ganang berharap jika mereka sudah selesai, dapat segera membantunya. Namun sayang kekuatan Buto Ireng dan Jegrik sama kuatnya dengan mereka berdua.
Bruaaaakkk... Dewi kembali terlempar kebelakang. Sabetan slendang milik Sembojo tepat mengenai wajahnya.
“Ojo meleng. Koe lali aku sopo? Bien tak ajari kanuragan sak iki malah wani karo aku” (jangan melamun. Kamu lupa aku siapa? Dulu aku ajari kanuragan, sekarang malah berani sama aku) ucap Sembojo jengah.
“Sopo sek mateni Gendiswari?” (Siapa yang membunuh Gendiswari?) tanya Sembojo dengan raut wajah mengerikan. Dewi menggeleng, dia tidak mau menjawab apapun. Matanya terus menatap Sembojo dengan penuh dendam dan kemarahan.
Sembojo sekali lagi mengibaskan selendangnya, yang mengenai wajah dan dada Dewi. Seketika Dewi langsung terpuruk ke tanah dan memuntahkan cairan hitam dari mulutnya.
“Ora gelem jawab? Mau koyo jagoan, sak iki koyo clurut sek golek bolongan ge mumpet” (Tidak mau menjawab? Tadi seperti jagoan, sekarang seperti tikus yang sedang mencari lubang untuk bersembunyi) kata Sembojo dengan mengibaskan selendangnya.
Dewi terengah-engah. Dia sama sekali tidak takut dengan sosok yang ada didepannya. Tangan kanannya terus saja mencengkeram erat belati yang sedang ia pegang.
“Meneng wae? Koe ora kelingan sopo bien sek ngopeni awakmu?” (Tidak mau bicara? Kamu tidak ingat siapa yang dulu merawat mu) geram Sembojo, terus saja dia mengibaskan selendangnya. Matanya menatap nyalang Dewi seolah ingin melumatnya hidup-hidup.
“AKU... AKU SEK WES MATENI GENDISWARI” (Aku... aku yang sudah membunuh Gendiswari) teriaknya menggelegar. Setetes air mata tumpah di dipipinya.
“Koe tak kon jogo dulurmu, malah sak iki mbok pateni? Pantes Gendiswari ora pernah ketok meneh bar tak akon bukak Sanggar Pati” --
-- (Kamu aku minta untuk menjaga saudaramu, malah kamu bunuh? Pantas Gendiswaari tidak pernah kelihatan lagi setelah aku memintanya untuk membuka Sanggar Pati) ucap Sembojo, yang kini memandang Dewi penuh dengan kemarahan.
“Koeeee?” (kamuuu) geram Dewi saat mengetahui satu kebenaran. Selama ini dia bertanya-tanya, kenapa bisa sosok Gendiswari yang terkenal lembut bisa berubah seperti itu.
“Iyo aku, koe ngerti ngopo aku ra seneng karo Cempoko Kuning?, Mergo kakean aturan, bien aku sek dibuang. Sak iki Gendiswari sek mbok buang?” --
-- (Iya aku, kamu tahu kenapa aku tidak suka dengan Cempoko Kuning? Karena banyak aturan, dulu aku yang dibuang. Sekarang Gendiswari yang kau buang?) ujar Sembojo murka.
Energi besar meluap dari tubuh Sembojo, angin menderu dengan keras. Sosok Sembojo yang terlihat cantik perlahan berubah menjadi mengerikan. Kedua taringnya yang panjang tumbuh perlahan. Lidahnya menjulur kedepan. Kulitnya menjadi kehijauan, serta matanya yang berkilat kemerahan.
Duaarrr... Sembojo dengan sekuat tenaga mengibaskan selendangnya kearah Dewi. Beruntung Dewi masih sempat menghindar dengan cepat ia bergerak kearah samping.
Aura kemarahan benar-benar menyelimuti Sembojo, matanya terus menatap nyalang penuh dendam kesumat kepada Dewi.
Tangan Sembojo terangkat, energi berwarna kemerahan semakin terlihat memadat dan mengeluarkan cahaya seperti petir disekelilingnya.
Dewi terengah. Tatapannya memandang kearah bola energi yang dibuat oleh Sembojo. Dia sudah menyambut kematiannya. Sedari awal memang dia tidak akan pernah bisa melawan Sembojo.
“Opo tujuan mu balik neng panggonan iki?” (Apa tujuanmu kembali ketempat ini) ucap Dewi dengan usaha extra, dadanya terasa sakit.
Sembojo mengacuhkan Dewi. “Kenapa manusia itu bisa punya energi lelembut seperti kita?” (Kenapa manusia itu punya energi lelembut seperti kita) tanya Sembojo sambil menunjuk kearah Arif.
Dewi yang merasa perhatian Sembojo tengah terpecah, langsung melempar belatinya kearah depan. Namun sayangnya dengan mudah Sembojo mengibaskan belati itu hanya dengan sekali sabetan.
“Percuma aku takon” (Percuma aku bertanya) ucap Sembojo yang langsung memejamkan matanya. Tiba-tiba saja angin menderu dengan hebat. Suasana menjadi lebih mencekam dari pada biasanya. Bahkan Dewi seolah terlihat bergidik.
“Pantes, dadi dek ne sek ganteni Gendiswari dadi punggowo pitu?” (Pantas, jadi dia yang menggantikan Gendiswari jadi punggowo pitu?) ujar Sembojo.
“Bukannya seharusnya kau sudah tahu siapa dia. Bukannya dirimu yang menjanjikan kepada Bima akan membantu untuk membawa pergi manusia itu dari alam ini?” ucap Dewi mencemooh.
Dewi sebenarnya tahu jika Sembojo tidak bisa dengan mudah masuk ke Alas Lali Jiwo. Pagar yang sudah dibuat oleh Sangaraja hanya bisa di punahkan oleh Sangaraja itu sendiri.
Selama ini Sembojo hanya membaca hasrat yang ada didalam diri Bima, sehingga dia menggunakannya untuk memancing bocah itu agar menghancurkan pagar Gaib yang selama ini selalu menghalanginya.
“Aku wes kesel di bantah, kayane memang wes wektune koe nyusul dulur mu wedok” (Aku sudah lelah dibantah, sepertinnya memang sudah waktunya kamu menyusul saudara peremuanmu) kata Sembojo datar, tidak ada sama sekali belas kasihan dalam nada suaranya.
Dewi hanya tersenyum menyeringai. Dan Menutup Matanya.

*****

“Sopo sek ngajari podo gelutan?” (Siapa yang memberi contoh untuk bertengkar?) ucap seorang wanita kepada dua bocah perempuan didepannya.
“Mboten enten, Mbok” (tidak ada Mbok) ucap salah satu anak perempuan dengan kepala mendongak menatap Sembojo. Sedang anak satunya terlihat menahan isakan tangis ketakutan.
“Ora usah nangis” (Tidak usah menangis) ucap Sembojo lembut, tapi dari nadanya penuh dengan penekanan.
Seketika anak perempuan itu menahan tangisnya. “Simbok paling ora seneng yen koe do gelutan, sak iki do jaluk ngapuro” (Simbok palin tidak suka kalau kalian bertengkar, sekarang pada minta maaf) ucap Sembojo.
Tidak diminta dua kali, dua bocah perempuan itu langsung berpandangan dan saling berpelukan.

“Maafkan aku ya mbak yu” ucap bocah yang lebih kecil.

“Yo Nyi mas, mbak mu juga salah” ucap yang lebih besar.
Terlihat Sembojo tersenyum dengan apa yang dilihatnya. Sorot matanya yang tadi terlihat tegas tiba-tiba saja sudah menghilang dan digantikan dengan sorot mata teduh menentramkan.
“Nah, koe Dewi dadi mbak yu kudu jogo adimu... Gendiswari dadi adik ojo nakali mbak yu mu” (Nah, kamu Dewi jadi kakak perempuan harus menjaga adikmu... Gendiswari jadi adik jangan nakal sama kakak perempuan mu)

*****
Dewi membuka matanya, sudah ratusan tahun yang lalu saat semua itu terjadi. Namun masih jelas diingatannya, bagaimana dia selalu menjadi tameng untuk Gendiwari.
“Ora usah ngeleng-eleng opo sek seharus e ora mbok duweni. Aku ngopeni awakmu, tapi akhir e koe lueh milih Cempoko Kuning” --
-- (Tidak usah mengingat-ingat apa yang seharusnya tidak menjadi milikmu. Aku membesarkanmu, tapi akhirnya kamu lebih memilih Cempoko Kuning) ucap Sembojo seolah tahu apa yang sedang Dewi pikirkan.
“Heh” suara seringai yang muncul dari bibir Dewi. “Sekali lagi, apa tujuanmu kembali ke tempat ini?” tanya Dewi.
Sembojo menelengkan kepalanya kenan dan kiri. Kemudian seutas seringai muncul di bibirnya.

“Pengen ngerti kenopo aku balik neng kene?” (Mau tahu kenapa aku pulang kesini?) ujar Sembojo sambil menaikan tangan kanannya.
“Kudune demit kui iso lueh bebas neng alam menungso. Poro manungso wes terlalu sombong, ngroso yen awak e dewe kui kudu dadi pesuruhe. --
-- (Seharusnya demit itu bisa lebih bebas di alam manusia. Para manusia sudah terlalu sombong, merasa kalau kita harus menjadi pesuruh mereka) kata Sembojo sengit.
“HEh... percuma, poro demit neng alas iki bakal tunduk karo Cempoko Kuning. Lelembut sek iso jogo lan gawe makmur sak kabehane. La awakmu, muk ana nefsu karo kepinginan duweni alas iki” --
-- (Heh... Percuma, para demit dialas ini bakal tunduk sama Cempoko Kuning. Lelembut yang bisa menjaga dan memakmurkan semua. La kamu, hanya punya nafsu dan keinginan untuk memiliki Alas ini) cemooh Dewi.
Sembojo terus menatap kearah Dewi, “Kui gampang. Yen ritual ku kedaden, Cempoko Kuning bakal dadi ingon-ingon ku” (Itu mudah. Jika ritual ku terjadi, Cempoko Kuning akan menjadi peliharaanku) ujar Sembojo tertawa girang.
“Opo Maksudmu?” (Apa maksudmu) ucap Dewi kebingungan.

“Mbok kiro aku bakal mateni koe-koe? Haha... demit sek due kanuragan koyo koe lan Cempoko Kuning nek langsung dipateni maneman. --
-- Yen getih Sangaraja karo banyu sendang pitu kecampur. Kui bakal iso gawe ritual ben sukmane demit iso mlebu neng rogone menungo. Urip dadi siji karo manungso, gawe cilakane manungso” (Kamu kira aku akan membunuh kalian? --
-- Haha... Demit yang punya kanuragan seperti mu dan Cempoko Kuning, sayang kalau langsung dibunuh. Kalau darah Sangaraja dan air Sendang Pitu sudah tercampur. --
-- Bisa digunakan untuk ritual supaya sukma dari demit bisa masuk kedalam raga manusia. Hidup jadi satu dengan manusia. Membuat cilaka manusia) jelas Sembojo dengan kegembiraan luar biasa.
Dewi membulatkan matanya seketika, dia tidak menyangka kalau Sembojo memiliki niatan seperti itu. Dewi melirik Maya sekilas, dia mendapati kalau bocah wanita itu masih terus menari.
“Ritual opo?” (Ritual apa?) ucap Dewi mencoba mengulur waktu. Batinnya terus mencoba berkomunikasi dengan Nakula dan Sadewa.
Sembojo menaikan satu alisnya. Bukan terheran dengan pertanyaan Dewi. Namun dia merasa geli, “Labuh Mayit”
“Labuh Mayit?” ucap Dewi terkesima.

“Ora ngerti ta? Hahha” ucap Sembojo tertawa, dia pikir Dewi tahu tentang Labuh Mayit.
“Jebul Cempoko Kuning ra ngei ngerti... yo yo yo. Urip kui pilihan. Yowes sak iki wayahe koe turu?” (ternyata Cempoko Kuning tidak memberi tahu... ya ya ya. Hidup itu pilihan. --
-- Yasudah sekarang waktunya kamu tidur?) ucap Sembojo sambil mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

-TBC-
Part 10 kita lanjut besok malam ya.
Bagi teman-teman yang mau baca versi full tidak terpotong-potong bisa langsung mampir di karyakarya ya. Disana sudah sampai part 12 ya.

Part 9 & 10.
karyakarsa.com/netrakala/labu…

Part 11 & 12
karyakarsa.com/netrakala/labu…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Netrakala

Netrakala Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @netrasandekala

Jun 5
A Thread-
Lebur Sukma - Ratmi ( Part 5 )
@IDN_Horor @bacahorror_id @bacahorror
@menghorror @nasura2101 @benbela
@P_C_HORROR @RestuPa71830152
@Long77785509 @karyakarsa_id
@AgilRSapoetra

#bacahorror

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Halo teman-teman. Maaf sudah menunggu cerita ini lama ya. Nanti jam 19.00 kita mulai update ya. Sebelumnya bantu untuk RT/QRT like dan coment ya. Biar teman-teman yang lain juga bisa ikut membaca. Bagi yang mau nitip-nitip dulu juga boleh...
Bagi teman-teman yang belum baca part sebelumnya bisa klik link di bawah ya...

Part 1 - Peninggalan ……
Part 2 - Kepingan Misteri
Read 179 tweets
May 30
A Thread-
Labuh Mayit - Punggowo Pitu (Part 8)
@IDN_Horor @bacahorror_id @bacahorror
@menghorror @nasura2101 @benbela
@P_C_HORROR @RestuPa71830152
@Long77785509 @karyakarsa_id
@AgilRSapoetra

#bacahorror

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Mau dilanjut gak nih ceritanya? kalau iya minta tolong untuk RT / QRT... nanti kalau sudah banyak respon kita lanjutkan lebih cepet 😁 bagi yang mau nitip-nitip dulu boleh.
Bagi teman-teman yang mau baca versi full tidak terpotong-potong bisa langsung mampir di karyakarya ya. Disana sudah sampai part 12 ya. Part terakhir dari chapter ini.

karyakarsa.com/netrakala/labu…
Read 140 tweets
May 26
-A Thread-
Labuh Mayit - Kembali Ke Alas Lali Jiwo (Part 7)
@IDN_Horor @bacahorror_id @menghorror
@nasura2101 @benbela @P_C_HORROR
@Long77785509 @karyakarsa_id
@AgilRSapoetra

#bacahorror

Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Sebelum lanjut ke cerita, minta tolong buat teman-teman untuk RT / QRT, like dan coment ya. Nanti kalau sudah banyak langsung kita gass.
Bagi teman-teman yang mau nitip-nitip dulu juga boleh... Biar nanti pas update langsung bisa mengikuti ceritanya.

Untuk Part 1 sampai 6 link saya drop di bawah ya...
Read 132 tweets
May 21
-A Thread-
Labuh Mayit - Persimpangan ( Part 6 )
@IDN_Horor @bacahorror_id
@menghorror @nasura2101 @benbela
@P_C_HORROR @Long77785509
@karyakarsa_id @AgilRSapoetra

#bacahorror
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Mau dilanjut gak nih ceritanya? kalau iya minta tolong untuk RT / QRT... nanti kalau sudah banyak respon kita lanjutkan lebih cepet 😁
oh iya. yang mau nitip-nitip dulu boleh. biar gak ketinggalan ceritanya. 😁
Read 170 tweets
May 17
-A Thread-
Labuh Mayit - Tawaran Kematian ( Part 5 )
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @Long77785509
@karyakarsa_id @ceritaht

#bacahorror
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya. Danke... Image
Halo teman-teman uda kangen Bima dkk belum? malam ini kita lanjut part 5 ya... Bagi yang belum baca chapter 1 Bisa mampir ke Index dengan judul "Cerita Tentang Mereka"
Bantu tinggalkan RT/Like Coment agar yang lain ikut baca cerita ini yah...

Part 1 - Pembawa Petaka

Part 2 - Sebuah Peringatan

Part 3 - Keputusan
Read 185 tweets
May 13
-A Thread-
Lebur Sukma - Ikatan Terkutuk ( Part 4 )
Ijin Taq
@IDN_Horor @bacahorror_id @threadhororr
@menghorror @P_C_HORROR @Long77785509
@karyakarsa_id

#bacahorror #penumbalan #ceritaserem
Jangan lupa untuk RT, like dan coment ya.
Danke... Image
Halo semua,
Kita lanjutin part 4 lebur sukma ya...
Bagi teman-teman yang belum baca part sebelumnya bisa baca terlebih dahulu biar bisa mengikuti alur ceritanya. Buat yang belum follow bisa follow dulu, biar gak ketinggalan update ceritanya ya.
Bantu buat RT/QRT, Like dan Comment ya, biar yang lainnya juga bisa membaca cerita ini...

Part 1 - Peninggalan

Part 2 - Kepingan Misteri


Part 3 - Sosok Dari Masa Lalu
Read 152 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(