Perjalanan cinta yang tak biasa terjadi di antara bangsa Manchu pada masa Dinasti Qing. Saat itu, setelah menaklukkan Dzungar pada tahun 1755, pasukan Manchu memadamkan Pemberontakan Altishahr di Turkestan Timur.
Salah satu tawanan pemberontak yang menarik perhatian Kaisar Qianlong adalah Nur Ela Nurhan, istri Khawaja-I Jahan.
Kaisar Qianlong terpesona oleh kecantikan Nur Ela Nurhan dan memerintahkan agar dia dibebaskan dan dibawa ke Harem sebagai selir. Dalam istana yang mewah, Nur Ela Nurhan diberi gelar Xiangfei atau Selir Harum.
Meski berada dalam kemewahan, hati Xiangfei dipenuhi dengan kebencian terhadap bangsa Manchu yang telah membantai bangsanya.
Kaisar Qianlong ingin memenangkan hati Xiangfei, dan Menteri Heshen memberikan saran untuk membangun Menara Baoyue.
Menara ini dirancang untuk memberikan pemandangan indah kepada Xiangfei dan disertai dengan pemandian uap serta perempuan Hui sebagai teman. Tidak hanya itu, masjid bergaya Uyghur juga dibangun di dekat menara.
Meskipun upaya tersebut dilakukan, Xiangfei tetap tidak bisa luluh hati. Kaisar Qianlong hanya bisa menunggu dengan harapan bahwa suatu saat Xiangfei akan membuka hatinya.
Namun, suatu malam, kebetulan kaisar yang mabuk masuk ke kamar Xiangfei. Xiangfei yang terkejut mengambil belati dan melukai tangan kaisar.
Melukai kaisar adalah tindakan yang serius dan bisa berakibat pada hukuman mati. Seluruh istana menunggu untuk melihat hukuman apa yang akan diberikan kepada Xiangfei. Namun, karena cintanya yang mendalam, Kaisar Qianlong memaafkannya karena menganggap cedera itu tidak disengaja.
Meskipun Kaisar Qianlong memaafkan Xiangfei, Ibunda Suri khawatir bahwa suatu hari nanti Xiangfei akan membahayakan kaisar.
Dia mengatur pertemuan dengan Xiangfei saat kaisar menghadiri upacara tahunan. Ibunda Suri bertanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh Xiangfei. Xiangfei hanya ingin kembali ke kampung halamannya.
Dengan berat hati, Ibunda Suri memerintahkan agar Xiangfei dibawa ke Gerbang Yuehua untuk dihukum mati. Xiangfei memohon agar dia dibunuh seperti tawanan lain untuk mempertahankan kesuciannya. Dengan sedih, Ibunda Suri mengabulkan permohonannya, dan Xiangfei meninggal dunia.
Seorang Kasim memberitahu Kaisar Qianlong tentang kematian Xiangfei, dan sang kaisar dengan tergesa-gesa meninggalkan upacara. Ketika tiba di istana, kaisar melihat tubuh tak bernyawa Xiangfei.
Dalam duka yang mendalam, kaisar memeluk tubuh Xiangfei dan menangis. Xiangfei telah pergi untuk bergabung dengan keluarganya di surga.
Kaisar Qianlong melepas cincin Xiangfei sebagai kenang-kenangan dan memerintahkan agar jenazahnya dimakamkan dengan indah di Taman Selir Yuling.
Meskipun ada perbedaan versi dan catatan sejarah, keberadaan Xiangfei telah membawa nuansa Islam ke dalam tembok kota terlarang setelah Dinasti Qing menghapusnya.
Penulis: Alma Afga
Editor: Daniel Limantara
Referensi:
Wicaksono, Michael. 2015. Dinasti Qing : Sejarah Para Kaisar Berkuncir. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ma Su, juga dikenal dengan nama kehormatan Youchang, merupakan seorang jenderal dan pakar strategi militer dari negara Shu Han selama periode Tiga Kerajaan di Tiongkok.
Dia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam teori militer dan sangat dihormati oleh kanselir Shu, Zhuge Liang.
"Nederland erkent ‘volledig en zonder voorbehoud’ dat Indonesië op 17 augustus 1945 onafhankelijk werd". (Belanda mengakui sepenuhnya dan tanpa syarat bahwa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945)
Ucapan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte di Parlemen (Staaten Generaal) itu membawa dampak serius. Selama ini Belanda mengakui bahwa Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 27 Desember 1949 saat Penyerahan Kedaulatan (De Soevereiniteitsoverdracht).
Karayuki-san, kisah pelacur Jepang di Hindia Belanda.
{Sebuah utas singkat}
Pada akhir abad 19 hingga awal abad 20-an, terdapat sebuah pedesaan kecil yang kumuh dan terpencil serta wilayah-wilayah pertanian yang sangat miskin di Jepang. Di sinilah Karayuki-san berasal.
Karayuki-san adalah para wanita yang diperjualbelikan dan dijadikan pelacur. Mereka tersebar ke berbagai wilayah di luar Jepang, seperti Tiongkok, Manchuria, Amerika Serikat, bahkan Hindia Belanda (kini Indonesia).
Mengungkap Sejarah dan Kontroversi di Balik Bendera al-Liwa dan ar-Rayah.
{Sebuah utas singkat}
Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai sebuah bendera yang pernah hangat diperbincangkan. Studi tentang bendera disebut ilmu veksillologi (vexillology). Mari kita menjelajahi sejarah dan kontroversi di balik bendera ini.
Bendera ini menciptakan ketegangan diskursus karena dianggap sebagai simbol gerakan tertentu sekaligus simbol persatuan Islam.